Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem Muskuluskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap komponen utama dari sistem muskuluskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligamen, jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini. Dalam hal ini
tulang sebagai jaringan yang dinamis, mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi
mekanik dan metabolik. Tulang sebagai pembentuk rangka tubuh yang
mempunyai berbagai jenis bentuk. Menurut bentuknya tulang dibedakan
tulang panjang, tulang pendek dan tulang pipih.
Fraktur adalah patah tulang, yaitu diskontinyuitas dari suatu jaringan
tulang. Tulang yang sangat kuat itu bisa mengalami patah disebabkan oleh
adanya pukulan langsung, adanya gaya yang sangat kuat, gerakan memutar
yang tiba-tiba atau terjadinya konstraksi otot yang sangat ekstrem. Penyebab
terjadinya fraktur yang tersering adalah karena kecelakaan. Fraktur dapat juga
disebabkan karena proses patologis seperti pada kasus tumor tulang akibat
dari metastase. Faktor degeneratif juga dapat menyebabkan fraktur seperti
pada penderita osteoporosis. Adanya fraktur ditandai dengan tanda-tanda pasti
dan tanda-tanda palsu. Tanda-tanda pasti bermakna bahwa adanya tanda
tersebut memastikan adanya patah tulang sementara tanda-tanda palsu tidak
menutup kemungkinan disebabkan oleh gangguan lain.
Fraktur dapat mengakibatkan kondisi-kondisi yang tidak kita harapkan dan
dapat membahayakan anggota bagian tubuh yang mengalami fraktur dan
bahkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan yang memadai. Karena
tulang mengandung banyak pembuluh darah, maka fraktur akan
menyebabkan putusnya pembuluh-pembuluh darah sehingga berakibat
terjadinya hematom di sekitar area fraktur. Pada kondisi tertutup, fraktur
femur dan fraktur pelvis merupakan kondisi kegawatan yang harus segera
mendapat penanganan karena perdarahan yang banyak terjadi.
Tatalaksana fraktur yang tepat akan dapat mengurangi nyeri, kecacatan
dan komplikasi yang berat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur ?

1
2. Apa yang dimaksud dengan fraktur tangan ?
3. Apa saja gejala dan tanda fraktur ?
4. Apa saja komplikasi dari fraktur ?
5. Bagaimana langkah penanganan fraktur pra rumah sakit ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan fraktur
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan fraktur tangan
3. Mengetahui apa saja gejala dan tanda fraktur
4. Mengetahui apa saja komplikasi dari fraktur
5. Mengetahui bagaimana langkah penanganan fraktur pra rumah
sakit

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Wijaya & Putri, 2013:235).

2
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 dalam
Kristiyanasari, 2012:15). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang,
letak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh
trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma
(Ningsih, Nurna 2012:26). Beberapa pengertian fraktur menurut para ahli
antara lain:
1. Fraktur atau yang seringkali disebut dengan patah tulang, adalah
sebuah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006 dalam
Wijaya & Putri, 2013:235).
2. Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan
menghasilkan daya untuk menekan. Ketika terjadi fraktur pada sebuah
tulang , maka periosteum serta pembuluh darah di dalam korteks,
sumsum tulang, dan jaringan lunak di sekitarnya akan mengalami
disrupsi. hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan
tulang serta di bawah periosteum, dan akhirnya jaringan granulasi
menggantikan hematoma tersebut (Wong, 2009:1377).
3. Fraktur adalah patah tulang, yaitu diskontinyuitas dari suatu
jaringan tulang. Tulang yang sangat kuat itu bisa mengalami patah
disebabkan oleh adanya pukulan langsung, adanya gaya yang sangat kuat,
Gerakan memutar yang tiba-tiba atau terjadinya konstraksi otot yang
sangat ekstrem. Penyebab terjadinya fraktur yang tersering adalah karena
kecelakaan. Fraktur dapat juga disebabkan karena proses patologis seperti
pada kasus tumor tulang akibat dari metastase. Faktor degeneratif juga
dapat menyebabkan fraktur seperti pada penderita osteoporosis. (Tyas,
2016:58).

B. Fraktur Ekstremitas Atas (Tangan)


1. Fraktur Radius
Fraktur radius adalah terputusnya hubungan tulang radius. Pada
kondisi klinik bisa berupa fraktur terbuka yang di sertai kerusakan
jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) dan fraktur

3
radius tertutup yang disebabkan oleh cidera pada lengan bawah baik
trauma lngsung ataupun trauma tidak langsung.
Fraktur terbuka pada radius sering terjadi dalam kecelakaan lalu
lintas atau suatu trauma tajam akibat luka bacok pada lengan bawah
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak dan tulang pada radius.
Pada trauma tidak langsung, daya pemuntir (biasanya jatuh pada tangan)
menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada tingkat yang
berbeda. (Helmi, 2014:549).
2. Fraktur Radius Ulna
Fraktur radius-ulna adalah terputusnya hubungan tulang radius
dan ulna yang disebabkan oleh cidera pada lengan bawah baik trauma
langsung ataupun tidak langsung
Pada tarauma tidak langsung, daya pemuntir (biasanya jatuh pada
tangan) menimbulkan fraktur spiral dengan kedua tulang patah pada
tingkat yang berbeda. Pukulan langsung atau daya tekukan menyebabkan
fraktur melintang kedua tulang pada tingkat yang sama. Deformitas rotasi
tambahan dapat di timbulkan oleh tarikan otot-otot yang melekat pada
radius. Otot tersebut adalah biseps dan otot supinator pada sepertiga
bagian atas, pronator teres pada sepertiga pertengahan, dan pronator
quadratus pada sepertiga bagian bawah. Perdarahan dan pembengkakan
kompartemen otot pada lengan bawah dapat menyebabkan gangguan
peredaran darah. (Helmi, 2014:551).

3. Fraktur Montegia
Fraktur Montegia adalah terputusnya hubungan sepertiga bagian
proksimal ulna dan dislokasi kaput radius yang disebabkan oleh cidera
akibat jatuh dengan tangan dan pada saat yang sama tubuh memuntir.
Pada daya pemuntir (jatuh pada tangan) menimbulkan daya
gerak yang dapat dengan kuat mempronasikan lengan bawah. Kaput
radius berdislokasi ke depan dan sepertiga bagian atas ulna patah dan
melengkung ke depan (Helmi, 2014:553).
4. Fraktur Humerus Proksimal
Fraktur Humerus Proksimal adalah putusnya hubungan tulang
humerus bagian atas yang sering di sebabkan oleh suatu trauma atau
sekunder dari osteoporosis.

4
Fraktur biasanya terjadi setelah jatuh pada posisi lengan (outstrecht
hand), atau tanpa trauma yang kuat pada klien osteoporosi dengan
kondisi terjadinya fraktur impaksi pada humerus proksimal (Helmi,
2014:538).
5. Fraktur Batang Humerus
Fraktur humerus tertutup adalah terputusnya hubungan tulang
batang humerus. Secara klinik bersifat fraktur tertutup tanpa adanya
disertai luka terbuka oleh fragmen tulang dan bisa bersifat fraktur
terbuka yang disebabkan oleh suatu cidera dari trauma lnagsung atau
tidak langsung yang mengenai lengan atas, atau suatu kondis fraktur
patologis akibat metastasis pada tulang humerus.
Mekanisme cidera fraktur batang humerus terjadi akibat jatuh pada
tangan yang dapat memuntir humerus sehingga menyebabkan fraktur
spiral. Jatuh pada siku saat lengan pada posisi abduksi dapat merusak
tulang menyebabkan fraktur oblik atau melintang. Pukulan langsung
pada lengan menyebabkan fraktur melintang dan kominutif. Fraktur
batang pada pasien manula dapat terjadi akibat suatu metastasis (Helmi,
2014:539).

C. Gejala dan Tanda Fraktur


Tanda dan gejala klinis fraktur dapat mencakup:
1. Deformitas akibat kehilangan kelurusan yang alami
2. Pembengkakan akibat vasodilatasi dan infiltrasi leukosit serta sel–
sel mast
3. Spasme otot
4. Sindrom kompartemen (Lihat mengenali sindrom kompartemen)
5. Batu ginjal akibat dekalisifikasi yang disebabkan oleh
imobilisasi yang lama
6. Emboli lemak akibat disrupsi sumsum tulang atau aktivasi
sistem saraf simpatik pascatrauma (yang dapat menimbulkan distres
pernapasan atau sistem saraf pusat). (Kowalk, Welsh dan Mayer,
2011:404)
Sedangkan menurut Tyas (2016:59) Tanda-tanda fraktur diantaranya yaitu:
1. Nyeri
2. Deformitas: perubahan bentuk
3. Krepitasi
4. Bengkak

5
5. Daerah fraktur mengalami peningkatan suhu (teraba panas)
6. Pergerakan abnormal
7. Ekimosis
8. Kehilangan fungsi.

D. Komplikasi Fraktur
Komplikasi fraktur yang mugkin terjadi meliputi:
1. Deformitas dan difungsi permanen jika tulang yang fraktur tidak
bisa sembuh (nonunion) atau menglami kesembuhan yang tidak
sempurna (malunion).
2. Nekrosis aseptik (bukan disebabkan oleh infeksi) pada segmen
tulang akibat gangguang sirkulasi.
3. Syok hipovolemik akibat kerusakan pembuluh darah (khususnya
pada fraktur femur).
4. Kontraktur otot.
5. Sindrom kompartemen (lihat mengenai sindrom kompartemen).
6. Batu ginjal akibat dekalsifikasi yang disebabkan oleh imobilisasi
yang lama.
7. Emboli lemak akibat distubsi sumsum tulang atau aktifsi sistem
saraf simpatik pascatrauma (yang dapat menimbulkan distress
pernapasan atau sistem saraf pusat) (Kowalak, Welsh dan Mayer,
2011:404-405).
Sedangkan menurut Tyas (2016:59) Fraktur dapat mengakibatkan kondisi-
kondisi yang tidak kita harapkan dan dapat membahayakan anggota bagian
tubuh yang mengalami fraktur dan bahkan kematian bila tidak mendapatkan
pertolongan yang memadai. Karena tulang mengandung banyak pembuluh
darah, maka fraktur akan menyebabkan putusnya pembuluh-pembuluh darah
sehingga berakibat terjadinya hematom di sekitar area fraktur. Pada kondisi
tertutup, fraktur femur dan fraktur pelvis merupakan kondisi kegawatan yang
harus segera mendapat penanganan karena perdarahan yang banyak terjadi.
Diperkirakan seseorang akan mengalami perdarahan sebanyak 1000 cc pada
fraktur femur pada satu sisi kaki sedangkan pada fraktur pelvic sebanyak 500
cc. Perdarahan pada kedua fraktur di atas dapat menyebabkan shock dan
kematian walaupun tidak ada perdarahan yang tampak dari luar. Kehilangan
darah akan lebih banyak lagi bila seseorang mengalami fraktur terbuka.
Kondisi lain yang bisa timbul akibat fraktur pada anggota gerak adalah
sindroma kompartemen. Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi

6
dimana perfusi jaringan di otot mengalami penurunan. Biasanya didapatkan
keluhan nyeri berat yang tak henti-henti. Penyebab terjadinya kondisi ini
adalah karena fasia otot yang terlalu kencang atau dapat pula akibat
pemasangan bidai atau balutan yang terlalu rapat. Perdarahan di dalam
jaringan atau edema juga sering menyebabkan kondisi ini. Tempat yang
sering mengalami sindroma kompatemen adalah otot lengan dan kaki. Bila
kondisi anoksia melebihi 6 jam dapat mengakibatkan kematian jaringan
sehingga lengan atau kaki harus diamputasi.
Tanda-tanda sindroma kompartemen:

1. Pain (Nyeri)
2. Parestesia (Penurunan Sensasi Raba)
3. Paralisis (Kelumpuhan)
4. Pale (Pucat)
5. Pulseness (Nadi Tidak Teraba)

Bila terjadi sindroma kompartemen maka segera dilakukan penanganan.


Menunda dapat berakibat kerusakan saraf, otot bahkan terjadi nekrosis.
Prinsip-prinsip penanganan sindroma kompatemen antara lain: Meninggikan
bagian Sindroma Kompartemen melebihi tinggi jantung, melepaskan atau
merenggangkan bila terpasang alat restriktif seperti gift, plester. Jika dalam
waktu 1 jam tidak ada perbaikan maka perlu dipersiapkan tindakan
fasiotomi. Pada fasiotomi, luka tidak langsung dijahit agar jaringan otot
mengembang. Luka cukup ditutup dengan verban steril yang telah
dilembabkan dengan normal saline. Dalam waktu 3-5 hari, bila
pembengkakan hilang dan perfusi jaringan membaik luka dibersihan
(debridement) dan ditutup (kadang dengan skin graft}.

E. Langkah Penanganan Pra Rumah Sakit


Penatalaksanaan menurut Mansjoer (2003) dalam Wijaya & Putri (2013)
adalah sebagai beikut:
1. Terlebih dahulu pehatikan adanya pendarahan, syok dan
penurunan kesadaran, baru periksa patah tulang.
2. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman,
mencegah komplikasi.

7
3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam
secara dini, dan pemantauan neurocirculatory pada daerah yang cedera
adalah:
a. Meraba lokasi apakah masih hangat
b. Observasi warna
c. Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali
kapiler
d. Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensai
pada lokasi cidera
e. Meraba lokasi cedera apakah pasien bisa membedakan sensasi
nyeri
f. Obsevasi apakah daerah fraktur bisa di gerakkan.
Menurut Tyas (2016:61) Tatalaksana fraktur yang tepat akan dapat
mengurangi nyeri, kecacatan dan komplikasi yang berat.

Berikut adalah prinsip-prinsip penanganan kegawat-daruratan pada


kasus fraktur:

1. Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur sebelum korban


dipindah
2. Jika pasien harus dipindah sebelum dipasang splint (bidai), tahan
bagian atas dan bawah daerah fraktur untuk mencegah gerakan rotasi
atau anguler
3. Pembidaian dilakukan secara adekuat terutama pada sendi-sendi
disekitar fraktur
4. Pada tungkai kaki, kaki yang sehat dapat digunakan sebagai bidai
5. Pada ekstremitas atas, lengan dipasang plester elastik ke dada atau
lengan bawah dipasang sling
6. Status neurovaskuler bagian bawah fraktur dikaji untuk
menentukan adekuasi perfusi jaringan perifer dan fungsi saraf
Perawatan Non-Bedah
Gips mungkin dipasang mulai ujung jari melewati pergelangan tangan
hingga hampir mencapai siku. Tindakan ini akan memastikan imobilisasi
yang memadai dan menyediakan stabilitas terbaik agar penyembuhan fraktur
berjalan lancar.

8
Pemindaian sinar-X kedua mungkin diperlukan sekitar seminggu
setelahnya. Pemindaian sinar-X ini dilakukan untuk memastikan tulang tetap
berada di posisi yang tepat.
Gips akan dipakai selama tiga hingga enam minggu. Latihan tangan
ringan mungkin bisa dimulai setelah tiga minggu. Setelahnya, jari mungkin
sedikit lebih pendek, tapi tidak akan mempengaruhi penggunaan tangan dan
jari.
Perawatan Bedah
Beberapa fraktur tidak stabil dan tidak dapat ditahan di tempatnya
meskipun dengan reduksi dan dan stabilisasi menggunakan gips dan splin.
Fraktur yang menembus kulit (fraktur terbuka) atau yang kotor hampir selalu
memerlukan pembedahan. Bedah dilakukan untuk mengembalikan tulang
dan jaringan lunak ke tempatnya sehingga semuanya bisa sembuh sebaik
mungkin. Mungkin ada sedikit kehilangan fungsi tergantung pada tingkat
cedera atau hilangnya tulang dan jaringan. Setelah tulang sembuh, dokter
bedah bisa melepas implan atau membiarkannya.
Terapi Tangan adalah bagian penting dari proses penyembuhan dan
pemulihan ke fungsi normal. Kekakuan sendi mungkin dirasakan karena
masa imobilisasi yang lama atau karena cedera pada jaringan lunak dan
pasca pembedahan. Latihan dapat mengembalikan kekuatan dan jangkauan
gerakan.

F. Tindakan Pembidaian Pada Fraktur


Menurut Tyas (2016:62) tindakan pembidaian pada fraktur sebagai
berikut: Sebelum melakukan prosedur pembidaian perlu dipersiapkan
terlebih dahulu alat yang akan digunakan. Biasanya alat yang digunakan
minimal terdiri dari bidai sesuai ukuran dan kain pengikat bidai. Panjang
pendek bidai tergantung dari area yang akan di bidai. Misal pembidaian
tangan disesuaikan dengan ukuran tangan yang akan di bidai. Bidai harus
melebihi panjang tangan. Kain pengikat bidai yang digunakan dapat berupa
kain mitela yang dilipat-lipat sehingga berbentuk mamanjang. Jumlah kain
sesuai dengan panjang bidai. Berikut prosedur pembidaian pada tangan
akibat adanya fraktur pada tangan

9
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Dekatkan alat-alat ke pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
4. Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya, pakaian
harus dilepas kalua perlu digunting
5. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian
distal dari tempat cidera sebelum pemasangan bidai
6. Jika ekstrimitas tampak sangat bengkok dan nadi tidak ada, coba
luruskan dengan tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan
jangan diteruskan, pasang bidai dalam posisi tersebut dengan melewati 2
sendi
7. Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah jangan
mencoba untuk diluruskan
8. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar
dengan kapas steril dan jangan memasukkan tulang yang keluar ke
dalam lagi, kemudian baru dipasang bidai dengan melewati 2 sendi
9. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian
distal dari tempat cidera setelah pemasangan bidai
10. Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
11. Lepas hand scon dan cuci tangan.

Teknik pembidaian pada berbagai lokasi cedera :


1. Fraktur Klavikula

Dislokasi bahu adalah cedera yang paling sering terjadi di daerah bahu.
Bila terjadi patah tulang selangka, mungkin terlihat rongga pada daerah
lengan atas di bawah tulang selangka. Pada cedera ini tindakan yang
paling baik adalah memasang gendongan.
Pertolongan :
a. Dipasang ransel verban.
b. Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.

10
c. Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung
ke ketiak kanan.
d. Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak
kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan,akhirnya
diberi peniti/ diikat.
e. Bawa korban ke rumah sakit.
2. Fraktur humerus (patah tulang lengan atas)

Pertolongan :
a. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
ke dalam.
b. Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
d. Lengan bawah digendong.
e. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke
lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong.
f. Bawa korban ke rumah sakit.
3. Fraktur radius & ulna

Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan merupakan


cedera yang sering ditemukan.
Pertolongan :
a. Letakkan tangan pada dada.
b. Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
d. Lengan digendong.
e. Bawa korban ke rumah sakit.
4. Fraktur Cedera tangan dan jari

11
Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling
mudah adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu
membalut tangan tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang
cedera adalah jari, maka ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya.
Bila yang cedera lebih dari satu jari maka bidailah seluruh tangan.
Ekstremitas ini seharusnya dibidai dalam “posisi dari fungsi
mekanik”, yakni posisi yangsenatural mungkin. Posisi natural tangan
adalah pada posisi seperti sedang menggenggamsebuah bola softball.
Gulungan pakaian atau bahan bantalan yang lain dapat diletakkan pada
telapak tangan sebelum tangan dibalut. Fraktur jari bisa dibidai dengan
potongan kayu kecil atau difiksasi dengan merekatkan pada jari di
sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis dan
luasnya (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Wijaya & Putri, 2013:235).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000 dalam
Kristiyanasari, 2012:15). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang,
letak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh
trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma
(Ningsih, Nurna 2012:26).
Fraktur atau yang seringkali disebut dengan patah tulang, adalah sebuah
patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap
atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006 dalam Wijaya & Putri, 2013:235).
Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan
menghasilkan daya untuk menekan. Ketika terjadi fraktur pada sebuah
tulang , maka periosteum serta pembuluh darah di dalam korteks, sumsum
tulang, dan jaringan lunak di sekitarnya akan mengalami disrupsi.
hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan tulang serta di
bawah periosteum, dan akhirnya jaringan granulasi menggantikan
hematoma tersebut (Wong, 2009:1377).

13
DAFTAR PUSTAKA

Susilo, Mulyadi, dkk. 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Tingkat
Wira. Jakarta: Palang Merah Indonesia Pusat

Tyas, Maria Diah. 2016. Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen


Bencana. Jakarta:BPPSDMK Pusdik SDM Kesehatan

http://www.handsurgerysingapore.com/id/masalah-medis/fraktur-tangan/ Diakses
pada 14 November 2019 pukul 00.58 WITA

https://www.academia.edu/29450456/Pembidaian Diakses pada 14 November


2019 pukul 01.37 WITA

14

Anda mungkin juga menyukai