Anda di halaman 1dari 4

Skenario B blok 28 tahun 2019

Tn. JS, 53 tahun, dibawa ke IGD RSU setempat dalam keadaan gelisah. Saat itu sekitar pukul
09.30. Karena ia gelisah, keluarga turun lebih dahulu. Petugas kesehatan yang pertama kali
menyambutnya kemudian mengatakan kepada keluarga untuk segera membawa pasien ke RSJ.
Menurut petugas, keadaan gelisah tersebut menandakan adanya gangguan jiwa, sedangkan di
IGD RSU tidak ada tenaga kedokteran jiwa. Keluarga dianjurkan segera membawa, tanpa
mendaftar terlebih dahulu, agar tidak melalui prosedur perujukan yang bisa memakan waktu.
Pasien kemudia segera diantar ke IGD RSJ.

Sesampai d IGD RSJ, waktu menunjukan sekitar pukul 10.15. Tn. JS disambut petugas untuk
kemudian dibantu ke tempat periksa. Dari keterangan keluarga, petugas mengetahui bahwa Tn.
JS sudah sempat ke RSU, namun tidak menemukan rujukannya, baik tertulis maupun secara
daring, serta tidak ada petugas kesehatan pendamping yang bisa ditanyakan. Dari wawancara
diketahui bahwa Tn. JS mengalami kondisi gaduh gelisah sejak kemarin sore, secara mendadak.
Sebelumnya Tn. JS tidak pernah menunjukan perubahan perilaku. Menurut keluarga, penyakit
yang dialami Tn JS adalah gagal ginjal, sejak 3 tahun terakhir rutin cuci darah dua kali per
pekan, namun dalam satu pekan terakhir belum sempat cuci darah.

Dokter kemudian melakukan pemeriksaan laboratoris terhadap Tn. JS. Setelah menunggu sekitar
1.5 jam, didapatkan kadar Ureum berada pada nilai 25,6 dan Kreatinin 7,5. Dokter jaga
kemudian memutuskan Tn. Js membutuhkan cuci darah secepatnya, dan fasilitas tersebut tidak
ada di RSJ. Keluarga kemudian memutuskan untuk membawanya kembali ke RSU.

Dalam rangka mempersiapkan Tn. Js, sekitar pukul 12.15 dokter memberiksan injeksi obat.
Karena Tn, JS masih belum sadar penuh, diputuskan bahwa keputusan diambil alih oleh
keluarga. Keluarga menyetujui rencana yang diajukan dokter. Karena Tn. JS tidak serta merta
tenang setelah mendapat injeksi, dokter menjalankan prosedur observasi di IGD, sembari
memberikan penilaian ulang setiap 30 menit. Setelah tenang, Tn. JS dirujuk kembali ke RSU.
Sesampai di RSU, waktu menunjukan waktu sekiatr pukul 13.30.

Klarifikasi Istilah

1. Gaduh Gelisah : Aktivitas psikomotor yang berlebihan, yang terkadang dikaitkan dengan
kondisi medis umum pasien atau akibat kondisi kejiwaan (psikiatri pasien). Gejala yang
ditimbul termasuk berlari tanpa tujuan, mencengkramkan tangan, pandangan mata yang
terus menerus, mengepalkan tinjunya, perkataan yang mendesak, diam, berteriak, dan
membanting sesuatu atau mengancam orang lain. (Indrawati, 2016). Gaduh gelisah bukan
diagnosis, melainkan suatu sindroma yang berbahaya bagi pasien maupun
lingkungannya. Seseorang yang gaduh gelisah biasanya dibawa ke rumah sakit oleh
orang lain dan sering juga pengantarnya itu juga bingung dan gelisah.
2. Rujukan : Pelimppahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal baik, baik secara vertikal dalam arti sat
strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. (Depkes,
3. Daring (dalam jaringan) : yang diartikan sebagai keadaan computer yang dapat saling
bertukar informasi karena sudah terhubung ke sebuah internet.
4. Ureum ; Produk akhiir metabolisme nitrogen pada mamalia yang bisa ditemukan diurin,
darah, dan limfe. (Miller-Keane Encyclopedia of Medicine). Merupakan produuk akhir
katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh hati dan didistribusikan mealui
cairan intraseluler dan ekstraseluler ke dalam darah untuk difiltrasi oleh glomerulus.
(Gowda, 2010). Nilai rujukan 8-20 mg/dL. (Hardjoeno, 2007)
5. Kreatinin : Hasil pemecahan keratin fosfat oto yang diproduksi tuuh secara konstan
tergantung masa otot. Kadar serum kreatinin digunakan untuk mengukur kemampuan
filtrasi glomerulus dan memantau progresifitas penyakit ginjal. (Rousner, 2006). Nilai
normal kadar kreatinin serum pada pria adalah 0,7-1,3 mg/dL, sedangkan pada wanita
0,6-1,1 mg/dL. (David, 2013)

Analisis Masalah

1. Tn. JS, 53 tahun, dibawa ke IGD RSU setempat dalam keadaan gelisah sekitar pukul
09.30. Karena ia gelisah keluarga turun lebih dahulu. Petugas kesehatan yang pertama
kali menyambutnya kemudian mengatakan kepada keluarga untuk segera membawa
pasien ke RSJ. Menurut petugas, keadaan gelisah tersebut menandakan adanya gangguan
jiwa, sedangkan di IGD RSU tidak ada tenaga kedokteran jiwa. Keluarga dianjurkan
segera membawa, tanpa mendaftar terlebih dahulu, agar tidak melalui prosedur perujukan
yang bia memakan waktu.
a. Bagaimana hak pasien ketika berada di IGD namun belum terdaftar?
b. Apa kewajiban petugas kesehatan kepada pasien yang sudah berada di IGD namun
belum mendaftar?

2. Pasien kemudian segera diantar ke IGD RSJ. Sesampai d IGD RSJ, waktu menunjukan
sekitar pukul 10. 15. Tn. JS disambut petugas untuk kemudian dibantu ke tempat periksa.
Dari keterangan keluarga, petugas mengetahui bahwa Tn. JS sudah sempat ke RSU,
namun tidak menemukan rujukannya, baik tertulis maupun secara daring, serta tidak ada
petugas kesehatan pendamping yang bisa ditanyakan.
a. Bagaimana strategi pendekatan yang dilakukan oleh dokter kepada pasien gaduh
gelisah di IGD?
b. Apakah yang harus dilakukan oleh dokter jaga di IGD saat ada pasien yang datang
dengan gaduh gelisah? (anamnesis, pemfis, dan pemeriksaan penunjang)
c. Bagaimana tatalaksana awal pasien gaduh gelisah di IGD? (medikamentosa)
d. Apakah tindakan petugas kesehatan yang langsung menyuruh ke RSJ sudah tepat?
Apa saja etik yang dilanggar?
e. Bagaimana alur merujuk pasien?

3. Dari wawancara diketahui bahwa Tn. JS mengalami kondisi gaduh gelisah sejak kemarin
sore, secara mendadak. Sebelumnya Tn. JS tidak pernah menunjukan perubahan perilaku.
Menurut keluarga, penyakit yang dialami Tn JS adalah gagal ginjal, sejak 3 tahun
terakhir rutin cuci darah dua kali per pekan, namun dalam satu pekan terakhir belum
sempat cuci darah.
a. Apakah ada hubungan antara gagal ginjal dengan keadaan gaduh gelisah? Jelaskan!
b. Apa interpretasi Tn. JS tidak pernah menunjukkan perubahan perilaku?
c. Bagamana penanganan pada kasus?

4. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan laboratoris terhadap Tn. Js. Setelah menunggu
sekitar 1.5 jam, didapatkan kadar Ureum berada pada nilai 25,6 dan Kreatinin 7,5.
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan lab pada
kasus?
b. Apa dampak ureum dan kreatinin tinggi dalam waktu yang lama (lebih dari 2 jam)?

5. Dokter jaga kemudian memutuskan Tn. JS membutuhkan cuci darah secepatnya, dan
fasilitas tersebut tidak ada di RSJ. Keluarga kemudian memutuskan untuk membawanya
kembali ke RSU. Dalam rangka mempersiapkan Tn. JS, sekitar pukul 12.15 dokter
memberikan injeksi obat. Karena Tn, Js masih belum sadar penuh, diputuskan bahwa
keputusan diambil alih oleh keluarga. Keluarga menyetujui rencana yang diajukan dokter.
Karena Tn. JS tidak serta merta tenang setelah mendapat injeksi, dokter menjalankan
prosedur observasi di IGD, sembari memberikan penilaian ulang setiap 30 menit. Setelah
tenang, Tn. JS dirujuk kembali ke RSU. Sesampai di RSU, waktu menunjukan waktu
sekitar pukul 13.30.
a. Apa kemungkinan obat yang diinjeksikan ke Tn. JS untuk menenangkannya?
(persiapan rujukan)
b. Apakah tindakan persiapan rujukan tersebut sudah tepat dan sesuai etika?
c. Berapa lama waktu untuk stabilisasi tersebut?
d. Bagaimana aspek etika pengambilan keputusan pada pasien yang tidak sadar penuh?
e. Apakah pengalihan tanggung jawab keputusan diambil alih oleh keluarga sudah
tepat?
f. Apa hal yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan rujukan pada kasus?
g. Bagaimana kompetensi dokter jaga di IGD RSU pada kejadian gaduh gelisah?
Hipotesis
Tn. Js, 53 tahun dengan gaduh gelisah mengalami salah rujuk yang dilakukan oleh petugas
kesehatan IGD RSU sehingga menyebabkan keterlambatan tata laksana.

Learning Issue
1. Aspek Etik (beneficent, non-maleficent, autonomy, justice)
2. Sistem Rujukan
3. Gaduh Gelisah

Anda mungkin juga menyukai