Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai
terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. rletak di Propinsi Jawa
Timur pada 110°30' BT sampai 112°55' BT dan 7°01' LS sampai 8°15' LS. Sungai
Brantas mempunyai panjang ± 320 km dan memiliki luas wilayah sungai ± 14.103
2
km yang mencakup ± 25% luas Propinsi Jawa Timur atau ± 9% luas Pulau Jawa.
Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari
simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir
ke Malang,Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto. Sungai Brantas terdiri
dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu DAS Brantas, DAS Tengah dan
DAS Ringin Bandulan serta DAS Kondang Merak.

Sungai Brantas merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat yang tinggal
di sekitar Sungai Brantas. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kondisi DAS
Brantas saat ini sudah mulai tercemar. Dimulai dari banyaknya sampah yang
ditemukan di bantaran sungai. Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan
mengganggu penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering
dihinggapi lalat sehingga dapat mendatangkan wabah penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara mengatasi sampah di DAS Brantas?

2. Bagaimana cara mengelola sampah tersebut?

3. Bagaimana agar sampah tersebut dapat di daur ulang dan digunakan dalam
kehidupan sehari hari?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu

1. Mengatasi sampah di sekitar DAS Brantas

2. Mengetahui pengaruh sampah dalam kehidupan sehari hari

1
2

3. Mengetahui cara mengolah sampah

4. Menemukan solusi tentang masalah sampah yang ada

1.4 Manfaat Penelitian

1. Membuka wawasan tentang kondisi lingkungan di daerah sekitar DAS


Brantas

2. Menambah pengetahuan bagi peneliti dan pembaca akan pentingnya


penanganan sampah
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Sampah


Sampah merupakan material sisa baik dari hewan maupun manusia yang tidak terpakai
lagi dan dilepaskan ke alam dalam bentuk padatan, cair ataupun gas. Sementara didalam UU
No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari
hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau
anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi
dan dibuang kelingkungan, (Slamet,2002). Berdasarkan difinisi diatas, maka dapat dipahami
sampah adalah :

1. Sampah yang dapat membusuk (garbage), menghendaki pengelolaan yang cepat. Gas-gas
yang dihasilkan dari pembusukan sampah berupa gas metan dan H2S yang bersifat racun
bagi tubuh.
2. Sampah yang tidak dapat membusuk (refuse), terdiri dari sampah plastik, logam, gelas
karet dan lain-lain.
3. Sampah berupa debu/abu sisa hasil pembakaran bahan bakar atau sampah.
4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, yakni sampah B3 adalah sampah karena
sifatnya, jumlahnya, konsentrasinya atau karena sifat kimia, fisika dan mikrobiologinya
dapat meningkatkan mortalitas dan mobilitas secara bermakna atau menyebabkan penyakit
reversible atau berpotensi irreversible atau sakit berat yang pulih.
5. menimbulkan bahaya sekarang maupun yang akan datang terhadap kesehatan atau
lingkungan apabila tidak diolah dengan baik.
2.1.2. Sumber Sampah

Menurut Gilbert dkk.(1996), sumber-sumber timbulan sampah adalah

sebagai berikut :

1. Sampah dari pemukiman penduduk


Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu kluarga yang
tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah,
3
4
kering, abu plastik dan lainnya.
2. Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan

Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang


berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai
potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat
perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan
umumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan
kaleng- kaleng serta sampah lainnya.

3. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah
sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan
sampah kering dan sampah basah.

4. Sampah dari industri


Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam perusahaan kayu
dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk distribusi ataupun proses
suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah
basah, sampah kering abu, sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan.

5. Sampah Pertanian

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya


sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan
makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja
dari sumber- sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari - hari.
Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari
sampah.
5
2.1.3. Jenis – jenis sampah

Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang
berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit,
sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah
institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan asalnya, sampah padat dapat
digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut :

1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini
dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain kertas,
karet dan plastik), tepung , sayuran, kulit buah, daun dan ranting.

2. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan


nonhayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi
pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi : sampah
logam dan produk – produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah
kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian besar anorganik tidak dapat
diurai oleh alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable).
Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.
Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas,
tas plastik, dan kaleng, (Gelbert dkk, 1996).

2.1.4. Penyebab Orang Membuang Sampah Sembarangan

Sebenarnya sampah tidak lah salah tetapi yang salah adalah perbuatan dari
manusianya itu sendiri dalam membuang sampah. Sampah pastinya diakibatkan
oleh manusia itu sendiri, perlu diketahui bahwa banyak penyebab yang diakibatkan
dari manusia dalam membuang sampah ataupun limbah secara sembarangan, yakni
6
 Di dalam pikiran sebagian masyarakat pada umumnya menganggap bahwa
membuang sampah sembarangan ini bukanlah hal yang salah dan wajar untuk
dilakukan.
 Norma dari lingkungan sekitar seperti keluarga, sekolah, masyarakat, atau
bahkan tempat pekerjaan. Pengaruh lingkungan merupakan suatu faktor besar
didalam munculnya suatu perilaku. Contohnya, pengaruh lingkungan seperti
membuang sampah sembarangan, akan menjadi faktor besar dalam munculnya
perilaku membuang sampah sembarangan.
 Seseorang akan melakukan suatu tindakan yang dirasa mudah untuk
dilakukan. Jadi, orang tidak akan membuang sampah sembarangan jika
tersedianya banyak tempat sampah.
 Tempat yang kotor dan memang sudah banyak sampahnya. Tempat yang asal
mulanya terdapat banyak sampah, bisa membuat orang yakin bahwa
membuang sampah sembarangan diperbolehkan ditempat tersebut. Jadi, warga
sekitar tanpa ragu untuk membuang sampahnya di tempat tersebut.
Selain itu terdapat berbagai hal yang dapat menjadikan sampah sulit untuk dikelola
dengan baik, yakni :

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat


untuk mengelola dan memahami masalah persampahan.
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan.
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang
termasuk bidang persampahan.
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan
pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga memperbanyak populasi
vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus.
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas juga
ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga cepat
rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya, sehingga
cepat menjadi sampah.
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Tembuangan Akhir
(TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi
7
pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan
penggunaan tanah.
7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai
sebagai tempat pembuangan sampah.
8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.
9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang
semakin panas.
10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya dan memelihara kebersihan.

2.1.5. Proses Perencanaan dalam Pengolahan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan ,


pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau
keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda
juga antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang
tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe


zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

1. Metode Daur Ulang


Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang,
8
pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau
mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.

 Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan
dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai
yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari
sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah
khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran,
majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga
bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer atau
mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan
menurut jenis bahannya.

 Pengolahan biologis

Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa
diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan
istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai
pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan


adalahGreen Bin Program (program tong hijau) di Toronto, Kanada, di mana
sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.

 Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung


dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan
cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara
"perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar
memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler
untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi
9

adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah


dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah
padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair
dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi
produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti
karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan
untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk
menghasilkan listrik dan uap.

2. Metode penghindaran dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat
sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode
pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki
barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa
digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik),
mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai
(contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang
lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman).

2.2. Rencana Pengelolaan Sampah di Hulu Sungai Brantas


2.2.1. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah penting dilakukan untuk menekan terjadinya dampak, serta
mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Penerapan pengelolaan
sampah mengacu pada prinsip reduce, reuse, recycle, dan disposal. Reduce berarti
pengurangan volume sampah yang dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu incinerator
(pembakaran), balling (pemadatan), composting (pengomposan), dan pulverization
(penghalusan). Sedangkan reuse dapat diartikan sebagai pemanfaatan kembali atau
menggunakan kembali bahan-bahan dari hasil pembuangan, dan recycle merupakan
pemisahan benda-benda yang termasuk dalam sampah anorganik guna diproses kembali
menjadi bahan baku atau barang yang lebih berguna (Eko, 2010).
10
Secara teknis sistem pengelolaan sampah di perkotaan ditentukan oleh beberapa
hal yakni pola operasional (penyapuan, pengumpulan dan pembuangan akhir), jumlah
volume sampah, dan kapasitas peralatan.
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya (Sejati, 2009):
1. Solid waste generated; timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku atau
jenis kegiatannya. Oleh karena itu, penanganan yang paling utama adalah
penekanan timbulnya sampah. Penekanan adanya sampah dapat dilakukan disemua
sektor seperti rumah tangga, industri, pertokoaan, restoran, rumah sakit dan
sebaginya.
2. On site handling; Penanganan ditempat ini diartikan yakni penanganan yang
dilakukan secara langsung pada setiap sektor yang menghasilkan sampah.
3. Collecting; Pengumpulan dilakukan dari sumbernya menuju tempat pembuangan
sampah.
4. Transfer/transport; Dalam tahap ini dilakukan pengangkutan sampah dari tempat
pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan sampah akhir.
5. Treatment; Pengolahan dilakukan berdasarkan jenis dan komposisinya mencakup
transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan, pembakaran
(incinerate), pembuatan kompos (composting)
6. Energy recovery; Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan
kelestarian lingkungan.

2.2.2. Pengelolaan Sampah berbasis Masyarakat

Pengelolaan Sampah berbasis Masyarakat dapat diterapkan dengan


menggunakan perencanaan yang bertipe Transaktif atau Pembelajaran Sosial. Peran
serta masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah rumah tangga sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaannya. Masyarakat perlu diberdayakan dengan
segala upaya yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan
melakukan penyelesaian masalah dengan memanfaatkan potensi masyarakat setempat
tanpa bergantung pada bantuan dan luar.
11
Menurur Alexander Abe,(2001:98), tahapan perencanaan yang harus dilalui yaitu :
1. Tahap pembuatan kesepakatan awal, dimaksudkan untuk menetapkan wilayah
dari perencanaan, termasuk prosedur teknis yang akan diambil dalam proses
perencanaan.
2. Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Data atau
informasi yang dikumpulkan di olah sedemkian rupa sehingga diperoleh
gambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam.
3. Identifikasi daya dukung yang dimaksud dalam hal ini, daya dukung tidak
harus segera diartikan dengan dana kongkrit (money,atau uang), melainkan
keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam
mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat
tergantung pada persoalan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai,
aktivitas yang akan datang. Pengelolaan sampah tentu tidak saja dapat di
topang dengan gerakan yang hanya ditanamkan pada masyarakat. Hal tersebut
di tanamkan pada pemerintah, yang juga bertanggung jawab terhadap
persoalan pengolahan sampah ini.

Pola pemberdayaan masyarakat yang dibutuhkan bukan kegiatan yang sifatnya


top-down intervention yang tidak menjunjung tinggi aspirasi dan potensi masyarakat
untuk melakukan kegiatan swadaya, akan tetapi yang paling dibutuhkan masyarakat
lapisan bawah terutama yang tinggal di desa adalah pola pemberdayaan yang sifatnya
bottom-up intervention. Dimulai dengan menghargai dan mengakui bahwa masyarakat
lapisan bawah memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhannya, memecahkan
permasalahannya, serta mampu melakukan usaha-usaha produktif dengan prinsip
swadaya dan kebersamaan. Pola pendekatan yang paling efektif untuk
memberdayakan masyarakat adalah the inner resources approach. Pola ini
menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu mengidentifikasi
keinginan-keinginan dan kebutuhan kebutuhannya sendiri dan bekerja secara
kooperatif dengan pemerintah dan badan badan lain untuk mencapai kepuasan bagi
mereka. Pola ini mendidik masyarakat menjadi peduli akan pemenuhan dan
pemecahan masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan potensi yang mereka
miliki (Riasmini, 2006).
12

Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan


sampah yang dapat mengurangi dampak lingkungan. Ditinjau dari segi ekonomi,
maka sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan berdasarkan jenisnya. Sampah
organik dapat dijadikan kompos sedangkan sampah plastik, kertas, logam dan
sebagainya dapat dijual ataupun dibuat kerajinan daur ulang.

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyaraka


untuk membantu berhasilnya program pengembangan pengelolaan sampah sesuai
dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri.
Tanpa adanya peran serta masyarakat semua program pengelolaan persampahan yang
direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu
program pemerintah dalam keberhasilan adalah membiasakan masyarakat pada
tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu merubah persepsi
masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata, merubah
kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik dan faktor-faktor
sosial, struktur dan budaya setempat Wibowo dan Djajawinata (2004).

Menurut Hadi (1995:75) dari segi kualitas, partisipasi atau peran serta masyarakat
penting sebagai :
1. Input atau masukan dalam rangka pengambilan keputusan/kebijakan.
2. Strategi untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sehinggga kredibilitas dalam
mengambil suatu keputusan akan lebih baik.
3. Komunikasi bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menampung
pendapat, aspirasi dan concern masyarakat.
4. Media pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan dan memecahkan konflik
untuk memperoleh konsensus.

Salah satu contoh pengelolaan sampah rumah tangga berbasis mayarakat, yaitu
Perumahan Pondok Pekayon Indah Jakarta, menjadi salah satu pantauan penilaian
program Adipura tingkat nasional karena dinilai telah secara proaktif melakukan
kegiatan peningkatan lingkungan, khususnya proses pembuatan kompos kawasan dan
penghijauan. Kapasitas produksi kompos minimum sebesar 2.000 kg/bulan dengan
menggunakan bahan baku 6.000kg sampah organik. Bahan baku yang digunakan
13
berasal dari timbulan sampah 600 KK di 4 (empat) RW dengan laju timbulan sampah
1/3 kg/hari/KK. Biaya operasional perbulan unit pengelolaan kompos ini mencapai Rp
1.500.000. Kompos yang diproduksi dijual kemasyarakat sekitar dengan harga Rp
2.500 per 2 ( dua ) kilogram dan untuk produk daur ulang dengan kisaran harga RP
10.000 –Rp 100.000. Warga didorong untuk berpartisipasi secara aktif dengan
memberikan intensif 10% dari hasil penjualan kompos.

2.3. Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Cara Pengelolaan Sampah Rumah


Tangga
Tingkat Pendidikan

Menurut Hadiwiyoto (1983), kebodohan merupakan salah satu faktor yang


menimbulkan masalah sampah. Jalan yang ditempuh dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat agar mengelola sampah hasil produksinya setiap hari salah
satunya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui pendidikan formal
maupun non formal.
Tingkat Pendapatan
Neolaka (2008), kemiskinan membuat orang tidak peduli dengan lingkungan.
Orang dalan keadaan miskin dan lapar, pusing dengan kebutuhan keluarga,
pendidikan dan lain-lain, bagaimana dapat berpikir tentang peduli lingkungan.
Misalnya tidak mampu menyediakan pewadahan atau tempat sampah di rumah tangga
karena faktor ketidakmampuan secara ekonomi.
Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan
Perilaku dalam bentuk operasionalnya terbagi atas pengetahuan, sikap dan
tindakan (Notoatmojo ,1985). Kebiasaan masyarakat yang berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) salah satunya tidak membuang sampah secara sembarangan.
Menurut Pramudya (2001) dalam Susilo (2008), terdapat dua jenis bencana akibat
rusaknya daya dukung lingkungan. Pertama, kerusakan karena faktor internal yakni
kerusakan yang berasal dari alam sendiri. Kedua, kerusakan karena faktor eksternal
yaitu kerusakan lingkungan yang berasal dari perilaku manusia, seperti limbah rumah
tangga yang dibuang di sungai-sungai. Menurut Hadiwiyoto (1983), sikap mental atau
14
perilaku merupakan salah satu faktor yang menimbulkan masalah sampah, sehingga
sukar untuk dikendalikan.
Pengetahuan tentang Perda Persampahan
Selama ini Pemerintah Kabupaten HSS belum optimal dalam
mensosialisasikan Perda No. 5 tahun 2004 kepada masyarakat luas, sehingga banyak
masyarakat tidak mengetahuinya. Jika peraturan tersebut benar-benar ditegakkan
tentunya hal ini aka memberikan efek jera terhadap masyarakat yang melanggarnya.
Penegakkan hukum ini akan memberikan dampak positif terhadap pengelolaan
sampah rumah tangga yang lebih baik. Menurut Soemarwoto (2004), di negeri ini
penegakan hukum sangat lemah. Peraturan banyak yang dilanggar, misalnya
pembuangan sampah di sungai dan selokan, dapat berjalan tanpa tindakan nyata dari
aparat penegak hukum. Salah satu sebab utamanya ialah adanya KKN (korupsi, kolusi
dan nepotisme) yang merebak karena dorongan untuk mendapatkan dana yang besar
guna mendukung pola hidup yang mewah. Padahal menurut Hadi (2005), dalam
konteks lingkungan hidup, hukum diharapkan menjadi pedoman agar tata kehidupan
kita ini mendasarkan pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.
Kesediaan Membayar Retribusi Sampah
Menurut Reksohadiprodjo dan Brodjonegoro (1982), teknik pengeluaran
preventif mengestimasi nilai minimum kualitas lingkungan berdasarkan kesediaan
orang mengeluarkan biaya untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat
buruk lingkungan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan mengenai pengelolaan sampah di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengelolaan sampah di daerah Hulu Sungai Brantas dapat dilakukan dengan tujuh
cara yaitu Solid waste generated, On site handling, Collecting, Transfer/transport,
Treatment, Energy recovery, dan Pengelolaan berbasis Masyarakat.
2. Dalam Metode Daur Ulang sampah, terdapat tiga jenis metode yang berguna untuk
mendaur ulang sampah – sampah yang ada di Hulu Sungai Brantas, yaitu
Pengolahan kembali secara fisik, Pengolahan biologis, dan Pemulihan energi.
3. Metode selanjutnya yang dapat menanggulangi bertambahnya jumlah sampah di
Hulu Sungai Brantas yaitu Metode Pencegahan dimana metode ini termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak,
mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali.
4. Usaha pemanfaatan sampah merupakan komponen penting dalam pengelolaan
sampah yang dapat mengurangi dampak lingkungan. Ditinjau dari segi ekonomi,
maka sampah rumah tangga dapat dimanfaatkan berdasarkan jenisnya. Sampah
organik dapat dijadikan kompos sedangkan sampah plastik, kertas, logam dan
sebagainya dapat dijual ataupun dibuat kerajinan daur ulang.

3.2. Saran
Proses pengelolaan sampah ini tidak bisa kita serahkan sepenuhnya kepada
pemerintah, diperlukan adanya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan, dan kepedulian masyarakat, serta peran serta masyarakat, agar masalah
sampah di sekitar Hulu Sungai Brantas ini dapat selesai. Selain itu, kita semua juga
harus paham tentang bagaimana cara mengolah sampah baik itu organik, maupun
anorganik agar sampah yang akan dibuang nantinya adalah sampah sesungguhnya.

15
DAFTAR RUJUKAN

Ayu, Ni Komang. 2008. Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang). Tesis tidak diterbitkan.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Riswan. Sunoko, Rya Henna. Hadiyarto, Agus. 2011. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di
Kecamatan Daha Selatan. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Krisnawati, Theresia Oktarina. 2012. Pengelolaan Sampah Domestik Masyarakat dan Jumlah
Titik Sampah di tepi Sungai Code Wilayah Gondolawu sampai Ringroad Utara Yogyakarta.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana.

Admin. (2014). Pengelolaan Sampah. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah (15


Desember 2014).

iii

Anda mungkin juga menyukai