Anda di halaman 1dari 9

CEMARAN MIKROBA

1.Pengujian ALT bakteri pada sampel Kiranti


berdasarkan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh dengan
tingkat pencemaran tertentu setelah cuplikan sampel diinokulasikan pada
medium NA (Nutrien Agar) dan diinkubasikan pada suhu 37°C selama 1 x 24
jam.

2. Pengujian ALT kapang khamir pada sampel Kiranti


berdasarkan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh dengan
tingkat pencemaran tertentu setelah cuplikan sampel diinokulasikan pada
medium PDA (Potato Dextrosa Agar) dan diinkubasikan pada suhu 37°C
selama 3 x 24 jam.

3. Uji adanya bakteri Coliform (Escherichia coli) pada sampel Kiranti


berdasarkan adanya pertumbuhan Escherichia coli pada
sampel, yang diinokulasikan pada medium LB (Laktose Broth), yang ditandai
dengan adanya perubahan warna medium dari hijau menjadi kuning serta
adanya gas pada tabung Durham setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 1x 24 jam, serta
pertumbuhan lanjutan pada medium EMBA (Eosin Metilen Blue Agar) dan diinkubasi
terbalik pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam, yang menghasilkan zona merah dan
pertumbuhan koloni bakteri berwarna hijau metalik

4. Uji adanya bakteri Salmonella typhosa pada sampel Kiranti


berdasarkan adanya pertumbuhan Salmonella typhosa pada
sampel, yang diinokulasikan pada medium SCB (Selenite Cystine Broth),
yang ditandai dengan adanya kekeruhan dan timbulnya endapan setelah
diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam, serta pertumbuhan lanjutan pada medium SSA
(Salmonella Shigella Agar) dan diinkubasi terbalik pada suhu 37oC selama 1 x 24
jam, yang menghasilkan zona kuning dan pertumbuhan koloni bakteri berwarna hitam

5.Uji adanya bakteri Staphylococcus aureus pada sampel Kiranti


berdasarkan adanya pertumbuhan Stapilococcus aureus pada sampel, yang diinokulasikan
pada medium PW (Pepton Water), yang ditandai dengan adanya kekeruhan dan
timbulnya endapan setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam, serta
pertumbuhan lanjutan pada medium VJA (Vogel Johnson Agar) yang
mereduksi kalium telurit, menghidrolisa kuning telur dan mengkoagulasi
plasma menghasilkan zona kuning dan pertumbuhan koloni bakteri berwarna
hitam setelah diinkubasi pada suhu 37
oC selama 1 x 24 jam

6.Uji
A. ALT Kapang dan Bakteri

ALT Kapang ALT Bakteri MPN


Sampel 10- 10- 10- 10- 10-
1 10-2 10-3 10-2 10-3 4 2 3 4

Kunyit Asam 0 27 50 142 TBUD 76 0 0 0

B. Uji Kualitatif Mikroba

Medium
Klp Sampel
PW VJA SCB SSA TSB CETA SDB PDA
Kunyit Asam - - - - * * * *
I

II

Ket : + : Hasil Positif (Timbul kekeruhan pada medium)

- : Hasil Negatif (Tidak ada perubahan pada medium)

* : Tidak dilakukan
Perhitungan angka lempeng total

Kiranti

10-1 10-2 10-3


8 6 5

Dari data hasil pengamatan, tidak ada jumlah koloni yang masuk dalam

standard (10-150) maka dilaporkan hasil dari tingkat pengenceran

pertama

ALT = 8 x 101 = 8,0 x 101 koloni/ml

Angka lempeng total (ALT) bakteri

Kiranti

10-2 10-3 10-4


16 10 3

Dari data hasil pengamatan, tidak ada jumlah koloni yang masuk dalam

standard (30-300) maka dilaporkan hasil dari tingkat pengenceran

pertama

ALT = 16 x 102 = 1,6 x 103 koloni/ml

Kesimpulan :

 Sampel Kiranti® memenuhi syarat yang ditentukan oleh Badan POM.

 Jumlah E. coli, S. aureus, P. aeruginosa dan S. thyposa dalam sampel

Kiranti® memenuhi syarat yang ditentukan oleh Badan POM.


PEMBAHASAN

Uji mikrobiologis makanan dan minuman dan uji mikrobiologi obat

tradisional adalah uji yang ditujukan untuk melihat apakah sediaan tersebut telah

terkontaminasi mikroba atau tidak, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Pengujian ini biasanya dilakukan oleh Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan-

Minuman terhadap produk dan sediaan baru atau produk dan sediaan yang telah

beredar di pasaran, yang dibuat secara besar-besaran pada suatu industri dan

memerlukan waktu yang lama dalam distribusi maupun penyimpanannya dan

selama selang waktu tersebut kemungkinan dapat ditumbuhi mikroorganisme yang

tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan produk dan

sediaan tersebut.

Uji Mikrobiologis ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu uji kualitatif dan uji

kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang

ada dalam sediaan tersebut. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui

berapa jumlah mikroorganisme yang mencemari sediaan tersebut.

Uji kuantitatif meliputi uji Angka Lempeng Total (ALT) bakteri dan ALT

kapang untuk semua sediaan uji. Adapun sediaan yang diuji pada percobaan kali ini

adalah Kiranti®. Uji Kualitatif meliputi uji Coliform (Escherishia coli), uji Salmonella

typhosa, uji Staphylococcus aureus, uji Pseudomonas aeruginosa

E. coli adalah flora normal dalam saluran cerna manusia dan hewan,

sehingga digunakan secara luas sebagai indikator pencemaran, namun bila berlebih

dapat menyebabkan ganguan pencernaan. Salmonella thyphosa adalah mikroba

yang menyebabkan demam tifoid dan infeksi-infeksi enterik lainya pada manusia
dan habitatnya adalah pada makanan. Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram

positif yang dapat hidup pada manusia dan biasanya digunakan untuk indentifikasi

bakteri yang menyebabkan suatu infeksi.

Pada umumnya produk makanan-minuman dan sediaan obat tradisional,

sediaan non steril serta kosmetik ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah

kerusakan produk dan sediaan tersebut rusak oleh mikroorganisme. Karena itu

sebelum pengujian terhadap produk dan sediaan tersebut, pengawetnya harus

diinaktifkan terlebih dahulu agar tidak menghambat pertumbuhan mikroba. Untuk

produk makanan-minuman dan sediaan berupa sediaan non steril dan obat

tradisional, penginaktifan pengawet dapat dilakukan dengan mengencerkan sampel

dengan aquadest steril sampai beberapa kali, sebab pengawet pada suatu sediaan

akan berfungsi dengan baik bila berada pada konsentrasi tertentu. Dengan

demikian, bila diencerkan sampai beberapa kali maka pengawetnya tidak berfungsi

lagi.

Uji mikrobiologis harus dilakukan seaseptis mungkin. Oleh karena itu,

sebelum melakukan pengerjaan tersebut, meja kerja dan tangan harus disemprot

dengan alkohol 70 %. Alat-alat yang digunakan juga harus disterilkan terlebih dahulu

untuk menghindari kontaminasi mikroba dari udara dan lingkungan sekitar yang

nantinya mempengaruhi hasil percobaan. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah

dengan menggunakan otoklaf untuk alat-alat dari plastik dan medium, sedangkan

alat-alat yang terbuat dari kaca atau gelas disterilkan dengan menggunakan oven.

Dalam penyiapan sampel dilakukan pengenceran, dengan tujuan

menginaktifkan pengawet yang ada di dalam sediaan tersebut juga untuk

mengurangi jumlah populasi mikroba untuk uji kuantitatif. Karena tanpa dilakukannya
pengenceran maka akan menyebabkan mikroba tumbuh dalam jumlah banyak

sehingga akan menyulitkan dalam perhitungan jumlah mikroorganisme.

Pada uji ALT bakteri, medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrient

Agar), sebab medium ini mengandung karbon dan nitrogen yang dapat digunakan

oleh bakteri untuk melakukan proses metabolisme dan pengenceran sampel yang

dibuat sebanyak 3 kali hingga diperoleh sampel dengan tingkat pengenceran 10 -2,

10-3, dan 10-4. Sedangkan untuk ALT kapang digunakan medium PDA (Potato

Dextrosa Agar) karena medium ini mengandung karbohidrat yang berperan penting

dalam pertumbuhan kapang pengenceran sampel yang dibuat sebanyak 3 kali

hingga diperoleh sampel dengan tingkat pengenceran 10-2, 10-3, dan 10-4.

Untuk uji ALT bakteri digunakan pengenceran mulai dari tingkat 10 -2 karena

perkembangbiakan dan pertumbuhaan bakteri terjadi dengan sangat cepat,

sehingga bila digunakan tingkat pengenceran 10 -1 maka jumlah koloni bakteri akan

menumpuk sehingga akan sulit untuk dihitung. Sebaliknya untuk perhitungan ALT

kapang digunakan pengenceran mulai dari tingkat pengenceran 10-2 karena

perkembangbiakan dan pertumbuhaan kapang lebih lambat dibandingkan dengan

bakteri.

Untuk uji kualitataif, medium yang digunakan untuk identifikasi bakteri

koliform (E. coli) adalah LB (Laktosa Broth) yang ditambahkan indikator Bromtimol

Blue Hasil positif yang menunjukkan adanya bakteri Coliform. ditandai dengan

terjadinya perubahan warna medium LB dari hijau menjadi kuning dan terbentuk gas

dalam tabung Durham Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri koliform yang bersifat

aerobik dan anaerob fakultatif, mampu memfermentasi glukosa yang direduksi dari

laktosa yang terdapat dalam medium yang menghasilkan suatu asam sehingga pH

medium turun. Asam akan bereaksi dengan indikator Brom Timol Biru (BTB)
sehingga terjadi perubahan warna menjadi kuning. Aktivitas bakteri koliform ini juga

menghasilkan gas (CO2) yang ditampung dalam tabung Durham. Hasil positif dari uji

tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji spesifik untuk bakteri E. coli pada EMBA

(Eosin Metilen Blue Agar). Adanya bakteri E. coli akan menghasilkan zona merah

diantara koloni hijau metalik pada medium. Zona merah yang terdapat diantara

koloni bakteri itu dihasilkan dari reaksi antara suatu metabolit hasil metabolisme

bakteri coliform (E. coli) dengan indikator yang terdapat pada medium EMBA.

Sampel yang digunakan adalah sampel dengan tingkat pengenceran 10 -2.

Untuk identifikasi bakteri Staphylococcus aureus digunakan medium PW

(Pepton Water). Hasil positif ditandai dengan timbulnya endapan dan terjadi

kekeruhan pada medium, karena medium ini kaya akan nutrien dan menghasilkan

kecepatan pertumbuhan yang tinggi untuk bakteri subletal yang merugikan sehingga

memungkinkan bakteri untuk tumbuh. Sistem buffer fosfat dalam medium ini

mencegah bakteri mati karena terjadinya perubahan pH medium. Medium yang

diperkaya ini akan memberikan pertumbuhan yang cepat dari bakteri

enterobacteriaceae patogen. Hasil positif dari uji tersebut kemudian dilanjutkan

dengan uji spesifik untuk bakteri Staphylococcus aureus pada medium VJA (Vogel

Johnson Agar) dan menghasilkan zona kuning diantara koloni hitam. Terbentuknya

koloni hitam karena Staphylococcus mereduksi kalium telurit menjadi metalik telurik,

menghidrolisis kuning telur dan mengkoagulasi plasma bakteri. Mannitol juga

bertindak sebagai reaktan pembeda yang akan terurai menjadi asam oleh

kebanyakan spesies staphylococcus. Reaksi ini diindikasikan oleh fenol merah yang

berubah warna menjadi kuning yang nampak sebagai zona kuning pada koloni yang

berwarna hitam. Sampel yang digunakan adalah sampel dengan tingkat

pengenceran 10-1.
Untuk identifikasi Salmonella typhosa digunakan medium SCB (Selenit

Cystein Broth). Hasil positif ditandai dengan timbulnya endapan dan terjadi

kekeruhan pada medium. Kandungan selenitnya dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Coliform dan Enterococcus pada inkubasi awal 6 – 12 jam, sehingga hanya

bakteri Salmonella, Shigella, dan Proteus yang dapat tumbuh.. Hasil positif dari uji

tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji spesifik untuk bakteri Salmonella typhosa

menggunakan medium SSA (Salmonella Shigella Agar) yang akan memberikan

hasil zona kuning diantara koloni hitam pada medium. Pertumbuhan mikrobanya

berwarna merah, dengan atau tanpa pusat yang berwarna hitam. Mikroba

melakukan reduksi tiosulfat menjadi sulfat sehingga terlihat sebagai koloni hitam,

juga terjadi degradasi laktosa menjadi asam yang diindikasikan dengan

terbentuknya warna merah. Pada medium SSA, pertumbuhan bakteri gram positif

dihambat terutama bakteri enterobacteriaceae, lebih lanjut koloninya dapat

dibedakan dari perbedaan warna yang dihasilkan dengan adanya indikator merah

netral dan anilin biru. Sampel yang digunakan adalah sampel dengan pengenceran

10-1.

Untuk identifikasi Pseudomonas aeruginosa digunakan medium TSB

(Tryptine Soy Broth). Hasil positif ditandai dengan timbulnya endapan dan terjadi

kekeruhan pada medium, yang dilanjutkan dengan uji spesifik menggunakan

medium CETA (CetrimidaAgar) dengan hasil yaitu timbulnya warna kehijauan pada

permukaan medium yang berfluoresensi pada UV. Sampel yang digunakan adalah

sampel dengan tingkat pengenceran 10-1.

Demikian pula dengan uji MPN untuk bakteri coliform (E. coli). Uji MPN

tersebut tidak dilakukan pada bahan kosmetika karena E. coli merupakan flora pada

saluran pencernaan yaitu usus. Sehingga jika terdapat pada bahan kosmetika tidak
akan menimbulkan masalah. E. coli akan menyebabkan masalah pencernaan jika

jumlahnya pada usus melebihi batas normalnya.

Untuk bakteri Salmonella thyposa dan Staphylococcus aureus dilakukan uji

pada sampel makanan-minuman dan sediaan obat non steril karena Salmonella

thyposa dapat menyebabkan demam tifoid dan infeksi-infeksi enterik lainya pada

manusia, dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif yang dapat

hidup pada manusia dan biasanya digunakan untuk indentifikasi bakteri yang

menyebabkan suatu infeksi

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai ALT kapang dari sampel Kiranti ® 8 x 102

koloni/ml. Sedangkan nilai ALT bakteri untuk sampel Kiranti® 1,6 x 103 koloni/ml.

Anda mungkin juga menyukai