Anda di halaman 1dari 3

A.

Harta bersama suami istri (harta gono gini)

dalam hukum Islam, baik dalam Al-Qurían maupun dalam AlHadist tidak dibicarakan tentang
harta bersama, akan tetapi dalam kitab-kitab fiqih ada pembahasan yang dapat diartikan
sebagai pembahasan tentang harta bersama, yaitu yang disebut Syirkah atau Syarikah.

Menurut bahasa Syarikah itu berarti percampuran suatu harta dengan harta lain sehingga
tidak dapat dibedakan lagi satu dan yang lain. Menurut Hukum Islam ialah adanya dua hak
dua orang atau lebih terhadap sesuatu

Menurut Ulama Hanafiyah, Syafiíiyah, Malikiyah dan Hanabilah, semua perkongsian itu sah
hukumnya dengan berbagai syarat masing-masing pendapat ulama tersebut, oleh karenanya
harta bersama yang didapat suami istri sejak mereka melaksanakan perkawinan juga
digolongkan sebagai syarikah/syirkah sah hukumnya dan dibenarkan dalam Islam.

macam harta benda dalam perkawinan:

1. harta bawaan adalah harta masing-masing suami dan isteri yang dimiliki oleh
masing-masing sebelum terjadinya perkawinan, termasuk yang diperoleh sebagai
hadiah atau warisan. Harta ini di bawah penguasaan masingmasing
2. harta perolehan, yakni harta masing-masing suami isteri yang dimilikinya yang
diperoleh bukan dari usaha mereka, melainkan dari hibah, wasiat, sedekah atau
warisan masing-masing sesudah mereka berada dalam hubungan perkawinan.
3. Harta bersama adalah harta perolehan selama dalam ikatan perkawinan yang didapat
atas usaha masing-masing secara sendiri-sendiri atau didapat secara usaha bersama .

B. Dasar hukuM
Pasal 86 KHI
Pada dasarnya tidak ada percampuran antara harta suami dan istri karena perkawinan.
Harta isteri tetap menjadi milik isteri dan sebaliknya.
Namun, sejak terjadi perkawinan antara perempuan dan laki-laki, maka sejak saat itu
tidak menutup kemungkinan telah terjadi suatu percampuran antara kekayaan suami
dan kekayaan istri. Percampuran ini terjadi jika tidak diadakan perjanjian pemisahan
harta bawaan masing-masing. Keadaan ini berlangsung seterusnya dan tidak dapat
diubah lagi selama perkawinan. Kecuali ada kesepakatan baru antara suami istri

Cara terjadinya syirkah

1. Perjanjian
Mengadakan perjanjian syirkah secara nyata-nyata tertulis atau diucapkan sebelum
atau sesudah akad nikah, baik harta bawaan atau harta perolehan
2. Ditetapkan dengan undang-undang
Menurut Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Maksudnya
yakni, seluruh harta yang diperoleh sesudah suami isteri berada dalam hubungan
perkawinan, atas usaha mereka berdua atau usaha salah seorang dari mereka.
3. Syirkah dpt terjadi Tanpa disadari dalam kenyataan kehidupan suami istri dalam
mencari biaya hidup. Antara suami istri terjadi pembagian pekerjaan. Suami yang
bekerja diluar dan istri yang mengurus rumah . syirkah yang demikian dapat
digolongkan kepada syirkah abdaan.

Para pakar Hukum Islam di Indonesia ketika merumuskan Pasal 85-97 Kompilasi
Hukum Islam (KHI) setuju untuk mengambil Syarikah Abdaan (pengkongsian tenaga)
sebagai landasan menumuskan kaedah-kaedah harta bersama suami isteri. Para perumus
KHI melakukan pendekatan dari jalur Syarikat Abdan Mufawadhah dengan hukum adat.
Cara pendekatan tersebut tidak bertentangan dengan kebolehan menjadikan ëurf (adat
istiadat) sebagai sumber hukum dan sejiwa dengan kaedah al ëadatu muhakkamah72
(adat dapat dikukuhkan menjadi hukum)

C. Pembagian harta
Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang
hidup lebih lama ( KHI pasal 96)
D. Hibah
“Sayyid Sabiq”Pengertian hibah secara istilah adalah suatu akad yang berisi
pemberian harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu ia masih hidup dengan
tiada mengharap suatu imbalan.

Para imam mazhab sepakat hibah menjadi sah hukumnya dengan tiga perkar:

1. Ijab
2. Kabul
3. Serah terima barang yang dihibahkan

Akibatnya jika salah satu rukun atau syarat itu tidak terpenuhi,

maka hibah menjadi tidak sah. Adapun rukun hibah itu ada tiga, yaitu:

1. adanya ijab dan kabul yang menunjukkan pemindahan hak milik dari seseorang yang
menghibahkan kepada orang lain yang menerima hibah. Bagi segolongan ulama
mazhab Hanafi, kabul bukan termasuk rukun hibah. Dengan demikian, bentuk hibah
itu cukup dengan ijab (pernyataan pemberian) saja.
2. ada orang yang menghibahkan dan yang akan menerima hibah. Untuk ini disyaratkan
bahwa yang diserahkan itu benar-henar milik penghibah secara sempurna dan
penghibah harus orang yang cakap untuk bertindak menurut hukum. Oleh karenanya,
harta orang lain tidak boleh dihibahkan.
3. ada harta yang akan dihibahkan, dengan syarat harus Barang itu milik penghibah
secara sempurna tidak bercampur dengan harta orang lain, dan rnerupakan harta yang
bermanfaat serta diakui agama. Dengan demikian, jika harta yang akan dihibahkan
tidak ada, bukan milik penghibah secara sempurna. , maka hibah tersebut tidak sah.
E. Harta gono gini yang dihibahkan

Pasal 89 KHI, suami bertanggung jawab menjaga harta bersama, harta isteri
maupun hartanya sendiri.
Pasal 90 KHI dinyatakan isteri turut bertanggung jawab menjaga harta
bersama maupun harta suami yang ada padanya. Oleh karena itu, dalam Pasal 92
KHI ditentukan, suami atau isteri tanpa persetujuan dari salah satu pihak tidak
diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama itu, demikian juga
dalam melakukan hibah
Dalam Pasal 210 KHI ditentukan, orang yang telah berumur sekurang-kurangnya 21
tahun berakal sehat tanpa adanya paksaan dapat menghibahkan sebanyak-banyaknya
1/3 harta bendanya kepada orang lain atau lembaga di hadapan dua orang saksi untuk
dimiliki.

SYARAT Harta benda yang dihibahkan harus merupakan hak dari penghibah.
Jadi kalau harta yang dihibahkan tersebut adalah harta bersama, maka harus
mendapat persetujuan dari kedua belah pihak suami atau isteri.

Anda mungkin juga menyukai