Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT TB PARU

PADA ANAK

Dosen Pembimbing : Didit Damayanti, S.Kep. Ns., M.Kep

Kelompok 4 :

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSTIKES


KARYA HUSADA KEDIRI
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur Alhamdulillah hanya untuk Allah SWT, berkat curahan


rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
”Asuhan Keperawatan penyakit TB Paru pada Anak” dengan baik dan tepat
pada waktunya. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada beliau
Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarganya.
Makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Keperawatan
Anak I yang bertujuan untuk melatih mahasiswa dapat menyusun suatu makalah
dengan baik.
Dalam menyusun makalah ini, penulis telah dibantu oleh banyak pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang tulus kepada yang terhormat :
1. Didit Damayanti S.Kep., Ns., M.Kep.selaku dosen pembimbing,
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan,
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Sumbangan pikiran, saran, dan kritik yang membangun, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca. Amin.

Kediri, 05 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum ............................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................. 3
1.3 Manfaat ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi fisiologi TB Paru ................................................. 4
2.2 Definsi TB Paru ..................................................................... 7
2.3 Etiologi TB Paru ..................................................................... 7
2.4 Klasifikasi TB Paru .................................................................. 8
2.5 Manifestasi klinis TB Paru ..................................................... 9
2.6 Patofisiologis TB Paru ............................................................ 10
2.7 WOC TB Paru ......................................................................... 12
2.8 Pemeriksaan fisik dan diagnostik TB Paru ............................. 14
2.9 Penatalaksanaan TB Paru ....................................................... 15
2.10 Komplikasi dari TB Paru ........................................................ 15
2.11 Konsep Tumbuh Kembang ..................................................... 16
2.12 Konsep asuhan keperawatan studi kasus pada TB paru ........ 23
BABIII ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus ...................................................................................... 32
3.2 Pengkajian .............................................................................. 32
3.3 Intervensi ................................................................................ 37
3.4 Implementasidan Evaluasi ...................................................... 38
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................ 40
4.2 Saran ...................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tuberculosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis (M. Tb) yang tertular
melalui percikan ludah (droplet) ketika penderita batuk, bersin, berbicara, dan
meludah, yang dapat mempengaruhi paru-paru (TB paru) tetapi dapat pula
merusak bagian lain (TB ekstra paru). Penyakit TB paru mempunyai masa
periode inkubasi yang panjang dan akan menjadi kronik dengan reaktivasi dan
berakibat fatal jika tidak mendapat pengobatan yang tepat, lebih menular
selama masa inkubasi dibandingkan pada saat mengindap penyakit yang akan
menginfeksi 10-15 orang per tahun apabila tidak diobati. Sebanyak 50%
penderita penyakit ini tidak dapat tertolong bila dalam jangka waktu 5 tahun
tidak diobati. Proporsi penderita TB paru di dunia relatif kecil (5-15%) dari
sekitar 2-3 juta orang yang terinfeksi M.tb akan menularkan penyakit Tb paru
selama hidup mereka, akan tetapi kemungkinan berkembang penyakit TB paru
lebih tinggi diantara orang dengan HIV.
Di dunia diperkirakan rata-rata kejadian TB paru yang meninggal dunia
adalah 1,4 juta orang di tahun 2015, sebanyak 0,4 juta orang meninggal adalah
dengan HIV positif. Pada kasus TB paru tahun 2015, rata-rata 10,4 juta adalah
kasus baru (termasuk 1,2 juta dengan HIV positif), dimana 5,9 juta adalah
laki-laki, 3,5 juta adalah perempuan dan 1 juta adalah penderita anak-anak,
dengan perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1,6:1.2 Kecenderungan
kejadian kasus TB paru baru (Case Notifcation Rate/ CNR) tahun 2015 di
propinsi Aceh mencapai 4.023 kasus dan jumlah kasus tertinggi yang
dilaporkan terdapat di Kota Lhokseumawe dan Kab. Pidie. Angka notifikasi
kasus BTA (+) tahun 2015 di propinsi Aceh sebesar 80 per 100.000 penduduk
sedangakn angka notifikasi dari seluruh kasus TB paru mencapai 119 per
100.000 penduduk.
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit TB paru di
Provinsi Aceh (berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan) rata-rata 1,6 %,
prevalensi kejadian TB paru di Kab. Pidie termasuk lima tertinggi yang

1
diperkirakan 2,1%. Penularan penyakit TB akan meningkat apabila di dalam
masyarakat belum mengetahui penularan pada penyakit TB, banyak hal yang
menjadi faktor risiko terjadinya penyakit TB diantaranya yaitu faktor individu
(umur, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan lain-lain),
faktor lingkungan rumah, kebiasaan, riwayat kontak dan sebagainya. Faktor-
faktor yang menjadi penyebab tersering kejadian TB paru adalah kemiskinan,
lingkungan yang kumuh, padat dan terbatasnya ases untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat. Hasil penelitian Fitriani (2013) menunjukkan adanya
hubungan kejadian TB paru dengan umur, tingkat pendapatan, kondisi
lingkungan rumah, perilaku dan riwayat kontak dengan penderita TB paru.8
Penelitian oleh Herlina M. L. Butiop dkk. (2015) menunjukkan ada hubungan
kontak serumah dengan kejadian TB paru. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mendapatkan gambaran penderita TB di tiga Puskesmas Kabupaten
Pidie.
Pasien dengan penyakit tuberkulosis tidak dirawat dirumah sakit oleh
karena jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat dirumah kecuali jika telah
terjadi komplikasi seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosa, pleuritis
dan sebagainnya. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur
dan mematuhi pengobatan dokter walaupun pengobatan ini berjalan bertahun-
tahun.
Berdasarkan uraian diatas kelompok kami akan membahas Laporan
Pendahuluan Asuhan Keperawatan TB Paru pada Anak

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi Fisiologi TB Paru pada anak ?
2. Apa definisi TB Paru?
3. Bagaimana etiologi TB Paru?
4. Bagaimana klasifikasi TB Paru?
5. Apa saja manifestasi klinis TB Paru?
6. Bagaimana patofisiologis TB Paru?
7. Bagaimana WOC TB Paru?
8. Bagaimana cara pemeriksaan fisik dan diagnostik TB Paru pada anak?

2
9. Bagaimana cara penatalaksanaan TB Paru?
10. Apa saja komplikasi dari TB Paru?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada TB Paru?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui serta mengimplementasikan
asuhan keperawatan dan untuk masyarakat dapat menambah wawasan
tentang TB Paru pada anak.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi TB Paru pada anak
2. Untuk mengetahui definisi TB Paru
3. Untuk mengetahui etiologi TB Paru
4. Untuk mengetahui klasifikasi TB Paru
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis TB Paru
6. Untuk mengetahui patofisiologis TB Paru
7. Untuk mengetahui WOC TB Paru
8. Untuk mengetahui cara pemeriksaan fisik dan diagnostik TB Paru
pada anak
9. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan TB Paru
10. Untuk mengetahui komplikasi dari TB Paru
11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada TB Paru

1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui
tentang informasi mengenai penyakit TB Paru pada Anak serta dapat
mengimplementasikan asuhan keperawatan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologis Paru pada anak


a. Anatomi
Paru-paru terletak sedemikian rupa sehingga paru-paru berada
disamping mediastinum. Oleh karenanaya, masing-masing paru-paru
dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar
serta struktur-struktur lain dalam mediastinum. Masing-masing paru-paru
berbentuk konus dan diliputi oleh pleura viseralis. Paru-paru terbenam
bebas dalam rongga pleuranya, dan hanya dilekatkan ke mediastinum oleh
radiks pulmonalis. Masing masing paru mempunyai apeks yang tumpul,
menjorok keatas dan masuk keleher sekitar 2,5cm diatas klavikula.
Ditengah perum medial terdapat hilus pulmonalis, suatu lekukan tempat
masuknya bronkus, pembuluh darah dan saraf ke paru paru untuk
membentuk radiaks pulmonalis.
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya
kurang lebih 90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk
kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi 2, paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo
dekstra superior, lobus medial, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobules. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus
inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama
segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah
segmen pada lobus medial, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-
tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama
lobulus.

4
Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan syaraf, dalam tiap-tiap
lobulus terdiri sebuah bronkiolus. Didalam lobulus bronkiolus ini
bercabang-cabang yang disebut alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru dirongga dada datarannya menghadap ketengah
rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat
tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terdapat jantung.
Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi
menjadi 2 yaitu
1. Pleura viseral yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-
paru
2. Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal, kavum pleura ini vacum (hampa udara)
sehingga paru paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit
cairan (eksudat) yang berguna untuk melembabkan permukaan pleura,
menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernafas.

b. Fisiologi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.
Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk

5
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan
dengan darah di dalam kapiler pulmonaris.
Hanya satu lapisan membran, yaitu membran alveoli-kapiler,
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan
dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari
sini dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini
hemoglobinnya 95 persen jenuh oksigen.
Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu hasil buangan
metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke
alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan trakhea, dinafaskan keluar
melalui hidung dan mulut.
Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner atau
pernafasan eksterna :
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
2. Arus darah melalui paru-paru
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat
dari setiapnya dapat mencapai semua bagian tubuh
4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.
CO2 lebih mudah berdifusi daripada oksigen.
Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang
meninggalkan paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu
gerak badan lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu
banyak CO2 dan terlampau sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat
dikeluarkan, maka konsentrasinya dalam arteri bertambah. Hal ini
merangsang pusat pernapasan dalam otak untuk memperbesar kecepatan
dan dalamnya pernapasan, dengan penambahan ventilasi maka terjadi
pengeluaran CO2 dan memungut lebih banyak O2.

6
2.2 Definisi TB paru
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu
atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi (Rab, 2010).
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati didalam cairan yang
bersuhu 600 C selama 15-20 menit.
Jadi Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet) orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksius terutama menyerang
parenchim paru dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lain, termasuk ginjal,
tulang, dan nodus limfe (Brunner & Suddarth, 2013).

2.3 Etiologi TB paru


1. Predisposisi
a. Kerentanan
Sampai tingkat tertentu terdapat variabilitas individu dalam
kerentanan.
b. Faktor-faktor lokal
Terdapatnya penyakit paru-paru kronik sebelumnya merupakan
poredisposisis yang sudah mapan.
2. Presipitasi
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal
0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut
bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan
O2 pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga

7
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
(Soeparman, 1999)
Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu yang
sistem imunnya tidak adekuat. (Corwin, 2001)

8
2.4 Klasifikasi TB paru
Sampai sekarang belum ada kesepakatan diantara para klinikus, ahli
radiologi, ahli patologi, mikrobiologi daan ahli kesehatan masyarakat tentang
keseragaman klasifikasi tuberculosis. Dari sistem lama diketahui beberapa
klasifikasi seperti :
A. Perkembangan secara patologis
1. Tuberkulosis Primer ( childhood tuberculosis )
2. Tuberkulosis Post-Primer
B. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (Koch pulmonum)
aktif, non aktif dan quiescent ( bentuk aktif yang mulai menyembuh )
C. Pembagian secara radiologis (Luas lesi)
1. Tuberkulosis minimal terdapat sebagian kecil infiltrat nonka-vitas pada
suatu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru
2. Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari 1
bagiaan paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian
1 paru.
3. Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi
Moderately advanced tuberculosis.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan
klinis, radiologis, dan mikrobiologis :
1. Tuberkulosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka yang dibagi dalam :
i. Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA
negatif, tetapi tanda-tanda lain positif
ii. Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum BTA
negatif dan tanda-tanda lain juga meragukan.
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni :
1. Kategori I, ditunjukkan terhadap :
a. Kasus baru dengan sputum positif

9
b. Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori II, ditunjukkan terhadap :
a. Kasus kambuh
b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori III, ditunjukkan terhadap :
a. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
b. Kasus TB ekstra paru selain yang disebut dalam kategori I
4. Kategori IV, ditunjukkan terhadap : TB Kronik

2.5 Manifestasi klinis TB paru


1. Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999) adalah :
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,
b. Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah muncul
peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang
pecah.
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise
Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu
makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan
keringat malam.

10
2. Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
a. Tahap asimtomatis
b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi
c. Eksaserbasi yang memburuk.
d. Gejala berulang dan menjadi kronik.
3. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:
a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan lain-lain).
b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.
c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.
d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung
dengan bronkus.

2.6 Patofisiologis TB paru


Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah yang bermakna berhasil
menembus mekanisme pertahanan sistem pernapasan dan berhasil menempati
saluran napas bawah, maka pejamu akan melakukan respons imun dan
peradangan yang kuat. Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh
sel T, maka hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita
tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang lain adalah
mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi
aktif.
Basilmycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan apabila telah
mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan respons imun adalah lebih
untuk mengepung dan mengisolasi basil bukan untuk mematikannya. Respons
selular melibatkan sel T serta makrofag. Makrofag mengelilingi basil diikuti
oleh sel T dan jaringan fibrosa membungkus kompleks makrofag basil
tersebut. Tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks
Ghon, yang dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks. Sebelum ingesti
bakteri selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme
hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar melalui

11
udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara efektif, basil
dapat bertahan hidup dalam tuberkel.
Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan menempel pada
jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di jaringan paru akan bertumbuh
dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan
paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil. Gumpalan basil
yang lebih besar cenderung tertahan di salurang hidung dan cabang besar
bronkus. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh basil serta
reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema interstisium dan pembentukan
jaringan parut permanen di alveolus meningkatkan jarak untuk difusi oksigen
dan karbondioksida sehingga pertukaran gas menurun. (Corwin, 2001)

12
2.7 WOC TB paru
Faktor dari luar : Droplet nucler/ dahak
- Faktor toksik yang mengandung basil Faktor dari dalam :
(alkohol, rokok) TBC (Mycobacterium - Usia muda/ bayi
- Social ekonomi Tuberculosis) - Gizi buruk
rendah - Lanjut usia
- Terpapar penderita
TBC
- Lingkungan buruk
Batuk, bersin

Dihirup masuk paru

Mycobacterium
menetap

Kurang informasi Imunitas tubuh menurun Resiko tinggi penyebaran


kuman

Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB

Bronchus Pleura Infiltrasi setengah


bagian paru

Iritasi Menyebabkan
Sesak napas
infiltrasi pleura

Peradangan
pada bronkus Terjadi gesekan Distres pernapasan
inspirasi dan
ekspirasi

13
Malaise Batuk, Pembuluh Nyeri dada Sesak napas
sesak darah
pecah

Distres
Anoreksia Sekret pernapasan
kental
Batuk darah

MK : Nutrisi
kurang dari MK : Bersihan MK : Resiko
kebutuhan jalan napas kerusakan
MK : Pola tidak efektif perukaran gas
nafas
inefektif
Perawatan di RS
Penurunan MK : Gangguan
status gizi tumbuh kembang
Hospitalisasi MK :
Ansietas

2.8 Pemeriksaan TB paru


1. Pemeriksaan dignostik pada penderita tuberkulosis antara lain :
a. Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan
apakah anak sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang
dianjurkan adalah Uji Mantoux, yang menggunakan derifat protein
murni (PPD, Purified protein derifatif). Dosis standar adalah 5 unit
tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara intradermal.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan
di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap
positif bila terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-
9 mm masih dianggap meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas
positif.

14
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan
radiologis. Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk
diagnosis tidak cukup hanya pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan
juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Ditemukannya basil tuberkulosis akan memastikan diagnosis
tuberkulosis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan
bakteriologis ialah :
a. Bilasan lambung
b. Sekret bronkus
c. Sputum (pada anak yang besar)
d. Cairan pleura
d. Uji BCG
Di Indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi
lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan
berarti perlu dicurigai adanya tuberkulosis. Pada anak dengan
tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi lokal yang lebih cepat dan
besar oleh karena itu, reaksi BCG dapat dijadikan alat diagnostik.
Vaksin BCG diletakkan pada ruang/tempat bersuhu 200C-80C
serta pelindung dari cahaya. Pemberian vaksin BCG biasanya dilakukan
secara injeksi intradermal atau intrakutan pada lengan bagian atas atau
injeksi perkutan sebagai alternatif bayi usia muda yang mungkin sulit
menerima injeksi terdermal. Dosis yang digunakan sebagai berikut :
a. Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu
dosis vaksin BCG sebanyak 0,05 mg.
b. Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis
vaksin BCG sebanyak 0,1 mg.

15
2.9 Penatalaksanaan TB paru
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali
sehari per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan
selama 6-9 bulan.
2) INH (isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang
aktif ekstraseluler dan basil didalam makrofag. Dosis INH 10-
20/kgBB/hari per oral, lama pemberian 18-24 bulan.
3) Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler, dosis 30-35
mg/kgBB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
4) Etambutol, dosis 20 mg/kgBB/hari dalam keadaan lambung kosong, 1
kali sehari selama 1 tahun.
5) Kortikosteroid, diberikan bersama-sama dengan obat antituberkulosis
yang masih sensitif, diberikan dalam bentuk kortison dengan dosis 10-
15 mg/kgBB/hari. Kortikosteroid di berikan sebagai antiflogistik dan
ajuvan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa tuberkulosa, pleuritis
tuberkulosa, penyebaran bronkogen, atelektasis, tuberkulosis berat atau
keadaan umum yang buruk.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Melakukan postural drainase
2) Melakukan suction untuk mengeluarkan dahak
3) Pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien
agar tidak terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
4) Memantau kepatuhan ibu dalam memberikan obat kepada anaknya
c. Terapi diit
1) Makan makanan yang mengandung protein tinggi untuk mengganti
sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (
75-100 gr).
2) Mengonsumsi cukup lemak dari kebutuhan energi total (15-25 %)
3) Banyak mengkonsumsi karbohidrat dari kebutuhan energi total
4) Banyak mengkonsumsi vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan
total

16
2.10 Komplikasi TB paru
1. Penyakit paru primer
pogresif
Komplikasi infeksi tuberkulosis serius tetapi jarang terjadi pada
anak bila fokus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencarian dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basili. Pembesaran
fokus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam bronkus yang
berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal lebih lanjut.
2. Efusi pleura
Efusi pleura tuberkulosis yang dapat lokal dan menyeluruh, mula-
mula keluarnya basili kedalam sela pleura dari fokus paru sub pleura atau
limfonodi.
3. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe
dari limponodi subkranial.
4. Meningitis
Meningitis tuberkulosa mengkomplikasi sekitar 0,3% infeksi
primer yang tidak diobati pada anak. Kadang-kadang meningitis
tuberkulosa dapat terjadi beberapa tahun setelah infeksi primer, bila
robekan satu atau lebih tuberkel subependimal menegeluarkan basil
tuberkel kedalam ruang subarakhnoid.
5. Tuberkulosis Tulang
Infeksi tulang dan sendi yang merupakan komplikasi tuberkulosis
cenderung menyerang vetebra. Manifestasi klasik spondilitis tuberculosa
berkembang menjadi penyakit Pott, dimana penghancuran corpus
vertebra menyebabkan gibbus dan kifosis. Tuberkulosis skeletona adalah
komplikasi tuberkulosis lambat dan menjadi perwujudan yang jarang
sejak terapi antituberkulosis tersedia.

2.11Tumbuh kembang anak


a. Pengertian

17
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari
konsepsi sampai maturitas/dewasa yang dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang anak
sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran
merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak
dapat dengan mudah dipahami.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. (Depkes RI,
2005)
Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi
kematangan susunan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromusculer, kemampuan bicara,
emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam
kehidupan manusia yang utuh.
b. Tahap-tahap tumbuh kembang
Walaupun terdapat variasi yang sangat besar, akan tetapi setiap
anak akan melalui suatu "milestone" yang merupakan tahapan dari
tumbuh kembang anak dan setiap tahapan mempunyai ciri-ciri
tersendiri. adapun tahap-tahap tumbuh kembang anak (Cecily, 2002):
1) Masa pranatal
a. Masa mudigah / embrio : Konsepsi – 8 minggu
b. Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir
2) Masa bayi
a. Masa neonatal : 0 – 28 hari
b. Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
c. Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
d. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun

18
e. Masa prasekolah : 1 – 6 tahun
3) Masa sekolah : 6 – 10/20 tahun
a. Masa praremaja : 6 – 10 tahun
b. Masa remaja
1. Masa remaja dini : Wanita, usia 8-13 tahun
2. Masa remaja lanjut : Wanita, usia 13-18 tahun dan
Pria, usia 15-20 tahun
c. Menurut Sigmund Freud, periodesasi perkembangan dibagi 5 fase :
1) Fase oral (0-1 tahun)
Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber
pada mulutnya.Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan
atau minum susu. Objek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat
menyusu.
2) Fase anal (1-3 tahun)
Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama
saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan
disiplin pada anak termasuk toilet training.
3) Fase falik (3-5 tahun)
Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin.
Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan
perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya
menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus
Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra
Complex.
4) Fase laten (5-12 tahun)
Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan
pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal
diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
5) Fase genital (12 ke atas)
Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya
berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk

19
hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota
keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis.
d. Menurut Erik H. Erikson perkembangan anak dibagi dalam 8 tahap :
1) Masa oral-sensorik yaitu masa kepercayaan vs ketidakpercayaan.
Tahap ini berlangsung pada masa oral, kira-kira terjadi pada
umur 0-1 atau 1 ½ tahun. Tugas yang harus dijalani pada tahap ini
adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus
menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
2) Masa anal-muskular yaitu kebebasan vs perasaan malu-malu
atau ragu-ragu.
Pada tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages),
masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari
usia 18 bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan
pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat
memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
3) Masa genital-locomotor yaitu inisiatif vs rasa bersalah
Tahap ketiga adalah tahap kelamin-lokomotor (genital-
locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tahap ini
pada suatu periode tertentu saat anak menginjak usia 3 sampai 5 atau
6 tahun, dan tugas yang harus diemban seorang anak pada masa ini
ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
melakukan kesalahan.
4) Masa laten yaitu ada gairah vs rendah diri
Tahap keempat adalah tahap laten yang terjadi pada usia sekolah
dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang
diperlukan dalam tahap ini ialah mengembangkan kemampuan
bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
5) Masa remaja yaitu identitas vs kekaburan peran
Tahap kelima merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai
pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam

20
pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
6) Masa dewasa yaitu kemesraan vs keterasingan
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun.
Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendiri.
7) Masa dewasa muda yaitu generativitas vs kehampaan
Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan
ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan
tidak berbuat apa-apa (stagnasi).

21
8) Masa kematangan yaitu integritas ego vs kesedihan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja
yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke
atas. Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan
berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.

Tabel 1. Ringkasan Kemajuan Perkembangan Anak dari Lahir Sampai 5Tahun


(Sacharin, 1996)

Motorik/Sensori
Umur Sosial Bahasa Manipulatif
k
Sampa  Reflek-reflek
i1 primitif
bulan  Dapat
enghisap
 Menggenggam
,
 Memberikan
respon
terhadap
suara-suara
mengejutkan
1-3  Menegakkan  Memberikan
bulan kepala respon senyum
sebentar,
 Mengadakan
gerakan-
gerakan
merangkak
jikatengkurap
3-4  Mengangkat  Tersenyum.  Bersuara jika  Mulai mengamati
bulan kepala dari diajak bicara. tangan sendiri
posisi  Mampu untuk
tengkurap memegang
dalamwaktu kerincingan.
yang singkat.
 Memalingkan
kepala ke arah
suara.

5-9  Berguling  Memperlihatka  Bervokalisasi  Mulai memindahkan


bulan dari sisi ke n suara-suara benda dari satu
sisi ketika kegembiraan bergumam, tangan ke tangan
terlentang. dengan berlagak suaraseperti lainnya.
 Memalingkan dan tersipu- "da", "ma".  Mampu
kepala pada sipu. memanipulasi benda-
orang yang benda.
berbicara.

9-10  Duduk dari  Mengenal dan  Ngoceh dan  Memungut benda


bulan posisi menolak orang bervokalisasi diantara jari-jaridan

22
Motorik/Sensori
Umur Sosial Bahasa Manipulatif
k
berbaring asing  Mengatakan ibu jari.
 Berpindah  Meniru kata-kata
 Merangkak.  Berteriak untuk seperti da-da,
menarik mam- mam.
perhatian.
1  Merangkak  Menurut  Mengucapka  Memegang gelas
tahun dengan baik perintah n kata-kata untuk minum.
 menarik sederhana tunggal
badan sendiri  meniru orang
untuk berdiri dewasa.
 Dapat  Memperlihatka
berjalan n berbagai
dengan emosi.
dibimbing.

1½  Berjalan  Ingin bermain  Telah  Mencoret-coret,


tahun tanpa dekat anak- menggunaka  Membalik-balik
ditopang anak lain. n 20 kata- halaman,
 Menaiki  Meminta kata yang  Bermain dengan
tangga atau minum. dapat balok-balok
peralatan  Mengenal dimengerti. bangunan ecara
rumah tangga gambar- konstruktif.
(kursi) gambar
binatang.
 Mengenal
beberapa
bagian
tubuhnya.
2  Mampu  Mulai bernain  Mulai  Berpakaian sendiri,
tahun berlari dengan anak- menggunaka tidak mampu
 Memanjat anak lain n dua atau untukmengikat atau
 Menaiki tiga kata memasang kancing.
tangga secara
bersamaan
 Membuka
pintu.

3  Berlari bebas  Mengetahui  Berbicara  Menggambarlingkara


tahun  Melompat nama dan jenis dengan n
 Mengendari kelaminnyasen kalimat-  Menggambar
sepeda roda diri dapat kalimat gambar-gambar yang
tiga. diberi pendek. dapat dikenal.
pengertian
 Bermain secara
konstruktif dan
imitatif.
4-5  Mengetahui  Bernyanyi
tahun banyak huruf-  Berdendang
huruf dari
alphabet
 Mengetahui
lagu kanak-
kanak
 Dapat

23
Motorik/Sensori
Umur Sosial Bahasa Manipulatif
k
menghitung
sampai 10.

24
e. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
1) Keturunan
Jenis kelamin dan determinan keturunan lain secara kuat
mmpengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk
mendapatkan hasil akhir tersebut. Terdapat hubungan yang besar
antara orangtua dan anak dalam hal sifat seperti tinggi badan, berat
badan, dan laju pertumbuhan..
2) Neuroendokrin
Beberapa hubungan fungsional diyakini ada diantara
hipotalamus dan system endokrin yang memengaruhi
pertumbuhan.Kemungkinan semua hormone memengaruhi
pertumbuhan dan beberapa cara. Tiga hormon-hormon pertumbuhan,
hormone tiroid, dan endrogen. Tampak bahwa setiap hormone yang
mempunyai pengaruh bermakna pada pertumbuhan
memanifestasikan efek utamanya pa periode pertumbuhan yang
berbeda.
3) Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satu-satunya pengaruh paling
pentng pada pertumbuhan. Faktor diet mengatur pertumbuhan pada
semua tahap perkembangan, dan efeknya ditujukan pada cara
beragam dan rumit.
4) Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting
dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi,
intelektual, dan kepribadian. luasnya rentang kontak penting untuk
pembelajaran dan perkembangan kepribadian yang sehat.
5) Tingkat Sosioekonomi
Riset menunjukkan bahwa tingkat sosioekonomi keluarga anak
mempunyai dapak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan.
6) Penyakit
Banyak penyakit kronik dan Gangguan apapun yang dicirikan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi

25
tubuh akan member efek merugikan pada pertumbuhan dan
perkembangan.
7) Bahaya lingkungan
Bahaya dilikungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan
kesehatan dan orang lain yang memerhatikan kesehatan dan
keamanan. Bahaya dari residu kimia ini berhubungan dengan potensi
kardiogenik, efek enzimatik, dan akumulasi. (Baum dan Shannon,
1995)
8) Stress pada masa kanak-kanak
Stress adalah ketidakseimbagan antara tuntutan lingkungan dan
sumber koping individu yang menggangggu ekuiibrium individu
tersebut. ( mastern dkk, 1998)
Usiaanak, temperamen situasi hidup, dan status kesehatan
mempengaruhi kerentanan, reaksi dan kemampuan mereka untuk
mengatasi stress. Koping adalah tahapan khusus dari reaksi individu
terhadap stressor. Strategi koping adalah cara khusus anak mengatasi
stersor ang dibedakan dari gaya koping yang relative tidak
mengubah karakteristik kepribdian atau hasil koping. ( Ryan-
wengger, 1992)
9) Pengaruh media masa
Terdapat peningkatan kekhawatiran mengenai berbagai
pengaruh media pada perkembangan anak. (Rowitz, 1996)

2.12 Konsep asuhan keperawatan studi kasus pada TB paru


1. Pengkajian
a. Identitas
Selain identitas klien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama,
jenis kelamin, juga identitas orangtuanya yang meliputi : nama
orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.

26
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
a. Saat masuk Rumah Sakit
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b. Saat pengkajian
Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian
meliputi PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
2. Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama.
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada
tempat-tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula.
3. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Prenatal : kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi
selama hamil.
b. Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir, terjepit jalan lahir,
bayi menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal
hematom.
c. Post Natal
Kurang asupan nutrisi, bayi menderita penyakit infeksi, asfiksia,
ikterus.
4. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (tanyakan, apakah klien
pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta
tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan
antibiotik tidak sembuh-sembuh? Tanyakan, apakah pernah
berobat tapi tidak sembuh? Apakah pernah berobat tapi tidak
teratur?)

27
b. Pernah di rawat di Rumah Sakit
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai
membuat pasien dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah
keadaannya parah atau seperti apa.
c. Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk
diketahui, agar kerja obat serta efek samping yang timbul dapat
di ketahui. Pemberian antibiotik dalam jangka panjang perlu
diidentifikasi.
d. Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi,
pada bagian apa, atas indikasi apa.
e. Alergi
Apakah mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan,
udara atau makanan.
f. Kecelakaan
Pernah mengalami kecelakaan ringan sampai hebat
sebelumnya, apabila mengalami kecelakaan apakah langsung di
beri tindakan, atau di bawa berobat ke dokter atau hanya di
diamkan saja.
g. Imunisasi
1. Imunisasi aktif : merupakan imunisasi yang dilakukan
dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga
tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang
akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini
akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif
2. Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti
akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara
penyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat
anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat
dalam kandungan

28
2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus
dan tidak bergairah
2. Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi,
demam dapat lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan
demam atau panas biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
3. Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta
berat badan.
4. Pemeriksaan head to toe
a. Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
b. Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
c. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan
sekret atau tidak, simetris tidak.
d. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang
tumbuh
e. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada
cairan atau tidak, uji pendengaran anak
f. Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal),
axilla, inguinal dan sub mandibula.
g. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk
ini membuang/ mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk
kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).
1. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang
sampai setengah paru.
2. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura.
3. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot dan kering diwaktu malam hari.
4. Pada tahap dini sulit diketahui.
5. Ronchi basah, kasar dan nyaring.

29
6. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara limforik.
7. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
8. Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak)
h. Perut : kaji bentuk perut, bising usus
i. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah
ada kelemahan
j. Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
k. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
l. inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
m. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji
bentuk, skrotum sudah turun atau belum, apakah lubang ureter
ditengah.
5. Pemeriksaan tingkat perkembangan anak usia 18-24 bulan
a. Motorik
Berjalan tanpa ditopang, menaiki tangga/peralatan rumah tangga
(seperti kursi)
b. Sosial
Ingin bermain dengan anak-anak lain, meminta minum, mengenal
gambar-gambar binatang, mengenal beberapa bagian tubuhnya.
c. Bahasa
Telah menggunakan 20 kata-kata yang dapat dimengerti.
d. Manipulatif
Mencoret-coret, membali-balik halaman, bermain dengan balok
balok bangunan secara konstruktif.

30
3. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS : Penumpukan Bersihan jalan
Ibu pasien mengatakan batuk sekret nafas tidak efektif
lebih dari 3 minggu, dahak
susah keluar.
DO :
1. RR meningkat
2. Adanya retraksi otot
bantu nafas.
3. Adanya suara tambahan
(ronkhi).
4. Tidak mampu
mengeluarkan dahak.
5. Adanya pernafasan
cuping hidung.

2 DS : Proses Hipertermi
Ibu pasien mengatakan peradangan
anaknya menggigil dan
keluar keringat dingin pada
malam hari.
DO :
1. Suhunya meningkat.
2. Kulit terasa hangat
3. Nadi meningkat
4. Akral terasa dingin
5. Adanya sianosis
3 DS : Anoreksia Defisit Nutrisi
Ibu pasien mengatakan nafsu
makan menurun
DO :
1. BB terus menurun
2. Adanya nyeri abdomen.
3. Membran mukosa pucat.
4. Bising usus hiperaktif
4 DS : Kurang Defisit
Ibu pasien mengatakan terpapar pengetahuan
bahwa tidak mengetahui informasi
tanda dan gejala tentang
penyakit.
DO :
1. Menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran.
2. Menunjukkan presepsi
yang keliru terahadap

31
masalah.
3. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat.
4. Menunjukkan perilaku
yang berlebihan (histeris).
5 DS : Resistensi Ketidakmampuan
Ibu pasien mengatakan anak keluarga koping keluarga
merasa tertekan. terhadap
DO : perawatan /
1. Mengabaikan perawatan/ pengobatan
pengobatan anggota yang komples
keluarga.
2. Perilaku sehat terganggu.
3. Ketergantungan pada
anggota keluarga
meningkat.
4. Perilaku menolak.
6 DS : Hiperventilasi Pola nafas inefektif
Ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya mengalami
sesak.
DO :
1. RR meningkat.
2. Adanya retraksi otot
bantu nafas.
7 DS : Hospitalisasi Ansietas
Ibu mengatakan anaknya
kurang istirahat, takut dan
sulit berkonsentrasi.
DO :
1. Berfokus pada diri
sendiri.
2. Peningkatan TTV.
3. Kontak mata kurang.
4. Gemetar.
5. Bingung.

4. Diagnosa keperawatan yang sering muncul


1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret.
2) Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan.
3) Defisit nurisi berhubungan dengan anoreksia.
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

32
5) Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan resistensi
keluarga terhadap perawatan / pengobatan yang kompleks.
6) Pola nafas inefektif berhubungan dengan hiperventilasi
7) Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi

33
5. Intervensi sesuai NOC & NIC
NO DATA NOC NIC
1 Bersihan Status pernafasan : Manajemen jalan nafas :
jalan nafas 1. Menunjukkan 1. Posisikan pasien untuk
tidak kepatenan jalan memaksimalkan ventilasi.
efektif b.d nafas. 2. Lakukan fisioterapi dada.
penumpuka 2. Tanda-tanda vital 3. Ajarkan pasien untuk
n sekret normal . melakukan batuk efektif.
3. Retraksi otot 4. Lakukan nebulizing.
bantu berkurang. 5. Lakukan suction.
4. Pernafasan 6. Kolaborasi obat
cuping hidung (Bronkhodilator)
berkurang.
5. Kemampuan
untuk
mengeluarkan
sekret.
2 Hipetermia Termoregulasi : Perawatan demam :
b.d proses 1. Suhu dalam 1. Pantau suhu dan TTV.
peradangan rentang normal. 2. Monitor warma kulit dan
2. Nadi normal. suhu.
3. Tidak ada 3. Beri terapi obat intravena
sianosis. (IV).
4. Selimuti pasien dengan
selimut atau pakaian ringan.
5. Dorong konsumsi cairan.
6. Fasilitasi istirahat,terapkan
pembatasan aktivitas.
3 Defisit Status Nutrisi : Terapi Nutrisi :
nutrisi b.d 1. Nafsu makan 1. Monitor intake makanan atau
anoreksia meningkat. cairan dan hitung masukan
2. BB meningkat. kalori per hari sesuai
kebutuhan.
2. Pilih suplemen nutrisi sesuai
kebutuhan.
3. Motivasi pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang
tinggi kalsium.
4. Sediakan pasien makanan dan
minuman bernutrisi yang
tinggi protein, tinggi kalori,
mudah dikonsumsi sesuai
kebutuhan.
4 Defisit Pengetahuan : Pendidikan Kesehatan :
pengetahua Promosi kesehatan : 1. Kaji tingkat pendidikan dan
n b.d 1. Meningkatkan pengetahuan klien.
kurang perilaku 2. Tentukan pengetahuan

34
terpapar in kesehatan. kesehatan dan gaya hidup
formasi. 2. Meningkatkan perilaku saat ini pada
sumber informasi individu, keluarga atau
kesehatan kelompok sasaran.
terkemuka. 3. Berikan ceramah untuk
3. Meningkatkan menyampaikan informasi
strategi untuk dalam jumlah besar pada saat
menghindari yang tepat.
paparan bahaya 4. Libatkan individu,keluarga
lingkungan. dan kelompok dalam
perencanaan dan rencana
implementasi gaya hidup atau
modifikasi perilaku
kesehatan.
5. Pertimbangkan dukungan
keluarga, teman sebaya, dan
masyarakat terhadap perilaku
yang kondusif bagi kesehatan.
5 Ketidakma Koping Keluarga : Dukungan Keluarga :
mpuan 1. Melibatkan 1. Yakinkan keluarga bahwa
koping anggota keluarga pasien sedang diberikan
keluarga dalam perawatan terbaik.
b.d pengambilan 2. Nilailah reaksi emosi
resistensi keputusan. keluarga terhadap kondisi
keluarga 2. Peduli terhadap pasien.
terhadap semua kebutuhan 3. Dukung harapan yang
perawatan / keluarga. realistis.
pengobatan 3. Menggunakan 4. Tingkatkan hubungan saling
yang sistem dukungan percaya dengan keluarga.
kompleks. keluarga yang 5. Beritahu keluarga mengenai
tersedia. rencana medis dan
4. Menggunakan keperawatan.
strategi 6. Berikan sumber spiritual
pengurangan untuk keluarga sesuai
stress yang kebutuhan.
berpusat pada
keluarga.
6 Pola nafas Respiratory status : Monitor respirasi dan status O2 :
inefektif Ventilation 1. Auskultasi suara nafas, catat
berhubunga 1. Menunjukkan adanya suara tambahan.
n jalan nafas yang 2. Pertahankan jalan nafas yang
hiperventila paten (klien tidak paten.
si merasa tercekik, 3. Observasi adanya
irama nafas, hipoventilasi.
frekuensi 4. Monitor adanya kecemasan
pernafasan dalam terhadap O2.
rentang normal, 5. Monitor pola nafas.
tidak ada suara 6. Informasi pada pasien dan

35
nafas abnormal). keluarga tentang teknik
2. Tanda Tanda vital relaksasi untuk memperbaiki
dalam rentang pola nafas.
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan).

7 Ansietas Kontrol kecemasan : Anxiety Reduction ( penurunan


berhubunga 1. Klien mampu kecemasan ) :
n dengan mengidentifikasi 1. Gunakan pendekatan yang
hospitalisas dan menenangkan.
i mengungkapkan 2. Temani pasien untuk
gejala kecemasan. memberikan keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut.
mengungkapkan 3. Libatkan keluarga untuk
dan menunjukkan mendampingi pasien.
teknik untuk 4. Dengarkan dengan penuh
mengontrol perhatian.
kecemasan. 5. Identifikasi tingkat
3. TTV dalam batas kecemasan.
normal. 6. Bantu pasien mengenali
4. Postur tubuh, situasi yang menimbulkan
ekspresi wajah, kecemasan.
bahasa tubuh dan 7. Dorong pasien untuk
tingkat aktivitas mengungkapkan perasaan,
menunjukkan ketakutan, dan persepsi.
berkurangnya 8. Lakukan teknik distraksi dan
nyeri. relaksasi.

36
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
An. K berumur 4 tahun datang ke RSUD Pare pada tanggal 25 Maret
2018 pukul 10.00 WIB bersama orang tuanya. Ibu pasien mengatakan anaknya
batuk selama 3 minggu disertai dahak dan sesak napas. Terdapat benjolan di
leher pasien dan keluar keringat dingin pada malam hari serta nafsu makan
terus menurun. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya suka beli jajan
dipinggir jalan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan N: 110x/menit, RR:
38x/menit, S: 39oC, TD: 100/80 mmHg, BB sekarang:14kg, BB
sebelum:17kg, TB: 65cm. Terdapat bunyi tambahan ronki dan adanya
pernapasan cuping hidung. Hasil pemeriksaan radiologi thorax terdapat bercak
infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan limfonodi hillus
minimal. Ibu pasien mengatakan bahwa ayah pasien pernah menderita TB
paru 2 tahun yang lalu.

3.2 Pengkajian
No. Register : 101.8680
Ruang : Bougenvile
Tanggal/Jam MRS : 25 Maret 2018 / 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2018
Diagnosa Medis : TB Paru
A. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : An. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan :-
Pekerjaan :-

37
Alamat : Mojo Rt 01 Rw 09 Kunjang Kediri
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan : Istri
Alamat : Mojo Rt 01 Rw 09 Kunjang Kediri

B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak napas dan batuk berdahak
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa erdapat benjolan di leher pasien dan
keluar keringat dingin pada malam hari serta nafsu makan terus
menurun
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwaayahnya pernah menderita TB paru 2
tahun yang lalu
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 100/80 mmHg
S : 39°C
N : 110 x/menit
RR : 38 x/menit

38
d. Pemeriksaan Antropometri
BB : 14 kg
PB : 68 cm
Lingkar Kepala : 36 cm
Lingkar Dada : 34 cm
Lila : 11 cm
e. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala : kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut
merata, tidak ada benjolan
Muka : tidak tampak pucat, tidak ada oedem
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik
Telinga : simetris, bersih, tidak ada pengeluaran
serumen
Hidung : simetris, tidak tampak cuping hidung, tidak
tampak sumbatan jalan nafas
Mulut : bibir tidak tampak pucat, tidak ada sariawan,
pertumbuhan gigi merata
Leher : tampak pembengkakan vena jugularis dan
tidak tampakpembengkakan kelenjar tiroid
Dada : pernafasan simetris antara inspirasi dan
ekspirasi,
Mamae : simetris, tidak ada pengeluaran cairan pada
putting susu
Abdomen : tidak tampak benjolan
Ekstremitas atas : simetris, jari tangan lengkap, tidak terdapat
sindaktil danPolidaktil
Ekstremitasbawah : simetris, tidak tampak fraktur, jari kaki
lengkap, tidak terdapat sindaktil dan polidaktil
Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

39
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium :
1.) Hb :12,7 gr%
2.) Jumlah eritrosit : 4,92/mm3
3.) Jumlah leukosit : 9700/mm3
4.) SGOT : 25 U/I
5.) Jumlah trombosit : 549.000/mm3
6.) SGPT : 18 U/I
7.) LED :-
B. Radiologi : Thorax
1) Bercak infiltrat di paracardial dan perihiller dengan pemadatan
limfonodi hillus minimal, curiga e.c. spesifik proses
2) Kedua sinus c.f lancip
3) Konfigurasi cor normal
E. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN
Oral : - Rifampisin ( 1x10-15 mg/kgBB/hari )
- INH (isoniazid) ( dosis 10-20/kgBB/hari selama 18-24
bulan)
- Pirazinamid (2x30-35 mg/kgBB/hariselama 4-6 bulan)
F. ANALISA DATA
Nama : An. K
No.Reg : 101.8680
Umur : 4tahun
Ruang : Bougenvile

40
No Data Faktor yang Diagnosis SDKI
berhubungan
1. DS : Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas
Ibu pasien mengatakan tidak efektif
anaknya batuk selama 3
minggu disertai dahak
dan sesak napas
DO :
1. RR: 38x/menit
2. Adanya retraksi otot
bantu nafas.
3. Adanya suara
tambahan (ronkhi).
4. PCH (+)
2. DS : Hiperventilasi Pola nafas inefektif
Ibu pasien mengatakan
bahwa anaknya
mengalami sesak.
DO :
1. RR : 38x/menit
2. Adanya retraksi otot
bantu nafas.
3. DS : Proses peradangan Hipertermi
Ibu pasien mengatakan
anaknya menggigil dan
keluar keringat dingin pada
malam hari.
DO :
1. Suhu: 39oC
2. Nadi: 110x/menit
3. Akral terasa dingin
4. Mukosa tampak
sianosis
4. DS : Anoreksia Defisit Nutrisi
Ibu pasien mengatakan
nafsu makan menurun
DO :
1. BB: 14kg dari 17kg
2. Adanya nyeri
abdomen.
3. Bising usus hiperaktif

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
2. Pola nafas inefektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Hipertermia berhubungan dengan proses peradangan

41
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia

42
4.3 Intervensi
No. Domain Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Bersihan jalan Status pernafasan : Manajemen jalan nafas :
napas tidak 1. Menunjukkan 1. Posisikan pasien semi
efektif kepatenan jalan fowler untuk
berhubungan nafas. memaksimalkan
dengan 2. Tanda-tanda vital ventilasi.
penumpukan normal . 2. Lakukan fisioterapi
secret. 3. Retraksi otot bantu dada.
nafas (-). 3. Ajarkan pasien untuk
4. Pernafasan cuping melakukan batuk
hidung (-). efektif.
5. Kemampuan untuk 4. Lakukan nebulizing.
mengeluarkan 5. Lakukan suction.
sekret. 6. Kolaborasi obat
(Bronkhodilator)
2. Pola nafas Respiratory status : Monitor respirasi dan
inefektif Ventilation status O2 :
berhubungan 1. Menunjukkan 1. Auskultasi suara nafas,
dengan jalan nafas yang catat adanya suara
hiperventilasi paten (klien tidak tambahan.
merasa tercekik, 2. Pertahankan jalan nafas
irama nafas, yang paten.
frekuensi 3. Observasi adanya
pernafasan dalam hipoventilasi.
rentang normal, 4. Monitor adanya
tidak ada suara kecemasan terhadap O2.
nafas abnormal). 5. Monitor pola nafas.
2. Tanda Tanda vital 6. Informasi pada pasien
dalam rentang dan keluarga tentang
normal (tekanan teknik relaksasi untuk
darah, nadi, memperbaiki pola
pernafasan). nafas.

3. Hipertermia Termoregulasi : Perawatan demam :


berhubungan 1. Suhu dalam 1. Pantau suhu dan TTV
dengan rentang normal. setiap 2 jam
proses 2. Nadi normal. 2. Monitor warma kulit
peradangan. 3. Tidak ada sianosis. dan suhu.
3. Selimuti pasien dengan
selimut atau pakaian
ringan.
4. Dorong konsumsi
cairan yang adekuat.
5. Fasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan

43
aktivitas.
4. Defisit nutrisi Status Nutrisi : Terapi Nutrisi :
berhubungan 1. Nafsu makan 1. Monitor intake
dengan meningkat. makanan atau cairan
anoreksia 2. BB meningkat. dan hitung masukan
kalori per hari sesuai
kebutuhan.
2. Pilih suplemen nutrisi
sesuai kebutuhan.
3. Motivasi pasien untuk
mengkonsumsi
makanan yang tinggi
kalsium.
4. Sediakan pasien
makanan dan minuman
bernutrisi yang tinggi
protein, tinggi kalori,
mudah dikonsumsi
sesuai kebutuhan.
3.4 Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/jam Dx Implementasi Evaluasi

25 Maret I Memposisikan S : Pasien mengatakan sesak


2018/ 10.00 pasien semi fowler berkurang dan dapat
WIB untuk mengeluarkan dahak
memaksimalkan O : - TD : 100/80 mmhg
ventilasi. - RR : 30x/menit
10.10 I Mengukur TTV - N : 100x/menit
- S : 39oC
10.20 I Melakukan - Retraksi otot bantu (-)
fisioterapi dada - PCH (-)
11.00 I Mengajarkan pasien - Ronchi (-)
untuk melakukan A : Masalah bersihan jalan
batuk efektif nafas teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
11.10 I Melakukan tindakan nomor 1
nebulizing
11.30 I Melakukan tindakan
suction.
12.00 I Melakukan
kolaborasi obat
(Bronkhodilator)

25 Maret II Mengauskultasi
2018/ 12.30
suara nafas, catat
adanya suara

44
tambahan.

12.35 II Mempertahankan
jalan nafas yang
paten.
12.40 II Mengobservasi
adanya
hipoventilasi.
12.45 II Memonitor adanya
kecemasan terhadap
O2.
12.50 II Memonitor pola
nafas.

12.55 II Menginformasikan
pada pasien dan
keluarga tentang
teknik relaksasi
untuk memperbaiki
pola nafas.
25 Maret III Monitor TTV setiap S: Pasien mengatakan sudah
2018/ 13.00 2 jam tidak kedinginan
WIB O: - TD : 100/80 mmHg
13.10 III Monitor warma kulit - RR :28x/menit
13.15 III Menyelimuti pasien - N: 100x/menit
dengan selimut atau - S : 37,5O C
pakaian ringan. - akral terasa hangat
- mukosa tampak normal
13.30 III Memberi dorongan A: Masalahteratasi sebagian
kepada pasien untuk P: Intervensi dilanjutkan
konsumsi cairan nomor 2
yang adekuat.
13.45 III Memfasilitasi
istirahat, membatasi
aktivitas.
25 Maret IV Memonitor intake S: Pasien mengatakan sudah
2018/ 14.00 makanan atau cairan nafsu makan
dan hitung masukan O: - Tidak ada nyeri abdomen
kalori per hari sesuai - Bising usus kembali

45
kebutuhan. normal
- BB 14kg dari 17kg
A: Masalah teratasi sebagian
14.30 IV Memilih suplemen P: Intervensi dilanjutkan
nutrisi sesuai nomor 3
kebutuhan.
15.00 IV Memotivasi pasien
untukmengkonsumsi
makanan yang tinggi
kalsium.
15.30 IV Menyediakanmakan
an dan minuman
bernutrisi yang
tinggi protein, tinggi
kalori, mudah
dikonsumsi sesuai
kebutuhan.

46
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis yang merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama diparu
atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen
yang tinggi.
Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan tebal 0,3 – 0,6
um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid inilah yang
membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan
asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob yaitu kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan O2 nya. Dalam hal ini tekanan O2 pada bagian
apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis.
Penatalaksanaan TB paru ada terapi farmakologi, dan non farmakologi.
Komplikasi TB paru yaitu penyakit paru primer pogresif, efusi pleura,
perikarditis, meningitis, dan tuberkulosis tulang. Konsep asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, pemeriksaan fisik, diagnosa yang sering muncul dan
intervensi. Dan pada kasus TB parudiagnosa yang diambil yaitu bersihan
jalan nafas tidak efektif, hipertermi, dan defisit nutrisi.

4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan untuk penulis maupun
para pembacanya, sehingga kritik dan masukan yang membangun dari
pembimbing juga sangat diharapkan agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah.2005.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.


Smeltzer, Susan C.2013.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.
Somantri, Irman.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru W.2009.IlmuPenyakit Dalam.Jakarta : InternaPublishing.
Syaifuddin.2006.Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta :
EGC.
http://triya-yunita.blogspot.co.id/2012/09/makalah-tb-paru-pada-anak.html?m=1 /
5 April 09.00 WIB.
https://www.scribd.com/doc/222220247/Laporan-Pendahuluan-Tbc-Anak / 5
April 09.30 WIB
Yasmara, Deni, dkk.2016.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :
EGC.

48

Anda mungkin juga menyukai