PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang
menyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
meliputi angkutan penumpang dan barang. Pada akhir Maret 2007, DPR mengesahkan revisi UU
No. 13/1992 yang menegaskan bahwa investor swasta maupun pemerintah daerah diberi
kesempatan untuk mengelola jasa angkutan kereta api di Indonesia. Pada tanggal 14 Agustus
2008 PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan pemisahan Divisi Jabotabek menjadi PT
Kereta Api Jabotabek untuk mengelola kereta api penglaju di daerah Jakarta dan sekitarnya.
Sejarah Singkat
Perjalanan bangsa Indonesia tidak lepas dari sejarah perkeretaapian Indonesia. Sejarah bermula
ketika NISM, perusahaan kereta api swasta dari Belanda di tahun 1864 membangun rel kereta
api sepanjang 26 km pada lintas Kemijen – Tanggung yang merupakan rel kereta api pertama di
Indonesia. Sejak dikeluarkannya UU pembuatan jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda,
pembangunan jalur rel berkembang tidak hanya di Jawa, tetapi juga di Sumatera bahkan
Sulawesi.
Nama DKARI kemudian diubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Nama itu
diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) pada tanggal 15 September 1971.
Pada tanggal 2 Januari 1991, nama PJKA secara resmi diubah menjadi Perusahaan Umum
Kereta Api (Perumka) dan semenjak tanggal 1 Juni 1999 diubah menjadi PT Kereta Api
Indonesia (Persero) sampai sekarang.
Visi Perusahaan :Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan
pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.
Sasaran Perusahaan : Menjadikan Kereta Api sebagai alat transportasi yang handal dan
dipercaya sehingga menjadi alternatif utama untuk transportasi, khususnya di Pulau Jawa.
Strategi yang diterapkan dan target pasar yang dibidik adalah menciptakan nilai dengan
memperhatikan variabel psikografi dan variabel perilaku. PT KAI membagi segmen pasar ke
dalam beberapa tingkatan.
Strategi Perusahaan : Kebutuhan dan keinginan masyarakat atas pelayanan transportasi dewasa
ini semakin tinggi dan memuntut pelayanan lebih baik. Agar PT KAI menjadi besar diterapkan
efisiensi dan efektivitas anggaran. Sedangkan untuk memenangkan persaingan dari para
kompetitor ditempuh penetapan target pasar, positioning produk dan penentuan segmen pasar.
Dalam pembinaan dan pengelolaan usaha PT KAI, ada beberapa strategi yang dilakukan, antara
lain:
Peningkatan efisiensi melalui cost cutting program (program pengurangan biaya) dan
cost reduction program (efisien biaya). Cost cutting program harus dilihat dalam sebuah
pemikiran yang tepat, yaitu efisiensi yang tidak mengorbankan produktivitas serta
efektivitas sebuah program.
Taat azas dalam pencatatan pendapatan perusahaan untuk menghilangkan kebocoran
penerimaan dan melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan penumpang tanpa tiket.
Penetrasi pasar melalui pemberdayaan angkutan gerbong non penumpang
(barang/cargo/batubara, semen dll) dalam rangka memperkuat struktur usaha.
Kajian terhadap rute-rute yang tidak dapat berkompetisi dengan model transportasi lain
(khususnya jarak jauh), dan membuka rute-rute yang potensial.
GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1922) :” Seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,
karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan”. Muh. Effendi (2009) dalam bukunya The Power of Good Corporate
Governance, pengertian GCG adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka
panjang.
Manfaat GCG
Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di
Asia yang telah menerapkan GCG.
Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini
telah banyak berubah.
Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Mas Ahmad
Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good Corporate
Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan manfaat
antara lain: (1) mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh
pemegang saham akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen; (2)
mengurangi biaya modal (Cost of Capital); (3) meningkatkan nilai saham perusahaan di
mata publik dalam jangka panjang; (4) menciptakan dukungan para stakeholder dalam
lingkungan perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan.
Penerapan GCG di PT kereta Api Indonesia (Persero)