NIM : 1910323008
A. Kemiskinan di Indonesia
Menurut Kamus Bahasa Indonesia kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi
kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung
dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga
berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi
masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.
Kepala Badan Pusat Statistik, Rusman Heriawan mengatakan seseorang dianggap
miskin apabila dia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kebutuhan hidup
minimal itu adalah kebutuhan untuk mengkonsumsi makanan dalam takaran 2100 kilo
kalori per orang per hari dan kebutuhan minimal non makanan seperti perumahan,
pendidikan, kesehatan dan transportasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2008
mencapai sekitar 35.000.000 jiwa. Angka itu merupakan hasil survei sosial ekonomi
nasional, Susenas dengan sampel hanya 68.000 rumah tangga, padahal jumlah rumah tangga
di Indonesia mencapai 55.000.000.
B. Perhitungan Tingkat Kemiskinan
Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori, yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten,
tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut
adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan
tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Sumber
data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul
Konsumsi dan Pengeluaran.
Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan
(GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian,
umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan,
minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan
dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di
pedesaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung garis kemiskinan adalah sebagai
berikut:
GK = GKM + GKNM
Keterangan: GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
Adapun teknik penghitungan GKM adalah:
1. Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi yaitu 20 persen penduduk yang
berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini didefinisikan
sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasar GK periode sebelumnya yang
di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi
dasar makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan
dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya
Pangan dan Gizi 1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan
dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut.
Formula dasar dalam menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah:
Keterangan:
GKM∗jp : Garis Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100
kilokalori) provinsi p
Pjkp : Rata-rata harga komiditi k di daerah j dan provinsi p
Qjkp : Rata-rata kuantitas komiditi k yang dikonsumsi di daerah j di provinsi p
Vjkp : Nilai pengeluaran untuk konsumsi komiditi k di daerah j provinsi p
j : Daerah (perkotaan atau pedesaan)
p : Provinsi ke-p
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan
mengalikan 2100 terhadap harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk
referensi, sehingga:
Keterangan:
K jkp : Kalori dari komiditi k di daerah j di provinsi p
: Harga rata-rata kalori di daerah j di provinsi p
Keterangan:
α =0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Keterangan:
α =1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Rumus perhitungan indeks kedalaman kemiskinan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
α =2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.