Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan yang diciptakan khusus yang keluar

langsung dari payudara seorang ibu untuk bayi. ASI merupakan makanan bayi

yang paling sempurna, praktis, murah dan bersih karena diminum langsung dari

payudara ibu. ASI mengandung zat gizi dan cairan yang dibutuhkan bayi untuk

memenuhi kebutuhan gizi di 6 bulan pertamanya ( Walyani, 2015 ).

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi ibu dapat mengurangi

perdarahan pada saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban

ekonomi (Roesli, 2010). Suatu penelitian di Ghana yang diterbitkan dalam jurnal

prdiatric menunjukkan 16% kematian bayi dapat dicegah dengan pemberian ASI

sejak hari pertama kelahirannya ( Elvira, 2017 ).

Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, UNICEF

dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI)

selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi

berumur dua tahun. Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6

bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan insiasi menyusui dalam satu jam

pertam kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau

minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang

diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot ( Hidayah, 2018 ).

Menurut data WHO di dunia hanya 39% anak-anak dibawah enam bulan

mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2013. Angka global ini hanya meningkat

dengan sangat perlahan selama beberapa dekade terakhir yakni 41% pada tahun

1
2014 dan 42% pada tahun 2015, hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat

menyusui dibeberapa negara-negara besar ( Retno, 2017 ).

Indonesia telah menetapkan target nasional pada tahun 2014 sebesar 80%

sebagai cakupan ASI Eksklusif ( Depkes RI, 2014 ). Pada tahun 2017, cakupan

bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%. Dari 34 provinsi, hanya dua

provinsi yang berhasil mencapai target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat

sebesar (87,35%) dan Provinsi Sulawesi Barat sebesar (80,46%), sedangkan 32

Provinsi lainnya masih dibawah target 80%. Sumatera Utara merupakan Provinsi

yang masih belum mencapai target nasional pada tahun 2017 yaitu (45,74%)

( Profil Kesehatan Indonesia, 2017 ).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara diketahui

bahwa cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2012-2017

cenderung meningkat, kecuali pada tahun 2016 ada penurunan yang sangat drastis

sebesar (16.09 %) dari capaian tahun 2015. Capaian tahun 2017 sebesar (45,31%)

belum mencapai target nasional yaitu 80%. Hanya satu dari 33 kabupaten/kota

dengan pencapian ≥ 80%, yaitu kabupaten Labuhan Batu Selatan (89,41%),

sedangkan 32 kabupaten/kota lainnya masih belum mencapai target ( Profil

Kesehatan Sumut, 2017 ).

Di Kabupaten Langkat, cakupan bayi yang memperoleh ASI eksklusif tahun

2017 sebanyak 4.458 bayi (35,19%) dari 12.667 bayi yang diperiksa, capaian ini

belum mencapai target nasional yaitu 80%. Dari 23 kecamatan, tidak ada satupun

kecamatan yang mencapai target nasional ( Dinkes Kabupaten Langkat, 2017 ).

2
Rendahnya pemberian ASI merupakan ancaman bagi tumbuh kembang anak

yang akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas sumber

daya manusia secara umum ( Rahman, 2017 ).

Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi

pemberian ASI, berat bayi saat lahir, usia kehamilan saat bayi lahir, usia ibu dan

paritas, stress dan penyakit akut, IMD, keberadaan perokok, konsumsi alkohol,

perawatan payudara, penggunaan alat kontrasepsi, dan status gizi. Ketersediaan

ASI yang lancar pada ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang

dengan baik sesuai rekomendasi dari WHO ( Ferial, 2015 ).

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan suplai ASI

( Lactogogue ) yaitu dengan mengkonsumsi makanan atau ramuan yang dipercaya

dapat meningkatkan suplai ASI, seperti daun ubi jalar ungu yang dipercaya

mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh dan berbagai macam

kandungan vitamin, salah satunya vitamin A yang dapat membantu hipofise

anterior untuk merangsang hormon prolaktin didalam epitel otak sehingga

prolaktin akan meningkat dan mengaktifkan sel epitel pada alveoli untuk

menampung air susu di dalam payudara dan menyebabkan suplai ASI meningkat

sehingga dapat membantu menambah kecukupan suplai ASI ( Ritawati, 2012 ).

Beberapa penelitian telah dilakukan, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Weni pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesman Campurejo Kota Kediri

yang menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian rebusan daun ubi jalar

terhadap kecukupan ASI pada ibu nifas dengan nilai p=0,000.

3
Ubi jalar ungu ( Ipomoe Batatas Var Ayamurasaki ) biasa disebut Ipomoe

Batatas Blackie karena memiliki kulit dan daging ubi yang berwarna ungu

kehitaman ( ungu pekat ). Daun ubi jalar ungu mengandung protein 2,3 gram per

100 gram dan zat besi 1,0 mg per 100 gram yang dapat menghasilkan ASI dalam

jumlah yang maksimal ( Sarwono, 2005 ).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Klinik Yusmalinda, S.Tr.Keb

masih banyak ibu nifas yang mengeluh ASI nya sedikit bahkan tidak keluar, pada

saat wawancara dengan beberapa ibu nifas mengatakan bahwa pengeluaran ASI

mereka tidak lancar.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pengaruh Pemberian Daun Ubi Jalar Ungu Terhadap

Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Klinik Yusmalinda, S.Tr.Keb Dusun I

Desa Mangga Kec.Stabat Kab.Langkat Tahun 2019 “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

pada penelitian ini yaitu “Adakah Pengaruh Pemberian Daun Ubi Jalar

Ungu Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu Nifas di Klinik

Yusmalinda S.Tr.Keb Dusun I Desa Mangga Kec. Stabat Kab. Langkat

Tahun 2019 ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Pemberian Daun Ubi Jalar Ungu Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada

4
Ibu Nifas di Klinik Yusmalinda S.Tr.Keb Dusun I Desa Mangga Kec.

Stabat Kab. Langkat Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik ibu nifas berdasarkan sosiodemografi

( umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas ).

2. Untuk mengetahui kelancaran produksi ASI sebelum dan sesudah

diberikan daun ubi jalar ungu pada ibu nifas.

3. Untuk mengetahui hasil pemberian daun ubi jalar ungu terhadap

kelancaran produksi ASI pada ibu nifas.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi

Dapat menambah literature sebagai bahan pustaka tambahan bagi Institut

Kesehatan DELI HUSADA Deli Tua khususnya program studi Sarjana

Kebidanan dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan referensi kesehatan dalam memberikan asuhan kebidanan

dan meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan pada ibu nifas, serta

memberikan solusi untuk melancarkan produksi ASI pada masa nifas.

1.4.3 Bagi Ibu Nifas

Dapat menambah pengetahuan dan mendapatkan asuhan kebidanan ibu

nifas mengenai cara melancarkan produksi ASI dengan mengkonsumsi

daun ubi jalar ungu.

5
1.4.4 Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian serta

menerapkan secara langsung ilmu pengetahuan tentang metodologi

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai