Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI KONFIGURASI BANDAR UDARA BERDASARKAN STANDAR

RIB (KM NO.44) DENGAN PERHITUNGAN BERDASARKAN ANNEX 14,


2013 SERTA ICAO AC NO.150 E
(STUDI KASUS: MINANGKABAU INTERNATIONAL AIRPORT)

Girang Rahmanul Hakim1), Ari Sandhiyavitri2), Sri Djuniati3)


1)Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 2)Dosen Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Riau, Pekanbaru 28293

E-mail: Girang.rahmanul@student.unri.ac.id

ABSTRAK
Minangkabau International Airport has an annual growth rate of passengers and the aircraft
operated there based on data from 2010 until 2016. The current runway has length 2750 m and
largest type of aircraft is B 747 - 300. Minangkabau international airport has three taxiways
448 m x 30 m, 334 m x 30 m, and 305 m x 30 m and apron has dimensions 315 m x 120 m. The
increase in air traffic has resulted in an evaluation of the airport configuration in present or
future circumstances. Existing of the runway is an inadequate type of aircraft B 747 - 300 for
international destination aircraft. As for the planning year, 2020 with the additional length of
the enlarged base to 3000 m safely to use. Existing of taxiway is able to serve the plane. The
apron for the existing state need to upgraded and the planning of 2020 should also be upgraded.
At the peak hour of the plane for 2016 as many as 12 aircraft while the projection stage for
2035 obtained a peak hour of 28 this indicates Minangkabau International Airport will be
developed later. Pavement for runways needs to be upgraded to the current state of affairs.

Keywords: Airport Configuration, Evaluation, Projection

1. PENDAHULUAN pada tahun 2016 tercatat jumlah penumpang


sebesar 3.56 juta penumpang. Dari data
Data dari angkasa pura II diatas menunjukan jumlah penumpang tiap
Minangkabau International Airport tercatat tahunnya meningkat, hal ini diprediksi akan
kedatangan penumpang pada tahun 2011 terus terjadi untuk tahun kedepannya.
total sebesar 2.26 juta penumpang. Tahun Sehingga bandara Minangkabau
2012 sebesar 2.63 juta penumpang. International Airport perlu dievaluasi untuk
Sedangkan tahun 2013 meningkat hingga pengembangan kedepannya.
2.72 juta penumpang. Pada tahun 2014 Dalam standar teknis perencanaan
meningkat 2.79 juta penumpang. Ditahun perhitungan airport configuration didasari
2015 tercatat 3.16 juta penumpang. Sampai Rencana Induk Bandara (RIB)

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 1


Minangkabau International Airport tahun International Airport dikelola oleh PT
1999 yang nanti akan dibandingkan dengan Angkasa Pura II dengan kategori bandara
perhitungan kembali menggunakan annex kelas 1. Minangkabau International Airport
14 tahun 2013 yang mengacu pada metode saat ini melayani penerbangan domestik
ICAO (International Civil Aviation maupun internasional berupa kawasan
Organization) dan. perhitungan perkerasan regional ASEAN. Minangkabau
tentang Airport configuration menggunakan International Airport beroperasi mulai pukul
metode FAA (Federal Aviation 06.00 wib-24.00 wib (Kemenhub : Informasi
Administration). Geospasial Transportasi, 2013).
Bandara internasional yang arus pegerakan
lalu lintasnya padat, Minangkabau Karakteristik Minangkabau
Internasional Airport memerlukan International Airport
pembangunan dan pengembangan fasilitas 1. Landasan pacu (runway)
bandar udara agar menjamin kelangsungan Pada tahap ini yang awalnya dimensi
dan kelancaran penyelenggaraan bandara untuk runway di Minangkabau International
dan keselamatan operasi penerbangan. Airport yaitu 2750 m x 45 m. Pada saat
Rencana pengembangan bandara ini disusun sekarang ini pesawat yang terbesar yaitu B
dalam satu rancangan yang disebut rencana 747-300, sedangkan untuk tahap
induk. Rencana induk Minangkabau pengembangan tahun 2020 direncanakan
International Airport tertuang dalam melayani pesawat B 747 – 400.
Keputusan Menteri Perhubungan tahun
1999. Peraturan Menteri Perhubungan 2. Landasan hubung (Taxiway)
Nomor 48 Tahun 2002 menyebutkan Minangkabau International Airport
penyelenggaraan bandar udara wajib memiliki tiga taxiway dengan kondisi
melakukan evaluasi atau peninjauan ulang eksistingnya yaitu sebesar 448 m x 30 m,
sekurang-kurangnya sekali dalam waktu 5 334 m x 30 m, dan 305 m x 30 m. Dimana
tahun terhadap rencana induk bandar udara pada tahap pengembangan taxiway akan
yang telah ada. ditambah dengan dimensi 2.500 m x 30 m
Tujuan penelitian ini adalah dengan bentuk parallel.
mengevaluasi dan memproyeksi kebutuhan
configuration airport Minangkabau 3. Landasan parkir (Apron)
International Airport berupa runway Luasan apron untuk keadaan eksisting
(landasan pacu), taxiway (landasan hubung), Minangkabau International Airport yaitu
dan apron (landasan parkir) untuk tahun sebesar 37.800 m2. Dimana sekarang ini
2020 dan 2035 menggunakan metode ICAO hanya bias melayani delapan pesawat. Pada
(International Civil Aviation Organization) tahap pengembangan direncanakan apron
dan membandingkan dengan KP tahun 1990 sebesar 80.520 m2.
dan KP 379 tahun 2015.

2. METODOLOGI PENELITIAN 2.2 Pengumpulan data

2.1 Lokasi Geografis 1. Data primer


Pengumpulan data primer didapat
Kota Padang mempunyai satu bandar dengan langsung melakukan tinjauan ke
udara utama yaitu Minangkabau lokasi Minangkabau International Airport
International Airport yang berada di Jalan dan juga bias dilakukan dengan wawancara
Sutan M.Rasyid, Padang Pariaman, dengan pihak Teknik Umum PT Angkasa
Sumatera Barat.. Bandara ini terletak ± 25 Pura II.
km sebelah utara Kota Padang pada posisi 2. Data sekunder
0°47’16,96”LS dan 100°16’52,55”BT. Pengumpulan data sekunder dilakukan
Dalam pelaksanaannya Minangkabau dengan mencari sumber-sumber terkait

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 2


objek yang diteliti seperti buku-buku, kenaikan 1000 m dari permukaaan laut
laporan terdahulu, website, dokumen- rata-rata temperatur turun 6,50C. Faktor
dokumen, serta peraturan-peraturan terkait. koreksi temperatur dapat dihitung dengan
Adapun data-data yang dibutuhkan dalam persamaan 2.
penelitian ini didapat dari beberapa sumber Ft  1  [0,01(T  (15  (0,0065 H )))] …… (2)
seperti data jumlah penduduk Kota Padang,
data PDRB dan pendapatan Kota Padang, c. Koreksi kemiringan (Fs)
data kargo Minangkabau International Menurut ICAO, bagi pesawat
Airport, data angkutan udara. bermesin turbin faktor koreksinya antara
7-10% setiap kemiringan 1%. Untuk
3. TINJAUAN PUSTAKA menyeragamkan dengan pesawat
3.1 Landasan Pacu (runway) bermesin piston, faktor koreksi
Landasan pacu (runway) adalah suatu kemiringan disamakan sebesar 10%.
bidang persegi panjang tertentu di dalam Faktor koreksi kemiringan runway
lokasi bandar udara yang berupa suatu dapat dihitung dengan persamaan 3.
perkerasan yang disiapkan untuk pesawat Fs  1  0,1xS …………………… (3)
melakukan kegiatan pendaratan (landing) Jadi panjang runway minimum dengan
dan tinggal landas (take off) (SKEP 161-9- metode ARFL dihitung dengan persamaan 4.
2003). ARFL
Lro  ……………… (4)
1. Menentukan panjang runway FtxFexFs
Sesuai dengan rekomendasi dari Dengan :
ICAO dalam annex 14, 2013 bahwa Lro = Panjang runway rencana (m)
perhitungan panjang runway harus Ft = faktor koreksi temperatur
disesuaikan dengan kondisi lokal lokasi Fe = faktor koreksi elevasi
bandara. Metode ini dikenal dengan metode Fs = faktor koreksi kemiringan
Aeroplane Reference Field Length (ARFL).
Menurut ICAO, lingkungan lokal bandara 2. Menentukan klasifikasi lapangan
yang berpengaruh terhadap panjang runway terbang
adalah elevasi, temperatur, kemiringan, dan ICAO mengklasifikasi standar desain
koreksi angin. geometrik bandar udara dengan suatu kode
a. Koreksi terhadap elevasi (Fe) acuan yang disebut Aerodrome Reference
Menurut ICAO bahwa panjang Code (ARC). Kode angka 1 sampai 4
runway bertambah sebesar 7% setiap mengklasifikasikan panjang landasan pacu
kenaikan 300 m (1000 feet) dihitung dari minimum yang tersedia, sedangkan kode
ketinggian di atas permukaan laut. Maka huruf A sampai F mengklasifikasikan lebar
rumusnya diberikan pada persamaan 1. bentang sayap pesawat dan jarak terluar
 h  ………………… antar roda pendaratan utama pesawat (SKEP
Fe  1  0,07 x  (1) (1)
161-9-2003). Kode acuan ARC diberikan
 300 
pada tabel 1.
b. Koreksi terhadap temperatur (ft) Dari tabel 1 akan didapat kode acuan
Menurut ICAO, faktor koreksi suhu landasan bandar udara berdasarkan ARFL
pada sebuah bandar udara adalah bahwa dan wingspan pesawat rencana. Kode
setiap perbedaan 10c panjang landasan tersebut akan dipakai untuk perencanaan
pacu ditambah sebanyak 0,5%-1,0%. geometrik landing movement seperti
Berdasarkan standar ISA (International panjang, lebar, kemiringan, dan fasilitas
Standard Atmosphere) dalam Cavcar udara lainnya.
(2000), suhu standar yang ditetapkan
untuk perhitungan panjang landasan pacu
adalah 150c. Sedangkan untuk setiap

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 3


Tabel 1. Aerodrome Reference Code menurunkan penumpang, muatan pos dan
Kode elemen I Kode elemen II kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar,
Jarak terluar parkir dan perawatan pesawat (SKEP 77/VI,
Bentang
Kode
ARFL (m)
Kode
sayap
pada 2005)
angka huruf pendaratan Untuk menghitung luas apron yang
(m)
(m)
dibutuhkan, harus diketahui jenis dan jumlah
1 ˂800 A ˂ 15 ˂4,5 pesawat yang akan dilayani pada jam
2 800-1200 B 15-24 4,5-6 tersibuk. Luas tersebut berdasarkan radius
3 1200-1800 C 24-36 6-9 terbesar pesawat terbang ditambah jarak
4 >1800 D 36-52 9-14 antara 2 sayap pesawat terbang atau terhadap
E 52-65 9-14 objek tetap yang dikenal dengan wing tip
F 65-80 14-16 clearence (Sandhyavitri & Taufik, 2005).
Sumber : (Annex 14, 2013) Besarnya wing tip clearence dan clearance
untuk masing-masing tipe pesawat dihimpun
3.2 Landasan Hubung (taxiway) dalam Tabel 3 dan Tabel 4.
Taxiway adalah suatu area/jalan yang Parameter dasar yang harus
dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat diperhatikan dalam penentuan dimensi
dan dimaksudkan sebagai sarana apron adalah sebagai berikut (Basuki, 2008)
penghubung antara beberapa fasilitas seperti :
aircraft stand taxiline, apron taxiway, dan 1. jumlah gate position yang ada
rapid exit taxiway (Annex 14, 2013). Di 2. jenis dan tipe pesawat yang dilayani saat
pelabuhan udara yang sibuk dimana lalu ini dan pada saat mendatang
lintas pesawat taxi diperkirakan bergerak 3. konfigurasi parkir pesawat
sama banyak dari 2 arah, maka harus dibuat 4. syarat kebutuhan jarak ruangan antara
paralel taxiway terhadap landasan untuk taxi pesawat dengan pesawat, gedung
1 arah. Rutenya dipilih jarak terpendek dari dengan benda lain
bangunan terminal menuju ujung landasan 5. kebutuhan ruang untuk pemeliharaan
(Sandhyavitri & Taufik, 2005). Beberapa pesawat.
persyaratan yang dikeluarkan oleh ICAO
dalam perencanaan geometrik taxiway Tabel 3. Jarak minimum clearance
diberikan pada tabel 2. Code letter Clearance
A 3m
Tabel 2. Dimensi taxiway B 3m
Jarak bebas minimum
Code
Penggol Lebar
dari sisi terluar roda
C 4,5 m
ongan taxiwa
letter
pesawat y (m)
utama dengan tepi D 7,5 m
taxiway (m)
E 7,5 m
A I 7,5 1,5
B III 10,5 2,25
F 7,5 m
C III 15a 3a Sumber : (Annex 14, 2013)
18b 4,5b
D IV 18c 4,5
Tabel 4. Persyaratan clearance untuk apron
23d 4,5
E VI 23 4,5 Code letter / Penggolongan pesawat
Uraian
A/ B/ C/ D/ E/ F/
F VI 25 4,5 I II III IV V VI
Sumber : (Annex 14, 2013)
Jarak bebas antar
pesawat yang parkir
3.3 Landasan Parkir (apron) dengan pesawat yang 10 10 10 15 15 15
akan tinggal landas (A)
Apron fasilitas sisi udara yang (m)
disediakan sebagai tempat bagi pesawat saat
melakukan kegiatan menaikkan dan

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 4


Jarak bebas antar Mp : Pergerakan pesawat jam puncak
pesawat yang parkir
dengan pesawat yang
akan berada di taxilane 4,5 4,5 7,5 7,5 10 10
dan penghalang lain
(B) (m) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jarak pesawat yang 4.1 Analisa perhitungan kebutuhan


sedang berjalan dengan
pesawat yang berada di 4,5 4,5 7,5 7,5 10 10
runway
lead-in garis dan
pesawat lain (C) (m) 1. Tipe pesawat B 737 – 300
Lingkungan lokal bandara yang
Jarak antara pesawat berpengaruh terhadap panjang runway
yang sejajar yang
berada di apron dan
4,5 4,5 7,5 7,5 10 10 adalah: elevasi dari permukaan laut
bangunan lain (D) (m) (altitude), temperatur, kemiringan
Jarak antara pesawat runway (effective gradient), angin
dengan pengisian
15 15 15 15 15 15 permukaan (surface wind), dan
bahan bakar dan
bangunan (E) (m) kondisi permukaan runway.
A. Koreksi elevasi

𝐹𝑒 = 1 + 0,07 x 300
3.4 Pergerakan Pesawat Jam Puncak 5.9
𝐹𝑒 = 1 + 0,07 x 300
Dalam perencanaan lalu lintas udara,
faktor jam puncak pun perlu diperhitungkan Fe  1.0013
karena faktor ini mempengaruhi gerakan B. Koreksi temperatur
penumpang dan gerakan pesawat. Keadaan 𝐹𝑡 = 1 + [0.01(T – (15 – (0.0065
naik turun jumlah penumpang dan H)))]
pergerakan pesawat akan berpengaruh 𝐹𝑡 = 1 + [0.01(27.7 – (15 – (0.0065
terhadap fasilitas prasarana bandara x 5.9)))]
(Pattiiha, 2005). 𝐹𝑡 = 1.127
Dengan menggunakan teknik-teknik C. Koreksi kemiringan runway
prakiraan, dapat dibuat perkiraan dari Fs  1  0,1xS
parameter tersebut dan penentuan volume Fs  1  0,1x0,222
pada jam puncak dari pergerakan Fs  1,022
penumpang dan pesawat. Jadi panjang runway minimum dengan
Dalam memperkirakan pergerakan metode ARFL dihitung sesuai dengan yang
pesawat jam puncak dilakukan dengan diberikan pada persamaan :
menghitung pergerakan pesawat harian ARFL
Lro 
(Daily Aircraft Movement), didasarkan dari FtxFexFs
hasil studi yang dilakukan oleh JICA (Japan 2749
Lro 
International Cooperation Agency), 1991 1,127 x1,0013 x1,022
dengan menghasilkan persamaan sebagai Lro  2383 m
berikut : Setelah dilakukan koreksi terhadap
My faktor di atas, maka panjang runway
Md  …………………… (5) (5)m. Berdasarkan
365 perencanaan adalah 2750
1,38 keadaan eksisting runway (6) Minangkabau
Cp  …………………… (6) International Airport panjang runway adalah
Md 2750 m sehingga pada (7) dasarnya panjang
Mp  MdxCp ……………… (7) landasan pacu tidak memadai untuk
melayani jenis pesawat tersebut sehingga
Dengan : harus ditingkatkan lagi.
Md : Pergerakan pesawat udara harian
My : Pergerakan pesawat tahunan
Cp : Faktor jam puncak

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 5


2. Tipe pesawat B 747 – 300 ARFL = 3292 m
Tipe pesawat ini merupakan jenis
Wingspan = 59.6 m
pesawat international saat sekarang ini
beroperasi.. Berdasarkan CASA 2008, OMGWS = 12.4 m
runway (ARFL) yang dibutuhkan adalah
Length = 70.4 m
3292 m dengan kode landasan 4E. Setelah
dilakukan koreksi yang sama, diperoleh Berdasarkan tabel Annex 14 didapat
panjang runway koreksi sebesar 2854 m. hasil perhitungan sebagai berikut:
Berdasarkan panjang runway yang Lebar taxiway: 23 m
tersedia yaitu 2750 m. Untuk melayani Lebar bahu dan taxiway: 44 m
pesawat rencana B 747-300 ini diperlukan Jarak pandang taxiway: 300 m
penambahan panjang runway 104 m (110 Jarak minimum pemisah taxiway: 80 m
m). Penambahan panjang ini diharapkan Jarak antara taxiway centerline dan runway
dapat dilakukan perpanjangan sepanjang centerline: 104,8 m
250 m. Sehingga panjang total runway tahap Dari perhitungan diatas untik
2 adalah 3000 m. keadaan eksisting taxiway dilihat dari lebar
nya dimana minimal lebar yang harus ada
3. Tipe pesawat B 747 – 400 yaitu 23 m, sedangkan kondisi asli yaitu 30
Tipe pesawat ini merupakan jenis m. Jadi untuk taxiway Minangkabau
pesawat international saat sekarang ini International Airport ini masih sanggup
beroperasi.. Berdasarkan CASA 2008, melayani.
runway (ARFL) yang dibutuhkan adalah Pada tahap pengembangan
3383 m dengan kode landasan 4E. Setelah Minangkabau International Airport jenis
dilakukan koreksi yang sama, diperoleh pesawat yang akan dilayani yaitu B 747 –
panjang runway koreksi sebesar 2933 m. 400 dimana mempunyai karakteristik:
Berdasarkan panjang runway yang
tersedia yaitu 2750 m. Untuk melayani ARFL = 3383 m
pesawat rencana B 747-300 ini diperlukan Wingspan = 64.9 m
penambahan panjang runway 183 m (200
m). Penambahan panjang ini diharapkan OMGWS = 12.4 m
dapat dilakukan perpanjangan sepanjang 67 Length = 70.4 m
m. Sehingga panjang total runway tahap 2
adalah 3000 m. Menggunakan metode perhitungan di
atas dalam perhitungan taxiway maka
4.2 Analisis perhitungan Taxiway didapat hasilnya :
Lebar taxiway: 23 m
Minangkabau International Airport
Lebar bahu dan taxiway: 44 m
memiliki tiga buah taxiway dengan dimensi
Jarak pandang taxiway: 300 m
yaitu 448 m x 30 m, 334 m x 30 m, dan 305
Jarak minimum pemisah taxiway: 80 m
m x 120 m. Dimana ketiga taxiway ini
Jarak antara taxiway centerline dan runway
berada tegak lurus dengan arah runway.
centerline: 182,5 m
Dalam perencanaan perhitungan taxiway
Setelah didapat hasil perhitungannya
dilakukan berdasarkan jenis pesawat dengan
ternyata untuk jenis B 747 – 400 masih
panjang (length) dan lebar sayap (wing span)
sanggup untuk beroperasi dan tidak perlu
terbesar yang beroperasi pada bandara
ada peningkatan taxiway.
tersebut. Dari jenis pesawat yang beroperasi
di Minangkabau International Airport sesuai
dengan Tabel 4.1 maka digunakan pesawat
4.3 Analisa perhitungan apron
B 747- 300 dimana termasuk golongan 4E
Minangkabau International Airport
dengan karakteristik sebagai berikut:
memiliki dimensi apron yaitu 315 m x 120

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 6


m. Pada perhitungan apron digunakan jenis Pada tahap ini jenis pesawat pertama
pesawat yang saat ini beroperasi dengan yang akan ditambah untuk apron yaitu jenis
wingspan dan length terbesar yaitu A 330 – pesawat B 747 – 400 dengan nomor kodenya
300 dengan karakteristik wingspan sebesar 4E. Maka didapat luasan apron yaitu
60,3 m dan length yaitu 63,6 m. 13.127,57 m2. Kemudian pesawat kedua
1. Kondisi eksisting yang akan ditambahkan yaitu B 737 – 800
Pada kondisi eksisting ini jumlah dengan nomor kode 4C. Maka didapat luas
pesawat yang mampu dilayani oleh apron apron yaitu 4.448,64 m2. Selanjutnya
sebanyak 8 pesawat, dimana terdiri dari jenis tambahan jenis pesawat yaiu C 208 dengan
pesawat A 330 – 300, A 320 – 200, dan B nomor kode 1A. Maka didapat luas apron
737 – 300. Pada perhitungan pertama sebesar 921,99 m2.
dimensi untuk apron menggunakan jenis Pada tahap pengembangan ini
pesawat yang beroperasi saat ini paling besar direncanakan mampu menampung 16
wingspan dan length nya. Pada perhitungan pesawat dimana dibagi satu buah pesawat B
ini digunakan pesawat A 330 – 300 dengan 747 – 400, enam buah pesawat A 330 – 300,
nomor kode 4E. Maka luas apron yang harus dua buah pesawat A 320 – 200, dua buah
dilayani yaitu didapat untuk satu luas pesawat B 737 -300, tiga buah B 737 – 800,
pesawat sebesar 11.513,37 m2. Luasan untuk dan dua buah C 208.
tipe pesawat A 320 – 200 sebesar 4.096,95 Pada tahap pembangunan untuk 2020
m2. B 737 – 300 didapat sebesar 3.160,86 ini didapat luasan apron yaitu
m2 . Luas apron = (1 x 13.127,57) + (6 x
Maka setelah didapat luasan masing – 11.513,37) + (2 x 4.096,95) + (2 x 3.160,86)
masing dari tiga jenis pesawat yang berada + (3 x 4.448,64) + (2 x 921,99)
di apron maka dapat diketahui jumlah luasan = 13.127,57 + 69.080,22 +
dari apron Minangkabau International 8.193,90 + 6.321,72 + 13.345,92 + 1.843,98
Airport dimana untuk jenis pesawat A 330 – = 111.913,31 m2
300 ada tigabuah, jenis pesawat A 320 – 200 Dari perhitungan didapat total luasan
ada dua buah, dan jenis pesawat B 737 – 300 sebesar 111.913,31 m2 sedangkan yang
ada dua buah. Maka didapat perhitungannya direncanakan hanya sebesar 80.520 m2
sebagai berikut : apabila jenis keadaan pada apron seperti ini
Luas apron = (3 x 11.513,37) + (3 x maka apron harus dikembangkan lagi atau
4.096,95) + (2 x 3.160,86) tidak menggunakan komposisi pilihan
= 34.540,11 + 8.193,90 + 6.321,72 pesawat lain nantinya.
= 49.055,73 m2
Dimana pada keadaan eksisting 4.4 Proyeksi pergerakan
sekarang luasan apron sebesar 37.800 m2 Proyeksi pergerakan pesawat yang
sehingga berdasarkan dari nilai perhitungan digunakan untuk merencanakan
apron harus ditingkatkan lagi agar dapat pengembangan Minangkabau International
menampung pesawat pada saat sekarang. Airport yaitu data pergerakan pesawat mulai
tahun 2010-2016. Proyeksi dilakukan
2. Tahap pengembangan dengan program SPSS 17, didapatkan
Pada tahap ini sesuai dengan KP 379 pergerakan pesawat tahunan sampai tahun
tahun 2015, Minangkabau International rencana. Dari lalu lintas tahunan tersebut
airport melakukan pengembangan untuk akan ditentukan pergerakan pesawat harian
tahun 2020 dimana untuk apron yang untuk selanjutnya dicari koefisien dan
awalnya sebesar 37.800 m2 meningkat pergerakan pesawat jam puncak dengan
menjadi 80.520 m2. Perencanaan apron menggunakan persamaan (5), (6), dan (7)
tersebut akan melayani sebanyak 16 seperti yang diberikan pada tabel 5.
pesawat.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 7


B
Tabel 5 Pergerakan pesawat jam puncak 737 27 61.23 134989,
4 4C 28,9 6,4 30,5
– 49 0 04
Pergerak Pergerak 300
Pergerak
an an AT
Tahu an R 13 22.80 50265,4
pesawat Cp pesawat 5 3C 27 4,1 27,2
n pesawat 72- 55 0 0
harian jam 600
tahunan B
(Md) puncak
747 32 12. 3774 832068,
6 4E 59.6 70.4
0,16 – 92 4 20 67
2016 25921 71 12 300
4 B-
0,11 7
747
4E
33
59,7
10.
69,9
3946 869999,
2020 53027 145 17 - 83 7 25 20
5 400
0,09 A
2025 81272 222 21 330 25 2300 507063,
3 8

4E
60
60.3 12 63.6
00 20
0,07 300
2030 114898 314 24 C 29
8 9 1B 15.9 3.7 11.5 3310 7297,30
208 6
0,06
2035 153905 422 28 Sumber : CASA dan Annex 14
7

Berdasarkan tabel 5 didapatkan Penentuan pemilihan jenis pesawat


koefisien dan pergerakan pesawat jam dilihat dari banyaknya pergerakan pesawat
puncak pada setiap tahap. Volume dalam satu tahun.
pergerakan pesawat pada saat jam puncak b. Menentukan rerata pertumbuhan
tahun 2035 diperkirakan 28 pesawat baik pesawat dan proyeksi pergerakan pesawat
domestik maupun internasional. tahunan.
Pergerakan pesawat dilakukan dengan
4.5 Analisa perkerasan menghitung jumlah pergerakan pesawat
1. Perkerasan runway selama tahun 2016 untuk penerbangan
berjadwal.
Pada perhitungan perkerasan
menggunakan metode berdasarkan FAA Tabel 7 Total pergerakan pesawat tahun
(Federal Aviation Administration). Adapun 2016
perhitungannya didasarkan pada grafik-
grafik yang dikeluarkan oleh FAA. Pergerakan
No Jenis Pesawat
Pada perhitungan yang mengacu pada pesawat
FAA maka harus dilakukan langkah –
1 A 320 - 200 7288
langkah seperti berikut :
a. Menentukan jenis pesawat B 737 - 900
2 3688
Jenis karakteristik pesawat yang ER
beroperasi di Minangkabau International B 737 - 800
3 7214
Airport terdapat pada Tabel 15. NG
Tabel 6 Jenis pesawat dan karakteristik 4 B 737 - 300 1211
Characteristic
Aero
RE
N
plan
e
F AR
O 5 ATR 72-600 63
o CO M MTO
Type FL Wings Length MTOW
DE G W
( (m) (m) (lbs)
s
m)
WS
(m)
(kg) 6 B 747 - 300 1636
A
1
320
4C
20
34,1 8,7 37,6
7200 158732. 7 A 330 - 300 3211
– 58 0 83
200
B 8 C 208 954
737
22 5,7 85.13 187699,
2 - 4C 34,3 40,67 Sumber : Data Angkutan Udara Minangkabau
49 2 9 37
900
ER International Airport
B
737
3 - 4C
22
56
34,3 6,4 36,5
70.53
5
155503,
06
Dalam penentuan angka pertumbuhan
800
NG
(i) pergerakan pesawat di Minangkabau
International Airport dimulai dari tahun

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 8


2010-2016. Hal ini terkait dengan ATR 72- 604
5 63
pengembangan pembangunan terminal 600
untuk tahun 2020. Angka pertumbuhan B 747 - 15675
6 1636
dapat dilihat pada Tabel 17. 300
A 330 - 30766
7 3211
Tabel 8 Angka pertumbuhan pesawat 300
domestik dan internasional 8 C 208 954 9141
Total
N Tahu penerbanga Angka
o n n Pertumbuhan Dari Tabel 18 didapat forecast annual
departure pada tahun 2035 untuk masing-
1 2011 14.442 masing pesawat. Pergerakan pesawat
14,15 % terbesar didominasi oleh pesawat jenis A
2 2012 16.485 320 sebanyak 69.829 pergerakan.
13,28 %
3 2013 18.675 c. Penentuan nilai CBR
-0,28 % Nilai CBR untuk perkerasan setelah
4 2014 18.622 dilakukan wawancara kepada pihak Teknik
16,82 % Umum PT Angkasapura II di Minangkabau
5 2015 21.754 International Airport didapat:
19,16 % 1. Nilai CBR Subbase :35 %
2. Nilai CBR Subgrade: 7,5 %
6 2016 25.921
Rata –rata pertumbuhan 12,63 %
d. Menentukan masing – masing roda
pendaratan
Pada perhitungan Tabel 17, didapat Tipe roda pendaratan utama sangatlah
angka pertumbuhan sebesar 12,63 %. Angka menentukan dalam perhitungan tebal
ini yang selanjutnya digunakan untuk perkerasan karena penyaluran beban
proyeksi pergerakan pesawat tahunan. pesawat melalui diberikan melalui roda ke
Adapun persamaan yang digunakan untuk perkerasan. Masing-masing roda pendaratan
menentukan pergerakan pesawat tahunan pesawat campuran akan dikonversi ke roda
diberikan pada persamaan berikut : pendaratan pesawat rencana. Tipe roda
Rn = Ro (1+i)n pendaratan pesawat diberikan pada Tabel
n19.
Hasil dari persamaan diatas akan Tabel 10 Tipe roda pendaratan pesawat
ditampilkan pada Tabel 18 berikut:
Tabel 9 Proyeksi pergerakan pesawat Jenis
No Tipe Roda
tahunan Pesawat

Jenis Pergerakan Rn 1 A 320 - 200 Dual Wheel


No B 737 - 900
Pesawat pesawat 2 Dual Wheel
ER
A 320 - 69829 B 737 - 800
1 7288 3 Dual Wheel
200 NG
B 737 - 35336 4 B 737 - 300 Dual Wheel
2 3688 ATR 72-
900 ER 5 Dual Wheel
B 737 - 69120 600
3 7214 6 B 747 - 300 Dual Wheel
800 NG
B 737 - 11603 7 A 330 - 300 Dual Tandem
4 1211 8 C 208 Dual Wheel
300

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 9


Adapun faktor koreksi roda Persamaan tersebut disajikan dalam bentuk
pendaratan pesawat yang digunakan Tabel 23.
berdasarkan tabel adalah 1,0 karena setiap g. Menghitung R1
pesawat memiliki tipe roda pendaratan yang
R1 merupakan Equivalent Annual
sama sehingga untuk B 747 – 300 dan A 330
Departure (EAD) atau keberangkatan
– 300 harus dilakukan konversi. Menurut
tahunan ekivalen oleh pesawat rencana
dari tipe roda Dual Tandem menjasi Dual
dimana dihitung dengan menggunakan
Wheel maka dikali 1,7.
rumus berikut :
e. Menentukan R2 𝑊2
Log R1 = Log R2 (𝑊1)0,5
R2 merupakan jumlah keberangkatan
EAD pesawat rencana (R1) untuk pesawat
tahunan (annual departure) pesawat
campuran A330-300 adalah sebagai berikut:
campuran dimana diperoleh dengan cara
mengalikan proyeksi pergerakan pesawat  
0.5

tahunan dengan faktor konversi roda Log R1 = Log R2 W2 


pendaratan. Persamaan yang digunakan  W1 
0.5
Log R1 = Log 3211  206624.81 
untuk menentukan annual departure seperti
yang diberikan pada persamaan  206624.81 
R2 = Pergerakan pesawat tahunan x faktor
konversi roda pendaratan Log R1 = Log 3211 x 1
Log R1 = 3,507
Hasil perhitungan pada persamaan R1 = 103,507
tersebut disajikan dalam bentuk Tabel 22. R1 = 3213,66
Perhitungan selanjutnya disajikan
Tabel 11 Annual departure pesawat dalam bentuk tabel dimana setiap jenis
campuran pesawat dijadikan sebagai pesawat rencana.
Pergerakan
Faktor Maka didapat yaitu pesawat B 747 – 300
Aeroplane konversi sebagai pesawat rencana karena wheel load
No pesawat R2
Types roda terbesar yaitu pesawat bertipe B 747-300
tahunan
pendaratan
sebesar 49.404,08 lbs. Selain itu juga
A 320 - diperhatikan adalah nilai total Equivalent
7288 7288
1 200 1
B 737 - Annual Departure terkecil yaitu pesawat
3688 3688 bertipe B 747- 300 sebesar 10.913,99
2 900 ER 1
B 737 -
7214 7214
pergerakan. Jadi Pesawat B 747 - 300
3 800 NG 1 merupakan pesawat rencana.
B 737 -
1211 1211
4 300 1
ATR 72- h. Menghitung tebal perkerasan total
63 63
5 600 1
B 747 -
Dalam penentuan tebal perkerasan
1636 1636 metode FAA, dilakukan menggunakan
6 300 1,7
A 330 - grafik sesuai dengan tipe roda pendaratan
3211 3211
7 300 1,7 pesawat rencana yaitu dual tandeml gear.
8 C 208 954 0.8 954 Tebal perkerasan total dihitung dengan
memplotkan data CBR subgrade (data
penyelidikan tanah), MTOW (Maximum
f. Menentukan beban roda campuran Take Off Weight) pesawat rencana, dan nilai
(W2) Equivalent Annual Departure ke grafik
W2 merupakan beban roda pesawat sesuai dengan pesawat rencana.
campuran dimana dihitung dengan Dari grafik CBR didapat tebal perkerasan
menggunakan persamaan : total adalah 45 inci.
W2 = 0,95 x MTOW x 1/M x 1/N

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 10


Tabel 12 Annual departure > 25000 berlaku pada base course karena dilalui oleh
Annual Percent of 25000 drainase melintang landasan.
Departure Departure Thickness
Tabel 13 Tebal perkerasan tiap landasan
50.000 104 Kritis (T)
Non Kritis Pinggir (0,7
Lapisan (0,9 T) T)
100.000 108 Inc
150.000 110 i cm Inci cm Inci Cm
200.000 112 2,8
Surface 4 10 3 8 0 7
Sumber : FAA AC 150/5320-6D (1995) Base 67, 60,7 18, 47,2
Berdasarkan Annual departure > Course 27 5 24,3 5 9 5
Subbase 82, 74,2 23,
25000 dimana dengan nilai Annual Course 33 5 29,7 5 1 57,5
Departure didapat sebesar 10.913,99 lebih
kecil dari 50.000 maka tebal perkerasan m. Stabilisasi landasan
didapat 1,04 %. Sehingga total tebal Material subbase dan base course
perkerasan yaitu 45 x 1,04 = 46,8 inci. dalam pelaksanaannya di lapangan diadakan
i. Menghitung tebal perkerasan subbase stabilisasi untuk mendapatkan lapisan yang
course lebih baik. Stabilisasi landasan tersebut
Dengan nilai CBR subbase yang telah terdiri dari :
diketahui, MTOW, dan Equivalent 1. Faktor equivalent untuk base course
Departure maka dari grafik yang sama dan diambil bahan P-201 Bituminous Base
memplotkan nilai-nilai tersebut didapat Course yaitu 1,2 maka tebal base course
harga yang merupakan tebal lapis subbase. 27
Dari hasil plot grafik didapat 13 inci. yang distabilisasikan yaitu  16,88 inci
Maka tebal subbase sama dengan tebal 1,6
perkerasan total dikurangi tebal lapisan 2. Faktor equivalent untuk subbase
subbase berdasarkan nilai plot grafik course diambil bahan P-209 Crushed
tersebut. Agregate Base Course yaitu 1,4 maka tebal
Tebal subbase = 46 inci – 13 inci = 33 inci 33
subbase yang distabilisasikan yaitu 
j. Menghitung tebal perkerasan 1,4
permukaan (surface course) 23,57 inci ̴ 24 inci
Tebal surface dapat langsung dilihat dari Jadi tebal perkerasan dengan subbase
grafik pesawat rencana yang berupa tebal dan base course yang telah distabilisasi
surface untuk daerah kritis dan non kritis. adalah :
Untuk daerah kritis adalah 4 inci = 10,16 cm Total = 4 + 16,88 + 23,57 = 44,45 inci =
sedangkan untuk non kritis adalah 3 inci =
112,91 cm = 113 cm
7,62 cm.
k. Menghitung tebal perkerasan base Tabel 14 Perbandingan tebal perkerasan
course
Tebal base course sama dengan lapisan di atas Perbandingan
Lapisan perkerasan
subbase atau tebal lapisan hasil plot grafik Eksisting Perhitungan
subbase dikurangi tebal permukaan (surface). inci cm inci cm
Tebal base course = 33 inci – 4 inci = 27 Lapisan permukaan
(Surface) 4 10,16 4 10,16
inci. Lapis Pondasi Atas
l. Menghitung ketebalan daerah non (Base) 15 38,1 16,88 42,88
kritis Lapis Pondasi
Bawah (Subbase) 20 50,8 23,57 59,87
Ketebalan daerah non kritis masing-masing
Total 39 99,06 44,45 112,91
lapisan didapat dengan mengalikan dengan
faktor pengali 0,9 T untuk tebal base dan
Data eksisiting perkerasan didapat
subbase. Untuk faktor pengali 0,7 T hanya
melalui wawancara dengan pihak PT

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 11


Angkasapura II di Minangkabau pengembangan akan direncanakan taxiway
International Airport. Dari Tabel 26 parallel nantinya dan untuk dimensinya juga
menunjukkan adanya perbedaan hasil dari mampu untuk melayani jenis pesawat
perkerasan dimana hasil perhitungan lebih rencana nantinya.
besar dari keadaan yang ada dilapangan. 3. Keadaan apron kondisi eksisting
diperoleh luas apron sebesar 37.800 m2,
2.Perkerasan Taxiway dimana pada keadaan ini bias menampung
Pada taxiway juga direncanakan delapan pesawat yaitu terdiri dari tiga
menggunakan perkerasan lentur dengan pesawat besar, tiga pesawat sedang dan dua
metode FAA. Perencanaan taxiway pesawat kecil. Dalam menentukan jenis
menggunakan data dan tahapan perencanaan pesawatnya diambil dari jumlah pergerakan
yang sama, namun dianggap untuk pesawat paling besar dimana didapat jenis
perencanaan dipakai daerah non kritis. pesawat yaitu A 330 – 300, B 737 – 300, dan
A. Menghitung tebal perkerasan A 320 – 200. Setelah dilakukan perhitungan
permukaan (surface course) didapat luasan apron yaitu 49.055,73 m2
Dari kurva perencanaan perkerasan lebih besar dari keadaan eksisiting maka
flexible diperoleh ketebalan perkerasan di perlu ditingkatkan lagi. Pada tahap
daerah nonkritis = 3 inch = 7,62 cm ≈ 8 cm. pengembangan luas apron direncanakan
B. Menghitung tebal base course sebesar 80.520 m2 akan menampung 16
Untuk tebal base coarse, digunakan pesawat. Dimana terdiri dari enam jenis
tebal = 0,9 kali tebal base coarse kondisi pesawat yaitu satu buah pesawat B 747 –
kritis, sehingga tebal base coarse = 0,9 x 27 400, enam buah pesawat A 330 – 300, dua
cm =24,3 inci ≈ 25 inci. buah pesawat A 320 – 200, dua buah
C. Menghitung tebal subbase course pesawat B 737 -300, tiga buah B 737 – 800,
Untuk tebal subbase coarse, digunakan dan dua buah C 208. Setelah dilakukan
tebal = 0,9 kali tebal subbase coarse kondisi perhitungan didapat hasilnya sebesar
kritis, sehingga tebal subbase coarse = 0,9 x 111.913,31 m2 melebihi dari yang
33 inci = 29,7 inci ≈ 30 inci. direncanakan maka perlu pengembangan
lagi. Perbedaan hasil bisa terjadi karena
4. KESIMPULAN perbedaan penentuan jenis pesawat yang
1. Hasil perhitungan panjang landasan dilayani.
pacu (runway) pada kondisi eksisting 4. Jam puncak penumpang untuk tahap
dimana setelah dicoba perhitungan pembangunan tahun 2020 dimana didapat
menggunakan dua buah pesawat yaitu B 737 hasilnya 5.323 penumpang sedangkan untuk
– 300 dan B 747 – 300 didapat hasil lebih tahun 2035 sebesar 9.220 penumpang. Jam
besar dari keadaan eksistingnya, maka perlu puncak pesawat untu tahap pengembangan
ditingkatkan lagi . Untuk tahap tahun 2020 didapat 17 pesawat sedangkan
pengembangan dengan jenis pesawat B 747 untuk tahun 2035 sebesar 29 pesawat.
– 400 didapat hasilnya sudah dapat melayani 5. Pada perkerasan runway didapat
semua rencana operasional jenis pesawat. perbedaan dimana perhitungan lebih besar
2. Keadaan eksisting taxiway di dari keadaan eksistingnya dimana untuk
Minangkabau International Airport ini keadaan eksisting didapat total kedalaman
sebenarnya telah dirancang untuk kapasitas 99,06 cm sedangkan hasil perhitungan
jenis pesawat terbesar. Setelah dilakukan didapat 112,91 cm.
perhitung menggunakan pesawat yang
terbesar lebar sayap dan panjangnya yaitu B 5. SARAN
747 - 300, masih mampu untuk melayani 1. Untuk dapat melayani pesawat yang
pesawat tersebut. Dari tiga taxiway yang ada lebih besar Minangkabau International
ketiganya mampu melayani pesawat yang Airport memerlukan pembangunan dan
ada saat sekarang ini. Pada tahap pengembangan baik landasan pacu

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 12


(runway), landasan hubung (taxiway), dan Kuswandi. H. (2010). Evaluasi Teknis
landasan parkir (apron). Pengembangan Infrastruktur Landing Movement dan
harus dilakukan sedemikian rupa dengan Terminal Building Bandar Udara
melihat kondisi eksisting dan aspek Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.
lingkungan sekitar sehingga menghasilkan Skripsi : Universitas Riau.
perencanaan yang baik.
2. Perlu dilakukan uji kelayakan model Permenhub Tahun 1999. Rencana Induk
pada output SPSS sehingga menghasilkan Minangkabau International Airport.
data yang lebih akurat. Menteri Perhubungan.
3. Perlu dilakukan kajian mendetail Permenhub 48 Tahun 2002.
terhadap pergerakan pesawat jam puncak. Penyelenggaraan bandar udara umum.
4. Perlu adanya penambahan dan variasi Menteri Perhubungan.
jumlah pesawat yang digunakan dalam
perencanaan perkerasan sehingga Permenhub 69 Tahun 2013. Tatanan
menghasilkan data perencanaan yang lebih Kebandarudaraan Nasional. Menteri
baik. Perhubungan.
5. Perlu adanya pembagian distribusi Sandhyavitri, A., & Taufik, H. (2005).
jumlah pesawat dalam perencanaan apron TEKNIK LAPANGAN TERBANG 1 (
sehingga menghasilkan perencanaan yang TEORI DASAR ). Diktat kuliah
lebih efisien. Universitas Riau.
Sarwono, J. (2009). Regresi linier, 1–14.
DAFTAR PUSTAKA
SKEP 77/VI. (2005). Persyaratan Teknis
Anthony, S. (2012). Tugas Besar Rekayasa Pengoperasian Fasilitas Teknik
Lapangan Terbang (Bandar Udara Bandar Udara. Direktorat Jenderal
Husein Sastranegara , Bandung : Perhubungan Udara.
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan. SKEP 120/VI/2002. Petunjuk Pelaksanaan
Charles,B.(2015). Proyeksi Kebutuhan Pembuatan Rencana Induk Bandar
Lnding Movement Bandar Udara Udara. Direktoral Jenderal
Berdasarkan 3 Standarisasi Teknis Perhubungan Udara.
(Studi Kasus : Bandara Sultan Syarif SKEP/161/IX. (2003). Petunjuk
Kasim II Pekanbaru) .Skripsi : pelaksanaan,
Universitas Riau. perencanaan/perancangan landasan
Basuki, H. (2008). Merancang dan pacu, taxiway, dan apron pada bandar
Merencana Lapangan Terbang. udara. Direktorat Jenderal
Bandung : Alumni. Perhubungan Udara.

Geospasial Transportasi. (2013). Informasi Susys. (2010). Regresi dan Korelasi linier
sederhana, 1–11.
Geo-spasial Transportasi (Informasi
Utami, A. H. D. (2012). Analisis
25 Bandar Udara Utama). Pengembangan Runway dan Fasilitas
Kementerian Perhubungan. alat bantu pendaratan di Bandar
Udara Depati Amir Bangka. Skripsi.
Horonjeff, R., McKelvey, F., Sproule, W., & Yogyakarta : Sekolah Tinggi Teknologi
Young, S. (2010). Planning and Design Adisutjipto.
of Airports, Fifth Edition. (Fifth, Ed.).
New York: Mc Graw Hill.

Jom FTEKNIK Volume 4 No. 2 Oktober 2017 13

Anda mungkin juga menyukai