Anda di halaman 1dari 27

OLEH :

BAYU ZEN AHMAD

SRI MUSTIKA DEWI

SRI RAHAYU

ST. SASNA SHOIMAH RAMADHAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat walau sedikit untuk menambah ilmu pengetahuan kita
semua.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kendari , 10 Agustus 2014

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan 3


B. Jenis Sistem Pemerintahan 5
C. System Pemerintahan di Indonesia 8
D. Pengaruh Sistem Pemerintahan Satu Negara Terhadap Negara-Negara Lain 20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 23
B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu

kestabilan negara. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme

karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat ataupun merugikan

rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat dimana tidak bisa diubah

dan menjadi statis. Jika suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis,

absolut maka hal itu akan berlangsung selama-lamanya hingga adanya desakan kaum

minoritas untuk memprotes hal hal tersebut.

Secara luas berarti sistem pemerintahan itu menjaga kestabilan masyarakat,

menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas, menjaga fondasi

pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan sehingga

menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya

masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.

Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu

secara menyeluruh.

Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk

menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif

lama dan mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu

sendiri.

4
B. Rumusan Masalah

Masalah yang dapat kita rumuskan dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pemerintahan Indonesia?

2. Factor-faktor yang mempengaruhi sistem pemerintahan Indonesia?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia

2. Mengetahui pelaksanaan sistem pemerintahan Indonesia.

D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah:

1. Sebagai salah satu tugas dalam mata pelajaran PKN

2. Dapat membantu dalam pembelajaran mata pelajaran PKN.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Pemerintahan

Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan

pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari kata sistem (bahasa Inggris)

yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal

dari kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. kata-kata itu berarti:

a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau

b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau,

Negara.

c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang

dilakukan oleh badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara

dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit,

pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif

beserta jajarannya dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem

pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai

komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam

mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan. Kekuasaan dalam suatu Negara menurut

Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti

kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan pemerintahan;

Kekuasaan Legislatif yang berati kekuasaan membentuk undang-undang; Dan

Kekuasaan Yudikatif yang berati kekuasaan mengadili terhadap pelanggaran atas

undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi lembaga

eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan

6
adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya

lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan.

Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan

negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi segenap

bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada

dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling

menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.

Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah

kepala negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan

melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen

akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabila semua menteri yang ada tersebut

dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet.

Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.

1) Kabinet Presidensial

Kabinet presidensial adalah suatu kabinet dimana pertanggungjawaban atas

kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh presiden. Presiden merangkap jabatan

sebagai perdana menteri sehingga para menteri tidak bertanggung jawab kepada

perlemen/DPR melainkan kepada presiden. Contoh negara yang menggunakan sistem

kabinet presidensial adalah Amarika Serikat dan Indonesia.

7
2) Kabinet Ministrial

Kabinet ministrial adalah suatu kabinet yang dalam menjalankan

kebijaksaan pemerintan, baik seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama seluruh anggota kebinet bertanggung jawab kepada parlemen/DPR.

Contoh negara yang menggunakan sistem kabinet ini adalah negara-negara di

Eropa Barat.

Apabila dilihat dari cara pembentukannya, cabinet ministrial dapat dibagi

menjadi dua, yaitu cabinet parlementer dan cabinet ekstraparlementer.

- Kabinet parlementer adalah suatu kabinet yang dibentuk dengan

memperhatikan dan memperhitungkan suara-suara yang ada didalam parlemen.

Jika dilihat dari komposisi (susunan keanggotaannya), cabinet parlementer

dibagi menjadi tiga, yaitu kabinet koalisi, kabinet nasional, dan kabinet partai.

- Kabinet Ekstraparlementer adalah kebinet yang pembentukannya tidak

memperhatikan dan memperhitungkan suara-suara serta keadaan dalam

parlemen/DPR.

B. Jenis Sistem Pemerintahan

Dalam pembagiannya, sistem pemerintahan dibagi atas 2 klasifikasi besar, yaitu:

1. Sistem Parlementer

Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana

parlemen memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini

parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan

parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara

mengeluarkan semacam mosi tidak percaya.

Sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana

menteri, yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil,

8
presiden berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem

parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.

Ciri-ciri pemerintahan parlemen yaitu:

 Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan


sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
 Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja
diseleksi berdasarkan undang-undang.
 Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk
mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin
departemen dan non-departemen.
 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:

- Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi


penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
- Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
- Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:

o Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas


dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh
parlemen.
o Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan
berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat
bubar.

9
o Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota
kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas. Karena
pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet dapat
mengusai parlemen.
o Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2. Sistem Presidensial

Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif kuat

dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya

dukungan politik. Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden.

Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap

negara, dan terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia

diberhentikan karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang

wakil presiden akan menggantikan posisinya.

Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu :

 Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala


negara.
 Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan
dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
 Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
 Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif (bukan
kepada kekuasaan legislatif).
 Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
 Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

10
Kelebihan Sistem Pemerintahan Presidensial:

- Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada


parlemen.
- Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima tahun.
- Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.
- Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena
dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan Sistem Pemerintahan Presidensial:

 Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.
 Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.
 Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar
antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas
 Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.

C. Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Sistem pemerinatahan negara Republik Indonesia mengalami beberapa kali

perubahan seiring dengan berubahnya konstitusi yang digunakan di Indonesia.

Adapaun sistem pemerinatahan yang pernah berlangsung anatara lain adalah:

a. Sistem Pemerintahan Periode 1945-1949

Lama periode : 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
(18 Agustus 1945 - 19 Desember 1948)
Syafruddin Prawiranegara (ketua PDRI)
(19 Desember 1948 - 13 Juli 1949)

11
Ir. Soekarno & Mohammad Hatta
(13 Juli 1949 27 - Desember 1949)

Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945,

tidak menganut suatu sistem pemerintahan dari negara manapun, melainkan

merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia sendiri. Jika diperhatikan

sistematika dari sejak pembentukan UUD 1945 (BPUPKI) yang dijadikan dasar

pembentukan sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia dapat kita ketahui

dari Batang tubuh dan Penjelasan Resmi dari UUD 1945 bahwa negara Republik

Indonesia menganut Sistem pemerintahan Presidensial.

Pada bagian Batang Tubuh UUD 1945 terdapat dalam pasal 4 ayat 1 yang

menyatakan “ Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan

menurut Undang – Undang Dasar “. Sedangkan pada pasal 5 ayat 2 menyatakan

“ Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

sebagaimana mestinya “. Pada pasal 17 ayat 1 menyatakan Presiden dibantu oleh

menteri-menteri negara. Pasal 17 ayat 2 menyebutkan: Menteri-menteri diangkat

dan diberhentikan oleh Presiden.

Pada Penjelasan Resmi UUD 1945, pada awal dibentuknya UUD 1945

yang ditetapkan 18 Agustus 1945 oleh PPKI dapat kita jumpai adanya penegasan

tentang Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagai berikut : 1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas

hukum, 2. Sistem Konstitusional, 3. Kekuasaan yang tertinggi ditangan MPR, 4.

Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di bawah Majelis, 5.

Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, 6. Menteri Negara adalah

pembantu Presiden , Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, 7.

Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.

12
Adapun lembaga negara menurut UUD 1945 periode 18 Agustus 1945

adalah 1. MPR, 2. DPR, 3. Presiden dan Wk. Presiden, 4. MA, 5. BPK, 6. DPA.

Pernyataan van Mook untuk tidak berunding dengan Soekarno adalah

salah satu faktor yang memicu perubahan sistem pemerintahan dari presidensial

menjadi parlementer. Gelagat ini sudah terbaca oleh pihak Republik Indonesia,

karena itu sehari sebelum kedatangan Sekutu, tanggal 14 November 1945,

Soekarno sebagai kepala pemerintahan republik diganti oleh Sultan Sjahrir yang

seorang sosialis dianggap sebagai figur yang tepat untuk dijadikan ujung tombak

diplomatik, bertepatan dengan naik daunnya partai sosialis di Belanda.

Setelah munculnya Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 November

1945, terjadi pembagian kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif

dijalankan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-

kekuasaan lainnya masih tetap dipegang oleh presiden sampai tanggal 14

November 1945. Dengan keluarnya Maklumat Pemerintah 14 November 1945,

kekuasaan eksekutif yang semula dijalankan oleh presiden beralih ke tangan

menteri sebagai konsekuensi dari dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.

b. Sistem Pemerintahan Konstitusi RIS 1949(Periode 1949-1950)

Lama periode : 27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950


Bentuk Negara : Serikat (Federasi)
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Konstitusi : Konstitusi RIS
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno = presiden RIS (27 Desember 1949 - 15
Agustus 1950)
Assaat = pemangku sementara jabatan presiden RI
(27 Desember 1949 - 15 Agustus 1950)

Dalam periode ini yang dijadikan sebagai pegangan adalah Konstitusi

Republik Indonesia Serikat 1949 (KRIS 1949). UUD ini terdiri dari Mukadimah,

197 pasal dan 1 lampiran. Dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa Republik

13
Indonesia yang Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum

yang demokrasi dan berbentuk federal.

Kekuasaan kedaulatan di dalam Negara Republik Indonesia Serikat

dilakukan oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan perwakilan Rakyat dan

Senat sesuai dengan pasal 1 ayat 2 Konstitusi RIS 1949, Badan pemegang

kedaulatan ini juga merupakan badan pembentuk undang-undang yang

menyangkut hal-hal yang khusus mengenai satu, beberapa atau semua negara

bagian atau bagiannya. Mengatur pula hubungan khusus antara negara RIS dengan

daerah-daerah yang tersebut dalam pasal 2 dan pasal 127 a. Pembuatan undang-

undang tanpa Senat tetapi hanya dilakukan oleh pemerintah dan DPR merupakan

produk undang-undang yang tidak mengatur masalah hubungan negara RIS

dengan negara bagian

Menurut ketentuan pasal-pasal yang tercantum dalam Konstitusi RIS 1949

(pasal 118 ayat 2), sistem pemerintahan yang dianutnya adalah sistem

pemerintahan parlementer. Pada sistem ini, kabinet bertanggung jawab kepada

parlemen (DPR), dan apabila pertanggung jawabannya itu tidak diterima oleh

parlemen atau DPR, maka kabinet secara perseorangan atau secara bersama-sama

harus mengundurkan diri atau membubarkan diri, jadi kedudukan kabinet sangat

tergantung pada parlemen (DPR).

Pada tanggal 23 Agustus sampai dengan 2 September 1949 dikota Den

Hagg (Netherland) diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB). Delegasi RI

dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, Delegasi BFO (Bijeenkomst voor Federale

Overleg) dipimpin oleh Sultan Hamid Alkadrie dan delegasi Belanda dipimpin

olah Van Harseveen.

14
Adapun tujuan diadakannya KMB tersebut itu ialah untuk meyelesaikan

persengketaan Indonesia dan Belanda selekas-lekasnya dengan cara yang adil dan

pengakuan kedaulatan yang nyata, penuh dan tanpa syarat kepada Republik

Indonesia Serikat (RIS).

Salah satu keputusan pokok KMB ialah bahwa kerajaan Belanda mengakui

kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali

kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949.

Demikianlah pada tanggal 27 Desember 1949 Ratu Juliana menandatangani

Piagam Pengakuan Kedaulatan RIS di Amesterdam. Bila kita tinjau isinya

konstitusi itu jauh menyimpang dari cita-cita Indonesia yang berideologi pancasila

dan ber UUD 1945 karena :

1. Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federalisme) yang terbagi

dalam 16 negara bagian, yaitu 7 negara bagian dan 9 buah satuan kenegaraan

(pasal 1 dan 2, Konstitusi RIS).

2. Konstitusi RIS menentukan suatu bentuk negara yang leberalistis atau

pemerintahan berdasarkan demokrasi parlementer, dimana menteri-

menterinya bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah kepada

parlemen (pasal 118, ayat 2 Konstitusi RIS)

3. Mukadimah Konstitusi RIS telah menghapuskan sama sekali jiwa atau

semangat pembukaan UUD proklamasi sebagai penjelasan resmi proklamasi

kemerdekaan negara Indonesia (Pembukaan UUD 1945 merupakan

Decleration of independence bangsa Indonesia, kata tap MPR no.

XX/MPRS/1996).Termasuk pula dalam pemyimpangan mukadimah ini

adalah perubahan kata- kata dari kelima sila pancasila. Inilah yang kemudian

yang membuka jalan bagi penafsiran pancasila secara bebas dan sesuka hati

15
hingga menjadi sumber segala penyelewengan didalam sejarah

ketatanegaraan Indonesia.

c. Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959

Lama periode : 15 Agustus 1950 – 5 Juli 1959


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Konstitusi : UUDS 1950
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

Negara Kesatuan menjadi pilihan pada masa berlakunya UUD Sementara

1950, hal tersebut ditegaskan dalam pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 yang berbunyi

“ Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang

demokratis dan berbentuk kesatuan “.

Bentuk negara kesatuan merupakan kehendak rakyat Indonesia, hal ini

dikemukakan dalam Undang-Undang No. 7 tahun 1950, sedangkan pada

Mukadimah UUDS 1950 menyebutkan “ Maka demi ini kami menyusun

kemerdekaan kami itu dalam suatu piagam negara yang berbentuk Republik

kesatuan “

Pada pasal 45 UUDS 1950 disebutkan “ Presiden ialah Kepala Negara “.

Sedangkan UUDS 1950 menganut sistem pemerintahan parlementer dapat kita

temukan dalam pasal 83 ayat 1 dan 2 yang menyebutkan :

1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat.

2. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan

pemerintah, baik bersama-sama untuk keseluruhannya, maupun

masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.

Berdasarkan pasal 134 UUDS 1950 menegaskan Konstituante (Sidang

pembuat UUD) bersama-sama Pemerintah selekas-lekasnya menetapkan UUD

16
Republik Indonesia yang akan menggantikan UUDS 1950. Mengingat UUD

1950 masih bersifat sementara, maka harus segera ada UUD yang tetap.

Berdasarkan UUDS 1950 pembentukan badan Konstituante haruslah melalui

pemilihan umum. Pemilihan umum untuk anggota Konstituante, baru dapat

terlaksana pada tanggal 15 Desember 1955, dan Konstituante untuk pertama

kali bersidang pada tanggal 10 Nopember 1956 dalam sidang ini dibuka oleh

Presiden Soekarno di Bandung. Pada sidang Konstituante inilah untuk pertama

kalinya Presiden Soekarno memperkenalkan istilah Demokrasi Terpimpin.

Ternyata Konstituante selalu gagal dalam merumuskan dan menetapkan UUD

yang difinitif sehingga otomatis sistem pemerintahan yang berlaku adalah

sistem pemerintahan yang pertama berlaku di Indonesia.

UUDS 1950 adalah konstitusi yang berlaku di negara Republik

Indonesia sejak 17 Agustus 1950 hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli

1959.

UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat

menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam Sidang

Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS tanggal 14 Agustus 1950 di Jakarta.

Konstitusi ini dinamakan "sementara", karena hanya bersifat sementara,

menunggu terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan

menyusun konstitusi baru. Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih

Konstituante secara demokratis, namun Konstituante gagal membentuk

konstitusi baru hingga berlarut-larut.

17
Dekrit Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan

Konstituante untuk menetapkan UUD baru sebagai pengganti UUDS 1950.

Anggota konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956. Namun pada

kenyataannya sampai tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang

diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk

kembali kepada UUD 1945 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden

Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22

April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD 1945. Pada 30

Mei 1959 Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara

menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang

menyatakan setuju lebih banyak tetapi pemungutan suara ini harus diulang,

karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Pemungutan suara kembali

dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini

Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan,

Konstituante memutuskan reses yang ternyata merupakan akhir dari upaya

penyusunan UUD.

Pada 5 Juli 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit

yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka.

Isi dekrit presiden 5 Juli 1959 antara lain :

1. Kembali berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950

2. Pembubaran Konstituante

3. Pembentukan MPRS dan DPAS

18
d. Sistem Pemerintahan Periode 1959 – Sekarang (Orde Lama, Orde Baru,
Reformasi)

Pada perkembangan sistem pemerintahan Indonesia melalui berbagai

masalah-masalah yang terjadi sehingga memiliki banyak macam sistem

pemerintahan yang berbeda dari masa ke masa. Seperti yang telah diketahui,

masa-masa itu terdiri dari sebagai berikut:

1. Orde Lama

Lama periode : 5 Juli 1959 – 22 Februari 1966


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Ir.Soekarno & Mohammad Hatta

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling

tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka

pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang

salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,

menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.

Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945,


diantaranya:

- Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil.

Ketua DPA menjadi Menteri Negara.

- MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

- Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September

Partai Komunis Indonesia.

19
2. Orde Baru

Lama periode : 22 Februari 1966 – 21 Mei 1998


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : Soeharto (22 Februari 1966 – 27 Maret 1968)
Soeharto (27 Maret 1968 – 24 Maret 1973)
Soeharto & Adam Malik (24 Maret 1973 – 23 Maret 1978)
Soeharto & Hamengkubuwono IX (23 Maret 1978 –11 Maret 1983)
Soeharto & Try Sutrisno (11 Maret 1983 – 11 Maret 1988)
Soeharto & Umar Wirahadikusumah (11 Maret 1988 – 11 Maret 1993)
Soeharto & Soedharmono (11 Maret 1993 – 10 Maret 1998)
Soeharto & BJ Habiebie (10 Maret 1998 – 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan

menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun

pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang

murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang Konglomerat/private debt

dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33 UUD 1945 yang

memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan sumber

alam kita.

Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat

"sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:

- Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR

berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan

melakukan perubahan terhadapnya

- Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain

menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih

dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.

20
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan

pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.

Pada perkembangannya, masa orde baru ini memiliki ciri-ciri atau ditandai

dengan adanya kejadian-kejadian sebagai berikut:

- Lahirnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yaitu 1. bubarkan PKI, 2. bersihkan

Kabinet Dwi Kora dari PKI, 3. turunkan harga barang/perbaiki ekonomi.

- Pemerintah Orde baru lebih menekankan pada pembangunan dengan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemudian stabilitas nasional dan

pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang terkenal dengan Tri Logi

Pembangunan.

- Selama pemerintah Orde baru, parpol dan lembaga dewan sangat lemah

karena selalu dalam bayangan dan kontrol yang kuat, kekuasaan pemerintah di

bawah Soeharto sangat kuat, kehidupan berpolitik rakyat mati suri, sedikit

kritik berarti siap untuk menanggung akibatnya yaitu hilang dan tidak ada

kabar beritanya.

3. Masa Reformasi

Lama periode : 21 Mei 1998 – sekarang


Bentuk Negara : Kesatuan
Bentuk Pemerintahan : Republik
Sistem Pemerintahan : Presidensial
Konstitusi : UUD 1945
Presiden & Wapres : B.J Habiebie (21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999)
Abdurrahman Wahid & Megawati Soekarnoputri,
(20 Oktober 1999 – 23 Juli 2001)
Megawati Soekarnoputri & Hamzah Haz,
(23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004)
Susilo Bambang Yudhoyono & Muhammad Jusuf Kalla,
(20 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009)
Susilo Bambang Yudhoyono & Boediono (20 Oktober 2009 – 2014)

21
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan

(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD

1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan

MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat

besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (sehingga dapat

menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang

semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan

konstitusi.

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan

aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian

kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain

yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan

UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD

1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau

selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial.

Kejadian-kejadian yang terjadi pada masa reformasi ditandai dengan

adanya hal-hal seperti berikut:

- Lembaga legeslatif dan organisasi sosial politik sudah memiliki keberanian

untuk menyatakan pendapatnya terhadap ekskutif yang cenderung seimbang

dan proporsional.

- Lembaga MPR sudah berani mengambil langkah-langkah politis melalui

sidang tahunan dengan menuntut adanya laporan pertanggungjawaban tugas

lembaga negara (progress report), UUD 1945 diamandemen, Pimpinan MPR

22
dan DPR dipisahkan jabatannya, berani memecat Presiden dalam sidang

istimewanya.

- Dalam amandemen UUD 1945 masa jabatan Presiden paling banyak dua kali

masa jabatan, Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat mulai

dari pemilu 2004 dan yang terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden

pertama pilihan langsung rakyat adalah Soesilo Bambang Yudoyono dan

Yoesuf Kala, MPR tidak lagi lembaga tertinggi negara melainkan lembaga

negara yang kedudukannya sama denga Presiden, MA, BPK, kedaulatan

rakyat tidak lagi ditangan MPR melainkan menurut UUD.

D. Pengaruh Sistem Pemerintah Satu Negara Terhadap Negara-Negara Lain

Sistem pemerintahan negara-negara didunia ini berbeda-beda sesuai dengan

keinginan dari negara yang bersangkutan dan disesuaikan dengan keadaan bangsa dan

negaranya. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, sistem pemerintahan presidensial

dan sistem pemerintahan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan

yang dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan Inggris masing-

masing dianggap pelopor dari sistem pemerintahan presidensial dan sistem

pemerintahan parlementer. Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-

negar lainnya.

Contoh negara yang menggunakan sistem pemerintahan presidensial: Amerika

Serikat, Filipina, Brasil, Mesir, dan Argentina. Dan contoh negara yang menggunakan

sistem pemerintahan parlemen: Inggris, India, Malaysia, Jepang, dan Australia.

Meskipun sama-sama menggunakan sistem presidensial atau parlementer,

terdapat variasi-variasi disesuaikan dengan perkembangan ketatanegaraan negara

23
yang bersangkutan. Misalnya, Indonesia yang menganut sistem pemerintahan

presidensial tidak akan sama persis dengan sistem pemerintahan presidensial yang

berjalan di Amerika Serikat. Bahkan, negara-negara tertentu memakai sistem

campuran antara presidensial dan parlementer (mixed parliamentary presidential

sistem). Contohnya, negara Prancis sekarang ini. Negara tersebut memiliki presiden

sebagai kepala negara yang memiliki kekuasaan besar, tetapi juga terdapat perdana

menteri yang diangkat oleh presiden untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari.

Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu

kegunaan penting sistem pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu negara

menjadi dapat mengadakan perbandingan oleh negara lain. Suatu negara dapat

mengadakan perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan dengan sistem

pemerintahan yang dilaksakan negara lain. Negara-negara dapat mencari dan

menemukan beberapa persamaan dan perbedaan antarsistem pemerintahan. Tujuan

selanjutnya adalah negara dapat mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang

dianggap lebih baik dari sebelumnya setelah melakukan perbandingan dengan negara-

negara lain. Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai

sistem pemerintahan negara yang bersangkutan.

Para pejabat negara, politisi, dan para anggota parlemen negara sering

mengadakan kunjungan ke luar negeri atau antarnegara. Mereka melakukan

pengamatan, pengkajian, perbandingan sistem pemerintahan negara yang dikunjungi

dengan sistem pemerintahan negaranya. Seusai kunjungan para anggota parlemen

tersebut memiliki pengetahuan dan wawasan yang semakin luas untuk dapat

mengembangkan sistem pemerintahan negaranya.

24
Pembangunan sistem pemerintahan di Indonesia juga tidak lepas dari hasil

mengadakan perbandingan sistem pemerintahan antarnegara. Sebagai negara dengan

sistem presidensial, Indonesia banyak mengadopsi praktik-praktik pemerintahan di

Amerika Serikat. Misalnya, pemilihan presiden langsung dan mekanisme cheks and

balance. Konvensi Partai Golkar menjelang pemilu tahun 2004 juga mencontoh

praktik konvensi di Amerika Serikat. Namun, tidak semua praktik pemerintahan di

Indonesia bersifat tiruan semata dari sistem pemerintahan Amerika Serikat.

Contohnya, Indonesia mengenal adanya lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat,

sedangkan di Amerika Serikat tidak ada lembaga semacam itu.

Dengan demikian, sistem pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai

bahan perbandingan atau model yang dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem

pemerintahan negara lain. Amerika Serikat dan Inggris masing-masing telah mampu

membuktikan diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial

dan parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut

selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya disesuaikan

dengan negara yang bersangkutan.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah sistem

pemerintahan merupakan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh

badan-badan legislative, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam rangka

mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Sistem pemerintahan diklasifikasikan

menjadi 2 yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan

presidensial.

Sistem pemerintahan di Indonesia diurutkan sesuai dengan tahunnya: 1. Sistem

Pemerintahan Periode 1945-1949; 2. Sistem Pemerintahan Periode 1949-1950; 3.

Sistem Pemerintahan Periode 1950-1959; 4. Sistem Pemerintah Periode 1959-

sekarang. Pada sistem pemerintahan Periode 1959-sekarang terdiri atas 3 Masa

yaitu, Masa Orde Baru, Masa Orde Lama, dan Masa Reformasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, makalah ini mempunyai banyak kekurangan

dan jauhnya dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang

bersifat membangun sangatlah penulis harapkan terutama dari rekan pembaca

sekalian demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang, semoga makalah ini

bermanfaat untuk kita semua dan menambah wawasan kita.

26
DAFTAR PUSTAKA

http://sistempemerintahindonesia.blogspot.com/2013/06/Sistem-Pemerintahan-Indonesia-Sebelum-
dan-Sesudah-Amandemen.html

http://kayamata.blogspot.com/2013/05/sistem-pemerintahan-indonesia-dari-masa.html

http://aprileopgsd.wordpress.com/2013/03/19/makalah-sistem-pemerintahan-di-indonesia/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pemerintahan

27

Anda mungkin juga menyukai