01 GDL Evaricawid 1323 1 Ktievar 4 PDF
01 GDL Evaricawid 1323 1 Ktievar 4 PDF
DI SUSUN OLEH :
EVARICA WIDYAWATI
P.12 084
i
PEMBERIAN TEHNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN
KEPERAWATAN AN.A DENGAN POST OPERASI
APPENDISITIS LAPARATOMI DI RUANG
KANTIL 2 RSUD KARANGANYAR
DI SUSUN OLEH :
EVARICA WIDYAWATI
P.12 084
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
KARANGANYAR “.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
v
4. S.Dwi Sulistyawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen penguji yang telah
ilmiah ini.
7. Kedua orang tua kami, yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan
pendidikan.
STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat
Semoga Laporan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk ilmu kesehatan
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH….. ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ..... iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................ 4
C. Manfaat Penulisan...............................................................5
vii
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien..................................................................... 42
B. Pengkajian .......................................................................... 42
1. Pola Kesehatan Fungsional ........................................... 44
2. Pemeriksaan Fisik.......................................................... 47
3. Terapi .............................................................................. 49
C. Perumusan Masalah Keperawatan......................................... 50
D. Intervensi Keperawatan......................................................... 52
E. Implementasi Keperawatan................................................... 54
F. Evaluasi Keperawatan........................................................... 58
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian…………………………………………………. 63
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………. 66
C. Intervensi Keperawatan…………………………………..... 68
D. Implementasi Keperawatan………………………………... 71
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Karanganyar “.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jumlah penderita pada tahun 2008 sebanyak 734.138 orang dan meningkat
populasi dengan insiden 1,1 kasus per 1000 penduduk per tahun. Dari segi
usia 20-20 tahun adalah usia yang paling sering mengalami appendisitis.
Laki-laki 1,4 kali lebih sering daripada wanita. Angka kematian secara
keseluruhan adalah 0,2-0,8% dan lebih sering oleh karena komplikasi yang
dengan urutan keempat terbanyak pada tahun 2006. Data yang dirilis oleh
indonesia mencapai 591.819 orang dan meningkat pada tahun 2009 sebesar
1
2
pada usia antara 10-30 tahun. Dimana insiden laki-laki lebih tinggi daripada
tahun. Salah satu kelainan atau penyakit yang terjadi dalam sistem
appendisitis.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya
3
perut. Pasien pasca operasi pada umumnya mengalami nyeri, nyeri pasca
kesehatan. Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan
yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu
dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Tehnik genggam
intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Hasil penelitian tersebut
pasien mengatakan nyeri pada bagian luka post operasi laparatomi, nyeri
dirasakan saat bergerak, skala nyeri 7, nyeri hilang timbul selama 5-10 menit.
Untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan cara teknik relaksasi genggam jari
Karanganyar.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
appendisitis laparatomi.
5
appendisitis laparatomi.
appendisitis laparatomi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
genggam jari.
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Appendisitis
a. Definisi Appendisitis
disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu yang selama ini dikenal
buntu yang selama ini dikenal dan di masyarakat kurang tepat, karena
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak
7
8
2000).
(Jitowiyono, 2012).
b. Klasifikasi Appendisitis
2013).
c. Etiologi
Selain itu hiperplasi limfe, tumor apendiks dan cacing aksaris dapat
menyebabkan penyumbatan.
3) Pemberian barium
5) Tumor
(Saferi, 2013)
10
d. Manifestasi Apendisitis
Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/ region umbilikus disertai mual dan
anoreksia.
1) Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila
lokal di titik Mc. Burney : nyeri tekan, nyeri lepas, defans muskuler.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan
(Rovsing Sign).
muntah, gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam
spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya ditemukan demam ringan dan
(Saferi, 2013)
11
e. Patofisiologi Appendisitis
inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrum.
kanan bawah, keadaan ini disebut dengan apendisitis sukuratif akut. Aliran
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang di ikuti dengan
sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada
f. Pemeriksaan Penunjang
1) USG
2) Ronsent thorak
3) Laboratorium
4) Radiologi
gelembung udara.
13
g. Penatalaksanaan apendisitis
1) Apendiktomi.
3) Pasca operasi
angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan
dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama itu
kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien di anjurkan untuk duduk
untuk duduk diluar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan
h. Komplikasi
1) Perforasi
Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering terjadi pada usia
muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak
Perforasi jarang timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi
2) Peritonitis
relatif jarang.
2. Asuhan Keperawatan
berikut :
tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan
a. Pengkajian
Riwayat :
apendisitis meliputi :
pemberian barium baik lewat mulut atau rektal dan riwayat diit terutama
Riwayat kesehatan :
yang lama.
kesehatan klien sekarang, bisa juga penyakit ini sudah pernah di alami
pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien bisa juga tidak ada
sebelumnya.
Data Subyektif :
Sesudah Operasi yaitu nyeri pada daerah operasi, lemas, haus, mual,
Data Obyektif :
infus, terdapat drain atau pipa lambung, bising usus berkurang dan
Pemeriksaan Laboratorium :
b. Diagnosa keperawatan
apendiks.
anoreksia.
c. Intervensi keperawatan
apendiks.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
(2) Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intensitas nyeri,
anoreksia.
Kriteria Hasil :
c) BB stabil
Intervensi
(1) Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 4
jam.
mual
sesudah operasi.
Kriteria Hasil :
sesudah operasi
Intervensi
pembedahan
bertahap
Kriteria Hasil :
b) Leukosit normal
Intervensi
pasien
21
d. Implementasi Keperawatan
yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan
fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi atau disiplin
e. Evaluasi Keperawatan
tubuh
22
pengobatannya
3. Nyeri
a. Definisi Nyeri
akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer and
Bare, 2012).
menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri (Potter & Perry,
2005).
bagi tenaga kesehatan. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada
b. Teori-Teori Nyeri
otak dan bahwa hubungan antara stimulus dan respon nyeri yang bersifat
optimal terhadap satu atau lebih tipe stimulus tertentu dan tujuan
kritis dalam membedakan sifat stimulus perifer (Price & Wilson, 2002).
inpuls saraf. Pada sejumlah causalgia, nyeri pantom dan neurolgia teori
3) Teori Affect
4) Teori Intensity
cukup.
a) Tipe Nyeri
berikut:
(1)Tipe I
oleh sensori nyeri. Jika serabut saraf berdiameter besar maka akan
(2) Tipe II
dihambat.
c. Penyebab Nyeri
2) Kimia
kimia ini akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini diteruskan
26
kosasih, 2015).
d. Klasifikasi Nyeri
1) Nyeri Akut
2) Nyeri Kronik
nyeri yang timbul akibat cedera jaringan yang tidak progresif atau
kimia yang dihasilkan oleh kanker itu sendiri (Potter & Perry,
2005).
antara lain :
28
1) Bimbingan antisipasi
4) Distraksi
5) Tehnik relaksasi
6) Imajinasi terbimbing
7) Hipnosis
8) Akupuntur
10) Massage
Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua sel
dendrit neuron lain atau struktur eteren misal otot atau kelenjar.
(Bresnick, 2003).
1) Efek fisik
2) Efek perilaku
i. Penilaian Nyeri
1 = Tidak nyeri
3 = Nyeri ringan
5 = Nyeri sedang
7 = Nyeri berat
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
baik.
berkomunikasi, memukul
4) Menurut Wong-Bakers :
34
nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah
ini berbeda bagi perawat dan pasien. Dari waktu ke waktu informasi jenis
a. Definisi
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada
berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi didalam tubuh kita.
dengan rendah diri dan kecil hati. Relaksasi genggam jari digunakan
dikirim melalui serabut saraf aferen non nosiseptor. Serabut saraf non
Pada jari kaki dan tangan ketika dipijat kadang timbul rasa nyeri
b. Tujuan
a. Cara melakukan tehnik genggam jari peganglah tiap jari mulai dari ibu
dan kesembuhan.
yang mengganggu tersebut keluar dari pikiran kita dan masuk ke dalam
bumi.
Subyek yang digunakan dalam aplikasi penelitian ini adalah pada anak
pada tanggal 10-12 Maret 2015, tehnik genggam jari dilakukan kurang lebih
15 menit.
Dalam aplikasi penelitian ini media dan alat yang digunakan sebagai berikut :
2. Jam tangan
1. Cara melakukan tehnik genggam jari peganglah tiap jari mulai dari ibu jari
3. Tarik nafas yang dalam dan lembut hembuskanlah nafas secara perlahan
4. Ketika menarik nafas, hiruplah rasa dengan harmonis, damai, nyaman dan
kesembuhan.
39
40
yang mengganggu tersebut keluar dari pikiran kita dan masuk ke dalam
bumi.
1 = Tidak nyeri
3 = Nyeri ringan
5 = Nyeri sedang
41
7 = Nyeri berat
LAPORAN KASUS
Pada bab ini menjelaskan tentang laporan asuhan keperawatan An.A dengan
A. Identitas Klien
Pasien adalah seorang pelajar yang masih duduk dibangku sekolah menengah
pertama (SMP). Selama dirumah sakit, yang bertanggung jawab atas An.A
adalah ibunya yang bernama Ny.S dengan usia 48 tahun yang beragama Islam,
Mojogedang, Karanganyar.
B. Pengkajian
dirasakan pada An.A adalah nyeri pada bagian luka post operasi appendisitis
laparatomi.
42
43
mengatakan mengalami nyeri perut sebelah kanan bawah selama ±3 hari yang
2015, pukul 10.00 WIB sampai pukul 11.30 WIB waktu yang digunakan saat
operasi yaitu 1,5 jam, dengan keluhan nyeri pada perut. Pasien tidur dengan
Pembedahan di bagian bawah ulu hati sampai dibawah umbilicus. Skala nyeri
pada pasien adalah skala 7 yang dipilih dengan menggunakan skala numerik
dari 0 sampai 10 pasien memilih skala nyeri 7. Luka post operasi ditutup
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap obat dan makanan. Pasien pernah
buruk.
Genogram :
Keterangan :
lingkungan rumahnya bersih tidak ada polusi udara dan jauh dari tempat
perkotaan.
sehat itu penting, pasien berharap cepat sembuh dan ingin cepat pulang untuk
3x/sehari 1 porsi habis dengan nasi, lauk, sayur dan minum air putih ± 1 liter,
pasien mengatakan saat makan tidak mengalami keluhan. Selama sakit pasien
45
mengatakan makan 3x/sehari 1,5 porsi dengan bubur, lauk, sayur dan minum
air putih dan teh hangat, pasien mengatakan selama sakit tidak ada keluhan.
5x/sehari dengan jumlah kurang lebih 800 sampai 1000 cc/hari, warna kuning
jernih berbau khas dan tidak ada keluhan saat BAK. Selama sakit pasien
mengatakan BAK 2 sampai 3x/hari dengan jumlah urine kurang lebih 400
sampai 600 cc/hari berwarna kuning pekat dan berbau khas dan tidak
dan berwarna kuning dan tidak mempunyai keluhan BAB. Selama sakit BAB,
berpindah dan ambulasi ROM secara mandiri dengan nilai 0 (mandiri). Selama
tidur selama ±8 jam sehari tanpa obat tidur dan kadang-kadang tidur siang.
Selama sakit keluarga pasien mengatakan pasien tidur selama 6 sampai 7 jam
normal dan tidak ada gangguan. Selama sakit pasien mengatakan, dapat
berbicara dengan lancar, penglihatan dan pendengaran masih normal dan tidak
ada gangguan, pasien merasakan nyeri pada area abdomen bekas luka post
: nyeri seperti disayat-sayat, R : nyeri pada bagian luka post operasi laparatomi,
Pola persepsi konsep diri, sebelum sakit identitas diri pasien adalah
seorang anak laki-laki yang masih duduk dibangku sekolah menengah pertama
(SMP), peran diri pasien adalah seorang pelajar dan masih duduk dibangku
sekolah menengah pertama (SMP) sebagai pelajar yang rajin, Harga diri
pasien, pasien merasa dihargai oleh anggota keluarga yang lain, masyarakat
sekitar yang ditandai dengan adanya komunikasi yang baik, ideal diri pasien,
bahwa dirinya ingin menjadi seorang anak laki-laki yang baik, gambaran diri
identitas diri pasien adalah seorang anak laki-laki yang masih duduk dibangku
sekolah menengah pertama (SMP), peran diri pasien, bahwa dirinya tidak bisa
Harga diri pasien, pasien merasa dihargai oleh anggota keluarga yang lain,
masyarakat sekitar yang ditandai dengan adanya komunikasi yang baik, ideal
diri pasien, bahwa dirinya ingin menjadi seorang anak laki-laki yang baik,
hubungan dengan keluarga, masyarakat dan pasien yang lain sangat baik. Pola
mengatakan bahwa ketika ada masalah dalam keluarga dirinya selalu bercerita
islam dan melaksanakan sholat 5 waktu. Selama sakit, pasien mengatakan tidak
bisa beribadah menjalankan sholat 5 waktu pasien hanya bisa berdoa ditempat
D. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik hasil tanda-tanda vital adalah tekanan darah 110/80 mmHg,
teratur dan suhu 36,5ºC. Hasil pemeriksaan kepala didapatkan bentuk kepala
Pemeriksaan mata didapatkan fungsi penglihatan baik, mata simetris kanan dan
kiri, sclera putih, pupil normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Pemeriksaan hidung berbentuk simetris, bersih tidak ada polip, tidak terdapat
sekret. Pemeriksaan mulut bersih, simetris kanan dan kiri, mukosa bibir
48
berbentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan nadi
karotis teraba.
Pemeriksaan dada paru, inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada jejas,
tidak menggunakan alat bantu pernafasan. Palpasi vocal premitus kanan dan
kiri sama. Perkusi sonor disemua lapang paru. Auskultasi suara vesikuler
disemua lapang paru, tidak ada suara tambahan, irama teratur. Pemeriksaan
jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak. Palpasi ictus cordis teraba kuat di
SIC 4 dan SIC 5. Perkusi pekak disemua lapang paru. Auskultasi bunyi jantung
Pemeriksaan abdomen inspeksi berbentuk simetris dan ada jejas panjang 16cm.
Auskultasi bising usus 18x/menit. Perkusi kuadran 1 pekak, kuadran II, III, IV
tympani. Palpasi tidak terdapat pembesaran hepar tidak teraba nyeri tekan.
Genetalia bersih, terpasang kateter dan DC. Rektum bersih dan tidak ada
keluhan.
orang lain, ROM kanan pasif. Kekuatan otot kiri 4, ROM aktif pergerakan
terbatas karena terpasang infus. Perabaan akral, akral teraba hangat. Capilary
refile < 2 detik. Ektremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri 4, ROM kanan
dan kiri aktif. Perabaan akral, Akral terasa hangat. Capilary refile < 2 detik.
2015, jam 10.00 WIB. Meliputi Hemoglobin 14,3g/dL (nilai normal 14.00-
mm3 (nilai normal 4.000-10.000 mm3), Trombosit 329 mm3 (nilai normal
MPV 7.5 fL (nilai normal 6.5-12.00 Fl), PDW 16.0 (nilai normal 9.0-17.0),
MCV 81.0 fL (nilai normal 82.0-92.0), MCH 28.4 pg (nilai normal 27.0-31.0
pg), MCHC 35.1 g/Dl (32,0-39,0 dL), Hitung jenis seperti Gran 88.3% (nilai
normal 50.0-70.0%), Limfosit 8.3 L (25.0-40.0 L), Monosit 3.1 (nilai normal
3.0-9.0), Basofil 0.2 (nilai normal 0.0-1.0), basinofil 0.1 L (nilai normal 0.5-5.0
L), Masa pembekuan (CT) 04.00 menit (nilai normal 2-8 menit), Masa
perdarahan 02.00 menit (nilai normal 1-3 menit), Gula darah sewaktu 90mg/dl
(nilai normal 70-150mg/dl), Creatinin 0.70 L (nilai normal 0.8-1.1 L), Ureum
tanda-tanda perforasi.
E. Terapi
di bangsal kantil 2 antara lain infus RL 16tpm tetes per menit dengan rasional
dengan rasional untuk pencegahan infeksi anaerob pra dan pasca operasi.
50
mencegah infeksi saluran bawah saluran kemih, injeksi Ranitidine 25mg/8 jam
dengan kontrak indikasi mengobati nyeri, injeksi antrain 500mg/8 jam dengan
kontra indikasi untuk menekan nyeri pasca operasi dan nyeri dan pronalges
supp 3x1 hari atau 500mg/8jam dengan kontra indikasi untuk gangguan saluran
pencernaan.
dibangsal kantil 2 antara lain infus RL 16tpm tetes per menit dengan rasional
jam dengan kontrak indikasi untuk mencegah infeksi saluran bawah saluran
injeksi antrain 500mg/8jam dengan supp 3x1 hari atau 500mg/8jam dengan
mendapatkan data subyektif antara lain pasien mengatakan nyeri pada daerah
rasanya nyeri seperti disayat-sayat, dengan skala nyeri 7 dan dirasakan hilang
timbul kurang lebih 5-10 menit dan data obyektif yang diperoleh antara lain
36ºC.
51
subyektif antara lain pasien mengatakan takut bergerak dan tubuh tidak bebas
bergerak, aktifitas dibantu dengan keluarga. Dan data Obyektif yang diperoleh
Dari analisa data ketiga Penulis mendapatkan data subyektif antara lain
terdapat luka insisi pada area perut bagian bawah yang melewati umbilicus.
Dan data obyektif yang diperoleh antara lain pasien tampak gelisah, dengan
pasien mengatakan perut terasa perih karena ada bekas luka post operasi
appendisitis laparatomi. Dan data obyektif yang diperoleh antara lain pasien
tampak pucat, luka post operasi dibalut dengan kassa steriil dan panjang luka
16cm.
keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
kulit tidak utuh) dan keempat yaitu kerusakan integritas jaringan berhubungan
G. Perencanaan Keperawatan
keperawatan nyeri akut berkurang. Dengan kriteria hasil nyeri berkurang skala
3x24 jam diharapkan hambatan mobilitas fisik pasien secara mandiri dengan
resiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil tidak terjadi tanda-tanda
membuat rencana keperawatan, yaitu observasi keadaan umum pasien dan kaji
umum pasien. Berikan posisi yang nyaman dengan rasional untuk memberikan
posisi yang dapat mengurangi nyeri. Ajarkan tehnik relaksasi genggam jari
mengurangi nyeri.
mempercepat penyembuhan.
dengan rasional untuk mengetahui perkembangan pasien. Ganti balut pada luka
H. Implementasi Keperawatan
10 Maret 2015 jam 11.40 WIB, yaitu Mengobservasi keadaan umum pasien
tenang. Setelah itu, jam 12.00 WIB, memonitor tanda-tanda vital pasien dan di
18x/menit, suhu 36,5ºC. Setelah itu, jam 12.15 WIB mengkaji nyeri pasien dan
pasien merespon dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah
skala nyeri 7 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5 sampai 10 menit.
Ekspresi wajah pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam 12.30 WIB
Setelah itu jam 12.40 WIB, mengkaji alih baring pasien mengatakan
pasien tampak rileks dan nyaman. Setelah itu jam 12.45 WIB, pasien
55
Setelah itu jam 12.55 WIB, menganjurkan pada keluarga untuk melatih ROM
Setelah itu jam 13.05 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
cefotaxime dan pasien tampak tenang. Setelah itu jam 13.15 WIB,
dengan wajah pasien tampak rileks dan nyaman. Setelah itu jam 13.20 WIB,
Memberikan posisi yang nyaman dan pasien mengatakan mau diposisikan yang
nyaman pasien tampak rileks. Setelah itu jam 13.30 WIB, memberikan
relaksasi nafas dalam dan pasien bersedia dan pasien tampak tenang. Setelah
itu jam 13.40 WIB, mengobservasi keadaan umum pasien dan pasien bersedia
diperiksa dan pasien tampak rileks. Setelah itu jam 13.45 WIB, mengganti
balut pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam 13.55 WIB
menganjurkan tirah baring, pasien mengatakan takut untuk miring kanan dan
kiri dan pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam 14.00 WIB
Hari rabu tanggal 11 Maret 2015 jam 08.00 WIB, yaitu mengobservasi
keadaan umum pasien, pasien mengatakan mau diobservasi dan pasien tampak
tenang. Setelah itu jam 08.05 WIB, Memberikan injeksi cefotaxime dan pasien
mau di injeksi, obat masuk dan tidak ada tanda-tanda alergi. Setelah itu jam
diposisikan yang nyaman dan pasien tampak rileks. Setelah itu jam 08.15 WIB,
56
mengkaji nyeri pasien dan pasien merespon dengan pasien mengatakan nyeri
pada bagian perut bawah bekas luka post operasi appendisitis laparatomi,
timbul kurang lebih 5 sampai 10 menit. Ekspresi wajah pasien tampak meringis
kesakitan. Setalah itu jam 08.20 WIB, mengkaji alih baring dan pasien
dan kiri, pasien tampak gelisah. Setalah itu jam 08.25 WIB, pasien megatakan
mau di ajarkan ROM dengan pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam
08.30 WIB, menganjurkan pada keluarga untuk melatih ROM pasien, keluarga
WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan pasien bersedia di ajarkan
dan pasien tampak tenang. Setelah itu jam 08.55 WIB, mengobservasi keadaan
tampak rileks dan nyaman. Setelah itu jam 09.00 WIB, memberikan posisi
yang nyaman pasien mengatakan bersedia diposisikan yang nyaman dan pasien
tampak rileks. Setelah itu jam 09.10 melakukan perawatan luka bersih pasien
dengan pasien bersedia dilakukan perawatan luka bersih dengan wajah pasien
tampak tenang. Setelah itu jam 09.30 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi nafas
dalam dan pasien bersedia di ajarkan dan pasien tampak tenang. Setelah itu jam
tenang dan rileks. Setelah itu jam 09.55 WIB, memberikan posisi yang
genggam jari dengan pasien bersedia di ajarkan tehnik relaksasi genggam jari
keadaan umum pasien dan pasien mengatakan bersedia di observasi dan pasien
tampak tenang. Setelah itu jam 08.10 WIB, memonitor tanda-tanda vital dan
memberikan injeksi ranitidine dan pasien mau di injeksi. Setelah itu jam 08.25
WIB, mengkaji nyeri pasien dan pasien merespon dengan pasien mengatakan
nyeri pada bagian perut bawah bekas luka post operasi appendisitis laparatomi,
mengkaji alih baring pasien mengatakan pasien tampak rileks dan nyaman.
Setelah itu jam 08.50 WIB, pasien megatakan mau di ajarkan ROM dengan
pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam 09.00 WIB, mengajarkan
tehnik relaksasi nafas dalam dan pasien mau di ajarkan dan pasien tampak
tenang. Setelah itu jam 09.20 WIB, memberikan yang nyaman dan pasien
bersedia diposisikan yang nyaman. Setelah itu jam 09.30 WIB, mengobservasi
pasien tampak rileks dan nyaman. Setelah itu jam 09.35 WIB, memberikan
posisi yang nyaman, pasien mengatakan mau diposisikan yang nyaman dan
pasien tampak rileks. Setelah itu jam 09.40 WIB, mengganti balut dan pasien
bersedia dan wajah pasien tampak meringis kesakitan. Setelah itu jam 09.55
WIB, mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan pasien bersedia di ajarkan
58
dan pasien tampak tenang. Setelahi tu jam 10.00 WIB mengobservasi keadaan
umum pasien dan wajah pasien tampak tenang dan rileks. Setelah itu jam 10.05
diposisikan yang nyaman dengan pasien tampak rileks. Setelah itu jam 14.00
ajarkan tehnik relaksasi genggam jari pasien tampak rileks dan tenang.
I. Evaluasi Keperawatan
2015 dilakukan pada jam 14.05 WIB, dengan metode SOAP, Respon subyektif
pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka post operasi appendistis
hilang timbul kurang lebih 5 sampai 10 menit. Respon obyektif wajah pasien
tampak menahan nyeri dan memegangi perut bagian luka bekas jahitan post
Hasil evaluasi diagnosa kedua pada jam 14.10 WIB, dengan metode
pasien tampak lemah meringis kesakitan dan aktifitas masih dibantu oleh
Hasil evaluasi diagnosa ketiga pada jam 14.20 WIB, dengan metode
SOAP. Respon subyektif pasien mengatakan perut terasa perih karena ada luka
bekas post operasi appendisitis laparatomi. Respon obyektif luka pasien tampak
dan lakukan perawatan luka bersih pada luka post operasi laparatomi.
Hasil evaluasi diagnosa keempat pada jam 14.30 WIB, dengan metode
SOAP. Respon subyektif pasien mengatakan luka terasa sangat gatal. Respon
obyektif luka pasien tampak bersih dan tidak ada pus luka terbalut dengan kassa
2015 pada pukul 14.05 WIB, dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka post operasi appendisitis
hilang timbul kurang lebih 5 sampai 10 menit. Respon obyektif wajah pasien
tampak menahan nyeri dan memegangi perut bagian luka bekas jahitan post
berikan posisi yangs nyaman, anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam dan tehnik
Hasil evaluasi hari kedua diagnosa kedua, pada tanggal 11 Maret 2015
pada pukul 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
Hasil evaluasi hari kedua diagnosa ketiga, pada tanggal 11 Maret 2015
pada pukul 14.15 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan perut terasa perih karena ada luka bekas post operasi appendisitis
laparatomi. Respon obyektif luka pasien tampak bersih dan panjang luka 16
2015 pada pukul 14.20 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan luka terasa sangat gatal. Respon obyektif luka pasien tampak
bersih dan tidak ada pus luka terbalut dengan kassa steriil. Analisa masalah
observasi keadaan umum dan lakukan perawatan luka bersih pada luka post
2015 pada pukul 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka post operasi appendisitis
skala nyeri 2 dan nyeri sudah tidak terasa sewaktu-waktu. Respon obyektif
wajah pasien sudah tidak tampak menahan nyeri dan tidak memegangi perut
bagian luka bekas jahitan post operasi. Analisa masalah keperawatan teratasi.
Hasil evaluasi hari ketiga diagnosa kedua, pada tanggal 12 Maret 2015
pada pukul 14.15 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
Hasil evaluasi hari ketiga diagnosa ketiga, pada tanggal 12 Maret 2015
pada pukul 14.20 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan perut sudah tidak terasa perih karena ada luka bekas post operasi
2015 pada pukul 14.25 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektif pasien
mengatakan luka sudah kering dan tidak gatal. Respon obyektif luka pasien
62
bersih dan tidak ada pus luka terbalut dengan kassa steriil. Analisa masalah
PEMBAHASAN
evaluasi.
A. Pengkajian
(Rohmah, 2012).
yaitu anamnesa yang dilakukan langsung kepada pasien karena pasien kuasa
Keluhan utama pada pasien post operasi laparatomi adalah nyeri pada
bagian perut sebalah kanan bawah, karena terjadi pembedahan perut dan
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
42
43
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
nyeri, untuk intensitas skala nyeri 0 menunjukan tidak ada nyeri, skala nyeri 1-
3 menunjukkan nyeri ringan, skala nyeri 4-6 menunjukkan nyeri sedang, untuk
skala nyeri 7-9 menunjukkan nyeri hebat dan skala nyeri 10 mengalami rasa
nyeri akan berpengaruh pada perubahan pola istirahat tidur (Potter dan Perry,
2005).
Pada teori dibuktikan salah satu ekspresi wajah darinyeri yaitu adanya
gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang mengkondisikan nyeri
bagian yang terasa nyeri, postur tubuh membengkok (Perry & Potter, 2006).
kanan, ROM kanan pasif. Kekuatan otot kiri 4, ROM aktif pergerakan terbatas
karena terpasang infus. Perabaan akral, akral teraba hangat. Capilary refile < 2
detik. Ektremitas bawah kekuatan otot kanan dan kiri 4, ROM kanan dan kiri
aktif. Perabaan akral. Akral terasa hangat. Capilary refile < 2 detik.
dengan nilai 2. Pasien pasca operatif tidak mampu untuk secara mandiri
periode pasca operatif. Pasien secara bertahap dibantu perawat atau keluarga
Terapi diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP) 2000 kkal, makanan
karena pemberian zat gizi dalam bentuk karbohidrat dan lemak diperlukan
untuk menghasilkan energi siap pakai sebagai bahan bakar guna memenuhi
sehingga berbagai organ tubuh, seperti saluran pencernaan sumsum tulang dan
organ lain dapat melakukan fungsinya dengan baik. Protein sangat diperlukan
B. Diagnosa Keperawatan
yang pertama nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (Post operasi appendisitis
yang melewati umbilicus nyeri saat digerakkan, rasanya nyeri seperti disayat-
sayat, dengan skala nyeri 7 dan dirasakan hilang timbul kurang lebih 5-10
menit, yang diperoleh antara lain ekspresi wajah pasien tampak meringis
pergerakan fisik tubuh atau satu lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah,
46
(NANDA, 2009).
pasien mengatakan takut bergerak dan tubuh tidak bebas bergerak, aktifitas
dibantu dengan keluarga. Dari data yang diperoleh antara lain keadaan umum
mengatakan terdapat luka insisi pada area perut bagian bawah yang melewati
umbilicus. Dari datayang diperoleh antara lain pasien tampak gelisah, dengan
tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma, penurunan siliaris, statis cairan
47
(NANDA, 2009).
pasien mengatakan perut terasa perih karena ada bekas luka post operasi
appendisitis laparatomi. Dari data yang diperoleh antara lain pasien tampak
pucat, luka post operasi dibalut dengan kassa steriil dan panjang luka 16cm.
rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien
nyeri pada pasien post operasi appendisitis laparatomi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu farmakologis dan non farmakologis. Menangani nyeri secara
C. Intervensi Keperawatan
1994).
untuk membantu pasien beralih di status kesehatan yang di uraikan dalam hasil
dengan agen cidera fisik (Post operasi Appendisitis Laparatomi) dapat teratasi
dengan kriteria hasil nyeri berkurang dari skala 7 menjadi skala nyeri 2, pasien
Monitor tanda-tanda vital, berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Tujuan yang dibuat penulis adalah
berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat. Tujuan yang
pertahanan tubuh yang tidak adekuat dapat teratasi, dengan kriteria hasil tidak
terjadi tanda-tanda infeksi dan jumlah leukosit dalam batas normal (5-10ˆ3/UI).
resiko infeksi adalah observasi keadaan umum, ganti balut pada luka post
(NANDA, 2009).
D. Implementasi Keperawatan
memperbarui data dasar, meninjau dan merevisi rencana asuhan yang telah
2015. Pada diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
Tanda-tanda vital meliputi, tekanan darah, denyut nadi, suhu, respirasi. Tanda
vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya perubahan
dikaitkan dengan denyut nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam
kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan
Genggam jari adalah sebuah tehnik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran
ketegangan fisik dan emosi, karena genggam jari akan menghangatkan titik-
titik keluar dan masuknya energi pada meredian (energi chanel) yang terletak
pada jari tangan kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan memberikan
tersebut akan mengalirkan semacam gelombang kejut atau listrik menuju otak.
52
Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat, lalu diteruskan
menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan
7. Cara melakukan tehnik genggam jari peganglah tiap jari mulai dari ibu jari
9. Tarik nafas yang dalam dan lembut hembuskanlah nafas secara perlahan
10. Ketika menarik nafas, hiruplah rasa dengan harmonis, damai, nyaman dan
kesembuhan.
yang mengganggu tersebut keluar dari pikiran kita dan masuk ke dalam
bumi.
12. Sekarang pikirkanlah perasaan yang nyaman dan damai, sehingga anda
(liana, 2008).
53
relaksasi genggam jari dilakukan ±15 menit mampu untuk menurunkan skala
pasien merasa nyaman dan dapat mengurangi kondisi saat terjadi serangan
(Safitri, 2011).
dengan nyeri, dengan implementasi yang pertama adalah mengkaji alih baring.
Alih baring adalah suatu keadaan dimana pasien mengalami imobilisasi dan
ROM pasif pada tangan dan kaki, sehingga dapat membantu pemulihan fisik
yang lebih cepat dan optimal serta mencegah terjadinya kontraktur dan
bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak
perawatan luka bersih yang dilakukan tanpa ada pus dan necroce termasuk di
seseorang tidak dapat bergerak secara aktif atau bebas karena kondisi yang
nyaman, perawatan luka bersih. Pengertian luka bersih adalah luka tidak
terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal dan tidak sampai mengenai saluran
E. Evaluasi Keperawatan
Namun, evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan.
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan sesuai dengan rentang normal.
Maret 2015 pada pukul 14.10 WIB, dengan metode SOAP. Respon subyektive
pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas luka post operasi appendisitis
skala nyeri 2 dan nyeri sudah tidak terasa sewaktu-waktu. Respon obyektive
wajah pasien sudah tidak tampak menahan nyeri dan tidak memegangi perut
bagian luka bekas jahitan post operasi. Analysis masalah keperawatan nyeri
akut teratasi dengan kriteria hasil pasien menunjukkan tingkat nyeri dari skala
Hasil evaluasi hari ketiga diagnosa kedua, pada tanggal 12 Maret 2015
pada pukul 14.15 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektive pasien
intervensi.
Hasil evaluasi hari ketiga diagnosa ketiga, pada tanggal 12 Maret 2015
pada pukul 14.20 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektive pasien
mengatakan perut sudah tidak terasa perih karena ada luka bekas post operasi
57
2015 pada pukul 14.25 WIB. Dengan metode SOAP. Respon subyektive pasien
mengatakan luka sudah kering dan tidak gatal. Respon obyektive luka pasien
bersih dan tidak ada pus luka terbalut dengan kassa steriil. Analysis masalah
keperawatan resiko infeksi teratasi tidak terjadi tanda-tanda infeksi dan jumlah
Bangsal Kantil 2 RSUD Karanganyar. Secara metode studi kasus, maka dapat
ditarik kesimpulan.
A. Kesimpulan
1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada An.A telah dilakukan secara
komprehensif dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama nyeri, nyeri
karena adanya luka, nyeri seperti disayat-sayat, nyeri dibagian bawah perut
yang melewati umbilicus, nyeri dengan skala 7, nyeri hilang timbul kurang
lebih 5 sampai 10 menit setiap kali muncul. Tekanan darah 110/80 mmHg,
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada An.A yang pertama adalah nyeri
pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat ( integritas kulit tidak utuh).
42
43
3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji
baring pasien dan kolaborasi dengan obat antibiotik. Pada diagnosa resiko
pada luka post operasi laparatomi, perawatan luka post operasi, kolaborasi
& Suddart, 2002) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ( Post
fisik dengan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil tercapai,
tubuh primer yang tidak adekuat (integritas kulit tidak utuh) dengan hasil
evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil teratasi, maka resiko infeksi
6. Analisa
B. SARAN
akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya
asuhan keperawatan yang optimal pada umunya dan pasien post operasi
kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 2 Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Elli Kosasih, dkk. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
Emmy Liana Dewi. 2008. Pemerhati dan Praktisi Kesehatan Holistik. Jakarta.
Mansjoer A. Etal (2003). Kapita Selektaa Kedokteran. Jilid 2, Edisi 3. Hal 510-
512. Penerbit media aesculapius. Jakarta : FKUI.
Nurhafizah, E. 2012. Strategi Koping dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi.
Medan : Fakultas Keperawatan USU. Jurnal. Diakses pada tanggal 15
April 2014 jam 21.00 WIB
Nurhay, dkk. 2005. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : FKUI
47
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia dan Wilson Lorraine, M. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit.Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Rohmah dan Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta.
Ar-Ruzz media.
Win de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC