Anda di halaman 1dari 33

Web nya : https://abdipulungan.wordpress.

com/2012/07/31/askep-efusi-pleura/

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. I DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERNAFASAN “ EFUSI PLEURA ˮ DIRUANG RINDU A3 RSUP H ADAM
MALIK MEDAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan kwalitas sumber daya manusia, disamping merupakan karunia
tuhan yang perlu disyukuri, karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditinggalkan
serta dilindungi dari ancaman yang merugikan (Srisukmawati, 2011)

Efusi pleura cukup banyak dijumpai. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun
1984 efusi pleura menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit terbanyak . di indonesia,
tuberkulosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan.
Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada
wanita dari pada pria. Efusi pleura didapatkan oleh tuberkulosis paru lebih banyak
dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena
tuberkulosis adalah 21 – 30 tahun (rerata 30,26%). Melihat dari karakteristik penyakit
ini, peran perawat bukan hanya dibutuhkan tetapi merupakan dasar untuk mengatasi
insiden lanjut akibat dari efusi pleura.(Alsagaff, H, 2010)

Dari data yang diperoleh dari rumah sakit setiap tahunnya pasien yang menderita
penyakit efusi pleura Di RSUP. H. Adam Malik Medan yaitu tahun 2011 sampai 2012
sebanyak 81 orang yang menderita penyakit efusi pleura. Laki – laki sebanyak 60
orang dan wanita sebanyak 21 orang yang menderita penyakit efusi pleura.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat kasus ini sebagai karya tulis
ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Ny. I Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan Efusi Pleura Di Ruang Rindu A3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2012”.

1. B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai penerapan Asuhan
Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Efusi Pleura Di
Ruang Rindu A3 RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012.

1. Tujuan Khusus
1. mampu melakukan pengkajian secara lansung pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura .

2. mampu merumuskan diagnose keperawatan dengan ganguan


sistem pernapasan efusi pleura.

3. mampu melakukan perencanaan keperawatan sesuai diagnose


keperawatan yang telah ditetapkan berdasarkan prioritas masalah pada
pasien gangguan sistem pernafasan efusi pleura.

4. mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan


rencana tindakan keperawatan pada pasien gangguan sistem
pernafasan efusi pleura.

5. Mampu menggambarkan evaluasi masalah keperawatan pada


pasien gangguan sistem pernafasan efusi pleura.

6. C. Metode Penulisan

dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, dengan menggunakan studi kasus yang
dilakukan pada pasien dengan ganguan sistem pernafasan efusi pleura di RA3 RSUP.
H. Adam Malik Medan Tahun 2012. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah :

1. Wawancara

Yaitu teknik untuk memperoleh data dengan cara wawancara langsung pada pasien
dan keluarga atau orang lain yang berhubungan dengan masalah pasien untuk
mendapatkan data subjektif.

1. Observasi

Yaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
langsung objek yang diselidiki dengan menggunakan indra penglihatan. Pada
pemeriksaan fisik teknik ini dilakukan dalam bentuk pemeriksaan (inspeksi), periksa
raba (palpasi), periksa ketuk (perkusi), dan periksa dengar (auskultasi).

1. Studi dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan medis atau perawatan
untuk memperoleh data tertier.

1. Studi kepustakaan

Yaitu dilakukan dengan mempelajari dari berbagai buku dan sumber media lain untuk
melengkapi penyusunan dan mendapatkan dasar teknik, ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.

1. D. Sistematika Penulisan
Penulis karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :

BAB I : pendahuluan yang meliputi latar belakang, ruang lingkup,

tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teoritis yang meliputi

1. Konsep dasar yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
anatomi dan fisiologi, manifestasi klinis patofisiologi,pemeriksaan diagnostik
dan penatalaksanaan.

2. Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa


keperawatan, perencanaan / intervensi dan evaluasi.

BAB III : laporan kasus yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pendokumentasian.

BAB IV : pembahasan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.

BAB V : kesimpulan dan saran

BAB II

LANDASAN TEORITIS

1. A. Konsep Dasar

1. 1. Pengertian

Efusi pleura suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga
pleura ( Irman Somantri, 2008 )

Efusi pleura pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain ( Brunner dan
Suddarth, 2001 ).

Efusi pleura adalah akumulasi cairan didalam rongga pleura, timbulnya efusi
pleura didahului oleh peradangan pleura atau pleuritis ( Alsagaff, H, 2010 )

1. 2. Etiologi
Kelinan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan skunder. Kelainan primer
pada pleura hanya ada dua macam yaitu :

1. Infeksi kuman primer intrapleura

2. Tumor primer pleura

( Irman Somatri, 2009 )

1. 3. Tanda Dan Gejala

Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi – kondisi seperti adanya
ganguan dalam reabsorbsi cairan pleura (misal karena adanya tumor), peningkatan
produksi cairan pleura (missal karena adanya infeksi pada pleura), sedangkan
sedangkan secara patologis, efusi pleura terjadi dikarenakan keadaan – keadaan
seperti :

 Meningkatnya tekanan – tekanan hidrostatik ( missal akibat gagal


jantung )

 Menurunya tekanan osmotic koloid plasma

 Meningkatnya permeabilitas kapiler ( adanya infeksi bakteri )

Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah sebagai
berikut :

 Transudat

 Eksudat

( Alsagaff, H, 2010 )

1. 4. Anantomi Dan Fisiologi

Saluran pernapasan atas dan bawah dimulai dari hidung dan terakhir pada permukaan
alveolar. Saluran bagian atas terdiri dari hidung, faring, dan bagian atas trachea guna
membantu penyaringan, penghangatan dan pelembaban udara sebelum mencapai
alveoli ( unit pertukaran gas ) diparu – paru.

Fisiologi pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan
pleura parentalis, kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru – paru. Dalam
beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu :

1. Pleura Visceralis

Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis ( tebalnya
tidak lebih dari 30 mm ), diantara celah – celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit.
Dibawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosid dan histiosit.
Dibawah endopleural terdapat jaringan kolagen dan serat – serat elistik yang
dinamakan lapisan tengah. Lapisan adalah jaringan intertensial subpleural yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler ( arteri pulmonalis dan arteri
brankhialis ) dan kelenjar getah bening, keseluruhan jaringan pleural visceralis ini
menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru – paru.

1. Pleura Parientalis

Lapisan jaringan pada pleura parentalis terdiri atas sel – sel mesotelial dan jaringan
ikat ( jaringan kolagen dan serat – serat elastic ). Namun lebih dari pleura visceralis.
Dalam jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh kapiler ( arteri interkostalis dan arteri
mammaria interna ), kelenjar getah bening, dan banyak reseptor saraf sensoris yang
peka terhadap rasa nyeri dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal
dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.
Keseluruhan jaringan pleura parientalis ini menempel tetapi juga mudah dilepaskan
dari dinding dada diatasnya.

( Syaifuddin, 2006 )

1. 5. Manifestasi Klinis

Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil dan nyeri
dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul
disnea dan batuk. Efusi pleura yang membesar akan mengakibatkan nafas pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi
dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang terkena. (Yohanes, 2011)

1. 6. Patofisiologi

Pada orang normal, cairan dirongga pleura sebanyak 1 – 20 ml. cairan di dirongga
pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura
parientalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan
karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9
cm H²O dan tekanan koloid osmotis pleura viseralis 10 cm H²O.

Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila :

1. Tekanan osmotic koloid menrun dalam darah, misal pada


hipoalbuminemi

2. Terjadi peningkatan :

– Permeabilitas kapiler ( peradangan, neoplasma )

– Tekanan hidrostatik dipembuluh darah kejantung / v. pulmonalis ( kegagalan


jantung kiri )

– Tekanan negatif intra pleura ( etelektasis )


( Corwin, 2009)

1. 7. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik

Suara nafas berkurang pada daerah efusi fremitus tidak ada.

1. Pemeriksaan radiologis

Tampak cairan > 300 ml putih komptet pada area yang sakit obstruksi diafragma
sebagian.

1. Biopsi pleura

Jaringan pleura dapat menunjukkan 50 – 75% diagnosis kasus-kasus pleuritis


tuberkulosa dan tumor pleura.

1. Pewarnaan gram

Untuk mengetahui terdapat bakteri. (Alsagaff, H, 2010)

Penatalaksanaan

1. Lakukan aspirasi cairan pleura

 Tentukan lokasi pipa yang akan dipasang

o Dinding depan pada kanan iga II digaris mid klavikula

o Pada hemitoraks kanan disela iga VI – VII garis aksilaposterior


dan hemitoraks kiri di sela iga ke VII – VIII

o Berikan anastesi lokal

o Dengan klem dibuat pemotongan di atas tepi iga sampai


menembus pleura dan demikian udara dan cairan akan meyemprot
keluar

o Masukkan pipa berukuran 36 – 40 dan untuk mengeluarkan


darah dan nanah

o Hubungkan pipa dengan botol yang sudah diberi penyekat air

o Luka dijahit dan pipa difiksasi ke kulit

1. Berikan antibiotik

Berikan amoxillin 500 mg 3 x 1


1. Penatalaksanaan cairan / pemberian IVF D: RL / Dex

2. Berikan diet TKTP

Mis: daging, telur, tempe, Hindari pemberian makanan yang mengandung garam
berlebih

1. Tirah baring

Posisi miring semi fowler untuk memungkinakn ekspansi paru

1. Pemberian O2

( wuryantoro, 2011 )

1. B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. 1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan


proses keperawatan. Dalam tahap pengkajian ada 3
(tiga) hal yang dilakukan yaitu: pengumpulan data,
pengelompokan data dan perumusan diagnose
keperawatan.
v Biodata yang meliputi identitas pasien dan identitas penanggung jawab.

v Riwayat kesehatan.

– Riwayat kesehatan sekarang.

Sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena, nyeri dada setempat, peningkatan vena jugularis, peningkatan
suhu tubuh, keletihan serta batuk.

– Riwayat kesehatan masa lalu.

Pernah mengalami tuberculosis, pancreatitis, cerosis hepatis yang menyebabkan efusi


pleura.

– Riwayat kesehatan keluarga.

Terdapat anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama.

v Kebiasaan sehari-hari.
– Nutrisi/minuman

Pemasukan makanan dan makanan tidak adekuat.

– Tidur.

Adanya kesulitan atau gangguan pola tidur dapat terjadi karena adanya sesak nafas,
batuk dan adanya pemasangan WSD.

– Elimnasi

Dapat terjadinya konstipasi atau gangguan BAK karena imubilisasi, bed rest,
pamasukan nutrisi yang tidak adekuat.

– Aktivitas perawatan diri.

Dalam personal hygine, mandi, makan/minum, ganti pakaian dibantu oleh orang lain
atau perawat.

– Psikologi

Pasien mengalami kegelisahan karena proses penyakitnya, sesak nafas dan


pemasangan WSD.

v Pemeriksan fisik

– Tanda-tanda vital.

Pernafasan meningkat dari normal (20 x/menit), suhu tubuh meningkat karena adanya
bakteri/mikroorganisme, tekanan darah meningkat, pols cepat dan lemah.

– Head to Too

Kelopak mata sembab, mata kelihatan sayu, berbicara seperti kecapekan, lambat dan
perlahan-lahan, sesak nafas, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena, nyeri pada daerah dada seperti ditusuk-tusuk benda tajam,
ekspansi dada asimetris dan adanya batuk.

1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah yang nyata atau pun
potensial, dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat
ditanggulangi atau dikurangi.

Pada pasien dengan kasus efusi pleura diagnose keperawatan yang mungkin timbul
adalah:

1. Ketidak efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan


menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam
rongga pleura.
2. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit.

3. Nyeri akut yang berhubungan dengan

 Terangsangnya saraf intra toraks sekunder terhadap iritasi pleura

 Inflamasi prenkim paru.

1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan


kemampuan recoil paru, gangguan tranfortasi oksigen.

( Irman Soemantri, 2009)

1. 1. PERENCANAAN

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan


yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnose
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien.

Adapun rencana keperawatan pada pasien efusi pleura dibawah ini:

v Diagnosa keperawatan 1

Ketidak efektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspasi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura atau gangguan
pertukaran gas.

Tujuan:

Pola nafas efektif.

Kriteria hasil:

Frekwensi pernafasan 20 x/menit, irama vesikuler dan kedalaman pernafasan normal,


dispnoe tidak ada.

Rencana tindakan

– Kaji frekwensi, kedalaman dan kualitas pernafasan.

– Auskultasi dada setiap 2 sampai 4 jam.

– Pertahankan tirah baring, bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman.

– Pantau TD, S, N, dan P setiap 4 jam.

– Berikan obat-obatan sesuai terapi.


– Bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam setiap 2 sampai
4 jam.

– Berikan spirometer intensif.

– Bebat dada ketika batuk.

– Lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua ekstremitas setiap 2 sampai 4
jam.

– Tingkatkan aktivitas pasien.

v Diagnose keperawatan 2

Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakitnya.

Tujuan:

Pasien mengerti tentang proses penyakitnya.

Kriteria hasil:

Pasien dapat mengerti, tanda-tanda, gejala dari penyakitnya an prinsip perawatannya.

Rencana tindakan

– Kaji tingtkat pengertian mengenai proses penyakit.

– Diskusikan gejala yang harus dilaporkan pada dokter seperti kesulitan bernafas,
peningkatan suhu tubuh, batuk tetap.

– Jelaskan pentingnya untuk melakukan latihan sesuai toleransi, rencanakan


waktu istirahat, hindari keletihan.

– Instruksikan pasien dan berikan dorongan pada pasien untuk batuk, nafas dalam
untuk mempertahankan pengudaraan paru-paru.

– Jelaskan pentingnya perawatan rawat jalan yang berkelanjutan.

– Jelaskan pentingnya untuk menghindari orang yang mengalami infeksi


terutama ISPA.

– Diskusikan gejala demam atau flu untuk dilaporkan pada dokter.

– Jelaskan pentingnya untuk melakukan vaksinasi influenza sesuai pesanan.

– Diskusikan obat-obatan, nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek


samping.
v Diagnosa keperawatan 3

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pernafasan yang tidak adekuat.

Tujuan:

Aktivitas pasien terpenuhi.

Kriteria hasil:

Aktivitas dibatasi untuk menghindari kelelahan dan kebutuhan ADL dapat dipenuhi.

Rencana tindakan:

– Batasi aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan.

– Kolaborasi dengan dokter untuk pengurangan toleransi aktivitas untuk


mengurangi dyspnoe.

– Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari (ADL), makan, minum,


mandi, berpakaian, BAB, dan BAK.

( Irman Soemantri, 2009)

1. 2. EVALUASI

Diagnosa I : Pola nafas pasien efektif/normal (20 x/menit).

Diagnosa II : Pasien dapat menjelaskan pengertian, tanda dan gejala dari


penyakitnya.

Diagnosa III : Aktivitas pasien terpenuhi. ( Irman Soemantri, 2009)

BAB III

TINJAUAN KASUS

1. A. Pengkajian

2. 1. Identitas Pasien

Nama : Ny I

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : perempuan


Status : kawin

Agama : protestan

Suku : batak

Bahasa yang digunakan : batak / Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : petani

Alamat : Desa Tongging Kec, Merek Kab, karo

Tgl masuk RS : 10 mei 2012

No. Register : 00. 52. 20. 68

Ruangan : Rindu A3 (Pulmo)

Diagnosa medis : Efusi Pleura

Tgl pengkajian : 17 mei 2012

Penanggung jawab pasien

Nama : Tn R

Umur : 32 tahun

Pendidikan/pekerjaan : petani

Alamat : Desa Tongging Kec, Merek Kab, Karo

Hubungan dengan pasien : suami

1. 2. Keluhan Utama

Pasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan pasien ada batuk

1. 3. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Adanya penempukan cairan dirongga pleura dengan jumlah ± 100 cc dengan warna
putih kekuningan, biasanya pasien mengeluh sesak nafas jika banyak melakukan
aktifitas dan batuk khususnya pada malam hari, frekuensi pernafasan 26 x/menit.

1. Riwayat Kesehatan

Pasien pernah dirawat di rumah sakit bina kasih medan dengan kasus sesak nafas
1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Diantara keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami
pasien

1. 4. Pola Kebiasaan Sehari – Hari

1. Biologis

2. Nutrisi / minum : sebelum masuk rumah sakit pola makan


pasien 3 x sehari dengan diet tinggi kalori tinggi protein. Pasien tidak
selera makan karena jika pasien makan terasa sesak. Diet yang
disajikan hanya setengah porsi. Kebiasaan minum dirumah lebih
kurang 8 – 10 gelas setiap hari dengan jenis minum air putih, saat
dirumah sakit lebih kurang 4 – 6 gelas setiap hari dengan jenis
minuman air putih.

3. Istirahat : sebelum masuk rumah sakit kebiasaan pasien tidak


pernah tidur siang dan tidur malam ± 8 jam perhari, saat dirumah sakit
pasien tidak pernah tidur siang dan tidur malam hanya 4 – 6 jam / hari
karena pasien merasa sesak dan adanya pemasangan Water Seal
Drainase (WSD).

4. Eliminasi BAB/BAK : sebelum masuk rumah sakit frekuensi


eliminasi BAK lebih kurang 4 – 5 kali/hari dan BAB 1 – 2 kali/hari
dan tidak ada keluhan. Saat dirumh sakit eliminasi BAK lebih kurang
3 – 4 kali/hari dan sudah 5 hari ini belum BAB sehingga pasien
mengeluh ini kepada perawat dan saat dipalpasi dinding abdomen
bagian bawah terasa keras

5. Aktifitas : dalam melakukan aktifitas pasien dibantu oleh


keluarga / perawat untuk mandi, BAB / BAK, makan / minum, ganti
pakaian, menyisir rambut, menyediakan pispot untuk BAB dan BAK.

6. Psikologis

Pasien mengatakan tidak cemas, hal ini terlihat dari wajah yang tampak tenang karena
pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit dan keadaan pasien sudah ada perubahan
karena sudah perawatan dan pengobatan lebih kurang 10 hari sebelum penulis kaji.

1. Sosial

Hubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan orang lain juga baik. Pasien
ramah dan merespon lawan bicara saat wawancara.
1. Spiritual

Pasien tidak dapat lagi kegereja namun pasien percaya bahwa tuhan akan
menyembuhkanya.

1. 5. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda – tanda vital pasien saat dikaji

Kesadaran : Compos Metis

Suhu : 36,5 °C

Tekanan darah : 90/70 mmHg

Nadi : 76 x/menit

Pernafasa : 26 x/menit

1. Pemeriksaan Head To Too

2. Kepala : bentuk kepala bulat simetris, rambut lurus sudah mulai ada
uban, kulit kepala bersih, wajah berbentuk lonjong.

3. Mata : mata agak sembab, pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva
sedikit pucat, kelopak mata cekung dan agak kehitaman.

4. Hidung : tidak dijumpai kelainan struktur, tidak ada peradangan atau


pun pendarahan.

5. Telinga : tidak ada pendarahan dan peradangan, serumen dalam batas


normal dan pasien dapat mendengar dengan jelas dalam percakapan biasa.

6. Mulut : tidak ada peradangan pada faring, tidak teraba pasien


pembengkakan pada tonsil, fungsi menelan baik, dalam berkomunikasi dapat
dimengerti namun terlihat kelelahan dan sesak nafas.

7. Leher : tidak ada pemmbesaran kelenjar tiroid, adanya peningkatan


vena jugularis.

8. Torax : bentuk asimetris, pernapasan dangkal dan cepat dengan


frekuensi 26 x/menit disertai batuk.

9. Jantung : denyut nadi 76 x/menit dan tekanan darah 90/70 mmHg

10. Abdomen : turgor kulit abdomen baik, pristaltik usus kurang dimana
pasien mengalami konstipasi ( 5 hari tidak BAB ) dan jika dipalpasi daerah
abdomen bagian bawah terasa keras, tidak ada pembesaran hepar.
10. Genetalia : tidak ada peradangan dan pendarahan dan kebersihan cukup baik,
BAK dan BAB dibantu dengan memakai pispot.

11. Extremitas : pada kedua tangan tidak ada odema dan dapat digerakkan dengan
baik, extremitas pada kaki sebelah kiri tidak dapat digerakkan dengan bebas karena
adanya pemasangan infus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 10,70 g% normal : 11,7 – 15,5

Eritrosit : 3,80 mm³ normal : 4,20 – 4,87

Lekosit : 11,86 mm³ normal : 4,5 – 11,0

PLT : 292 mm³ normal : 150 – 450

Hematokri : 29,80% normal : 38 – 44

AGDA ( analisa gas darah)

PH : 7,414 mmHg normal : 7,35 – 7,45

PCO² : 51,,7 mmHg normal : 31 – 50

PO ² : 101,7 mmhg normal : 75 – 90

Analisa cairan pleura

Warna : merah

LDH : 433 U/L normal : < 3 g/dl

PH :9 normal :7–8

1. Therapy medik

– Infus : RL selang seling Dextrose 5%, 20 tt/menit

– Tramal 3 x1

– Codein 2 x1

– Amoxicillin 500 mg 3×1


– O2 : 3 – 4 L/menit

– IVFD Nacl 0,9%

– Inj cefotaxim 1gr / 12 jam

– Inj ranitidin 1 amp/ 8 jam

ANALISA DATA

Ddd NO DATA INTERPRESTASI MASALAH


1 DS : Adanya penumpukan cairan Tidak efektifnya jalan
pada rongga pleura nafas
– Pasien mengeluh sesak nafas, nyeri
didaerah dada.

DO :

– Pasien terasa sesak dengan RR :


26 X/menit.

– Terpasang WSD dengan cairan


putih kekuningan ± 100 cc.

DS :

– Pasien mengatakan tidak selera Peningkatan frekuensi


makan. nafas karena cairan pada
pleura Gangguan pemenuhan
2 DO : kebutuhan nutrisi

– Sesak nafas

– Makanan yang dihabiskan


setengan porsi.

– K.U lemah

DS :

– Pasien mengeluh 5 hari tidak


BAB.
Kurangnya makanan
DO : berserat atau imobilisasi Ganguan pola
eliminasi BAB
3 – Bed Rest

– Dinding abdomen sewaktu


dipalpasi terasa keras

– WSD terpasang

DS :

– Pasien mengatakan susah tidur

DO : Sesak, terlihat peningkatan


frekuensi nafas karena
– Tidur malam 2 – 6 jam/hari penumpukan pada paru Pemenuhan istirahat
tidur terganggu
4 – Sesak nafas, frekwensi
pernafasan 26 x/menit.

– Terpasang WSD

DO :
Aktifitas fisik terganggu
– BAB/BAK, makan, mandi, sisir
rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga.

DO Ganguan pemenuhan
aktifitas sehari-hari
– Cairan lebih kurang 100 cc
dengan warna putih kekuningan Adanya luka bekas
pemasangan WSD
5 – Pemasangan WSD Resiko tinggi
terjadinya infeksi
– Bentuk dada asimetris

6
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari hasil analisa data diatas, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :

1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan


cairan pada rongga pleura ditanndai dengan pasien mengluh sesak nafas, nyeri
dada

2. Ganguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan


penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien
mengatakan tidak selera makan, sesak, makanan yang dihabiskan setengah
porsi, KU : lemah

3. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kkurangnya


makanan berserat dan dimobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh tidak
BAB, bet rest, dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.

4. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan


penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien
mengatakan susah tidur, tidur malam 5 -6 jam, frekuensi pernafasan 26
x/menit, terpasang WSD

5. Gangguan pemenuhan aktifitas sehari – hari (ADL) sehubungan


dengan aktifitas fisik terganggu ditandai dengan BAB/BAK, makan, mandi,
menyisir rambut dibantu oleh keluarga dan perawat.

6. Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka bekas


pemasangan WSD ditandai dengan cairan lebih kurang 100 cc bewarna putih
kekuningan, WSD terpasang, bentuk dada asimetris.

PRIORITAS MASALAH

Dari diagnosa kkeperawatan diatas maka dapat diprioritaskan menurut teori


kebutuhan Abraham Maslow yaitu :

1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan


cairan pada rongga pleura ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas jika
beraktifitas, nyeri dada, terpasang WSD dengan cairan bewarna putih
kekuningan ± 100 cc.

2. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kurangnya


makanan berserat, imobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh 5 hari tidak
BAB, bed rest, dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.
3. Ganguan pemenuhan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan
nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien tidak selera makan,
sesak, makanan yang dihabiskan setengah porsi, KU : lemah\

4. Ganguan pemenuhan aktifitas sehari – hari sehubungan dengan


akktifitas fisik terganggu ditandai dengan BAB/BAK, makan, minum, mandi,
menyisir rambut dibantu oleh perawat dan keluarganya.

5. Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan


penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien
mengeluh susah tidur, tidur malam 5 – 6 jam/hari, sesak nafas, frekuensi
pernafasan 26 x/menit, terpasanng WSD.

6. Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luka bekas


pemasangan WSD ditandai dengan cairan ± 100 cc bewarna putih
kekuningan, pemasangan WSD, bentuk dada asimetris.

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan yang dilakukansesuai dengan prioritas masalah :

Diagnosa 1

Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada
rongga pleura ditandai dengan pasien mengeeluh sesak nafas, nyeri dada, pasien
terlihat sesak napas dengan pernapasan 26 x/menit, terpasang WSD dengan cairan
bewarna putih kekuningan ± 100cc.

Tujuan :

Jalan nafas efektif

Kriteria hasil :

Pasien tidak sesak, pernapasan 20 x/menit

Intervensi :

1. Kaji frekwensi, pendalaman dan kwalitas pernapasan

2. Auskultasi dada setiap 2 sampai 4 jam

3. Pertahankan tirah baring, bantu pasien untuk mengambil posisi yang


nyaman

4. Pantau tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan setiap 4 jam

5. Beri obat – obatan sesuai terapy


6. Bantu dan anjurkkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam
setiap 2 sampai 4 jam.

7. Lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua extremitas setiap 2


sampai 4 jam.

8. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi

Rasionalisasi :

1. Untuk menghitung frekwensi pernafasan pasien dalam satu menit.

2. (2,4) untuk mengetahui adanya kelainan.

3. (3,5,7,8,) untuk mengurangi rasa sesak saat ekspirasi paru.

4. (6,7,8) untuk mengetahui sebatas mana kemampuan pasien


beraktivitas

Implementasi :

Jam 08.00 wib

Mengkaji keadaan umum pasien

Jam 09.00 wib

Mengatur posisi pasien dengan posisi semi powler

Jam 10.00 wib

Mengkaji cairan yang keluar dari cavum pleura ± 100cc dengan warna cairan putih
kekuningan.

Jam 12.00 wib

Membantu dan menganjurkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam.

13.00 wib

Mengukur vital sign dengan tekanan darah 90/70 mmHg, pols 76 x/menit, pernafasan
26 x/menit, temp 36,6 °C

Evaluasi :

S : pasien mengatakan masih nyerii pada daerah dada.

O : pasien terlihat sesak saat bernafas

A : adanya penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan pasien sesak
P : beri posisi semi powler.

Intervensi no 1,2,3,4,5,6 dilanjutkan.

Diagnosa 2

Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kurangnya makanan berserat atau
imobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh sudah 5 hari tidak BAB, bed-rest,
dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.

Tujuan :

Pasien BAB secara teratur

Kriteria Hasil :

Konsitennsi BAB lembek dan frekwensi 1 x sehari

Intervensi :

1. Kaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya

2. Anjurkan pasien minum banyak dan mengkonsumsi makanan yang


berserat tinggi

3. Bantu pasien untuk melakukan mobilisasi miring kekanan dan kekiri.

4. Bantu pasien jika mau BAB dan beri posisi yang nyaman.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy

Rasionalisasi

1. Untuk mengetahui kebiasaan BAB sebelumnya dan mengetahui


pemasukan nutrisi / minum sehingga dapat mengetahui penyebab konstipasi.

2. Untuk memperlancar BAB.

3. Untuk merangsang pristaltik usus

4. Pasien belum mampu melakukan perawatan diri dan pasien merasa


nyaman

5. Untuk mengetahui bagaimana konsistensi feaces pasien setelah BAB

Implementasi :

Jam 08.00 wib


Mengkaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya dimana porsi makan
yang disajikan habis dan kebiasaan BAB 1 xsehari.

Jam 08.30 wib

Menganjurkan pasien untuk minum 8 gelas sehari dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat seperti buah – buahan

Jam 09.00 wib

Membantu pasien mobilisasi dengan cara miring kekiri dan kekanan ditempat tidur

Jam 09.30 wib

Melakukan kolaborasi dengan dokter dengan pemberian flagil sup.

Jam 10.00 wib

Masukkan flagil sup melalui anus

Jam 13.00 wib

Membantu pasien BAB ditempat tidur.

Jam 13.30 wib

Mengamati konsistensi feaces dengan hasil feaces lembek

Evaluasi :

S : pasien mengatakan mau BAB

O : pasien BAB ditempat tidur, konsistensi feaces lembek dan dinding abdomen tidak
keras lagi

A : kebutuhan eliminasi tercapai

P : intervensi dilanjutkan

Diagnosa 3

Ganguan pemeliharaan nutrisi sehubungan dengan penyempitan jalan nafas karena


adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan tidak selera makan, sesak,
makanan yang dihabiskan setenga porsi, KU : lemah

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil :
Nafsu makan pasien bertambah dan diet yang disajikan dihabiskan pasien.

Intervensi :

1. Berikan makanan pasien sedikit – sedikit tapi sering dan hangat

2. Berikan makanan tambahan dari rumah sesuai dengan diet pasien.

3. Beri penjelasan tentang pentingnya diet pasien untuk kesembuhan


penyakitnya

4. Berikan buah – buahan yang mempercepat proses penyembuhan


pasien.

5. Hindari makanan yang merangsang batuk

Rasionalisasi :

1. Untuk mengetahui apakah kebutuhan pasien terppenuhi

2. Agar pasien termotivasi unntuk menghabiskan diet yang disajikan

3. Unntuk mengetahui proses penyembuhan pasien.

4. Untuk menghindari batuk.

Implmentasi :

Jam 14.00 wib

Memberi diet pasien dengan makanan biasa tinggi kalori tinggi protein 1600 kalori /
hari

Jam 14.30 wib

Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya diet untuk kesembuhan


penyakitnya.

Evaluasi :

S : nafsu makan mulai meningkat dengan porsi makanan dihabiskan.

O : diet yang disajikan habis

A : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

P : intervensi dilanjutkan

Diagnosa 4
Ganguan aktivitas sehari – hari sehubungan dengan aktifitas fisik terganggu ditandai
dengan pasien BAB /BAK, mandi, makan, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga.

Tujuan :

Aktivitas pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

– Aktivitas dibatasi untuk menghindari kelelahan.

– Kebutuhan aktivitas sehari – hari terpenuhi

Intervensi :

1. Batasi aktivitas pasien untuk mencegah kelelahan

2. Anjurkan pada pasien makan dengan porsi sedikit tapi sering.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pengurangan toleransi aktivitas untuk


mengurangi dyspnea.

4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari

Rasionalisasi :

1,4 untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktifita

1,3 untuk mencegah sesak berrtambah berat

Implementasi :

Jam 9.30 wib

Memotivasi pasien untuk ikut ambil bagian dalam perawatan diri misalnya menyisir
rambut sendiri.

Jam 09.45 wib

Membantu pasien dalam kebersihan diri dengan melab pasien

Jam 11.00 wib

Mengkaji kemampuan fisik pasien dengan cara minum pasien masih butuh bantuan

Jam 12.00 wib

Membantu pasien BAK dengan memberikan pispot


Evaluasi :

S:–

O : BAB / BAK, makan, minum, mandi, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga

A : pemenuhan aktifitas belum terpenuhi

P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan

Diagnosa 5

Pemenuhan kebutuhan istirahat tidur terganggu sehubungan dengan penyempitan


jalan nafas karena adanya cairan pleura ditandai dengan pasien mengatakan susah
tidur, tidur malam 5 – 6 jam / hari, sesak nafas, frekuensi pernafasan 26 kali/menit,
terpasang WSD.

Tujuan

Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi

Kriteria Hasil

Pasien dapat tidur dengan waktu tidur 7 – 8 jam/hari

Intervensi :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman serta suasana yang tenang

2. Bantu pasien dalam mengatur pergerakan / posisi yang nyaman bagi


pasien

3. Anjurkan kepada pasien agar mendekatkan diri kepada tuhan dengan


berdoa sebelum tidur.

4. Adakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

Rasionalisasi :

1. Agar pasien tidur dengan tenang

2. Agar pasien merasa nyaman

3. Untuk menentramkan pikiran pasien.

4. Agar batuk pasien dapat berhenti dan pasien dapat tidur

Implementasi :

Jam 14.00 wib


Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur pasien,
membersihkan ruangan dan mengatur penerangan.

Jam 14.30 wib

Mengadakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy yaitu : tramal 3×1
codein 2×1

Jam 15.30 wib

Mengatur posisi pasien yang nyaman untuk tidur.

Jam 17.30 wib

Menganjurkan kepada pasien untuk mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoa
sebelum tidur.

Evaluasi :

S : pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur

O : tidur siang ± 1 jam

A : kebutuhan istirahat tidur mulai terpenuhi

P : intervensi no 1 dan 4 dilanjutkan

Diagnosa 6

Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luku bekas pemasangan
WSD ditandai dengan cairan lebih kurang 100 cc bewarna putih kekuningan,
pemasangan WSD, bentuk dada asimetris.

Tujuan :

Infeksi tidak terjadi.

Kriteria Hasil :

Tidak ada tanda – tanda infeksi

Intervensi :

1. Ganti balutan dan bersihkan luka bekas operasi dengan teknik steril.

2. Perhatikan tanda – tanda infeksi pada bekas pemasangan infus dan


WSD.

3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik


Rasionalisasi :

1. Agar luka bekas operasi pemasangan WSD dan infus tidak infeksi

2. Agar tidak ada tanda – tanda infeksi.

3. Agar tidak terjadi infeksi

Implementasi :

Jam 15.00 wib

Menganti balutan dan merawat luka bekas operasi secara steril dengan larutan NaCl
0,9 % dan mengolesi betadine.

Jam 17.00 wib

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik. Amoxicillin 500 mg 3 x1

Evaluasi :

S:–

O : cairan ± 100cc bewarna putih kekuningan dan WSD terpasang.

A : infeksi tidak terjadi

P : intervensi dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis menguraikan landasan teoritis kemudian menerapkan


langsung dalam asuhan keperawatan Ny I. Dengan Gangguan sistem Penafasan Efusi
Pleura Di Ruang Rindu A3 (Pulmo) Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan, maka dalam hal ini penulis akan membahas beberapa hal yang baik
mendukung maupun yang menghambat kelancaran proses keperawatan dan mencari
alternatif pemecahan masalah agar tindakan keperawatan lebih terarah dan mencapai
tujuan semaksimal mungkin.

Didalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem penafasan


efusi pleura, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan teoritis dan
laporan kasus, dimana akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan yang dimulai
dari tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
1. A. Pengkajian

pada saat dilakukan wawancara, penulis memperoleh respon yang baik dari pasien
dan keluarga. Pengkajian dalam tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis.
Penulis menemukan keluhan utama pasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan
pasien batuk. Dipola kebiasaan sehari – hari eliminasi BAB ditemukan konstipasi
( sudah 5 hari tidak BAB ), kebiasaan minum berkurang dari ± 8 – 10 gelas menjadi ±
4 – 6 gelas setiap hari, dalam melaksanakan aktivitas pasien dibantu oleh
perawat/keluarga, begitu juga dengan personal hygine seperti mandi, BAK, BAB,
berpakaian dan menysir rambut. Dalam pemeriksaan fisik terdapat peningkatan
tekanan vena jugularis karena sesak nafas, dipalpasi pada abdomem terasa keras
karena konstipasi (5 hari belum BAB).

Jika dalam teori dikatakan sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang
atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyari dada setempat dan batuk
penulis menemukan demikian, tetapi sewaktu penulis kaji tidak menemukan
peningkatan suhu tubuh,hal ini karena pasien sudah di rawat lebih kurang dari 10 hari
sejak tanggal 14 Agustus 2001.

1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada kasus Ny. I dengan gangguan sistem pernafasan efusi peura, diagnose
keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada 2(dua) yaitu :

1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan adanya penumpukan cairan.

2. Gangguan pemenuhan aktifitas sehari-hari sehubungan dengan


aktifitas fisik terganggu.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien tetapi tidak ditemukan pada teori
ada 4 (empat) yaitu :

1. Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan proses


penyakitnya.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan


penyempitan jalan nafas karena adanya cairan pleura.

3. Gangguan pola istirahat tidur sehubungan dengan sehubungan dengan


penyempitan jalan nafas dengan adanya cairan pleura.

4. Resiko tinggi terjadinya infeksi dengan sehubungan dengan luka


adanya bekas pemasangan WSD.

Sedangkan diagnosa kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang proses penyakitnya tidak di temui karena pasien sudah pernah
dirawat dengan keluhan ashma (sesak nafas) yang gejalanya sama separti dirasakan
sekarang ini.
1. C. PERENCANAAN.

Ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu: menentukan prioritas, menetapkan
tujuan dan merencanakan tujuan keperawatan.

DIAGNOSA 1

Rencana tindakan: kaji frekwensi, kedalaman dan kualitas pernafasan, auskultasi dada
setiap 2 – 4 jam, pertahankan tirang baring; bantu pasien untuk mengambil posisi
yang nyaman, pantau TD, S, N, dan P setiap 4 jam, berikan obat-obatan sesuai bengan
terapi, bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik jika batuk dan nafas dalam setiap 2 –
4 jam, berikan spirometer intensif, bebet ketika batuk, lakukan latihan rentang gerak
aktif pada semua ekstermitas setiap 2 – 4 jam, tingkatkan aktifitas sesuai toleransi.

Diagnosa 2

Rencana tindakan: kaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya, anjurkan
pasien minum banyak dan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, bantu pasien
untuk melakukan mobilisasi, bantu pasien jika mau BAB, amati konsistensi feaces,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

Diagnosa 3

Rencana tindakan: berikan makanan porsi sedikit tetapi sering dan hangat, beri
penjelasan tentang pentingnya diet pasien untuk kesembuhan penyakitnya, beri
makan buah-buahan, beri makanan yang dari rumah sesuai dengan diet.

Diagnosa 4

Rencana tindakan: kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktifitas, motivasi


pasien untuk ikut serta dalam merawat dirinya, bantu pasien dalam perawatan diri;
personal hygine, eliminasi.

Diagnosa 5

Rencana tindakan: ciptakan lingkungan yang nyaman serta suasana yang tenang,
bantu pasien dalam mengatur pergerakan/posisi yang nyaman, anjurkan kepada
pasien agar mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoe sebelum tidur, adakan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

Diagnosa 6

Rencana tindakan: ganti balutan dan bersihkan luka bekas pemasangan WSD dengan
teknik steril, perhatikan tanda-tanda infeksi pada bekas pemasangan infuse/WSD,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.

1. D. PELAKSANAAN

Pada tahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan


rencana tindakan berdasarkan prioritas masalah agar kebutuhan pasien terpenuhi.
Diagnosa 1

Implementasi: mengkaji frekuensi pernafasan pasien dengan hasil 26 x /menit,


vital sign TD : 90/70 mmHg, pols 76 x /menit, pernafasan 26 x /menit, temperatur
36,5°C pada pagi, siang dan malam hari, member obat sesuai dengan therapy dokter,
codein 2×1,membantu pasien napas dalam cara batuk sedangkan sfiroeter intensif,
bebat dada ketika batuk tidak dilakukan.mengatur posisi semi fowler, mengkaji cairan
yang keluar dari cavum pleura ± 100 cc dengan warna putih kekuningan, mengukur

Diagnosa 2

Implementasi: mengkaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya dimana


porsi makan habis dan kebiasaan BAB 1 x sehari, menganjurkan pasien untuk minum
8 gelas sehari dan mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat seperti
buah-buahan (pepaya), membantu pasien mobilisasi dengan cara miring ke kiri dan
ke kanan di tempat tidur, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian flagil
sup dan memasukkan flagel sup melalui anus,membantu pasien bab di tempat tidur
dengan konsistensi feaces lembek.

Diagnosa 3

Implementasi: memberi diet pasien dengan MBTKTP 1600 kalori/hari, memberikan


penjelasan kepada pasien tentang pentingnya diet untuk kesembuhan penyakitnya dan
memberi buah-buahan yang mengandung vitamin C (seperti jeruk).

Diagnosa 4

Implementasi: mengobservasi pasien untuk ikut bagian dalam perawatan dirinya


misalnya menyisir rambutnya, membantu pasien dalam personal hygine, membantu
pasien BAK/BAB, membantu makan dan minum.

Diagnosa 5

Implementasi: menciptakan lingkungan yang nyaman dengan merapikan tempat tidur


pasien, membersihkan ruangan dan mengatur penerangan, mengatur posisi pasien
yang nyaman untuk tidur, menganjurkan pada pasien untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan dengan berdoa sebelum tidur, mengadakan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi: Tramal 3 x 1, Codein 2 x 1.

Diagnosa 6

Implementasi: mengganti balutan dan merawat luka secara steril dengan larutan NaCl
0,9% dan mengolesi betadine, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotic.
Amoxilin 500 mg 3 x 1.

1. E. EVALUASI
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang.

Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan data


baru dari pasien yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi selanjutnya.

Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa sebagai
berikut:

Diagnosa 1

Dari rencana dan implementasi selama 3 hari pasien masih sesak, cairan pleura masih
keluar, pernapasan 26x/menit,evaluasi belum teratasi.

Diagnosa 2

Evaluasi: masalah teratasi dimana pasien sudah bab tanggal 24 Agustus dibantu
dengan memberikan pispot, kunsistensi lembek, frekuensi 3x sehari.

Diagnosa 3

Evaluasi: masalah teratasi terlihat dari pasien memakan makanan yang disajikan
dengan perlahan untik menghindari terdesak dan diet yang disajikan habis.

Diagnosa 4

Dari rencana dan implementasi selama 3 (tiga) hari pasien belum mampu sepenuhnya
untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, BAB, BAK, mengganti pakaian.
Pasien masih perlu dibantu oleh keluarga/perawat,evaluasi: masalah teratasi sebagian.

Diagnosa 5

Evaluasi: masalah teratasi pasien dapat tidur/istirahat kurang lebih 6-7 jam/hari.

Diagnosa 6

Evaluasi: masalah teratasi dan tidak kelihatan tanda-tanda infeksi

BAB V

kesimpulan dan saran

Setelah penulis menerapkan Asuhan keparawatan Ny. I dengan gangguan


sistem pernafasan :Efusi Pleura di ruang Rindu A3 (Pulmo) Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan maka diperoleh kesimpualn dan saran.

1. A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian semua data dapat dikaji, pasien dan keluarga
kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.

2. Dari hasil pengkajian dan analisa data ditemukan 6 (enam)


diagnosa keperawatan: tidak efektifnya jalan nafas,gangguan pola
eleminasi BAB, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, gangguan
pemenuhan aktivitas sehari-hari (ADL), pemenuhan istirahat tidur
terganggu, resiko ttinggi terjadi infeksi.

3. Prioritas masalah berdasarkan diagnose yang ada, perencanaan


dibuat sesuai diagnosa yang telah ditentukan.

4. Pelaksanaan berdasarkan intervensi yang dibuat dapat


dilakukan pasien/keluarga mau diajak kerjasama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang telah direncanakan.

SARAN

Pada laporan asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Efusi pleura di RA3 RSUP. H.
Adam Malik Medan, penulis memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sebagai
berikut :

1. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk


meningkatkan kesadaran tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik
yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.

2. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk


memberikan penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien
untuk menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada,
pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan
ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan
pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, H. (2010). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya, Airlangga.

Corwin, J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Yohanes, O. (2011). Askep Efusi Pleura. Askep Ilmu Kesehatan (online),

(http// odasunrinurse.com, arsip 2011)


Rofiq, A. 2008. Water Seal Drainage. Jurnal Ilmu Kesehatan (online),
(www.rofiqahmad.wordpress.com, Arsip januari 2008)

Irman, S. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta, Selemba Medika.

Suddarth & Brunner. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Volume I. EGC. Jakarta.

Srisukmawati, (2011). Kumpulan Asuhan Keperawatan. (http//srisukmawati.

wordpress.com)

Syaifuddin, (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3


EGC. Jakarta.

Wuryantoro. (2011). Manual Pemasangan WSD. cetakan FKUI, jakarta.

Anda mungkin juga menyukai