Askep Pleuraa Lgi
Askep Pleuraa Lgi
com/2012/07/31/askep-efusi-pleura/
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan kwalitas sumber daya manusia, disamping merupakan karunia
tuhan yang perlu disyukuri, karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditinggalkan
serta dilindungi dari ancaman yang merugikan (Srisukmawati, 2011)
Efusi pleura cukup banyak dijumpai. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tahun
1984 efusi pleura menduduki peringkat ke 3 dari 10 penyakit terbanyak . di indonesia,
tuberkulosis paru adalah penyebab utama efusi pleura, disusul oleh keganasan.
Distribusi berdasarkan jenis kelamin, efusi pleura didapatkan lebih banyak pada
wanita dari pada pria. Efusi pleura didapatkan oleh tuberkulosis paru lebih banyak
dijumpai pada pria dari pada wanita. Umur terbanyak untuk efusi pleura karena
tuberkulosis adalah 21 – 30 tahun (rerata 30,26%). Melihat dari karakteristik penyakit
ini, peran perawat bukan hanya dibutuhkan tetapi merupakan dasar untuk mengatasi
insiden lanjut akibat dari efusi pleura.(Alsagaff, H, 2010)
Dari data yang diperoleh dari rumah sakit setiap tahunnya pasien yang menderita
penyakit efusi pleura Di RSUP. H. Adam Malik Medan yaitu tahun 2011 sampai 2012
sebanyak 81 orang yang menderita penyakit efusi pleura. Laki – laki sebanyak 60
orang dan wanita sebanyak 21 orang yang menderita penyakit efusi pleura.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat kasus ini sebagai karya tulis
ilmiah dengan judul “ Asuhan Keperawatan Ny. I Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan Efusi Pleura Di Ruang Rindu A3 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik Medan Tahun 2012”.
1. B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai penerapan Asuhan
Keperawatan pada pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan Efusi Pleura Di
Ruang Rindu A3 RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
1. Tujuan Khusus
1. mampu melakukan pengkajian secara lansung pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan efusi pleura .
6. C. Metode Penulisan
dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, dengan menggunakan studi kasus yang
dilakukan pada pasien dengan ganguan sistem pernafasan efusi pleura di RA3 RSUP.
H. Adam Malik Medan Tahun 2012. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah :
1. Wawancara
Yaitu teknik untuk memperoleh data dengan cara wawancara langsung pada pasien
dan keluarga atau orang lain yang berhubungan dengan masalah pasien untuk
mendapatkan data subjektif.
1. Observasi
Yaitu metode dasar dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
langsung objek yang diselidiki dengan menggunakan indra penglihatan. Pada
pemeriksaan fisik teknik ini dilakukan dalam bentuk pemeriksaan (inspeksi), periksa
raba (palpasi), periksa ketuk (perkusi), dan periksa dengar (auskultasi).
1. Studi dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari catatan medis atau perawatan
untuk memperoleh data tertier.
1. Studi kepustakaan
Yaitu dilakukan dengan mempelajari dari berbagai buku dan sumber media lain untuk
melengkapi penyusunan dan mendapatkan dasar teknik, ilmiah dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya.
1. D. Sistematika Penulisan
Penulis karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
1. Konsep dasar yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
anatomi dan fisiologi, manifestasi klinis patofisiologi,pemeriksaan diagnostik
dan penatalaksanaan.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. A. Konsep Dasar
1. 1. Pengertian
Efusi pleura suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga
pleura ( Irman Somantri, 2008 )
Efusi pleura pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan pariental, adalah proses penyakit primer yang jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain ( Brunner dan
Suddarth, 2001 ).
Efusi pleura adalah akumulasi cairan didalam rongga pleura, timbulnya efusi
pleura didahului oleh peradangan pleura atau pleuritis ( Alsagaff, H, 2010 )
1. 2. Etiologi
Kelinan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan skunder. Kelainan primer
pada pleura hanya ada dua macam yaitu :
Timbulnya efusi pleura dapat disebabkan oleh kondisi – kondisi seperti adanya
ganguan dalam reabsorbsi cairan pleura (misal karena adanya tumor), peningkatan
produksi cairan pleura (missal karena adanya infeksi pada pleura), sedangkan
sedangkan secara patologis, efusi pleura terjadi dikarenakan keadaan – keadaan
seperti :
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang dihasilkannya adalah sebagai
berikut :
Transudat
Eksudat
( Alsagaff, H, 2010 )
Saluran pernapasan atas dan bawah dimulai dari hidung dan terakhir pada permukaan
alveolar. Saluran bagian atas terdiri dari hidung, faring, dan bagian atas trachea guna
membantu penyaringan, penghangatan dan pelembaban udara sebelum mencapai
alveoli ( unit pertukaran gas ) diparu – paru.
Fisiologi pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yaitu pleura visceralis dan
pleura parentalis, kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru – paru. Dalam
beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini, yaitu :
1. Pleura Visceralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang tipis ( tebalnya
tidak lebih dari 30 mm ), diantara celah – celah sel ini terdapat beberapa sel limfosit.
Dibawah sel mesotelial ini terdapat endopleura yang berisi fibrosid dan histiosit.
Dibawah endopleural terdapat jaringan kolagen dan serat – serat elistik yang
dinamakan lapisan tengah. Lapisan adalah jaringan intertensial subpleural yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler ( arteri pulmonalis dan arteri
brankhialis ) dan kelenjar getah bening, keseluruhan jaringan pleural visceralis ini
menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru – paru.
1. Pleura Parientalis
Lapisan jaringan pada pleura parentalis terdiri atas sel – sel mesotelial dan jaringan
ikat ( jaringan kolagen dan serat – serat elastic ). Namun lebih dari pleura visceralis.
Dalam jaringan ikat tersebut terdapat pembuluh kapiler ( arteri interkostalis dan arteri
mammaria interna ), kelenjar getah bening, dan banyak reseptor saraf sensoris yang
peka terhadap rasa nyeri dan perbedaan temperatur. Sistem persyarafan ini berasal
dari nervus interkostalis dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.
Keseluruhan jaringan pleura parientalis ini menempel tetapi juga mudah dilepaskan
dari dinding dada diatasnya.
( Syaifuddin, 2006 )
1. 5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit
yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil dan nyeri
dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan menyebar, kemungkinan timbul
disnea dan batuk. Efusi pleura yang membesar akan mengakibatkan nafas pendek.
Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi
dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang terkena. (Yohanes, 2011)
1. 6. Patofisiologi
Pada orang normal, cairan dirongga pleura sebanyak 1 – 20 ml. cairan di dirongga
pleura jumlahnya tetap karena adanya keseimbangan antara produksi oleh pleura
parientalis dan absorbsi oleh pleura viseralis. Keadaan ini dapat dipertahankan
karena adanya keseimbangan antara tekanan hidrostatis pleura parientalis sebesar 9
cm H²O dan tekanan koloid osmotis pleura viseralis 10 cm H²O.
2. Terjadi peningkatan :
1. 7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan radiologis
Tampak cairan > 300 ml putih komptet pada area yang sakit obstruksi diafragma
sebagian.
1. Biopsi pleura
1. Pewarnaan gram
Penatalaksanaan
1. Berikan antibiotik
Mis: daging, telur, tempe, Hindari pemberian makanan yang mengandung garam
berlebih
1. Tirah baring
1. Pemberian O2
( wuryantoro, 2011 )
1. B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. 1. PENGKAJIAN
v Riwayat kesehatan.
Sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena, nyeri dada setempat, peningkatan vena jugularis, peningkatan
suhu tubuh, keletihan serta batuk.
v Kebiasaan sehari-hari.
– Nutrisi/minuman
– Tidur.
Adanya kesulitan atau gangguan pola tidur dapat terjadi karena adanya sesak nafas,
batuk dan adanya pemasangan WSD.
– Elimnasi
Dapat terjadinya konstipasi atau gangguan BAK karena imubilisasi, bed rest,
pamasukan nutrisi yang tidak adekuat.
Dalam personal hygine, mandi, makan/minum, ganti pakaian dibantu oleh orang lain
atau perawat.
– Psikologi
v Pemeriksan fisik
– Tanda-tanda vital.
Pernafasan meningkat dari normal (20 x/menit), suhu tubuh meningkat karena adanya
bakteri/mikroorganisme, tekanan darah meningkat, pols cepat dan lemah.
– Head to Too
Kelopak mata sembab, mata kelihatan sayu, berbicara seperti kecapekan, lambat dan
perlahan-lahan, sesak nafas, bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas
bagian yang terkena, nyeri pada daerah dada seperti ditusuk-tusuk benda tajam,
ekspansi dada asimetris dan adanya batuk.
1. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan dari masalah yang nyata atau pun
potensial, dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga masalah pasien dapat
ditanggulangi atau dikurangi.
Pada pasien dengan kasus efusi pleura diagnose keperawatan yang mungkin timbul
adalah:
1. 1. PERENCANAAN
v Diagnosa keperawatan 1
Tujuan:
Kriteria hasil:
Rencana tindakan
– Pertahankan tirah baring, bantu pasien untuk mengambil posisi yang nyaman.
– Lakukan latihan rentang gerak aktif pada semua ekstremitas setiap 2 sampai 4
jam.
v Diagnose keperawatan 2
Tujuan:
Kriteria hasil:
Rencana tindakan
– Diskusikan gejala yang harus dilaporkan pada dokter seperti kesulitan bernafas,
peningkatan suhu tubuh, batuk tetap.
– Instruksikan pasien dan berikan dorongan pada pasien untuk batuk, nafas dalam
untuk mempertahankan pengudaraan paru-paru.
Tujuan:
Kriteria hasil:
Aktivitas dibatasi untuk menghindari kelelahan dan kebutuhan ADL dapat dipenuhi.
Rencana tindakan:
1. 2. EVALUASI
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. A. Pengkajian
2. 1. Identitas Pasien
Nama : Ny I
Umur : 29 tahun
Agama : protestan
Suku : batak
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : petani
Nama : Tn R
Umur : 32 tahun
Pendidikan/pekerjaan : petani
1. 2. Keluhan Utama
Pasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan pasien ada batuk
1. 3. Riwayat Kesehatan
Adanya penempukan cairan dirongga pleura dengan jumlah ± 100 cc dengan warna
putih kekuningan, biasanya pasien mengeluh sesak nafas jika banyak melakukan
aktifitas dan batuk khususnya pada malam hari, frekuensi pernafasan 26 x/menit.
1. Riwayat Kesehatan
Pasien pernah dirawat di rumah sakit bina kasih medan dengan kasus sesak nafas
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Diantara keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami
pasien
1. Biologis
6. Psikologis
Pasien mengatakan tidak cemas, hal ini terlihat dari wajah yang tampak tenang karena
pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit dan keadaan pasien sudah ada perubahan
karena sudah perawatan dan pengobatan lebih kurang 10 hari sebelum penulis kaji.
1. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan orang lain juga baik. Pasien
ramah dan merespon lawan bicara saat wawancara.
1. Spiritual
Pasien tidak dapat lagi kegereja namun pasien percaya bahwa tuhan akan
menyembuhkanya.
1. 5. Pemeriksaan Fisik
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 76 x/menit
Pernafasa : 26 x/menit
2. Kepala : bentuk kepala bulat simetris, rambut lurus sudah mulai ada
uban, kulit kepala bersih, wajah berbentuk lonjong.
3. Mata : mata agak sembab, pupil isokor kanan dan kiri, konjungtiva
sedikit pucat, kelopak mata cekung dan agak kehitaman.
10. Abdomen : turgor kulit abdomen baik, pristaltik usus kurang dimana
pasien mengalami konstipasi ( 5 hari tidak BAB ) dan jika dipalpasi daerah
abdomen bagian bawah terasa keras, tidak ada pembesaran hepar.
10. Genetalia : tidak ada peradangan dan pendarahan dan kebersihan cukup baik,
BAK dan BAB dibantu dengan memakai pispot.
11. Extremitas : pada kedua tangan tidak ada odema dan dapat digerakkan dengan
baik, extremitas pada kaki sebelah kiri tidak dapat digerakkan dengan bebas karena
adanya pemasangan infus.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Warna : merah
PH :9 normal :7–8
1. Therapy medik
– Tramal 3 x1
– Codein 2 x1
ANALISA DATA
DO :
DS :
– Sesak nafas
– K.U lemah
DS :
– WSD terpasang
DS :
– Terpasang WSD
DO :
Aktifitas fisik terganggu
– BAB/BAK, makan, mandi, sisir
rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga.
DO Ganguan pemenuhan
aktifitas sehari-hari
– Cairan lebih kurang 100 cc
dengan warna putih kekuningan Adanya luka bekas
pemasangan WSD
5 – Pemasangan WSD Resiko tinggi
terjadinya infeksi
– Bentuk dada asimetris
6
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
PRIORITAS MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1
Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan adanya penumpukan cairan pada
rongga pleura ditandai dengan pasien mengeeluh sesak nafas, nyeri dada, pasien
terlihat sesak napas dengan pernapasan 26 x/menit, terpasang WSD dengan cairan
bewarna putih kekuningan ± 100cc.
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasionalisasi :
Implementasi :
Mengkaji cairan yang keluar dari cavum pleura ± 100cc dengan warna cairan putih
kekuningan.
Membantu dan menganjurkan pasien untuk berbalik batuk dan nafas dalam.
13.00 wib
Mengukur vital sign dengan tekanan darah 90/70 mmHg, pols 76 x/menit, pernafasan
26 x/menit, temp 36,6 °C
Evaluasi :
A : adanya penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan pasien sesak
P : beri posisi semi powler.
Diagnosa 2
Gangguan pola eliminasi BAB sehubungan dengan kurangnya makanan berserat atau
imobilisasi ditandai dengan pasien mengeluh sudah 5 hari tidak BAB, bed-rest,
dinding abdomen sewaktu dipalpasi terasa keras.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
4. Bantu pasien jika mau BAB dan beri posisi yang nyaman.
Rasionalisasi
Implementasi :
Menganjurkan pasien untuk minum 8 gelas sehari dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi serat seperti buah – buahan
Membantu pasien mobilisasi dengan cara miring kekiri dan kekanan ditempat tidur
Evaluasi :
O : pasien BAB ditempat tidur, konsistensi feaces lembek dan dinding abdomen tidak
keras lagi
P : intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Nafsu makan pasien bertambah dan diet yang disajikan dihabiskan pasien.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Implmentasi :
Memberi diet pasien dengan makanan biasa tinggi kalori tinggi protein 1600 kalori /
hari
Evaluasi :
P : intervensi dilanjutkan
Diagnosa 4
Ganguan aktivitas sehari – hari sehubungan dengan aktifitas fisik terganggu ditandai
dengan pasien BAB /BAK, mandi, makan, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Rasionalisasi :
1,4 untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan aktifita
Implementasi :
Memotivasi pasien untuk ikut ambil bagian dalam perawatan diri misalnya menyisir
rambut sendiri.
Mengkaji kemampuan fisik pasien dengan cara minum pasien masih butuh bantuan
S:–
O : BAB / BAK, makan, minum, mandi, menyisir rambut dibantu oleh perawat dan
keluarga
Diagnosa 5
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi :
Rasionalisasi :
Implementasi :
Mengadakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy yaitu : tramal 3×1
codein 2×1
Menganjurkan kepada pasien untuk mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoa
sebelum tidur.
Evaluasi :
Diagnosa 6
Resiko tinggi terjadi infeksi sehubungan dengan adanya luku bekas pemasangan
WSD ditandai dengan cairan lebih kurang 100 cc bewarna putih kekuningan,
pemasangan WSD, bentuk dada asimetris.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Ganti balutan dan bersihkan luka bekas operasi dengan teknik steril.
1. Agar luka bekas operasi pemasangan WSD dan infus tidak infeksi
Implementasi :
Menganti balutan dan merawat luka bekas operasi secara steril dengan larutan NaCl
0,9 % dan mengolesi betadine.
Evaluasi :
S:–
P : intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
pada saat dilakukan wawancara, penulis memperoleh respon yang baik dari pasien
dan keluarga. Pengkajian dalam tahap pengumpulan data yang dilakukan penulis.
Penulis menemukan keluhan utama pasien merasa sesak, nyeri pada daerah dada dan
pasien batuk. Dipola kebiasaan sehari – hari eliminasi BAB ditemukan konstipasi
( sudah 5 hari tidak BAB ), kebiasaan minum berkurang dari ± 8 – 10 gelas menjadi ±
4 – 6 gelas setiap hari, dalam melaksanakan aktivitas pasien dibantu oleh
perawat/keluarga, begitu juga dengan personal hygine seperti mandi, BAK, BAB,
berpakaian dan menysir rambut. Dalam pemeriksaan fisik terdapat peningkatan
tekanan vena jugularis karena sesak nafas, dipalpasi pada abdomem terasa keras
karena konstipasi (5 hari belum BAB).
Jika dalam teori dikatakan sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas menghilang
atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyari dada setempat dan batuk
penulis menemukan demikian, tetapi sewaktu penulis kaji tidak menemukan
peningkatan suhu tubuh,hal ini karena pasien sudah di rawat lebih kurang dari 10 hari
sejak tanggal 14 Agustus 2001.
1. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus Ny. I dengan gangguan sistem pernafasan efusi peura, diagnose
keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada 2(dua) yaitu :
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien tetapi tidak ditemukan pada teori
ada 4 (empat) yaitu :
Ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu: menentukan prioritas, menetapkan
tujuan dan merencanakan tujuan keperawatan.
DIAGNOSA 1
Rencana tindakan: kaji frekwensi, kedalaman dan kualitas pernafasan, auskultasi dada
setiap 2 – 4 jam, pertahankan tirang baring; bantu pasien untuk mengambil posisi
yang nyaman, pantau TD, S, N, dan P setiap 4 jam, berikan obat-obatan sesuai bengan
terapi, bantu dan ajarkan pasien untuk berbalik jika batuk dan nafas dalam setiap 2 –
4 jam, berikan spirometer intensif, bebet ketika batuk, lakukan latihan rentang gerak
aktif pada semua ekstermitas setiap 2 – 4 jam, tingkatkan aktifitas sesuai toleransi.
Diagnosa 2
Rencana tindakan: kaji pemasukan nutrisi dan kebiasaan BAB sebelumnya, anjurkan
pasien minum banyak dan mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, bantu pasien
untuk melakukan mobilisasi, bantu pasien jika mau BAB, amati konsistensi feaces,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
Diagnosa 3
Rencana tindakan: berikan makanan porsi sedikit tetapi sering dan hangat, beri
penjelasan tentang pentingnya diet pasien untuk kesembuhan penyakitnya, beri
makan buah-buahan, beri makanan yang dari rumah sesuai dengan diet.
Diagnosa 4
Diagnosa 5
Rencana tindakan: ciptakan lingkungan yang nyaman serta suasana yang tenang,
bantu pasien dalam mengatur pergerakan/posisi yang nyaman, anjurkan kepada
pasien agar mendekatkan diri kepada tuhan dengan berdoe sebelum tidur, adakan
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
Diagnosa 6
Rencana tindakan: ganti balutan dan bersihkan luka bekas pemasangan WSD dengan
teknik steril, perhatikan tanda-tanda infeksi pada bekas pemasangan infuse/WSD,
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.
1. D. PELAKSANAAN
Diagnosa 2
Diagnosa 3
Diagnosa 4
Diagnosa 5
Diagnosa 6
Implementasi: mengganti balutan dan merawat luka secara steril dengan larutan NaCl
0,9% dan mengolesi betadine, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti biotic.
Amoxilin 500 mg 3 x 1.
1. E. EVALUASI
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulang.
Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa sebagai
berikut:
Diagnosa 1
Dari rencana dan implementasi selama 3 hari pasien masih sesak, cairan pleura masih
keluar, pernapasan 26x/menit,evaluasi belum teratasi.
Diagnosa 2
Evaluasi: masalah teratasi dimana pasien sudah bab tanggal 24 Agustus dibantu
dengan memberikan pispot, kunsistensi lembek, frekuensi 3x sehari.
Diagnosa 3
Evaluasi: masalah teratasi terlihat dari pasien memakan makanan yang disajikan
dengan perlahan untik menghindari terdesak dan diet yang disajikan habis.
Diagnosa 4
Dari rencana dan implementasi selama 3 (tiga) hari pasien belum mampu sepenuhnya
untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, BAB, BAK, mengganti pakaian.
Pasien masih perlu dibantu oleh keluarga/perawat,evaluasi: masalah teratasi sebagian.
Diagnosa 5
Evaluasi: masalah teratasi pasien dapat tidur/istirahat kurang lebih 6-7 jam/hari.
Diagnosa 6
BAB V
1. A. KESIMPULAN
1. Pada pengkajian semua data dapat dikaji, pasien dan keluarga
kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan.
SARAN
Pada laporan asuhan keperawatan pada Ny. I dengan Efusi pleura di RA3 RSUP. H.
Adam Malik Medan, penulis memberikan saran sebagai bahan pertimbangan dan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien sebagai
berikut :
3. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada,
pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung periksakan
ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan keperawatan dan
pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
wordpress.com)