Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DARAH DAN TEKANANNYA


---------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelaksanaan : Senin, 28 Oktober 2019


Dosen : Dra. Nur Kuswanti, M.Sc. St.
Erlix R. Purnama, M.Si.

Kelompok : 4

Alfiyan Lestari (17030204013)


Listya Eka Ningtyas (17030204023)
Ais Agustining Syamsiar (17030204045)
Ananda Anggy Pamelia (17030204090)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
1. JUDUL
Judul praktikum ini adalah Darah dan Tekannanya

2. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah mahasiswa mampu:
1. Menggunakan alat untuk pemeriksaan tekanan darah, Hb dan golongan
darah.
2. Menentukan tekanan darah, kadar Hb serta golongan darah seseorang.
3. Memperkirakan ada tidaknya penyakit tekanan darah dan anemia.

3. DASAR TEORI
A. Tekanan Darah
1. Denyut nadi
Denyut nadi merupakan gambaran frekuensi kontraksi jantung seseorang
yang dapat ditemukan di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu seperti
di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari (Arteri
radialis), di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues
(Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan
di pelipis. Waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya,
berkurang saat tidur dan bertambah karena emosi, beraktivitas, demam dan
banyak faktor lainnya. Peningkatan denyut nadi yang merupakan hasil dari
respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot, berfungsi untuk
mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama
latihan (Ganong, 2003). Selain itu, denyut nadi seseorang juga akan meningkat
bila suhu tubuh meningkat kecuali pada seseorang yang telah beraklimatisasi
terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut maksimum orang dewasa berkisar
180-200 denyut per menit (Guyton, 2006).

2. Tekanan darah
Tekanan darah merupakan tekanan yang diberikan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah arteri. Tekanan darah tersebut diukur dalam satuan
milimeter mercury (mmHg) dan direkam dalam dua angka yaitu tekanan
sistolik dan tekanan diastolik (LIPI, 2009).
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut dengan
tekanan sistolik. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah terjadi
saat jantung beristirahat. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap diastolik dengan nilai orang dewasa berkisar dari 100/60
sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer dan
Bare, 2001).
Peningkatan dan penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai maka
terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-
hasil metabolisme lainnya (Gunawan, 2001).
3. Tensimeter
Tensimeter merupakan alat ukur tekanan darah yang juga sering disebut
dengan sphygmomanometer. Pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi
alat ukur tepai sekarang kesadaran akan konservasi lingkungan meningkat dan
penggunaan air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Namun, dalam
penggunaan sehari-hari bahkan di seluruh dunia hingga saat ini masih
menggunakan tensimeter air raksa (Smeltzer, dkk., 2002).

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur


tekanan darah arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi
kantong karet tiup.

Gambar 1. Metode auskultasi untuk mengukur tekanan sistole-diastole


(Guyton & Hall, 2006)

Ketika manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet


memampatkan jaringan bawah manset. Jika kantong karet membengkak untuk
tekanan yang melebihi nilai puncak gelombang nadi, arteri terus melemah dan
tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di arteri perifer. Jika tekanan
dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan tercapai di mana
terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan sekitarnya
dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan
tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi
puncak atau tekanan sistolik.

Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi
dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan
dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan
tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu.
Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras.
Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang
nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi
teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh
gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara
hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi
pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang
ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi
parsial dari arteri brachialis.

4. Fakor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah dan Denyut Nadi


Ada beberapa faktor yang menyebabkan besarnya nilai tekanan darah
yang terbagi menjadi dua yaiu faktoor internal dan eksernal. Faktor
internalnya yaitu :
a. Curah Jantung
Curah jantung diartikan sebagai sejumlah volume darah yang dipompa
tiap ventrikel per menit. Faktor penentu curah jantung adalah kecepatan
jantung berdenyut per menit dan volume darah yang dipompa jantung per
denyut/ isi sekuncup (curah jantung = frekuensi jantung × isi sekuncup).
Kedua variabel ini dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologis dan obat-
obatan.
Isi sekuncup jantung sendiri dipengaruhi oleh preload, afterload, dan
kontraktilitas miokardium.24 Preload adalah derajat peregangan serabut
miokardium segera sebelum kontraksi. Peregangan serabut miokardium
bergantung pada volume darah yang meregangkan ventrikel pada akhir-
diastolik. Aliran balik darah vena ke jantung menentukan volume akhir
diastolik ventrikel. Peningkatan aliran balik vena meningkatkan volume
akhir-diastolik ventrikel, yang kemudian memperkuat peregangan serabut
miokardium. Mekanisme Frank-Starling menyatakan bahwa dalam batas
fisiologis, apabila semakin besar peregangan serabut miokardium pada
akhir-diastolik, maka semakin besar kekuatan kontraksi pada saat
diastolik.
Afterload dapat didefinisikan sebagai tegangan serabut miokardium
yang harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi afterload dapat dijelaskan dalam versi sederhana
persamaan Laplace yang menunjukkan bila tekanan intraventrikel
meningkat, maka akan terjadi peningkatan tegangan dinding ventrikel.
Persamaan ini juga menunjukkan hubungan timbal balik antara tegangan
dinding dengan ketebalan dinding ventrikel, tegangan dinding ventrikel
menurun bila ketebalan dinding ventrikel meningkat.
Kontraktilitas adalah penentu ketiga pada volume sekuncup.
Kontraktilitas merupakan perubahan kekuatan kontraksi yang terbentuk
tanpa tergantung pada perubahan panjang serabut miokardium.
Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil intensifikasi hubungan
jembatan penghubung pada sarkomer. Kekuatan interaksi ini berkaitan
dengan konsentrasi ion Ca2+ bebas intrasel. Kontraksi miokardium secara
langsung sebanding dengan jumlah kalsium intrasel.

b. Pembuluah darah
Pembuluh darah adalah saluran tertutup yang berfungsi mengarahkan
dan menyebarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh yang kemudian
dikembalikan ke jantung. Darah adalah substansi didalam pembuluh darah
yang mengandung sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan
dibawa dalam cairan (Plasma).
Darah berfungsi sebagai media pengangkut yang membawa kebutuhan
jaringan tubuh seperti oksigen, karbondioksida, nutrien, elektrolit, dan
hormon. Mekanisme aliran darah melalui pembuluh darah dijelaskan
menurut hukum Poiseuille, dimana gradien tekanan sebanding dengan laju
aliran darah dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler.

c. Hipotensi
Hipotensi adalah kondisi dimana tekanan darah (rasio tekanan sistolik
dan tekanan diastolik) didapatkan lebih rendah dari nilai normal yang
umum ditemukan pada individu normal.27 Hipotensi merupakan efek
samping yang paling sering terjadi pada anestesi spinal, dengan insidensi
38% dan penyebab utamanya adalah blokade saraf simpatis, sehingga
diameter pembuluh darah bertambah besar/ vasodilatasi.28 Kejadian
hipotensi akibat anestesi spinal pada ibu yang akan operasi sectio cesarea
dapat diminimalisir dengan pemakaian obat vasopressor ataupun loading
cairan.

d. Aktivitas
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi
mempunyai efek yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung
(cardiac output). Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7
mmHg, dimana diafragma berkontraksi dan rongga dada mengembang.1
Tekanan ini meningkat dengan jumlah yang sama selama ekspirasi. Selama
pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara keluar masuk paru
yang terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga ditransmisikan ke
dinding- dinding vena besar di rongga dada dan mempengaruhi aliran balik
vena dari perifer ke jantung. Fenomena ini disebut juga pompa respirasi
(respiratory pump).
Selama inspirasi, tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di
vena sentral juga berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena
return) dan volume vena sentral meningkat sehingga pengisian jantung
kanan meningkat. Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga meningkatkan
stroke volume dan cardiac output di jantung kiri. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor arterial.
Proses inspirasi yang mengurangi tekanan intratoraks juga merangsang
baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung. Rangsangan yang
diterima oleh kedua reseptor akan mengaktivasi medullary cardiovascular
centers untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan meningkatkan kerja
parasimpatis dan menurunkan kerja simpatis (Rahman, 2012).

e. Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda, semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda
tersebut dan semakin rendah suhu suatu benda maka semakin dingin benda
tersebut. Suhu tubuh manusia sendiri merupakan perbedaan antara jumlah
panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar.
Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang
diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ
tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu. Panas diproduksi oleh tubuh melalui
proses metabolisme, aktivitas otot dan sekresi kelenjar. Produksi panas
dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya oleh
karena penyakit ataupun stress
Meningkatnya aktivitas fisik menyebabkan peningkatan suhu inti yang
secara refleks memicu mekanisme pengeluaran panas (Handayani,
Fransiska, dan Jimmy, 2016). Panas dapat hilang dari tubuh melalui tiga
cara, yatu; melalui kulit, dalam udara ekspirasi dan melalui urin dan feses.
Panas yang hilang dari kulit melalui konduksi, radiasi, dan konveksi,
melalui perspirasi dan penguapan keringat. Kehilangan ini dikontrol oleh
variasi jumlah darah yang melewati kulit, dihasilkan oleh perubahan ukuran
pembuluh darah didalamnya. Kehilangan panas melalui kulit dipengaruhi
oleh jumlah dan jenis pakaian yang dikenakan.
Konduksi merupakan hilangnya panas secara langsung dari satu benda
ke benda yang lebih dingin. Radiasi adalah penyebaran panas dari kulit ke
udara yang lebih dingin. Konveksi bervariasi dengan aliran udara melalui
kulit, misalnya ketika digerakkan oleh angin atau kipas angin.
5. Pusat yang Mengawasi dan Mengatur Perubahan Tekanan Darah dan Denyut
Nadi
Beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah,
yaitu :
a. Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak,
misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan saraf pusat, misalnya
baroreseptor dan kemoreseptor.
b. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik,
misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin,
asetilkolin, serotonin, adenosin dan kalsium, magnesium, hidrogen,
kalium, dan sebagainya.
c. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian
dalam dan di luar sistem vaskuler.

B. Kadar Hb
Kadar Hemoglobin merupakan suatu senyawa kompleks globin yang
dibentuk 4 sub unit, masing-masing mengandung sutu gugusan hem yang
dikonjugasi ke suatu polipeptida. Hem adalah turunan porofirin yang
mengandung zat besi (Fe). Hemoglobin menjadi satu dengan oksigen udara
yang terdapat didalam paru-paru hingga terbentuk yaitu oksihemoglobin, yang
nantinya melepaskan oksigen menuju sel-sel jaringan tubuh. Proses
oksihemoglobin memerlukan besi dalam bentuk ferro didalam molekul
hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama dengan jumlah atom besi.
Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34 ml oksigen. Maka dari
itu besi enting dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin, dan substansi
lainnya seperti sitorom oksidase, peroksidase, dan katalase lainnya (Sawali,
2013).
Hemoglobin kompleks yang protein-pigmennya mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah
molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi
ferro dan empat rantai globin (Brooker, 2010).
Meskipun ukurannya kecil, satu eritrosit mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin. Karena setiap molekul hemoglobin berikatan dengan
empat molekul-molekul O2, satu eritrosit dapat mentranspor sekitar satu miliar
molekul-molekul O2. Saat eritrosit melewati bantalan-bantalan kapiler paru-
paru, insang, atau organ-organ respirasi yang lain, O2 berdifusi ke dalam
eritrosit-eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin. Di dalam kapiler-kapiler
sistematik, O2 berdisosisi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh
(Campbell, 2008: 71)
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu
sebagai berikut (Sophy, 2010) :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan
ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan perioksidase.
Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot.

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh


Besi yang terdapat didalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah
lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel darah merah atau
hemoglobin (lebih dari 2,5 g, myoglobin 150 g), phorphyrin cytochrome,
hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam
tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik
dan bagian yang merupakan cadangan. Metabolisme besi dalam tubuh
terdiri dari proses absorbsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan
pengeluaran.
Kadar hemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi
hemoglobin yang optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal
meliputi (Rindamusti, 2012) :
 Makanan atau gizi
 Fungsi jantung dan paru-paru
 Fungsi organ-organ tubuh lain
 Merokok
 Penyakit yang menyertai
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan-jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah
seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan
pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari
normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.
Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin. Diantara metode
pemeriksaan hemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan
yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah
metode cyanmethemoglobin.
a. Metode Sahli
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin
ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi
ferroheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk
ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat.
Warna yang terbentuk ini diandingkan dengan warna standar (hanya dengan
mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat
konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna
hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya
sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata
telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata,
faktor lain misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat
mempengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di
daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan
dilapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat
terlatih hasilnya dapat diandalkan. (Ganong, 2003)
Kesalahan-kesalahan pada penetapan kadar hemoglobin cara Sahli :
a) Tidak tepat pengambilan darah
b) Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak
dibilas
c) Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu
mengencerkan
d) Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlaku untuk mengadakan
perbandingan perbandingan warna
e) Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya tabung
dibolak-balikkan dengan menutupnya memakai ujung jari
f) Ada gelembung udara di permukaan pada waktu membaca
g) Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang, menggunakan
tabung pengencer yang tidak diperuntukkan alat yang dipakai.

Metode yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin. Pada


metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi
methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk sian-
methemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan
fotometer dan dibandingkan dengan standar. Kaerna yang membandingkan alat
elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih
cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya. (Guyton,
2007).

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin


(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat
memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun. Secara fisiologi,
harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur, jenis kelamin,
kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan
batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Gambar 2. Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia (Sumber: WHO,


2001)

4. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Hemometer
2. Blood lancet
3. Pen lancet
4. Pipet
5. Tensimeter air raksa
6. Stetoskop
7. Glass obyek
8. Batang pengaduk
9. Strip Hb
10. Easy touch GCU

B. Bahan
1 Alkohol 70%
2 Asam cuka glasial 0,3% atau HCl 0,1 M
3. Akuades
4. KOH
5 Kantung plastik
6 Kapas

5. CARA KERJA
1. Kadar Hb dengan Metode Sahli
 Isi tabung hemometer dengan asam cuka glacial sebanyak 2 ml.
 Biarkan lengan kiri atau kanan orang coba terjuntai ke bawah.
 Kalau jari masih terlihat pucat, pegang erat pergelangan tangan.
Pilih salah satu dari tiga jari tengah untuk ditusuk.
 Bersihkan bagian samping dari ujung dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol, lalu keringkan dengan kapas kering.
 Jika blood lancet atau jarum penusuk sudah dalam keadaan
terbuka, bersihkan dengan alkohol, baik sebelum maupun sesudah
dipakai. Keringkan dengan kapas kering. Pakailah untuk menusuk
bagian samping dari ujung jari terpilih tadi sedalam 1,5-2 mm.
darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas kering,
kemudian tekan pangkal jari agar darah terkumpul
menggelembung.
 Ujung pipa hemometer ditempelkan pada dasar gelembung darah
agar darah masuk dalam pipa sampai garis batas.
 Bersihkan ujung pipa dengan kapas yang digerakkan mengarah ke
ujung. Perhatikan darah dalam pipa jangan sampai berkurang.
Masukkan darah dalam tabung hemometer yang telah diisi asam
cuka glasial, dengan cara meniup pangka lpipa.
 Aduk isi tabung
 Basahi bagian luar tabung hemometer dengan air kemudian pasang
pada alat hemometer. Tambahkan akuades sedikit demi sedikit
kedalam tabung sambil diaduk, sampai warna cairan dalam tabung
sama dengan warna kedua tabung di kanan kirinya.
 Lihatlah bagian dasar permukaan cairan itu mencapai angka berapa
pada tabung hemometer tersebut. Angka ini menunjukkan kadar
Hb dalam satuan g%.
 Pada akhir pemeriksaan buanglah kapas-kapas yang telah dipakai
pada kantung plastik, cucilah semua peralatan dengan seksama,
kemudian keringkanlah. Periksalah kadar Hb dari para anggota
kelompok sdr, dan catat hasil ini pada sebuah tabel.

2. Kadar Hb dengan Metode Strip


 Salah satu jari tangan ditusuk pen lancet
 Darah yang keluar dimasukkan strip
 Stik dimasukkan alat digital Easy Touch GCU
 Hasil berupa angka tertera pada monitor Easy Touch GCU

3. Tekanan Darah Arteri


 Manusia coba disuruh berbaring atau duduk tenang istirahat
sejenak.
 Pasang manset pada lengan atas kanan orang coba dengan pas,
tidak terlalu menekan. Perhatikan tanda lingkaran putih berpalang
atau tempat keluarnya selang udara, harus terletak pada permukaan
ventral lengan atas kanan di atas arteri brakhialis, sedang tepi
bawah manset sedikit di atas pelipatan siku.
 Buka penutup cadangan air raksa, sebaliknya kencangkan
sambungan selang udara dan putar penutup udara di dekat pompa
karet.
 Tanyakan seberapa tinggi biasanya tekanan darah orang coba kita.
Jika ia belum pernah di ukur, kita pompa sampai permukaan air
raksa mencapai angka 150.
 Pangkal stetoskop kita pasang pada muara lubang telinga kita
sedang ujungnya kita letakkan pada pelipatan siku pada arteri
brakhialis.
 Pompalah agar udara masuk kedalam manset, maka permukaan air
raksa dalam tabung tensimeter akan naik.
 Apakah sdr sudah mendengar bunyi degup jantung? Kalau sudah,
permukaan air raksa boleh dinaikkan lagi sampai tidak terdengar
degup jantung. Kalau tidak, putar penutup udara sedikit agar udara
perlahan keluar, sambil kita amati penurunan permukaan air raksa
dan beberapa kita mulai mendengar degup jantung pertama. Untuk
itu penurunan permukaan air raksa ini dibuat paling cepat satu
garis demi satu garis.
 Angka ketinggian air raksa saat kita mendengar degup jantung
pertama itu menunjukkan besarnya tekanan sistole. Setelah itu
penutup udara kita buka lebih banyak agar udara cepat keluar,
sampai angka sekitar 110, kemudian kita putar lagi agar udara
keluar perlahan. Kita dengarkan apakah masih terdengar degup
jantung, kalau tidak, maka kita masukkan udara lagi untuk
meninggikan permukaan air raksa. Kalau masih terdengar, maka
kita amati penurunan permukaan air raksa sampai bunyi degup
jantung terakhir, kemudian penutup udara kita putar banyak agar
udara cepat keluar. Tinggi permukaan air raksa ini menunjukkan
besarnya tekanan diastole. Catatlah hasil pemeriksaan!
 Ingat keseluruhan prosedur pengukuran tekanan darah ini harus
berlangsung cepat, agar darah orang coba dapat mengalir normal
dan ia tidak merasa kesemutan.

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Hasil dari praktikum darah dan tekanannya dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Praktikum Darah dan Tekanannya

Tekanan Darah Nadi Hb

Nama Hemo Strip


Duduk Jalan Lari Duduk Jalan Lari meter Hb
(g%) (g/dl)

Ary 100/60 100/80 110/80 102 120 128 9 15,2


Yuda 120/80 128/86 130/90 63 75 92 12 15,5

Nadya 100/60 116/70 122/72 93 110 123 12,7 16,2

Listya 100/60 110/68 120/70 70 85 93 14,2 13,4

Hayatin 110/80 125/82 136/86 50 63 74 9 13,4

Fara 123/78 144/92 150/121 47 78 87 9 13,4

B. Pembahasan
Pengkuran tekanan darah secara normal yang biasanya dilakukan
oleh tenaga medis diukur pada saat posisi duduk, sehingga tekanan darah
posisi duduk dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan praktikan
sehat atau terkena penyakit tekanan darah. Tekanan darah normal untuk usia
dewasa yakni 120/80. Pada praktikan Ary, Nadya dan Listya tekanan darah
pada posisi duduk adalah 100/60. Menurut Oxford (2003) sesorang dikatakan
mempunyai tekanan darah rendah atau hipotensi apabila tekanannya sebesar
90/60 mmHg, sehingga dapat dikatakan bahwa Ary masuk ke dalam fase
prahipotensi. Pada praktikan Yuda tekanan darah pada posisi duduk yaitu
120/80 sehinga dapat dikatakan bahwa Yuda mempunyai tekanan darah
normal. Praktikan Hayatin pada posisi duduk mempunyai tekanan darah
110/80 sehingga dapat didiagnosis bahwa Hayatin termasuk ke dalam fase
prahioptensi. Praktikan Fara pada posisi duduk mempunyai tekanan darah
123/78. Menurut Joint National Commite, seseorang dikatakan hipertensi
apabila mempunyai tekanan darah lebih dari 140/90 dan memasuki fase
prahipertensi apabila melebihi 120/80 dan dibawah 140/90, sehingga dapat
dikatakan Fara memasuki fase prehipertensi.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dianalisis bahwa adanya pengaruh
aktivitas terhadap peningkatan tekanan darah pada seluruh praktikan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada seluruh paraktikan saat
duduk, jalan, hingga lari. Semakin berat aktivitas maka semakin tinggi
tekanan darah praktikan baik dari sistole maupun diastole. Menurut Rai
(2012) hal tersebut dapat terjadi karena peningkatan aktivitas fisik seseorang
mengakibat kebutuhan darah yang mengandung oksigen semakin besar.
Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran
darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan melebarkan diameter
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada bertambah
tingginya tekanan darah pada orang tersebut.
Berdasarkan tabel 1 dapat dianalisis bahwa adanya pengaruh
aktivitas terhadap denyut nadi yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi
pada setiap praktikan setelah melakukan aktivitas jalan ataupun berlari.
Denyut nadi normal orang dewasa pada saat istirahat adalah 60 – 110 BPM.
Pengukuran denyut nadi normal dilakukan pada saat tidak melakukan
aktivitas dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah. Pada saat duduk
ataupun tidak beraktivitas, denyut nadi Ary 102, Yuda 75, Nadya 93, Listya
70, Hayatin 50, dan Fara 47. Praktikan Ary, Yuda, Nadya, dan Listya denyut
nadinya normal karena berada diantara 60 dan 110. Praktikan Hayatin dan
Fara denyut nadinya rendah karena kurang dari 60. Keadaan ini bisa
disebabkan karena suhu tubuh, makanan, emosi, dan massa tabuh. Frekuensi
denyut nadi bisa saja meningkat, salah satunya karena aktivitas fisik.
Peningkatan frekuensi akbibat bertambah tingginya tingkat aktivitas praktikan
dapat dibuktikan pada tabel 1. Menurut Sandi (2016) Peningkatan denyut
nadi dipengaruhi oleh bertambahnya aktivitas fisik yang disebabkan karena
meningkatnya kebutuhan darah dalam mengangkut O2 ke bagian tubuh yang
aktif, penumpukan CO2, peningkatan suhu tubuh, penumpukan asam laktat,
serta berkurangnya O2.
Pada praktikum ini juga dilakukan pengukuran kadar haemoglobin.
World Health Organization (2001) menyatakan bahwa nilai batas normal
kadar Hb umur diatas 15 tahun untuk perempuan > 12,0 g/dL dan laki-laki >
13,0 g/dL. Pengukuran pada praktikum ini menggunakan dua metode yaitu
dengan metode sahli dengan hemometer dan metode modern dengan
menggunakan strip. Hasil pengukuran pada setiap praktikan berbeda antara
menggunakan metode sahli ataupun dengan strip. Hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan karena kesalahan praktikan dalam memasukkan volume darah
ke dalam hemometer atau strip serta subyektifitas pada saat mencocokkan
warna darah dengan kedua tabung coklat yang berada pada hemometer,
sehingga penulis membahas dengan acuan pengukuran menggunakan strip.
Pengukuran pada strip diperoleh hasil kadar haemoglobin yang berbeda-beda
untuk setiap praktikan hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis
kelamin dan makanan. Seluruh praktikan kadar haemoglobinnya lebih dari
12 g/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh praktikan normal atau
tidak mengalami anemia. Praktikan dengan kadar haemoglobin tertinggi
adalah Nadya. Hal tersebut dapat disebabkan karena konsumsi zat besi yang
tinggi daripada praktikan lainnya.

Dari enam praktikan yang diuji lima diantaranya berjenis kelamin


perempuan dan satu praktikan berjenis kelamin laki-laki. Apabila
dibandingkan antara praktikan keempat (Listya) yang berjenis kelamin
perempuan dengan praktikan kedua (Yuda) yang berjenis kelamin laki-laki
terdapat perbedaan pada tekanan darah, nadi, serta kadar hb. Pada saat duduk,
saat diukur tekanan darah menggunakan spygnomanometer diperoleh nilai
sebesar 110/60 sedangkan Yuda 120/80. Dengan adanya penambahan
aktivitas menjadi berjalan dan lari, tekanan darah kedua praktikan terus
meningkat. Dalam hal ini terlihat bahwa tekanan darah laki-laki lebih tinggi
daripada tekanan darah perempuan. Widyastuti (2002), menyatakan bahwa
tekanan darah baik sistole maupun diastole pada perempuan lebih rendah
daripada laki-laki. Sama halnya dengan tekanan darah, pada pengukuran
denyut nadi dengan cara palpasi diperoleh hasil serupa, terjadi peningkatan
denyut nadi akibat pengaruh aktivitas. Peningkatan denyut nadi yang
signifikan ini merupakan hasil dari respon kardiovaskular terhadap adanya
kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk mengangkut O2 yang
dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama latihan (Ganong,
2003). Namun dari data denyut nadi Listya lebih tinggi dibandingkan Yuda.
Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi denyut nadi
seseorang. Berdasarkan pengukuran kadar hemoglobin (Hb) menggunakan
metode digital dengan bantuan stripe diperoleh data bahwa kadar hb Yuda
15,5 g/dl lebih tinggi dari Listya yang sebesar 13,4 g/dl.

Kadar Hemoglobin (Hb) tiap orang berbeda. Kisaran normal Hb


bervariasi bergantung pada usia dan jenis kelamin. Kisaran rata-ratanya
adalah 14 hingga 18 gram/dl untuk pria dan 12 hingga 16 gram/dl untuk
wanita. Selain itu terdapat faktor lain yang akan mempengaruhi kadar Hb
seperti kecukupan besi dalam tubuh dan metabolisme besi dalam tubuh.
Pengukuran kadar Hb dapat dilakukan dengan metode yang lebih canggih
yakni metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi
oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi
dengan ion sianida membentuk sian-methemoglobin yang berwarna merah.
Intensitas warna lalu dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan
standar. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut
dengan tekanan sistolik. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap diastolik dengan nilai orang dewasa berkisar dari
100/60 sampai 140/90. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh
aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan
lebih rendah ketika beristirahat. Pengukuran tekanan darah pada umumnya
menggunakan alat yang disebut sphygmomanometer atau biasa dikenal
dengan tensimeter. Alat ini memiliki bagian yang disebut manset, manset ini
akan dipasang disalahsatu lengan tangan. Di Eropa tangan kiri lebih sering
untuk diukur, tetapi di Indonesia tangan kanan lebih sering. Pemeriksaan pada
lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari jantung
disbanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan
demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik dengan tepat dan mendapat hasil yang akurat.
7. KESIMPULAN
1. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensimeter air raksa dan
stetoskop, pemeriksaan Hb menggunakan hemometer metode Sahli dan
Stripe Easytouch GCU.
2. Semakin berat aktivitas maka semakin tinggi tekanan darah dan denyut
nadi seseorang, kadar Hb seluruh praktikan tergolong normal saat
diukur dengan Stripe Easytouch GCU.
3. Seluruh praktikan tidak memiliki penyakit terkait tekanan darah
ataupun anemia berdasarkan kadar Hb yang diukur menggunakan
Stripe Easytouch GCU.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi V. Jakarta: EGC.
Guyton. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta:
EGC.
Ganong WF. 2003. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The
McGraw-Hill Companies Inc
Hickman, C.P., Roberts, L.S., and Larson, A. 1998. Biology of Animals. 7th ed.
New York: McGraw Hill Company Inc.
LIPI. 2009. Pangan dan Kesehatan : Tekanan Darah. UPT – Balai Informasi
Teknologi LIPI.
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada. 95.
Koestadi, 1989. Kimia Klinik Teori dan Praktik Darah. AAK Bhakti Wiyata
Kediri
Oktari, A. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O . Jurnal Teknologi
Laboratorium , Vol.5, No.2. Hal: 49-54 .
Prasetyo, Yudik. 2016. Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan. Diakses
secara online www.uny.ac.id
Rai Ade. T. Halim,. 2012. 101 Fitness di Usia 40+. Jakarta: Libri.
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders
Company: USA
Sandi, I. T. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
of Fitness Journal, Vol. 4, No.2.
Santoso. 1985. Higiene Perusahaan Panas. Solo: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
The sixth report of the joint National Commite on Prevention, Detection,
Evaluation, and Tratment of Blood Pressure. Arch Intern Med
1997:157:2413-46
W, Roger. 2002. Prinsip Fisiologi. Jakarta: Erlangga.
Widyastuti. 2002. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah Normal.
Maranatha Repository System, Vol 10, No.1.
World Health Organization. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anaemia and Assessment of Severity. Vitamin and mineral Nutrition
Information System. Geneva: WHO 2011. [Online] [Akses 29 Oktober
2019.] available on www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf.

LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan
1.

Praktikan melakukan aktivitas jalan

Persiapan pengukuran tekanan darah


menggunakan tensimeter

4.

Pengukuran tekanan darah menggunakan


tensimeter

5.

Penyedotan darah yang telah keluar setelah


ditusuk

Anda mungkin juga menyukai