Kelompok : 4
2. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah mahasiswa mampu:
1. Menggunakan alat untuk pemeriksaan tekanan darah, Hb dan golongan
darah.
2. Menentukan tekanan darah, kadar Hb serta golongan darah seseorang.
3. Memperkirakan ada tidaknya penyakit tekanan darah dan anemia.
3. DASAR TEORI
A. Tekanan Darah
1. Denyut nadi
Denyut nadi merupakan gambaran frekuensi kontraksi jantung seseorang
yang dapat ditemukan di permukaan kulit pada tempat-tempat tertentu seperti
di pergelangan tangan bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari (Arteri
radialis), di leher sebelah kiri/kanan depan otot sterno cleido mastoidues
(Arteri carolis), dada sebelah kiri tepat di apex jantung (Arteri temparalis) dan
di pelipis. Waktu istirahat jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya,
berkurang saat tidur dan bertambah karena emosi, beraktivitas, demam dan
banyak faktor lainnya. Peningkatan denyut nadi yang merupakan hasil dari
respon kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot, berfungsi untuk
mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama
latihan (Ganong, 2003). Selain itu, denyut nadi seseorang juga akan meningkat
bila suhu tubuh meningkat kecuali pada seseorang yang telah beraklimatisasi
terhadap suhu udara yang tinggi. Denyut maksimum orang dewasa berkisar
180-200 denyut per menit (Guyton, 2006).
2. Tekanan darah
Tekanan darah merupakan tekanan yang diberikan oleh darah terhadap
dinding pembuluh darah arteri. Tekanan darah tersebut diukur dalam satuan
milimeter mercury (mmHg) dan direkam dalam dua angka yaitu tekanan
sistolik dan tekanan diastolik (LIPI, 2009).
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi yang disebut dengan
tekanan sistolik. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan terendah terjadi
saat jantung beristirahat. Tekanan darah digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap diastolik dengan nilai orang dewasa berkisar dari 100/60
sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer dan
Bare, 2001).
Peningkatan dan penurunan tekanan darah akan mempengaruhi
homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai maka
terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-
hasil metabolisme lainnya (Gunawan, 2001).
3. Tensimeter
Tensimeter merupakan alat ukur tekanan darah yang juga sering disebut
dengan sphygmomanometer. Pada awalnya menggunakan raksa sebagai pengisi
alat ukur tepai sekarang kesadaran akan konservasi lingkungan meningkat dan
penggunaan air raksa telah menjadi perhatian seluruh dunia. Namun, dalam
penggunaan sehari-hari bahkan di seluruh dunia hingga saat ini masih
menggunakan tensimeter air raksa (Smeltzer, dkk., 2002).
Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan
mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi
dan suara khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan
dalam manset dikurangi lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan
tekanan manset semakin melebar dan arteri terbuka selama beberapa waktu.
Secara umum, jumlah darah bergelombang di bawah manset juga sama
meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung mengeras.
Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang
nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi
teredam karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh
gelombang pulsa tiba-tiba dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara
hilang sama sekali sebagai aliran laminar dan aliran darah menjadi normal
kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang didengar saat auskultasi
pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff, yakni bunyi yang
ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena oklusi
parsial dari arteri brachialis.
b. Pembuluah darah
Pembuluh darah adalah saluran tertutup yang berfungsi mengarahkan
dan menyebarkan darah dari jantung ke seluruh tubuh yang kemudian
dikembalikan ke jantung. Darah adalah substansi didalam pembuluh darah
yang mengandung sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan
dibawa dalam cairan (Plasma).
Darah berfungsi sebagai media pengangkut yang membawa kebutuhan
jaringan tubuh seperti oksigen, karbondioksida, nutrien, elektrolit, dan
hormon. Mekanisme aliran darah melalui pembuluh darah dijelaskan
menurut hukum Poiseuille, dimana gradien tekanan sebanding dengan laju
aliran darah dan berbanding terbalik dengan resistensi vaskuler.
c. Hipotensi
Hipotensi adalah kondisi dimana tekanan darah (rasio tekanan sistolik
dan tekanan diastolik) didapatkan lebih rendah dari nilai normal yang
umum ditemukan pada individu normal.27 Hipotensi merupakan efek
samping yang paling sering terjadi pada anestesi spinal, dengan insidensi
38% dan penyebab utamanya adalah blokade saraf simpatis, sehingga
diameter pembuluh darah bertambah besar/ vasodilatasi.28 Kejadian
hipotensi akibat anestesi spinal pada ibu yang akan operasi sectio cesarea
dapat diminimalisir dengan pemakaian obat vasopressor ataupun loading
cairan.
d. Aktivitas
Aktivitas fisik yang berhubungan dengan inspirasi dan ekspirasi
mempunyai efek yang besar pada aliran darah balik dan curah jantung
(cardiac output). Selama inspirasi normal, tekanan intratoraks berkisar 7
mmHg, dimana diafragma berkontraksi dan rongga dada mengembang.1
Tekanan ini meningkat dengan jumlah yang sama selama ekspirasi. Selama
pernapasan berlangsung, tidak hanya pergerakan udara keluar masuk paru
yang terjadi, namun tekanan yang dihasilkan juga ditransmisikan ke
dinding- dinding vena besar di rongga dada dan mempengaruhi aliran balik
vena dari perifer ke jantung. Fenomena ini disebut juga pompa respirasi
(respiratory pump).
Selama inspirasi, tekanan intratoraks berkurang sehingga tekanan di
vena sentral juga berkurang. Hal ini menyebabkan aliran balik vena (vena
return) dan volume vena sentral meningkat sehingga pengisian jantung
kanan meningkat. Sesuai hukum Starling, keadaan ini juga meningkatkan
stroke volume dan cardiac output di jantung kiri. Hal ini akan
meningkatkan tekanan darah arteri dan merangsang baroreseptor arterial.
Proses inspirasi yang mengurangi tekanan intratoraks juga merangsang
baroreseptor di pembuluh darah dan dinding jantung. Rangsangan yang
diterima oleh kedua reseptor akan mengaktivasi medullary cardiovascular
centers untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan meningkatkan kerja
parasimpatis dan menurunkan kerja simpatis (Rahman, 2012).
e. Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu
benda, semakin tinggi suhu suatu benda maka semakin panas benda
tersebut dan semakin rendah suhu suatu benda maka semakin dingin benda
tersebut. Suhu tubuh manusia sendiri merupakan perbedaan antara jumlah
panas yang dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke
lingkungan luar.
Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang
diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ
tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap
normal dengan mekanisme tertentu. Panas diproduksi oleh tubuh melalui
proses metabolisme, aktivitas otot dan sekresi kelenjar. Produksi panas
dapat meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya oleh
karena penyakit ataupun stress
Meningkatnya aktivitas fisik menyebabkan peningkatan suhu inti yang
secara refleks memicu mekanisme pengeluaran panas (Handayani,
Fransiska, dan Jimmy, 2016). Panas dapat hilang dari tubuh melalui tiga
cara, yatu; melalui kulit, dalam udara ekspirasi dan melalui urin dan feses.
Panas yang hilang dari kulit melalui konduksi, radiasi, dan konveksi,
melalui perspirasi dan penguapan keringat. Kehilangan ini dikontrol oleh
variasi jumlah darah yang melewati kulit, dihasilkan oleh perubahan ukuran
pembuluh darah didalamnya. Kehilangan panas melalui kulit dipengaruhi
oleh jumlah dan jenis pakaian yang dikenakan.
Konduksi merupakan hilangnya panas secara langsung dari satu benda
ke benda yang lebih dingin. Radiasi adalah penyebaran panas dari kulit ke
udara yang lebih dingin. Konveksi bervariasi dengan aliran udara melalui
kulit, misalnya ketika digerakkan oleh angin atau kipas angin.
5. Pusat yang Mengawasi dan Mengatur Perubahan Tekanan Darah dan Denyut
Nadi
Beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah,
yaitu :
a. Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak,
misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan saraf pusat, misalnya
baroreseptor dan kemoreseptor.
b. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik,
misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin,
asetilkolin, serotonin, adenosin dan kalsium, magnesium, hidrogen,
kalium, dan sebagainya.
c. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian
dalam dan di luar sistem vaskuler.
B. Kadar Hb
Kadar Hemoglobin merupakan suatu senyawa kompleks globin yang
dibentuk 4 sub unit, masing-masing mengandung sutu gugusan hem yang
dikonjugasi ke suatu polipeptida. Hem adalah turunan porofirin yang
mengandung zat besi (Fe). Hemoglobin menjadi satu dengan oksigen udara
yang terdapat didalam paru-paru hingga terbentuk yaitu oksihemoglobin, yang
nantinya melepaskan oksigen menuju sel-sel jaringan tubuh. Proses
oksihemoglobin memerlukan besi dalam bentuk ferro didalam molekul
hemoglobin. Oksigen yang terikat jumlahnya sama dengan jumlah atom besi.
Tiap gram hemoglobin akan mengangkut sekitar 1,34 ml oksigen. Maka dari
itu besi enting dalam pembentukan hemoglobin, mioglobin, dan substansi
lainnya seperti sitorom oksidase, peroksidase, dan katalase lainnya (Sawali,
2013).
Hemoglobin kompleks yang protein-pigmennya mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah
molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi
ferro dan empat rantai globin (Brooker, 2010).
Meskipun ukurannya kecil, satu eritrosit mengandung sekitar 250 juta
molekul hemoglobin. Karena setiap molekul hemoglobin berikatan dengan
empat molekul-molekul O2, satu eritrosit dapat mentranspor sekitar satu miliar
molekul-molekul O2. Saat eritrosit melewati bantalan-bantalan kapiler paru-
paru, insang, atau organ-organ respirasi yang lain, O2 berdifusi ke dalam
eritrosit-eritrosit dan berikatan dengan hemoglobin. Di dalam kapiler-kapiler
sistematik, O2 berdisosisi dari hemoglobin dan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh
(Campbell, 2008: 71)
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu
sebagai berikut (Sophy, 2010) :
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang
lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan
mikronutrien esensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk diekskresikan
ke dalam udara pernapasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem
enzim pernapasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan perioksidase.
Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot.
B. Bahan
1 Alkohol 70%
2 Asam cuka glasial 0,3% atau HCl 0,1 M
3. Akuades
4. KOH
5 Kantung plastik
6 Kapas
5. CARA KERJA
1. Kadar Hb dengan Metode Sahli
Isi tabung hemometer dengan asam cuka glacial sebanyak 2 ml.
Biarkan lengan kiri atau kanan orang coba terjuntai ke bawah.
Kalau jari masih terlihat pucat, pegang erat pergelangan tangan.
Pilih salah satu dari tiga jari tengah untuk ditusuk.
Bersihkan bagian samping dari ujung dengan kapas yang telah
dibasahi alkohol, lalu keringkan dengan kapas kering.
Jika blood lancet atau jarum penusuk sudah dalam keadaan
terbuka, bersihkan dengan alkohol, baik sebelum maupun sesudah
dipakai. Keringkan dengan kapas kering. Pakailah untuk menusuk
bagian samping dari ujung jari terpilih tadi sedalam 1,5-2 mm.
darah yang keluar pertama kali dihapus dengan kapas kering,
kemudian tekan pangkal jari agar darah terkumpul
menggelembung.
Ujung pipa hemometer ditempelkan pada dasar gelembung darah
agar darah masuk dalam pipa sampai garis batas.
Bersihkan ujung pipa dengan kapas yang digerakkan mengarah ke
ujung. Perhatikan darah dalam pipa jangan sampai berkurang.
Masukkan darah dalam tabung hemometer yang telah diisi asam
cuka glasial, dengan cara meniup pangka lpipa.
Aduk isi tabung
Basahi bagian luar tabung hemometer dengan air kemudian pasang
pada alat hemometer. Tambahkan akuades sedikit demi sedikit
kedalam tabung sambil diaduk, sampai warna cairan dalam tabung
sama dengan warna kedua tabung di kanan kirinya.
Lihatlah bagian dasar permukaan cairan itu mencapai angka berapa
pada tabung hemometer tersebut. Angka ini menunjukkan kadar
Hb dalam satuan g%.
Pada akhir pemeriksaan buanglah kapas-kapas yang telah dipakai
pada kantung plastik, cucilah semua peralatan dengan seksama,
kemudian keringkanlah. Periksalah kadar Hb dari para anggota
kelompok sdr, dan catat hasil ini pada sebuah tabel.
B. Pembahasan
Pengkuran tekanan darah secara normal yang biasanya dilakukan
oleh tenaga medis diukur pada saat posisi duduk, sehingga tekanan darah
posisi duduk dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan praktikan
sehat atau terkena penyakit tekanan darah. Tekanan darah normal untuk usia
dewasa yakni 120/80. Pada praktikan Ary, Nadya dan Listya tekanan darah
pada posisi duduk adalah 100/60. Menurut Oxford (2003) sesorang dikatakan
mempunyai tekanan darah rendah atau hipotensi apabila tekanannya sebesar
90/60 mmHg, sehingga dapat dikatakan bahwa Ary masuk ke dalam fase
prahipotensi. Pada praktikan Yuda tekanan darah pada posisi duduk yaitu
120/80 sehinga dapat dikatakan bahwa Yuda mempunyai tekanan darah
normal. Praktikan Hayatin pada posisi duduk mempunyai tekanan darah
110/80 sehingga dapat didiagnosis bahwa Hayatin termasuk ke dalam fase
prahioptensi. Praktikan Fara pada posisi duduk mempunyai tekanan darah
123/78. Menurut Joint National Commite, seseorang dikatakan hipertensi
apabila mempunyai tekanan darah lebih dari 140/90 dan memasuki fase
prahipertensi apabila melebihi 120/80 dan dibawah 140/90, sehingga dapat
dikatakan Fara memasuki fase prehipertensi.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dianalisis bahwa adanya pengaruh
aktivitas terhadap peningkatan tekanan darah pada seluruh praktikan yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada seluruh paraktikan saat
duduk, jalan, hingga lari. Semakin berat aktivitas maka semakin tinggi
tekanan darah praktikan baik dari sistole maupun diastole. Menurut Rai
(2012) hal tersebut dapat terjadi karena peningkatan aktivitas fisik seseorang
mengakibat kebutuhan darah yang mengandung oksigen semakin besar.
Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung dengan meningkatkan aliran
darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan melebarkan diameter
pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga akan berdampak pada bertambah
tingginya tekanan darah pada orang tersebut.
Berdasarkan tabel 1 dapat dianalisis bahwa adanya pengaruh
aktivitas terhadap denyut nadi yang ditandai dengan peningkatan denyut nadi
pada setiap praktikan setelah melakukan aktivitas jalan ataupun berlari.
Denyut nadi normal orang dewasa pada saat istirahat adalah 60 – 110 BPM.
Pengukuran denyut nadi normal dilakukan pada saat tidak melakukan
aktivitas dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah. Pada saat duduk
ataupun tidak beraktivitas, denyut nadi Ary 102, Yuda 75, Nadya 93, Listya
70, Hayatin 50, dan Fara 47. Praktikan Ary, Yuda, Nadya, dan Listya denyut
nadinya normal karena berada diantara 60 dan 110. Praktikan Hayatin dan
Fara denyut nadinya rendah karena kurang dari 60. Keadaan ini bisa
disebabkan karena suhu tubuh, makanan, emosi, dan massa tabuh. Frekuensi
denyut nadi bisa saja meningkat, salah satunya karena aktivitas fisik.
Peningkatan frekuensi akbibat bertambah tingginya tingkat aktivitas praktikan
dapat dibuktikan pada tabel 1. Menurut Sandi (2016) Peningkatan denyut
nadi dipengaruhi oleh bertambahnya aktivitas fisik yang disebabkan karena
meningkatnya kebutuhan darah dalam mengangkut O2 ke bagian tubuh yang
aktif, penumpukan CO2, peningkatan suhu tubuh, penumpukan asam laktat,
serta berkurangnya O2.
Pada praktikum ini juga dilakukan pengukuran kadar haemoglobin.
World Health Organization (2001) menyatakan bahwa nilai batas normal
kadar Hb umur diatas 15 tahun untuk perempuan > 12,0 g/dL dan laki-laki >
13,0 g/dL. Pengukuran pada praktikum ini menggunakan dua metode yaitu
dengan metode sahli dengan hemometer dan metode modern dengan
menggunakan strip. Hasil pengukuran pada setiap praktikan berbeda antara
menggunakan metode sahli ataupun dengan strip. Hal tersebut dapat terjadi
kemungkinan karena kesalahan praktikan dalam memasukkan volume darah
ke dalam hemometer atau strip serta subyektifitas pada saat mencocokkan
warna darah dengan kedua tabung coklat yang berada pada hemometer,
sehingga penulis membahas dengan acuan pengukuran menggunakan strip.
Pengukuran pada strip diperoleh hasil kadar haemoglobin yang berbeda-beda
untuk setiap praktikan hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jenis
kelamin dan makanan. Seluruh praktikan kadar haemoglobinnya lebih dari
12 g/dl sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh praktikan normal atau
tidak mengalami anemia. Praktikan dengan kadar haemoglobin tertinggi
adalah Nadya. Hal tersebut dapat disebabkan karena konsumsi zat besi yang
tinggi daripada praktikan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A. C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi V. Jakarta: EGC.
Guyton. 1997. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Jakarta:
EGC.
Ganong WF. 2003. Review of medical physiology. Ed 21. United States : The
McGraw-Hill Companies Inc
Hickman, C.P., Roberts, L.S., and Larson, A. 1998. Biology of Animals. 7th ed.
New York: McGraw Hill Company Inc.
LIPI. 2009. Pangan dan Kesehatan : Tekanan Darah. UPT – Balai Informasi
Teknologi LIPI.
Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo
Persada. 95.
Koestadi, 1989. Kimia Klinik Teori dan Praktik Darah. AAK Bhakti Wiyata
Kediri
Oktari, A. (2016). Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide
dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O . Jurnal Teknologi
Laboratorium , Vol.5, No.2. Hal: 49-54 .
Prasetyo, Yudik. 2016. Adaptasi Sistem Pernapasan Terhadap Latihan. Diakses
secara online www.uny.ac.id
Rai Ade. T. Halim,. 2012. 101 Fitness di Usia 40+. Jakarta: Libri.
Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics. W.B Saunders
Company: USA
Sandi, I. T. 2016. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Frekuensi Denyut Nadi. Sport
of Fitness Journal, Vol. 4, No.2.
Santoso. 1985. Higiene Perusahaan Panas. Solo: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret.
The sixth report of the joint National Commite on Prevention, Detection,
Evaluation, and Tratment of Blood Pressure. Arch Intern Med
1997:157:2413-46
W, Roger. 2002. Prinsip Fisiologi. Jakarta: Erlangga.
Widyastuti. 2002. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Tekanan Darah Normal.
Maranatha Repository System, Vol 10, No.1.
World Health Organization. Haemoglobin Concentrations for The Diagnosis of
Anaemia and Assessment of Severity. Vitamin and mineral Nutrition
Information System. Geneva: WHO 2011. [Online] [Akses 29 Oktober
2019.] available on www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf.
LAMPIRAN
No. Gambar Keterangan
1.
4.
5.