Anda di halaman 1dari 10

hay khumairaaaaa hay inayah hay windi hay rafih assalamungalaikum pie kabare sehat mbok?

nek sehat
ya alhamdulillah . nek agi mandan ra kepenak ya semoga cepet mari. aaamiiin. oh iya ket wingi kan pada
takon garep bali kapan . lah siki aku wis denger aku isa bali kapan. ternyata baline kue tanggal pitu juni
tasih sue kan... sampai jumpa pas lebaran ya semoga isa kumpul bareng bareng karo dolan bareng
bareng meng segara bareng nek isa ya meng pantai suwuk bareng mbarang

ULUMUL QUR’AN

SEJARAH DAN RUANG LINGKUP ULUMUL QUR’AN

By: Rofa, Ira, Ita, Lila & Mia

1. ) Pengertian Ulumul Qur'an

Istilah ulumul qur'an berasal dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu "ulum" dan
"al-qur'an".

Kata "ulum" menurt pengertian dari segi bahasa (bentuk plural), artinya al-fahmu wa al-
ma'rifat (pemahaman dan pengetahuan) atau juga berarti ilmu-ilmu.

Dan kata "al-qur'an" menurut pengertian dari segi bahasa

v Al-qur'an dalam bentuk masdar dari kata kerja qara'ah berarti bacaan. Pendapat ini
berdasarkan firman Allah:

(75-18 ‫أن علينا جمعه وقرانه فاذا قرأنه فاتبع قرأنه )القيامة‬

v Al-qur'an dalam bentuk kata sifat dari al-qor'u yang bemakna al-jam'u (kumpulan) karena
al-qur'an terdiri dari sekumpulan surat dan ayat yang memuat kisah-kisah para nabi, perintah
serta larangan.

v Al-Qur'an adalah isim alam bukan kata bentukan dan sejak awal digunakan sebagai kitab
suci umat islam, pendapat ini diriwayatkan oleh imam syafi'i.

Dari ketiga pendapat diatas, yang paling tepat adalah pendapat pertama. Sedangka al-qur'an
menurut pengertian dari segi istilah adalah pembahasan-pembahasan masalah yang berhubungan
dengan al-qur'an, dari segi turunnya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya,
mukjizatnya, nasikh dan mansukhnya dan penolakan/bantahan terhadap hal-hal yang bisa
menimbulkan keraguan terhadap al-qur'an.

Ulumul qur'an berbeda dengan suatu ilmu yang merupakan cabang dari ulumul qur'an.
Misalanya ilmu tafsir yang menitik beratkan pembahasannya pada penafsiran ayat-ayat al-qur'an.
Sedangkan ulumul qur'an membahas al-qur'an dari segala segi yang ada relevasinya dengan al-
qur'an. Karena itu, ilmu itu diberi nama ulumul qur'an dengan bentuk jama', bukan ulumul qur'an
dengan bentuk mufrod.
2. ) Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulumul Qur'an.

a) Keadaan ulumul qur'an pada abad I dan II H.

Al-qur'an sudah tercatat pada masa nabi tapi tulisan-tulisan al-qur'an pada masa nabi tidak
terkumpul dalam satu mushaf, masih berserakan pada kulit-kulit, tulang-tulang, pelepa kurma,
daun kayu, pelana, lempengan batu. Kemudian atas usulan umar bin khotob, abu bakar
memerintahkan zaid bin tsabit untuk mengumpulkan catatan-catatan tersebut dalam satu mushaf,
dengan ayat-ayat dan surat-surat yang tersusun serta dituliskan dengan sangat hati-hati dan
mencakup tujuh huruf yang dengan itu al-qur'an diturunkan. Karena islam pada saat itu
dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan murtadnya sejumlah orang arab.
Perang yamamah itu melibatkan sejumlah besar sahabat penghafal al-qur'an dalam peperangan
ini tujuh puluh qori' dari para sahabat gugur.

Pada masa pemerintahan usman bin affan terjadi perselisihan dikalangan umat islam
mengenai bacaan al-qur'an, maka kholifah usman mengambil tindakan penyeragaman tulisan al-
qur'an demi menjaga keseragaman al-qur'an dan menjaga persatuan umat islam. Dan tindakan
kholifah usman tersebut merupakan perintisan bagi lahirnya suatu ilmu yang kemudian dinamai
"ilmu rasmil qur'an" atau "ilmu rasmil usman".

Pada masa pemerintahan ali bin abi tholib makin bertambah banyak bangsa-bangsa non
arab yang masuk islam dan mereka salah dalam membaca al-qur'an, sebab mereka tidak mengerti
i'robnya (harokat-harokatnya, huruf-hurufnya belum ada titiknya). Dan abul aswad al-duali
menyusun kaidah-kaidah bahasa arab, demi menjaga keselamatan bahasa arab yang menjadi
bahasa al-qur'an. Maka tindakan kholifah ali yang bijaksana ini dipandang sebagai perintis bagi
lahirnya ilmu nahwu dan ilmu i'robil qur'an.

Diantara para musafir terpopuler dikalangan sahabat nabi adalah empat kholifah, ibnu
mas'ud, ibnu abbas, ubay bin kaab, zaid bin tsabit, abu musa al-asy'ari dan abdullah bin az-
zubair.

Sedangkan pada abad ke-II H, maka para ulama memberikan prioritas atas penyusunan
tafsir. Diantaranya syu'bah bin al-hajjaj, sufyan bin uyainah, dan waki' bin al-jarroh.

b) keadaan ulumul qur'an pada abad ke III dan IV H.

Pada abad ke-III H diantara ulama mulai menyusun beberapa ilmu al-qur'an, ialah:

1. ali bin al-madini (menyusun ilmu asbabun nuzul)

2. Abu ubaid al-Qosim bin Salam (menyusun ilmu nasikh wal mansukh dan ilmu qiroat)

3. Muhammad bin Ayyub Al-dhirris (menyusun ilmu makky wal madany)

4. Muhammad bin Kholaf Al-Marzuban (menyusun kitab al-hawi fi ulumil qur'an)


Pada abad ke-IV H diantara ulama mulai menyusun ilmu ghoribul qur'an dan ulumul
qur,an, ialah:

1. Abu Bakar Al-Sijistani

2. Abu Bakar Muhammad bin Al-Qosim Al-Anbari

3. Abul Hasan Al-Asy'ari

4. Abu Muhammad Al-Qossab Muhammad Bin Ali Al-Karakhi

5. Muhammad Bin Ali Al-Adwafi

c) Keadaan Ulumul Qur'an Pada Abad Ke V dan VI H

Pada abad ke-V H mulai disusun ilmu i'robil qur'an dan masih terus menulis ulumul qur'an,
ialah:

v Ali bin Ibrahim bin said al-khuffi

v Abu 'amr Al-dani

Pada abad ke-VI H, disamping terdapat ulama yang meneruskan pengembangan ulumul
qur'an, juga terdapat ulama yang mulai menyusun ilmu mubhamatil qur'an mereka itu antara lain,
ialah :

1. Abul Qosim dan Abdurrahman Al-Suhaili

2. Ibnul Jauzi

d) Keadaan ulumul qur'an pada abad ke-VII dan VIII H.

Pada abad ke-VII H, ilmu-ilmu al-Qur'an terus berkembang dengan mulai tersusunnya ilmu
majazul qur'an dan ilmu qiroat. Diantaranya :

1. Ibnu Abdissalam

2. Allamuddin Al sakhowi

3. Abu Syama

Pada abad ke-VIII H, munculah beberapa ulama yang menyusun ilmu-ilmu baru,
diantaranya :

1. Ibnu Abil Isba' (menyusun ilmu badaiul qur'an)


2. Abnu Qoyyim (menyusun ilmu Aqsamil Qur'an)

3. Najmuddin Al-Thufi (menyusun ilmu hujajil Qur'an atau ilmu jadadil Qur'an)

4. Abul Hasan Al-Mawardi (mewnyusun ilmu Amtsalil Qur'an)

5. Baddruddin Al-Zarkasi (menyusun kitab Al-Burhan fi ulumil Qur'an)

e) Keadaan ulumul Qur'an pada abad ke-IX dan X H

Pada abad ini, perkembangan ulumul qur'an mencapai kesempurnaannya. Diantara ulama
yang menyusun ulumul qur'an :

1. Jalaluddin Al-Bulqimi

2. Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiaji

3. As-suyuti

f) Keadaan ulumul Qur'an pada abd ke-XIV H

Pada abad ini, telah bangkit kembali perhatian ulama menyusun kitab-kitab yang
membahas Al-Qur'an dari berbagai segi, diantaranya : Thohir Al-Jazairi, Jalaluddin Al-Qoim,
Muhammad Abdu Adzim Az-Zarqoni, Muhammad Ali Salamah, Thanthowi Jauhari, Muhammad
Shodiq Al-Rofi'i, Musthofa Al-Maragi, dll.

3). Ruang Lingkup Ulumul Qur'an

Ulumul Qur'an adalah suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang luas. Ulumul
Qur'an meliputi semua ilmu yang ada kaitannya dengan al-Qur'an seperti ilmu tafsir, ilmu
Balaghoh, Ilmu i'rob al-Qur'an dan sebagainya. Bahkan, sebagian ilmu ini masih dapat dipecah
kepada beberapa cabang dan macam ilmu yang masing-masing mempunyai objek kajian
tersendiri. Dan setiap objek dari ilmu-ilmu ini menjadi ruang lingkup ulumul Qur'an. Demikian
luasnya ruang lingkup kajian ulumul Qur'an sehingga sebagian ulama menjadikannya seperti luas
yang tak terbatas.

As-suyuti memperluasnya sehingga memasukkan astronomi, ilmu ukur, kedokteran dan


sebagainya kedalam pembahasan ulumul Qur'an. Namun demikian, As-shiddiqin segala macam
pembahasan ulumul Qur'an itu kembali kepada beberapa pokok persoalan, sebagai berikut :

1. Persoalan Nuzul

2. Persoalan Sanad

3. Persoalan Ada' al-Qiroah


4. Pembahasan yang menyangkut lafadz al-Qur'an

5. Persoalan makna al-Qur'an yang berhubungan dengan hukum

6. Persoalan makna al-Qur'an yang berhubungan dengan lafadz

Namun persoalan-persoalan yang dikemukakannya juga tidak keluar dari ilmu-ilmu agama
dan bahasa arab. Pandangan ini tampaknya sejalan dengan pendapat al-Zarqoni yang tidak setuju
memasukkan ilmu-ilmu lain seperti astronomi, kosmologi, ekonomi, dan lain sebagainya.

Namun demikian, pandangan seperti yang dikemukakan oleh al-Zarqoni ini perlu ditinjau
lebih jauh. Para musafir dan pemikir islam dewasa ini semakin merasakan perlunya ilmu-ilmu
yang se;lama ini dianggap sekular seperti kosmologi, astronomi, kedokteran dalam menafsirkan
al-Qur'an.

Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya menjadi pokok pembahasan
ulumul Qur'an adalah ilmu-ilmu agama dan bahasa arab. Namun, melihat kenyataan adanya ayat-
ayat yang menyangkut berbagai aspek kehidupan dan tuntutan yang semakin besar pada petunjuk
al-Qur'an, maka untuk menafsirkan ayat-ayat menyangkut disiplin ilmu tersebut, penafsiran ayat-
ayat kauniah memerlukan pengetahuan astronomi, ayat-ayat ekonomi dan politik

https://pandidikan.blogspot.co.id/2010/04/sejarah-dan-ruang-lingkup-ulumul-quran.html

Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an

1. 1. MAKALAH Ulumul Qur’an “Ruang lingkup dan Pembagian Ulumul Qur’an” Disusunoleh:
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AS-SHIDDIQIYAH LEMPUING JAYA KAB. OKI SUM-SEL TAHUN
AKADEMIK 2014 / 2015
2. 2. ii
3. 3. iii
4. 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh
karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-
Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an
dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri
banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi
kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-
Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan
ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an. Begitu pentingnya kita
mempelajari ulumul qur’an karena dengan itu kita akan mengerti isi kandungan Al-Quran
tersebut yang tidak lain adalah wahyu Allah SWT sebagai pedoman hidup kita semua. 1.2.
Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah setelah
kita mengetahui tentang pengertian Ulumul Qur’an dan sejarah perkembangannya dengan jelas,
maka kita dengan ini kita bermaksud melanjutkan dengan pembahasan selanjutnya yaitu
mengenai ruang lingkup ulumul qur’an, yang meliputi pembagian serta cabang-cabang dari
Ulumul Qur’an.
5. 5. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Dan Perkembangan Ulumul Qur’an Di masa Rasul SAW dan
para sahabat,Ulumul Qur’an belum di kenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan
tertulis.Para sahabat adalah orang-orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa arab
yang tinggi dan bila mereka tidak menemukan kesulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu
mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW.Dengan demikian ada tiga faktor yang
menyebabkan Ulumul qur’an tidak di bukukan di masa Rasul dan sahabat.Pertama kondisinya
tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar dalam memahami Al-Qur’an dan
Rasul dapat menjelaskan maksudnya.Kedua,sahabat sedikit sekali yang bisa
menulis.Ketiga,adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an. Di masa Khalifah
Usman wilayah islam bertambah luas,keadaan ini menimbulkan kekhawatiran sahabat akan
tercemarnya keistimewaan bahasa arab dari bangsa arab dan akan terjadinya perpecahan di
kalangan kaum muslimin tentang bacaan Al-Qur’an selama tidak memiliki sebuah Al-Qur’an yang
menjadi standar bacaan.Maka dari itu di salinlah dari tulisan-tulisan aslinya sebuah Al-Qur’an
yang di sebut Mushhaf Imam.Dengan terlaksananya penyalinan ini maka Usman telah
meletakkan suatu dasarUlumul Qur’an yang di sebut Rasm Al-Qur’an atau ‘ilm al- Rasm al-
Usmani. Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Al-qur’an,karena umat islam banyak
yang berasal dari non arab.Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali (w.69 H) menyusun kaidah-
kaidah bahasa Arab.Hal ini di lakukan uintuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan
menjaga Al-Qur’an dari keteledoran pembacanya.Tindakan Khalifah Ali ini di anggap perintis
lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-qur’an. Setelah berakhirnya zaman khalifah yang empat,timbul
zaman bani umayyah.Kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usaha-usaha mereka
yang tertumpu pada penyebaran ilmu-ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran
secara lisan bukan melalui tulisan atau catatan. Para penulis pertama dalam tafsir adalah syu’bah
ibnal-Hajjaj 160 H, Sufyan ibn ‘Uyaynah 198 H,dan Wali’ibn al-Jarrah 197 H. Kitab-kitab tafsir
mereka menghimpun pendapat-pendapat sahabat dan tabi’in.
6. 6. 3 Kemunculan istilah Ulumul Qur’an dan orang yang pertama menggunakannya terdapat tiga
pendapat di kalangan para penulis Ulumul Qur’an, yaitu: 1. Pendapat umum mengatakan bahwa
masa lahirnya istilah Ulumul Qur’an pertama kali pada abad ke-7. 2. Al-Zarqani berpendapat
bahwa istilah ini lahir dengan lahirnyakitab Al- Burhan fi ulum al-Qur’an,karya Ali ibn Ibrahim ibn
sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi w.430 H.. 3. Subi al-Salih tidak setuju dengan kedua
pendapat ini. Dia berpendapat orang yang pertama kali mengguinakan istilah Ulumul Qur’an
adalah ibn al- Mirzaban pada abad ke-3 H. M. Hasbi Ash-Shiddieqy juga setuju dengan pendapat
ini. Dari ketiga pendapat di atas pendapat Shubhi al-Shalih jelas lebih kuat.Sebab ibn al-
Mirzabanlah penulis yang pertama menggunakan istilah Ulumul Qur’an pada kitabnya yang
berjudul Al-Hawi fi Ulum al-Qur’an. 2.2 Pengertian Ulumul Qur’an Kata Ulumul Qur’an berasal
dari bahasa arab yang terdiri dari dua kata yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”.Kata “ulum” adalah
bentuk jamak dari kata “ilm” yang berarti ilmu-ilmu.Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang
di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW.Ulumul Qur’an merupakan kumpulan sejumlah ilmu
yang berhubungan dengan Al-Qur’an,baik dari segi keberadaannya sebagai Al-Qur’an maupun
dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Al-Zarqani merumuskan
definisi ulumul Qur’an sebagai berikut: Beberapa pembahasan yang berhubungan dengan Al-
Qur’an al-karim,dari segi turunnya, urut urutannya, pengumpulannya, penulisannya,bacaannya,
penafsirannya, kemu’jizatannya,nasikh dan mansuknya,penolakan hal-hal yang bias
menimbulkan keraguan terhadapnya dan sebagainya. Manna’al-Qaththan memberikan definisi
sebagai berikut: Ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-
Qur’an,dari segi pengetahuan tentang sebab turunnya, pengumpulan Al-qur’an dan urut-
urutannya,pengetahuan tentang ayat-ayat makkiah dan madaniah,dan hal-hal yang
berhubungan dengan Al-qur’an.
7. 7. 4 Kedua definisi diatas menunjukan bahwa Ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah
pembahasan yang pada mulanya merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri.Ilmu-ilmu ini tidak
keluar dari ilmu agama dan bahasa.Masing-masing menampilkan sejumlah aspek pembahasan
dalam Al-qur’an yang di anggapnya penting. Perbedaan kedua definisi di atas terletak pada tiga
hal, antara lain: 1. Pada aspek pembahasannya, definisi pertama menampilkan sembilan aspek
pembahasan dan yang kedua menampilkan lima dari padanya. 2. Meskipun keduanya tidak
membataskan pembahasannya pada aspek-aspek yang di tampilkan,namun definisi pertama
lebih luas cakupannya dari yang kedua dan menyebutkan secara eksplisit penolakan hal-hal yang
bisa menimbulkan keragu-raguan terhadap Al-qur’an sebagai bagian dari
pembahasannya,sedangkan definisi yang kedua tidak demikian. 3. Perbedaan aspek pembahasan
yang di tampilkan tidak semuanya sama di antara keduanya.Misalnya definisi pertama di
sebutkan bahwa penulisan Al- qur’an,qiraat,penafsiran,dan kemu’jizatan Al-quraan sebagai
bagian pembahasannya sedangkan definisi kedua,semua itu tidak di
sebutkan.Namun,pengetahuan tentang ayat-ayat makkiah dan madaniah serta ayat-ayat
muhkamat dan mutasyabihat yang tidak tersebut dalam definisi pertama di sebutkan dalam
definisi kedua. 2.3. Ruang Lingkup Ulumul Qur’an Di dalam Ulumul Quran masih banyak Ilmu-
ilmu yang tercakup di dalamnya di antaranya ilmu Gharib al-qur’an, ilmu badai al-qur’an, ilmu
tanasub ayat al-qur’an, ilmu aqsam al-qur’an, ilmu amtsal al-qur’an, ilmu jidal al-qur’an,ilmu
Adab tilawah al-qur’an,dan sebagainya.Al-suyuti memperluasnya sehingga memasukan
astronomi,ilmu ukur, kedokteran dan sebagainya. Kemudian dia mengutip Abu Bakar Ibn al-Arabi
yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450 ilmu.Hal ini di dasarkan jumlah kata
yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan di kalikan empat,sebab dalam Al-Qur’an mengandung
makna zahir,bathin,terbatas dan tak terbatas. Namun demikian Ash-shiddiqy memandang segala
macam pembahasan ulumul Qur’an itu kembali kepada beberapa pokok persoalan saja sebagai
berikut:
8. 8. 5 1. Persoalan Nuzul Meliputi hal menyangkut dengan ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah
yang disebut Makkiah,ayat-ayat yang diturunkan di Madinah disebut Madaniah, ayat-ayat yang
diturunkan ketika Nabi berada di kampung disebut Hadhariah, ayat-ayat yang diturunkan ketika
Nabi dalam perjalanan disebut Safariah, ayat-ayat yang diturunkan di waktu siang hari disebut
Nahariah, yang diturunkan pada malam hari disebut Lailaiah, yang diturunkan di musim dingin
disebut Syitaiah, yang diturunkan di musim panas disebut Shaifiah, dan yang diturunkan ketika
Nabi di tempat tidur disebut Firasyiah. Juga meliputi hal yang menyangkut sebab-sebab turun
ayat, yang mula-mula turun, yang terakhir turun, yang berulang-ulang turun, yang turun
terpisah- pisah, yang turun sekaligus, yanng pernah diturunkan kepada seorang nabi, dan yang
belum pernah turun sama sekali. 2. Persoalan Sanad Meliputi hal-hal yang menyangkut sanad
yang mutawatir, yang ahad, yang syaz, bentuk-bentuk qira’at Nabi, para periwayat dan para
penghafal Al-Qur’an, dan cara tahammul(penerimaan riwayat). 3. Ada’al –qiraah(cara membaca
Al-Qur’an) Hal ini menyangkut waqf (cara berhenti), ibtida’ (cara memulai), imalah, madd
(bacaan yang dipanjangkan), takhfif hamzah(meringankan bacaan hamzah),
idgham(memasukkan bunyi huruf yang sakin kepada bunyi sesudahnya). 4. Pembahasan yang
menyangkut lafal Al-Qur’an Yaitu tentang gharib(pelik),mu’rab(menerimaperubahan akhir
kata),majaz(metafora), musytarak(lafal yang mengandung lebih dari satu makna),
muradif(sinonim), isti’arah(metafor), dan tasybih(penyerupaan). 5. Persoalan makna Al-Qur’an
yang berhubungan dengan hokum Yaitu ayat yang bermakna umum dan tetap dalam
keumumannya, umum yang dimaksudkan khusus, umum yang dikhususkan oleh sunnah, yang
nash, zahir, mujmal(bersifat global), mufashshal(dirinci), manthuq(makna yang berdasarkan
pengutaraan), mafhum(makna yang berdasarkan pemahaman), muthlaq(tidak terbatas),
muqayyad(terbatas), muhkam(kukuh,jelas), mutasyabih(samar),
9. 9. 6 musykil(maknanya pelik), nasikh(menghapus), mansukh(dihapus), muqaddam(didahulukan),
muakhkhar(dikemudiankan), ma’mul(diamalkan) pada waktu tertentu, dan yang hanya
ma’mul(diamalkan) oleh seorang saja. 6. Persoalan makna Al-Qur’an yang berhubungan dengan
lafal yaitu fashl(pisah), washl(berhubung), ijaz(singkat), ithnab(panjang),musawah(sama), dan
qashr(pendek). Pada dasarnya dan yang menjadi pokok pembahasan Ulumul Qur’an itu adalah
ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Namun, melihat kenyataan adanya ayat-ayat yang
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan tuntutan yang semakin besar kepada petunjuk Al-
Qur’an, maka untuk menafsirkan ayat-ayat menyangkut disiplin ilmu tertentu memerlukan
pengetahuan tentang ilmu tersebut. 2.4 Ulumul Qur’an Pada Masa Tabi’-Tabi’in Mengenai para
tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat
disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.
Yang terkenal di antara mereka masing-masing sebagai berikut : 1. Murid Ibnu Abbas di Mekah
yang terkenal ialah, Sa'id bin ubair, Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya (maula) Ibnu Abbas, Tawus
bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah. 2. Murid Ubai bin Ka'ab, di Madinah : Zaid bin !slam,
abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al Qurazi. 3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal :
'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin
Di'amah as Sadusi. Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil
Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan ilmu Nasikh dan Mansukh, tetapi
semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
10. 10. 7 2.5 Ruang lingkup dan Pembagian Ulumul Qur’an Secara garis besar, Ulumul Qur’an terbagi
menjadi 2 pokok bahasan, yaitu : 1. Ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata-mata,
seperti ilmu yang membahas tentang macam-macam bacaan, tempat turun ayat-ayat Al- Qur’an,
waktu-waktu turunnya dan sebab-sebabnya. 2. Ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yaitu
ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara mendalam, seperti memahami lafadz yang
ghorib (asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum[1].
Mengenai ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an, para ulama’ saling mengeluarkan
pendapatnya masing-masing. Diantaranya adalah : a) As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan
menguraikan bahwa Ulumul Qur’an mempunyai banyak 80 cabang ilmu. Dari tiap-tiap cabang
terdapat beberapa macam cabang ilmu. b) Abu Bakar Ibnu Al-Araby mengatakan bahwa Ulumul
Qur’an terdiri dari 77.450 ilmu. Hal ini didasarkan pada jumlah kata yang terdapat dalam Al-
Qur’an dengan dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam Al-Qur’an mengandung makna dzhohir,
bathin, terbatas dan tidak terbatas, serta dilihat dari sudut mufrodnya[2]. c) Sebagian jumhur
ulama’ berpendapat, objek pembahasan Ulumul Qur’an yang mencakup berbagai segi kitab Al-
Qur’an berkisar antara ilmu-ilmu bahasa Arab dan pengetahuan agama islam[3]. d) M. Hasbi
Ash-Shiddiqy berpendapat, ruang lingkup pembahasan Ulumul Qur’an terdiri atas tujuh belas
pokok, yaitu: 1. Ilmu Mawathin al-Nuzul Ilmu ini menerangkan tempat-tempat turun ayat,
masanya, awalnya, dan akhirnya. 2. Ilmu tawarikh al- Nuzul Ilmu ini menjelaskan masa turun ayat
dan urutan turunnya satu persatu, dari permulaan sampai akhirnya serta urutan turun surah
dengan sempurna. 3. Ilmu Asbab al-Nuzul Ilmu ini menjelaskan sebab-sebab turunnya ayat.
11. 11. 8 4. Ilmu Qiraat Ilmu ini menerangkan bentuk-bentuk bacaan Al-Qur’an yang telah diterima
dari Rasul SAW. Ada sepuluh Qiraat yang sah dan beberapa macam pula yang tidak sah. 5. Ilmu
Tajwid Ilmu ini menerangkan cara membaca Al- Qur’an dengan baik. Ilmu ini menerangkan di
mana tempat memulai, berhenti, bacaan panjang dan pendek, dan sebagainya. 6. Ilmu Gharib
Al-Qur’an Ilmu ini menerangkan makna kata-kata yang ganjil dan tidak terdapat dalam kamus-
kamus bahasa Arab yang biasa atau tidak terdapat dalam percakapan sehari-hari. Ilmu ini berarti
menjelskan makna kata-kata yang pelik dan tinggi. 7. Ilmu I’rab Al-Qur’an Ilmu ini menerangkan
baris kata-kata Al- Qur’an dan kedudukannya dalam susunan kalimat. 8. Ilmu Wujuh wa al- Nazair
Ilmu ini menerangkan kata-kata Al-Qur’an yang mengandung banyak arti dan menerangkan
makna yang dimaksud pada tempat tertentu. 9. Ilmu Ma’rifah al- Muhkam wa al- Mutasyabih
Ilmu ini menjelaskan ayat-ayat yang dipandang muhkam (jelas maknanya) dan yang
mutasyabihat (samar maknanya, perlu ditakwil). 10. Ilmu Nasikh wa al- Mansukh Ilmu ini
menerangkan ayat-ayat yang dianggap mansukh (yang dihapuskan) oleh sebagian mufassir. 11.
Ilmu Badai’ Al-Qur’an Ilmu ini bertujuan menampilkan keindahan-keindahan Al- Qur’an dari
sudutkesusastraan, keanehan-keanehan, dan ketinggian balaghahnya. 12. Ilmu I’jaz Al-Qur’an
12. 12. 9 Ilmu ini menerangkan kekuatan susunan dan kandungan ayat-ayat Al- Qur’an sehingga
dapat membungkam para sastrawan Arab. 13. Ilmu Tanasub Ayat Al-Qur’an Ilmu ini
menerangkan persesuaian dan keserasian antara suatu ayat dan ayat yang didepan dan yang
dibelakangnya. 14. Ilmu Aqsam Al- Qur’an Ilmu ini menerangkan arti dan maksud-maksud
sumpah Tuhan yang terdapat dalam Al- Qur’an. 15. Ilmu Amtsal Al- Qur’an Ilmu ini menerangkan
maskud perumpamaan-perumpamaan yang dikemukan Al-Qur’an. 16. Ilmu Jidal Al-Qur’an Ilmu
ini membahas bentuk-bentuk dan cara- cara debat dan bantahan Al-Qur’an yang dihadapkan
kepada kamu Musyrik yang tidak bersedia menerima kebenaran dari Tuhan. 17. Ilmu Adab
Tilawah Al- Qur’an Ilmu ini memaparkan tata-cara dan kesopanan yang harus diikuti ketika
membaca Al-Qur’an[4]. Ramli Abdul Wahid juga menambahkan ilmu tafsir sebagai bagian dari
Ulumul Qur’an . Ilmu tafsir berfungsi sebagai alat untuk mengungkap isi dan pesan yang
terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an. Menurunya, Ulumul Qur’an lebih umum dari ilmu tafsir
karena Ulumul Qur’an ialah segala ilmu-ilmu yang mempunyai hubungan dengan Al-Qur’an. Ilmu
tafsir tidak kurang penting dari ilmu-ilmu tersebut di atas, terutama setelah berkembang dengan
menampilkan berbagai metodologi, corak, dan alirannya. Pintu ilmu ini selalu terbuka kepada
setiap ulama yang datang kemudian untuk memasuki persoalan-persoalan yang belum terjamah
para ulama terdahulu karena faktor-faktor tertentu. Dengan ilmu ini seseorang akan dapat
menunjukkan dan mempertahankan kesucian dan kebenaran Al-Qur’an.
13. 13. 10 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat
disimpulkan bahwa secara terminologi, Ulumul Qur’an adalah kumpulan sejumlah ilmu yang
berhubungan dengan Al-Qur’an yang mempunyai ruang lingkup pembahasan yang luas. Jadi, Al-
Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang disajikan dengan status sastra yang tinggi.
Kitab suci ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia semenjak Al-Qur’an diturunkan,
terutama terhadap ilmu pengetahuan, peradaban serta akhlak manusia. 3.2. Saran Demikianlah
tugas penyusunan makalah ini kami persembahkan. Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa
menjadikan kita untuk lebih menyadari bahwa agama islam memiliki khazanah keilmuan yang
sangat dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini dan merupakan langkah awal
untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi seorang muslim yang bijak sekaligus
intelek. Serta dengan harapan dapat bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca.Kritik dan
saran sangat kami harapkan dari para pembaca, khususnya dari dewan guru yang telah
membimbing kami dan para siswa demi kesempurnaan makalah ini.Apabila ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
14. 14. 11 DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahid Ramli, Drs.2002.Ulumul Qur’an. Jakarta : Raja Grafindo
Persada Abdul, Halim M.1999. Memahami Al-Qur’an. Bandung : Marja’ Anwar,
Rosihan.2006.Ulumul Qur’an. Bandung : Pustaka Setia Nata, Abuddin.1992.Al-Qur’an dan
Hadits.Jakarta : Raja Grafindo Persada Shaleh, K.H.1992. Asbabun Nuzul. Bandung : C.V
Diponegoro Zuhdi, Masfuk.1997. Pengantar Ulumul Qur’an.Surabaya : Karya Abditama

https://www.slideshare.net/juniskaefendi/ruang-lingkup-dan-pembagian-ulumul-quran

Anda mungkin juga menyukai