Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sikap ( Attitude)


2.1.1 Definisi
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012). Sikap
merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus/objek.
Maniestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb, salah satu ahli psikologis sosial menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan suatu predisposisi tindakan suatu perilaku.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup , bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap
objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
2.1.2 Komponen Pokok Sikap
Allpoet (1954) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan Sikap mempunyai
3 komponen pokok, yaitu:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu obyek Artinya,
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap obyek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya bagaimana
penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orangterhadap obyek.

6
7

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan


komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah
ancang-ancang untuk berperilaku terbuka.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitud), dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2007)
1) Pengalaman pribadi
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
3) Pengaruh budaya
4) Media massa
5) Lembaga pendidikan dan agama
6) Pengaruh faktor emosional

2.1.4 Tahapan Sikap


Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan
(Notoatmodjo, 2012: 142)
1. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan obyek.
2. Merespon (responding)
Merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang tersebut menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap menghargai.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
8

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.


Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu obyek. Secara lansung dapat dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.
2.1.5 Penilaian Sikap
Cara Pengukuran Sikap. Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan
Skala Likert.
Pernyataan positif diberi skor :
Sangat setuju (SS) :4
Setuju (S) :3
Tidak setuju (TS) :2
Sangat tidak setuju (STS) :1
Pernyataan negatif diberi skor :
Sangat setuju (SS) :1
Setuju (S) :2
Tidak setuju (TS) :3
Sangat tidak setuju (STS) :4
Setelah semua data terkumpul dari hasil kuesioner responden
dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang diteliti. Jumlah jawaban
responden dari masing-masing pernyataan dijumlahkan dan dihitung
menggunakan skala likert :
Untuk mengetahui mean T(MT ) sebagai berikut :
MT = (∑T)/n
Keterangan :
MT : Mean T
∑T : Jumlah rata-rata
n : Jumlah responden
9

Untuk mengetahui sikap responden dengan menggunakan skor T (Azwar,


2011)
Rumus skor T = 50+10 ( (Xi-X^-)/sd)
Keterangan :
Xi : skor responden
x- : nilai rata-rata kelompok
SD : standart deviasi ( simpangan baku kelompok )
Menentukan Standart Deviasi ( SD )
SD = √(∑fi (xi-x ̅ )²/(n-1))
Keterangan :
SD : Standart Deviasi
∑fi : Jumlah frekunsi
Xi : titik tingkat interval
x ̅ : rata-rata
n : Jumlah responden. (Azwar, 2011)
Kemudian untuk mengetahui kategori sikap responden dicari median nilai (
T mean T ) dalam kelompok maka akan diperoleh :
Sikap responden positif, bila T responden > T mean
Sikap responden negatif, bila T responden < T mean (Azwar, 2011)
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).
Petunjuk Umum:
1. Bacalah pernyataan berikut ini dengan saksama
2. Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
pengetahuan anda
3. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai.
4. STS menyatakan Sangat Tidak Setuju; TS jika Tidak Setuju; S jika Setuju;
dan SS jika Sangat Setuju
5. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang kosong
10

No PERNYATAAN STS TS S SS
1 Tekanan darah pasien stroke perlu dikontrol secara teratur
2 Tempat tidur pasien stroke harus dipasang penyanggah
untuk menghindari jatuh
3 Pasien pasca stroke sebaiknya diberi terapi rehabilitasi
yang berkelanjutan
4 Keluarga perlu menjalin hubungan yang dekat dengan
pasien stroke
5 Dukungan spiritual sangat penting diberikan kepada pasien
korban stroke untuk meningkatkan harga diri/ rasa percaya
diri pasien
6 Pasien yang selalu berbaring ditempat tidur tidak boleh
digerakkan
7 Keluarga perlu diajari cara merawat pasien stroke di rumah
oleh tenaga kesehatan
8 Pengetahuan yang benar tentang stroke dan perawatannya
penting diketahui oleh anggota keluarga
9 Perawatan mulut yang teratur sangat penting, terutama
untuk pasien yang sulit atau tidak dapat menelan
10 Pasien stroke memerlukan makanan yang memadai, dan
gizi seimbang
11 Pasien stroke sering mengalami sembelit sehingga
diperlukan makanan yang cukup serat
12 Ketika mengangkat atau memindahkan pasien sebaiknya
dilakukan sendirian
13 Pasien stroke harus dilatih pergerakannya secara lambat
dan bertahap sesuai kemampuan klien
14 Memandikan pasien stroke sebaiknya dilakukan jika
pasien memintanya saja
15 Pasien stroke perlu dimandikan untuk mencegah
terbentuknya luka pada kulit
16 Pasien dengan keadaan bersih dapat meningkatkan
kenyamanan percaya diri
17 Lantai rumah sebaiknya tidak licin untuk mencegah pasien
jatuh
18 Pasien pasca stroke yang mengalami depresi dan frustasi
sebaiknya dibiarkan saja
Sumber : Betty (2012)

2.2 Konsep Dasar Peran


2.2.1 Definisi
Pergertian peranan secara umum perananan adalah perilaku yang dilakukan
aoleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok
sosial dimasyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai
dengan kedudukan yang dia milik di dalam kamus besar Bahasa Indonesia “peran
berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang
11

yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang


dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa” Soerjono Soekarno (2007:213).
Menurut Livinson dalam Soerjono Soekarto (2007:213) menyebutkan
bahwa peranan mencakup tiga hal, yaitu:
1) Peranan meliputi norma-norma yang diungkapkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
masyarakat.
2) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
masyarakat sebagai individu.
3) Peranan juga dapat dilakukan sebagai perilaku individu yang penting sebagai
struktur soaial masyarakat.
Selain itu menurut departemen pendidikan nasional “peranan adalah perangkat
tingkah laku yang diharapakan atau dimiliki oleh orang yang berkecukupan di
masyarakat, peranan terutama ditentukan oleh ciri-ciri individual yang bersifat
khas atau istimewa”
2.2.2 Macam-Macam Peran
1) Peran sebagai pendidik
Menanamkan kepada anak anak arti penting dari pendidikan dan ilmu
pengetahuan yang mereka dapatkan dari sekolah. Selain ilmu agama dan
moral, terutama nilai kejujuran perlu ditanamkan kepada anaknya sejak dini
sebagai bekal dan benteng untuk menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi.
2) Peran sebagai pendorong
Sebagai anak yang sedang menghadapi masa peralihan, anak membutuhkan
dorongan orang tua untuk menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri
dalam menghadapi masalah.
3) Peran sebagai panutan
Menberi contoh dan teladan bagi anak, baik dalam kata berkata jujur maupun
dalam menjalankan kehidupan kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat.
12

4) Peran sebagai teman


Menghadapi anak yang sedang menghadapai masa peralihan, anak orang tua
perlu lebih sabar dan mengerti tentang perubahan anak. Orang tua dapat
menjadi informasi, teman bicara atau teman bertukar pikiran tentang kesulitan
atau masalah anak, sehingga anak merasa nyaman dan terlindungi,
5) Peran sebagai pengawas
Melihat dan mengawasi sikap dan perilaku anak agar tidak keluar dari jauh
dari jadi dirinya, terutama dari pengaruh lingkungan masyarakat.
6) Peran sebagai konselor
Memberikan gambaran dan pertimbngan nilai fositif dan negatif sehingga anak
mampu mengambil keputusan yang terbaik. Menurut Maulana dkk dalam
Indah Pertiwi (2010:15)
“Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dua orang ayah dan ibu
dalam bekerja sama bertanggung jawab berdasarkan keturunannya sebagai tokoh
panutan anak semenjak terbentuknya pembuahan atau zigot secara konsisten
tertentu baik berupan terhadap stimulus tertentu baik berupa bentuk tubuh maupun
sikap moral dan spiritual serta emosional anak yang mandiri”
Berdasarkan uraian diatas, dapat diartikan bahwa keluarga mempunyai
fungsi-fungsi yg dapat mendukung seorang anak untuk melangsungkan kehidupan
secara normal dan wajar. Apabila dalam suatu keluarga terjadi suatu disfungsi
peranan, maka keharmonisan keluarga akan sulit untuk dicapai. Menurut Baron,A.
Dan Donn Byrne (2003:160) pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas
pokok sebagai berikut :
1. Pemilihan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban keluarga.
7. Penempatan anggota -anggota keluarga masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya
13

Peranan keluarga memggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat


kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam
keluarga dikemukakan oleh (1983:23) adalah sebagai berikut:
1. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri anak-anak,berperan sebagai pencari nafkah,
pendid, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakatnya dari lingkungan.
2. Peran ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. Lebih rinci diungkapkan
bahwa peran ibu dalam keluarga berpengaruh besar terhadap prioritas nilai
keterbukaan terhadap prioritas tinggi terhadap nilai peningkatan diri. Dari
aspek gender terungkap bahwa anak laki-laki lebih memprioritaskan nilai-nilai
peningkatan diri dan anak perempuan lebih memprioritaskan nilai-nilai
transendensi diri. 20 lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak
adalah orang tuanya. Melalui lingkungan inilah anak mengenal dunia
sekitarnya dan pola pergaulan hidup yang berlaku sehari-hari. Melalui
lingkungan keluarga inilah anak mengalami proses sosialisasi awal. Pada
lingkungan keluarga orang tualah yang bertanggung jawab dalam suatu
keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya apabila orang tua
mencurahkan perhatian, mengawasi, dan bimbingan untuk mendidik anak agar
supaya anak tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan 21 hidup
14

pendidikan yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan kebebasan
secara serasi.
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Peran
1. Faktor kelas sosial
Kelas sosial ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi
stastus ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih besar memungkinkan
lebih bisanya terpenuhi kebutuhan, sehingga yang ada dimasyarakat bahwa
semakin tinggi status ekonomi seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas
sosialnya (Notoatmojo, 2013).
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orang tua merupakan hal
yang paling penting dari sang ibu, dimana ibu lebih jauh bersifat tradisional
dalam pandangan terhadap pengasuhan anak dengan suatu penekanan yang
lebih besar pada kehormatan, kepatuhan, kebersihan, dan disiplin bila
dibandingkan dengan keluarga menengah keatas yang lebih menitik beratkan
pada pengembangan pengendalian kekuatan sendiri dan kemandirian prinsip
perkembangan dan psikologi dengan orang tua dan anak (Benner dalam
Friedmen, 2010).
2. Faktor bentuk keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, dkk, 2002).
Anak merupakan individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan, meliputi kebutuhan fisiologi sosial dan spiritual.
(Hidayat, 2008). Keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan adanya ayah
dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah dan ibu
akan meninbulkan perasaan aman dan nyaman dalam mengembangkan dan
memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dibandingkan dengan keluarga
dengan anggota kelurga atau anak mengalami kesulitan mencari identitas diri.
15

3. Faktor tahap perkembangan


Kelurga tahap perkembangan kelurga dimulai dari terjadinya pernikahan yang
menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap persiapan
menjadi orang tua. Tahap selanjutnya adalah menjadi orang tua dengan anak
usia bayi sampai tahap-tahap berikutnya yang berakhir dengan tahap berduka
kembali dimana dalam setiap tahap individu mempunyai peran yang berbeda
sesuai dengan keadaan.
4. Faktor model
Peran individu merupakan bagian dari masyarakat, infomasi yang diterima
individu terkait dengan masalah sehari-hari dalam masyarakat akan
menyebabkan masalah peran pada diri individu tersebut sehingga akan terjadi
transisi peran dan konflik peran. (Friedman, 2010).
2.2.4 Penilaian Peran
Nilai Bobot:
Selalu (S) :4
Sering Dilakukan (SD) :3
Kadang-kadang (KK) :2
Tidak Pernah (TP) :1
Penilaian Rumus:
𝑆𝑝
N= 𝑆𝑚 x 100%

Keterangan:
N = Nilai peran
Sp = skor yang didapat
Sm= skor tertinggi maksimum
Kategori:
1. Sangat tidak baik : 0-25%
2. Tidak baik : 26-50%
3. Baik : 51-75%
4. Sangat baik : 76-100%:
16

Kuisioner Respon Penilaian Pasien Terhadap Peran Dukungan Keluarga

No Pertanyaan Selalu Sering Kadang- Tidak


Kadang Pernah
Peran sebagai pendidik
1 Apakah sebelumnya keluarga
pernah memberikan penjalasan
tentang penyakit stroke?
2 Apakah keluarga pernah
menjelaskan kepada pasien tentang
bahaya dari penyakit stroke
tersebut?
3 Apakah sebelumnya keluarga
pernah menjelaskan kepada pasien
tentang pencegahan dari penyakit
stroke?
4 Apakah keluarga menjelaskan
tentang perawatan pada pasien
stroke?
Peran sebagai pendorong

5 Apakah pernah keluarga


menganjurkan kepada pasien
untuk rutin mengontrol tekanan
darah ?
6 Apakah keluarga pernah
menjelaskan tentang manfaat
kesehatan kepada pasien?
7 Apakah keluarga selalu
memberikan semangat kepada
pasien untuk kontrolkan penyakit
ke tenaga kesehatan?
8 Apakah keluarga selalu
memberikan motivasi kepada
pasien untuk menghadapi
penyakitnya?
Peran sebagai panutan

9 Apakah kelurga selalu


memberikan contoh perilaku
hidup sehat kepada pasien?
10 Apakah keluarga bisa bekerja sama
menenangkan pasien bila pasien
mengeluh sakit ?
11 Apakah keluarga sering
memberitaukan tanda dan gejala
pasien stroke kepada pasien?
12 Apakah sebelumnya keluarga
sering menyarakan pasien untuk
rutin mengontrol kan penyakitnya
17

ke dokter atau tenaga kesehatan


lainnya?
Peran sebagai teman
13 Apakah selama perawatan sering
berbagi cerita tentang keadaan
14 Apakah selama perawatan sering
membantu dalam kebutuhan
sehari-hari
15 Apakah selama perawatan pasien
mengungkapkan perasaan yang
dialami
16 Apakah selama perawatan
memberikan motivasi untuk
kesembuhan
17 Apakah selama perawatan
memberikan solusi dalam
pemecahan masalah
Peran sebagai pengawas

18 Apakah ketika di rumah keluarga


rutin mengawas pasien untuk
minum obat?
19 Apakah keluarga selalu
mendampingi pasien stroke ketika
beraktivitas dirumah?
20 Apakah keluarga selalu ada untuk
pasien ketika berada di
lingkungan masyarakat?
21 Apakah Keluarga memberikan
kebutuhan untuk pasien seperti
makan dan minum ?
Peran sebagai konselor

22 Apakah keluarga selalu


mendampingi setiap keputusan
yang diambil oleh pasien?
23 Apakah keluarga selalu
memberikan contoh kepada
pasien untuk melakukan gerakan
ringan untuk mencegah kekakuan
pada otot?
24 Apakah keluarga selalu
menyarankan kepada pasien
untuk datang berobat kepada
petugas kesehatan?
25 Apakah keluarga selalu
menganjurkan kepada pasien
untuk tidak bergantung kepada
orang lain ketika sakit?
18

2.3 Konsep Dasar Keluarga


2.3.1 Definisi
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental,emosional dan sosial dari tiap anggota. (Sudhiarto, 2007: 22)
Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan “lembaga” yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat
antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai
lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan. (Zaidin Ali, 2010: 2)
Jadi, keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah dan hidup dalam
satu rumah tangga yang mempunyai ikatan emosional dan kewajiban masing-
masing.
2.3.2 Ciri-Ciri Keluarga
Robert maclver dan charles morton page menjelaskan ciri-ciri keluarga
sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keterunana dan
membesarkan anak
5. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
Ciri-ciri keluarga disetiap negara berbeda-beda bergantung pada kebudayaannya,
falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Keluarga di Indonesia.
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh semangat
kegotong royongan.
2. Merupakan suatu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran yang
kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
19

3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan
dalam mengambil keputusan walaupun proses yang melalui musyawarah dan
mufakat.
2.3.3 Tipe Keluarga
1. Nuclear family (keluarga inti), Terdiri dari orang tua dan anak yang masih
menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari sanak
keluarga lainnya. Nuclear family (keluarga inti) adalah keluarga yang dibentuk
karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak, baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
2. Extended family (keluarga besar), Adalah satu keluarga yang terdiri dari satu
atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang
satu sama lain. Extended family (keluarga besar) adalah keluarga inti ditambah
keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga
tanpa anak, serta keluarga tanpa pasangan sejenis (guy/lesbian families).
3. Keluarga berantai (social family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu sekali dan merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda, keluarga yang terbentuk karena perceraian dan /
atau kematian pasangan yang dicintai.
5. Single parent family satu kepala keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
kepadanya.
6. Nuclear dyed keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak,
tinggal dalam satu rumah yang sama.
7. Blended family suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang
masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan
terdahulu.
8. Three generation family keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek,
nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
9. Single adult living alone bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang
dewasa yang hidup dalam rumahnya.
20

10. Middle age atau elderly couple keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri
paruh baya.
11. Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga
tradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah
ayah, ibu dan anak-anak dari hasil perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga
non tradisional adalah sekelompok orang tinggal di sebuah asrama.
2.3.4 Bentuk Keluarga
Sussman et al menguraikan keluarga menjadi 7 bentuk:
1. Keluarga inti keluarga inti
Keluarga inti terdiri dari suami (pencari nafkah), seorang istri (ibu rumah
tangga), dan anak-anak. Akhir-akhir ini ada kecenderungn keluarga inti
tradisional bergeser memjadi bentuk keluarga inti nontradisional.
Kecenderungan ini di sebabkan oleh beberapa hal antara lain suami-istri
kedua pekerja/berkarir dan keluarga tanpa anak.
2. Keluarga besar tradisional
Keluarga besar tradisional adalah bentuk keluarga yang pasangan suami istri
sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan orang
tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.
3. Keluarga dengan orang tua tunggal keluarga ini hanya memiliki satu kepala
rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah). Jumlah ibu
remaja yang tidak menikah akhir-akhir ini cenderung meningkat karena
berbagai alasan anatara lain kemiskinan dan pergaulan bebas (melahirkan di
luar pernikahan).
4. Individu dewasa yang hidup sendiri bentuk ini banyak terdapat di
masyarakat. Mereka hidup berkelompok seperti di panti wreda, tetapi ada
juga yang menyendiri. Mereka ini membutuhkan layanan kesehatan dan
psikososial karena tidak mempunyai sistem pendukung.
5. Keluarga dengan orang tua tiri menurut McCubbin dan Dahl (1985) orang
tua menghadap 3 masalah yang paling menonjol, yaitu kedisplinan anak,
penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan kebiasaan serta penerimaan
terhadap pemikatan hati.
21

6. Keluarga binuklear
Keluarga binuklear merujuk pada bentuk keluarga setelah cerai sehingga
anak menjadi anggota suatu sistem keluarga yang terdiri dua rumah tangga
inti. Ibu dan ayah dengan berbagai macam perbedaan diantara keduanya,
serta keterbatasan waktu yang digunakan dalam setiap rumah tangga.
7. Bentuk variasi keluarga nontradisional
Bentuk variasi keluarga nontradisional meliputi bentuk keluarga yang sangat
berbeda satu sama lain, baik dalam struktur maupun dinamikanya. Meskipun
demikian, memiliki persamaan dalam hal tujuan dan nilai dengan keluarga
komunal, pasangan kumpul kebo, perkawinan kelompok, keluarga lesbian
dan gay.
2.3.5 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman dan undang-undang No. 10 tahun 1992:
Friedman membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:
1. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan
gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa
kasih sayang.
2. Fungsi sosial proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya
dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu
melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin,
norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga
individu mampu berperan di dalam masyarakat.
3. Fungsi reproduksi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan,
pakaian, perumahan, dan lain-lain.
5. Fungsi perawatan keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan,
dan asuhan kesehatan/keperawatan.
22

2.4 Konsep Dasar Dukungan Keluarga


2.4.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Menurut Saputa 2014 (Friedman, 2001:79) Dukungan keluarga adalah
nasihat, sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit.
Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
Dukungan keluarga merupakan proses hubungan di antara keluarga dengan
lingkungan sosialnya. Jenis dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada
pasien gagal ginjal dapat berbentuk komunikasi secara reguler, interaksi sosial,
emosional, dukungan menggunakan sarana transportasi dan dukungan finansial.
Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa dukungan emosional merupakan aspek
penting dalam keluarga termasuk membantu anggota keluarga dalam
memfasilitasi kehilanga akibat penyakit kronis, dan membantu anggota keluarga
dalam menghadapi berbagai situasi yang terjadi.
Dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
dengan subyek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah
laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya. Dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan,
perhatian dan penghargaan atau menolong dengan sikap menerima kondisinya.
Dengan pemberian dukungan yang bermakna maka anggota keluarga akan dapat
menikmati hari-hari mereka dengan tentram dan damai yang pada akhirnya akan
memberikan banyak manfaat bagi semua anggota keluarga.
2.4.2 Jenis-Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Saputra 2014 (Friedman, 2001:54) dukungan keluarga dibagi ke
dalam beberapa bentuk, yaitu:
1) Dukungan informasional (kognitif).
Melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, nasihat, saran dan
petunjuk/pemecahan masalah. Dukungan informasi seperti ini dapat menolong
23

pasien untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah. Dukungan tehadap
pendidikan pada pasien stroke keluarga berfungsi sebagai kolektor dan
disseminator informasi tentang dunia yang dapat digunakan untuk
mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan
aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah
nasehat usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.
2) Dukungan motivasi
Keluarga memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertemu dengan
orang yang mengalami kondisi yang sama untuk mendapatkan nasihat, keluarga
memberikan semangat melalui pujian atas sikap pasien yang positif dan keluarga
memberikan kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh pasien yang terkena gagal
ginjal kronik.
3) Dukungan instrumental
Dukungan berupa waktu maupun bantuan langsung baik barang maupun jasa
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah dimana keluarga Siap
mendampingi ketika perawatan, keluarga bersedia membiayai perawatan,
keluarga memberikan bantuan atas pengobatan yang pasien terima, dan bantuan
untuk pemenuhan kebutuhan fisik dimana keluarga memenuhi kebutuhan
pengobatan yang belum terpenuhi. Keluarga merupakan sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit bagi penderita gagal ginjal kronik diantaranya:
bantuan lansung dari orang yang diandalkan seperti materi, tenaga dan sarana.
Manfaat dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan
semangat yang menurun selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian
atau kepedulian dari lingkungan terhadap seseorang yang sedang mengalami
kesusahan atau penderitaan.
4) Dukungan Emosional
Keluarga memberikan kepercayaan dalam mengambil suatu keputusan,
keluarga bersedia sebagai tempat mencurahkan perasaan, aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi, keluarga
memberikan semangat, perhatian, kepedulian dan keluarga selalu memberikan
24

solusi untuk menghadapi masalah yang terjadi (misalnya: umpan balik,


penegasan).
2.4.3 Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Saputra 2014 (Friedman, 2001:13). Sumber dukungan keluarga
dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri,
dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak dan dukungan dari keluarga
eksternal seperti dukungan dari sahabat, tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat
ibadah, praktisi kesehatan.
2.4.4 Tinjauan Umum Tentang Bentuk Dukungan Keluarga
1. Perhatian
Menurut Saputra 2014 (Yosep, 2007:35), Merupakan pemusatan dan
konsentrasi energi menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat
suatu rangsangan. Perhatian dapat juga diartikan sebagai pemusatan tenaga psikis
yang tertuju pada suatu subjek. Perhatian berkaitan dengan kesadaran (awareness)
dan ingatan (memory). Perhatian juga sering disebut dengan konsentrasi. Syarat
perhatian agar dapat memperoleh hasil:
(1) Inhibisi, disini semua rangsang yang tidak termasuk objek perhatian harus
disingkirkan.
(2) Apersepsi, yang dikemukakan hanya hal yang berhubungan erat dengan
objek perhatian.
(3) Adaptasi, alat-alat yang digunakan harus berfungsi baik karena diperlukan
untuk penyesuaian terhadap objek pekerjaan.
2.4.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Saputra 2014 (Purnawan, 2003:72), faktor-faktor yang
mempengaruhi dukungan keluarga adalah:
2.4.5.1 Faktor Internal
(1) Memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda.
(2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan.
(3) Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
25

seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang


berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
2.4.5.2 Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan
dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap
perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang
mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang
individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya
dan tidak mau menjalani pengobatan.
2.4.5.3 Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani
kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan
dengan keluarga atau teman dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam
hidup.
2.4.5.4 Faktor Eksternal
(1) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi
penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya: klien juga kemungkinan
besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang
sama. Misalnya: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan
pemeriksaan rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
2.4.5.5 Faktor Sosiol ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap
penyakitnya. Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup,
dan lingkungan kerja. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan
dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan
cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan
26

lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
2.4.5.6 Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan
individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan
pribadi.
2.4.6 Penilaian Dukungan Keluarga
Pengukuran dukungan keluarga terdiri dari 10 pernyataan. Dengan penilaian
selalu (S) = 4, sering dilakukan (SD) = 3, kadang-kadang (KK) = 2, tidak pernah
(TP) = 1. Dengan menggunakan rumus

Penilaian Rumus:

𝑆𝑝
N= 𝑆𝑚 x 100%

Keterangan:
N = Nilai dukungan
Sp = skor yang didapat
Sm = skor tertinggi maksimum
Petunjuk Umum Pengisian:

1. Bacalah pernyataan berikut ini dengan saksama.


2. Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
pengetahuan anda.
3. Berikan tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai. Selalu, sering, kadang-
kadang, tidak pernah.
4. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan tidak ada jawaban yang kosong.
27

Kuisioner Respon Penilaian Pasien Terhadap Dukungan Keluarga (Sosial)

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


Dilakukan Kadang Pernah
1 Keluarga mendampingi dalam
perawatan
2 Keluarga memberi pujian dan
perhatian kepada
3 Keluarga dan tetangga
memaklumi bahwa sakit yang
alami sebagai suatu musibah
4 Keluarga menyediakan waktu
dan fasilitas jika memerlukan
untuk keperluan pengobatan
5 Keluarga berperan aktif dalam
setiap pengobtan dan
perawatan sakit
6 Keluarga bersedia membiayai
perawatan dan pengobatan
7 Keluarga berusaha untuk
mencarikan kekurangan
sarana dan peralatan
perawatan yang saya perlukan
8 Keluarga memberitahu
tentang hasilpemeriksaan dan
pengobatan dari dokter yang
merawat
9 Keluarga mengingatkan
tentang perilaku-perilaku
yang memperburuk penyakit
saya
10 Keluarga menjelaskan kepada
saya setiap saya bertanya hal-
hal yang jelas tentang
penyakit
Total
Sumber : Nursalam (2013)
28

2.1 Konsep Dasar Stroke


2.5.1 Definisi
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak.
Secara sederhana, stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat berhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau perdarahan (stroke
hemoragik). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena
aterosklerotif atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah,
melalui proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke perdarahan (hemoragik),
pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang
keluar merembes masuk ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi,
2011: 13).
Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global
secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan
aliran darah otak (Junaidi, 2011: 13).
2.5.2 Klasifikasi Stroke
Secara garis besarnya, stroke dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1) Stroke Perdarahan
Stroke perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu:
(1) Perdarahan Subarakhnoid (PSA) : darah yang masuk ke selaput otak.
(2) Perdarahan Intraserebral (PIS) : darah yang masuk ke dalam struktur atau
jaringan otak (Junaidi, 2011: 15).
2) Stroke Nonperdarahan (Iskemik/Infark)
Penggolongan berdasarkan perjalanan klinisnya dikelompokkan menjadi
empat, yaitu:
(1) Transient Ischemic Attack (TIA): serangan stroke sementara yang
berlangsung < 24 jam.
(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala neurologis akan
menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari.
(3) Progressing Stroke atau Stroke In Evolution: kelainan atau defisit neurologik
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat.
29

(4) Stroke Komplit atau Completed Stroke: kelainan Neurogis sudah lengkap
menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2011: 15).
2.5.3 Tanda dan Gejala Klinis Stroke
Serangan awal strok umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar,
bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lain.
Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur,
sulit mengingat, penglihatan kabur dan sebagainya. Pada beberapa jam berikutnya
gangguan kesadaran akan berlanjut yang menurunkan kekuatan otot dan
koordinasi, dalam bentuk sulit berkonsentrasi dalam membaca atau mendengar
percakapan orang lain. Gejala awal lainnya termasuk hilangnya kekerasan otot,
seperti jari-jari dan tungkai yang terkulai, kaki menjadi kaku dan kehilangan
koordinasi gerakan (Junaidi, 2011: 24).
2.5.4 Pencegahan Stroke
Pencegahan Stroke pada dasarnya dikelompokan dalam 2 golongan besar
yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan bersifat primer,
jika pemyakit stroke belum terjadi sedangkan pada pencegahan sekunder
dilakukan perawatan atau pengobatan terhadap penyakit dasarnya (Junaidi, 2011:
69).
1) Pencegahan Primer
Langkah utama dalam mencegah stroke adalah dengan memodifikasi gaya
hidup dalam segala hal, memodifikasi faktor resiko, dan kemudian bila dianggap
perlun baru dilakukan terapi dengan obat untuk mengatasi penyakit dasarnya.
Menjalani gaya hidup sehat dengan pola makan sehat, istirahat cukup, mengelola
stres, mengurangi kebiasaan yang dapat merugikan tubuh seperti merokok, makan
makanan berlebihan, makan banyak mengandung lemak jenuh, kurang
berolahraga (Junaidi, 2011: 69).
2) Pencegahan Sekunder
Penderita stroke biasanya banyak memiliki faktor resiko. Oleh karena itu
stroke sering kali berulang. Faktor-faktor resiko yang harus diobati, seperti:
tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung koroner, kadar kolesterol
LDL darah yang tinggi, kadar asam urat darah tinggi, kegemukan, perokok,
peminum alkohol, stres, dan lain-lain (Junaidi, 2011: 69).
2.2 Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Hubungan Peran Keluarga Dalam Perawatan Pasien Stroke Lanjutan Dengan Konsep Diri Penderita Di Poliklinik
Syaraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Populasi Penelitian Tindakan yang diberikan Hasil Penelitian Uji Statistik yang
digunakan
Populasi penelitian ini adalah Instrument penelitian berupa Penelitian ini menyimpulkan Proses uji variable
Pasien Rawat jalan di kuesioner peran keluarga dan bahwa: (1) peran keluarga baik menggunakan uji
Poliklinik Syaraf Di Rumah konsep diri penderita . Teknik dalam merawat pasien stroke, (2) korelasi kendall tau.
Sakit PKU Muhammadiyah analisis data menggunakan memiliki konseo diri tinggi di
Yogyakarta dengan sejumlah uji korelasi kendall tau Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
sampel 90 responden.Teknik sampling. Responden Yogyakarta.
pengambilan sampel diberikan kuesioner dan
menggunakan purposive pasien menjawab pertanyaan.
sampling kuesioner peran keluarga dan
konsep diri penderita.
Sumber: Intan Afriyani (2011)

30
6
6
31

2.3 Kerangka Konsep

Tahap yang paling penting dalam suatu penelitian adalah menyusun


kerangka konsep. Kerangka Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat
di komunikasikan dalam membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan
antar variabel (baik variabel yang di teliti maupun yang tidak di teliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori.
(Nursalam, 2008: 55). Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah.
Variabel Independen

Sikap keluarga dalam perawatan


pasien stroke
1. Menerima (receiving)
2. Merespon (responding)
3. Menghargai (valuing)
4. Bertanggung Jawab Variabel Dependen

Dukungan keluarga dalam


Kategori: perawatan pasien stroke
1. Sikap (+) : > 51% -100% 1. Dukungan informasional
2. Sikap (-) : 0 - 50% 2. Dukungan motivasi
3. Dukungan instrumental
Peran keluarga dalam perawatan 4. Dukungan Emosional
pasien stroke
1) Peran sebagai pendidik Kategori:
2) Peran sebagai pendorong 1 Sangat tidak baik : 0-25%
3) Peran sebagai panutan 2 Tidak baik : 26-50%
4) Peran sebagai teman 3 Baik : 51-75%
5) Peran sebagai pengawas 4 Sangat baik : 76-100%
6) Peran sebagai konselor

Kategori:
1. Sangat tidak baik : 0-25%
2. Tidak baik : 26-50%
3. Baik : 51-75%
4. Sangat baik : 76-100%
Keterangan :
= Diteliti
= Berhubungan
= Berpengaruh
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Sikap dan Peran terhadap dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah dr Doris
Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019.
6
327

2.2 Hipotesis
Secara umum pengertian hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis
(pernyataan) yaitu suatu pernyataan yang masih lemah membutuhkan pembuktian
untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak
berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian
(Hidayat, 2008:39).
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan dugaan, atau dalih sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian. Hipotesis dalam penelitian terdiri atas hipotesis nol (H0) merupakan
hipotesis statistik atau nihil menyatakan tidak hanya hubungan antara variabel, dan
hipotesis alternatif (H1) merupakan hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan
antara variabel.
H1 : Ada hubungan Sikap dengan dukungan keluarga dalam perawatan pasien
stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
p value < α yaitu 0,000 < 0,05
H2 : Ada hubungan Peran dengan dukungan keluarga dalam perawatan pasien
stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. p
value < α yaitu 0,000 < 0,05
8

Anda mungkin juga menyukai