Kontroversi tanda bintang pada dokumen penganggaran oleh DPR mencuat saat rencana
pembangunan gedung KPK
Mulai tahun 2013 auditor Badan Pemeriksa Keuangan, maupun inspektorat jenderal, dan
inspektorat provinsi, sudah merambah pada sisi perencanaan dan penganggaran, termasuk
pemeriksaan mulai dari penyusunan KUA/PPAS dan penyusunan RKA-SKPD. Ini merupakan
langkah maju, karena tahun-tahun sebelumnya, pemeriksaan hanya berkisar pada pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban saja.
BPK menegaskan pihaknya hanya fokus menelusuri pengelolaan anggaran proyek Hambalang yang
menggunakan uang negara. Mengenai proses penganggarannya di DPR cuma jadi 'pekerjaan sampingan'.
"BPK itu mempunyai kewenangan memeriksa pengelolaan keuangan negara. Dan proses anggaran di DPR
bukan masuk dalam ruang lingkup BPK," kata Ketua BPK Hadi Purnomo di kantornya, Jl Gatot Subroto,
Jaksel, Jumat (30/82013).
Proses pengelolaan keuangan negara dipimpin oleh presiden selaku kepala negara. Sektor inilah, lanjut
Hadi, yang menjadi lahan audit BPK.
Sedangkan BPK sendiri, terkait audit Hambalang, telah memeriksa 30 anggota DPR. Meski menurut Hadi
BPK tidak berwenang, namun lembaga auditor negara ini juga ingin mengetahui mekanisme
penganggaran dalam proyek Hambalang.
"30 Anggota DPR dimintai keterangan. Tentunya kita harus melihat proses penganggarannya apakah ada
hal-hal yang mungkin adanya feedback dari pelaksanaan anggaran yang tidak benar," ujar Hadi.
Namun Hadi tidak mau memberikan clue mengenai apakah 30 anggota DPR tersebut terindikasi
melakukan pelanggaran atau tidak. Berita acara pemeriksaan itu juga tidak diberikan kepada KPK,
lembaga penegak hukum yang tengah menyidik kasus ini.
"Kalau KPK memerlukan berita acara pemeriksaan, bisa meminta ke BPK melalui izin pengadilan," kata
Hadi.