Anda di halaman 1dari 3

Balada Anggaran Tak Berbintang

Kontroversi tanda bintang pada dokumen penganggaran oleh DPR mencuat saat rencana
pembangunan gedung KPK

Mahkamah Konstitusi membatalkan kewenangan DPR membahas Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara secara rinci hingga tingkat kegiatan dan jenis belanja (satuan tiga) serta
menunda pencairan anggaran karena dinilai bertentangan dengan konstitusi.
Pembatalan yang diputuskan, Kamis (22/5), merupakan pengabulan Mahkamah Konstitusi atas
permohonan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran, Indonesia Budget Center, Indonesia Corruption Watch, Feri Amsari (dosen Hukum
Tata Negara Universitas Andalas, Padang), dan Hifdzil Alim (peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada).
Mereka menyoal empat hal di dalam UU Keuangan Negara dan UU MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Itu antara lain keberadaan Badan Anggaran yang bersifat tetap, praktik pembintangan atau
penundaan pencairan anggaran, pembahasan anggaran rinci hingga satuan tiga, serta
kewenangan DPR membahas APBN Perubahan. Dua permohonan, yaitu eksistensi Badan
Anggaran dan kewenangan membahas APBN Perubahan, ditolak MK.
Salah satu pasal yang dipersoalkan pemohon adalah Pasal 159 Ayat (5) Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2009 yang menyatakan, ”APBN yang disetujui DPR terperinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja.”
Menurut MK, pembahasan secara terperinci sampai pada tingkat kegiatan dan jenis belanja
kementerian/lembaga menimbulkan persoalan konstitusional jika dilihat dari kewenangan DPR.
Hal itu tidak sesuai dengan fungsi dan tugas DPR sebagai lembaga perwakilan yang seharusnya
tidak ikut menentukan perencanaan yang sifatnya sangat rinci sampai tingkat kegiatan dan jenis
belanja. MK menilai kegiatan dan jenis belanja merupakan urusan penyelenggaraan pemerintah
negara yang dilaksanakan presiden selaku perencana dan pelaksana APBN.
”Ketika DPR melalui Badan Anggaran memiliki kewenangan untuk membahas RAPBN secara
terperinci sampai tingkat kegiatan dan jenis belanja, pada saat itu, DPR telah melewati
kewenangannya dalam melakukan fungsi anggaran dan telah terlalu jauh memasuki
pelaksanaan perencanaan anggaran yang merupakan ranah kekuasaan eksekutif,” kata Hakim
Konstitusi Ahmad Fadlil Sumadi.
Pemberian tanda bintang
Terkait pemberian tanda bintang, MK berpandangan praktik itu mengakibatkan mata anggaran
yang dimaksud tidak mendapat otorisasi untuk digunakan. Menurut MK, praktik tersebut sudah
masuk pada pelaksanaan APBN yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu bukan termasuk
wilayah pengawasan DPR, seperti yang dimaksud UUD 1945. Adanya persyaratan dalam
pencairan APBN juga dinilai sangat berpotensi menimbulkan penyalahgunaan kewenangan.
Menurut MK, seharusnya tidak perlu ada pembahasan lagi setelah RUU APBN diundangkan
menjadi UU APBN.
Terkait eksistensi Badan Anggaran sebagai alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap, MK
menolak membatalkannya. Menurut MK, pengaturan mengenai sifat dan susunan keanggotaan
Badan Anggaran merupakan kebebasan dari pembentuk UU. Konstitusi tak mengatur apakah
alat kelengkapan, termasuk Badan Anggaran, harus bersifat tetap atau sementara.
Permasalahan penyimpangan atau praktik korupsi yang dilakukan oknum anggota Badan
Anggaran dalam membahas APBN, menurut MK, tak ditentukan sifat tetap atau tidak Badan
Anggaran.
Kuasa hukum pemohon, Erwin Natosmal Oemar, mengungkapkan, putusan MK bersifat
kompromistis. MK mengabulkan dua gugatannya, tetapi menolak dua selebihnya. Namun, ia
cukup puas ketika MK menyatakan DPR tak bisa lagi membahas anggaran hingga satuan tiga dan
menunda pencairan anggaran. Itu karena dua kewenangan tersebutlah yang menjadi akar
korupsi dan politik transaksional dalam pembahasan anggaran.
Sementara itu, anggota Panitia Khusus RUU Perubahan UU No 27/2009 tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD, Fahri Hamzah, mengisyaratkan penghapusan Badan Anggaran dalam susunan alat
kelengkapan DPR dengan membuat semacam badan keahlian untuk membahas anggaran lebih
detail. ”Kami usahakan begitu (dihapus),” kata Fahri.
Penghapusan Badan Anggaran tidak mereduksi fungsi penganggaran yang melekat pada DPR.
DPR tetap terlibat dalam pembahasan dan penyusunan anggaran, tetapi tidak sampai detail.
”Jadi, intinya anggota tidak lagi terlibat pada bagian yang diselesaikan badan keahlian. DPR
fokus menjalankan fungsi politik,” ujarnya. (ANA/NTA)

Mulai tahun 2013 auditor Badan Pemeriksa Keuangan, maupun inspektorat jenderal, dan
inspektorat provinsi, sudah merambah pada sisi perencanaan dan penganggaran, termasuk
pemeriksaan mulai dari penyusunan KUA/PPAS dan penyusunan RKA-SKPD. Ini merupakan
langkah maju, karena tahun-tahun sebelumnya, pemeriksaan hanya berkisar pada pelaksanaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban saja.

BPK menegaskan pihaknya hanya fokus menelusuri pengelolaan anggaran proyek Hambalang yang
menggunakan uang negara. Mengenai proses penganggarannya di DPR cuma jadi 'pekerjaan sampingan'.

"BPK itu mempunyai kewenangan memeriksa pengelolaan keuangan negara. Dan proses anggaran di DPR
bukan masuk dalam ruang lingkup BPK," kata Ketua BPK Hadi Purnomo di kantornya, Jl Gatot Subroto,
Jaksel, Jumat (30/82013).

Proses pengelolaan keuangan negara dipimpin oleh presiden selaku kepala negara. Sektor inilah, lanjut
Hadi, yang menjadi lahan audit BPK.

Sedangkan BPK sendiri, terkait audit Hambalang, telah memeriksa 30 anggota DPR. Meski menurut Hadi
BPK tidak berwenang, namun lembaga auditor negara ini juga ingin mengetahui mekanisme
penganggaran dalam proyek Hambalang.

"30 Anggota DPR dimintai keterangan. Tentunya kita harus melihat proses penganggarannya apakah ada
hal-hal yang mungkin adanya feedback dari pelaksanaan anggaran yang tidak benar," ujar Hadi.

Namun Hadi tidak mau memberikan clue mengenai apakah 30 anggota DPR tersebut terindikasi
melakukan pelanggaran atau tidak. Berita acara pemeriksaan itu juga tidak diberikan kepada KPK,
lembaga penegak hukum yang tengah menyidik kasus ini.

"Kalau KPK memerlukan berita acara pemeriksaan, bisa meminta ke BPK melalui izin pengadilan," kata
Hadi.

Anda mungkin juga menyukai