Anda di halaman 1dari 5

V.

MICROCUTTING

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Bawang merah adalah tanaman yang dapat dibubidayakan secara
generatif maupun vegetatif, namun di Indonesia umumnya dilakukan secara
vegetatif, yaitu dengan teknik mikrocutting. Umbi bawang merah jika tidak
diberi perlakuan akan lama tumbuh tunasnya sehingga akan memperpanjang
waktu budidayanya. Hal tersebut adalah yang mendasari adanya inovasi
untuk mempercepat tumbuhnya tunas pada bawang merah dengan cara
mikrocutting. Microcutting merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif
pada bawang merah yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
tunasnya. Cara pembiakan ini dilakukan dengan menambahkan berbagai
macam zat pengatur tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tunas bawang
merah pada pucuk umbi bawang yang telah dipotong terlebih dahulu
sebelumnya.
Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang sering digunakan sebagai penyedap masakan.
Selain itu, bawang merah juga mengandung gizi dan senyawa yang tergolong
zat non gizi serta enzim yang bermanfaat untuk terapi, serta meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Kebutuhan bawang merah di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebesar 5% sejalan
dengan bertambahnya jumlah populasi Indonesia setiap tahunnya. Sehingga
untuk memenuhi kebutuhan bawang merah perlu ditingkatkan hasil produksi
yang ada. Salah satu upaya peningkatan produksi yaitu dengan meningkatkan
kualitas bibit yang digunakan.
Praktikum kali ini melakukan microcutting pada komoditas bawang
merah dengan menggunakan hormon tambahan berupa IAA, GA3, NAA, dan
IBA sehingga nantinya dapat diketahui hormon mana yang dapat mendukung
pertumbuhan dari stek mikro yang akan dibuat. Manfaat microcutting didunia
pertanian yaitu untuk mempercepat tumbuhnya tunas dan akar pada bibit

52
umbi yang akan digunakan untuk budidaya, sehingga adanya microcutting ini
dapat membantu bibit yang kekurangan hormon pertumbuhan untuk tetap
tumbuh normal dan pada akhirnya dapat menghasilkan produksi yang
optimal. Praktikum microcutting pada bawang merah dan pemberian ZPT ini
penting dilakukan oleh mahasiswa, khusunya mahasiswa fakultas pertanian
agar mahasiswa dapat mengetahui perlakuan terbaik sebagai upaya
peningkatan bawang merah sehingga produksi bawang merah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dapat meningkat.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum acara V Mikrocutting ini bertujuan untuk mempelajari
ZPT terhadap pertumbuhan bahan stek mikro umbi bawang merah.
B. Tinjauan Pustaka
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman yang
memiliki produktifitas yang sangat dipengaruhi oleh musim. Ketika musim
panen maka bawang merah akan tersedia dalam jumlah yang banyak tetapi
dengan harga yang rendah, namun apabila sudah melewati musim tanam maka
persediaan bawang merah nasional menjadi menurun drastis dengan harga yang
tinggi. Bawang merah sangat mudah mengalami perubahan mutu seperti susut
bobot, perubahan volatile dan mengalami kerusakan karena memiliki kandungan
air yang tinggi, sehingga diperlukan metode penyimpanan yang baik untuk
mempertahankan kesegarannya selama penyimpanan. Salah satu cara untuk
mempertahankan kesegaran dan kualitas bawang merah adalah menyimpan pada
suhu rendah dengan tingkat kadar air tertentu
(Mutia et al. 2014).
Microcutting merupakan salah satu teknik mikropropagasi tanaman
atau memperbanyak tanaman dengan menggunakan tunas untuk memacu
pertumbuhan akar. Teknik ini akan menghasilkan bibit yang bersifat seragarm.
Zat pengatur tumbuh golongan auksin dapat mernagsang pembentukan akar
sedangkan sitokinin berperan sebagai perangsang pembelahan sel. Zat pengatur
tumbuh IBA dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan akar pada bahan stek
mikro (Bidarigh et al. 2012).
Hormon sitokinin, auksin dan giberelin yang terdapat dalam atonik
memiliki peranan khusus yang dapat membantu proses metabolisme dalam
tubuh tanaman sehingga dapat berpengaruh terhadap sifat fisiologis dan
morfologi tanaman. Tanpa zat pengatur tumbuh (ZPT) berarti tidak ada
pertumbuhan. Secara alami tanaman mengandung zat pengatur tumbuh sendiri
dalam tubuhnya. Penggunaan zat pengatur tumbuh dari luar dapat merangsang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti pengembangan sel,
perkembangan fotosintesis, pertumbuhan akar serta memperbaiki kualitas panen
(Sativa 2017).
Peranan zat pengatur tumbuh antara lain mengatur kecepatan
pertumbuhan dari masing-masing jaringan dan mengintegrasikan bagian bagian
tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman. Aktivitas
zat pengatur tumbuh di dalam pertumbuhan tergantung dari jenis, struktur kimia,
konsentrasi, genotipe tanaman serta fase fisiologi tanaman. Pemberian zat
pengatur tumbuh bertujuan untuk mempercepat proses fisiologi pada tanaman
yang memungkinkan tersedianya bahan pembentuk organ vegetatif, sehingga
dapat meningkatkan zat hara yang tersedia (Mahardika et al. 2013).
Aplikasi GA3 pada bawang merah tidak berpengaruh terhadap tinggi
tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan. Aplikasi GA3 dapat mempengaruhi
aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, tergantung konsentrasinya.
Aplikasi 200 ppm tidak sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan tinggi
tanaman, jumlah daun, dan jumlah anakan tanaman bawang merah, tetapi dapat
meningkatkan hasil umbi. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan lebih
banyak ditentukan oleh faktor genetik (Sumarni et al 2013).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Produksi dan Penyimpanan Benih acara V Mikrocutting
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 15 Oktober 2019 pukul 13.00 sampai
15.00 WIB. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Ekologi dan
Manajemen Produksi Tanaman (EMPT) Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum acara V
Microcutting kali ini adalah :
a. Gelas plastik
b. Umbi Bawang Merah
c. ZPT (IAA, NAA, IBA, dan GA3)
d. Tanah
e. Pasir
3. Cara Kerja
a. Membuat larutan ZPT dari golongan IAA, NAA, IBA, dan GA3 dengan
konsentrasi yang telah ditentukan (0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm)
b. Memotong umbi bawang merah sekecil mungkin
c. Merendam potongan umbi yang akan ditanam (selama 5 menit) pada ZPT)
d. Menanam stek mikro yang telah direndam
e. Melakukan pemeliharaan dan pengamatan
f. Mengamati proses perkecambahan setiap hari selama seminggu (waktu
muncul daun, tinggi tanaman, dan jumlah daun).
4. Pengamatan yang dilakukan : Mengamati proses perkecambahan selama satu
minggu (waktu muncul daun, tinggi tanaman, dan jumlah tunas).
DAFTAR PUSTAKA

Bidarigh S, Hatamzadeh A, Azarpour E. 2012. The study effect of iba hormone


levels on rooting in micro cuttings of tea (Camellia sinensis L.). J of World
Apllied Sciences 20 (7) :1051-1054.
Mahardika IKD, Rai IN, Wiratmaja I. 2013. Pengaruh komposisi campuran bahan
media tanaman konsentrasi iba terhadap pertumbuhan bibit ngumpen bali
(Mangiforea caesia jack). J Penelitian Pertanian 1(2): 34 – 43.
Mutia AK, Purwanto YA, Pujantoro L. 2014. Perubahan kualitas bawang merah
(Allium ascalonicum L.) selama penyimpanan pada tingkat kadar air dan
suhu yang berbeda. J pascapanen 11(2): 108 – 115.
Sativa D. 2017. Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). J agrotopika
hayati 4(2): 96 – 103.
Sumarni N, Suwandi, Gunaedi N, Putrasamedja S. 2013. Pengaruh varietas dan cara
aplikasi ga3 terhadap pembungaan dan hasil biji bawang merah du dataran
tinggi sulawesi selatan. J horti 23(2): 153 – 163.
Tandi OG, Paulus J, Pinaria A. 2015. Pertumbuhan dan produksi bawang merah
(Allium ascalonicum l.) berbasis aplikasi biourine sapi. Eugenia
21(3):142-150.
Yarnia M dan Tabrizi EFM. 2012. Effect of seed priming with different
concentration of ga3, iaa and kinetin on azarshahr onion germination and
seedling growth. J Basic. Appl. Sci. Res. 2(3):2657-2661

Anda mungkin juga menyukai