Anda di halaman 1dari 4

1f.

Komplikasi

Infeksi toksoplasmosis dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Gandahusada (1995)


menyatakan komplikasi toksoplasmosis yang paling berbahaya dapat ditemukan pada
penderita dengan sistem imun yang rendah akibat keganasan dan terapi anti tumor atau AIDS,
dimana infeksi Toxoplasma gondii yang laten dapat menjadi aktif. Manifestasi klinis yang
paling sering dijumpai pada penderita immunocompromised adalah ensefalitis. Lesi di otak
berupa nekrosis dapat berkembang menjadi abscess multiple. Toksplasmosis adalah penyakit
yang sering menyebabkan kematian pada penderita AIDS. Bila seorang ibu yang sedang
hamil mendapat infeksi primer atau pertama kali mendapatkan infeksi Toxoplasma gondii,
maka ada kemungkinan bahwa 50% dari bayi dalam kandungannya akan mendapat infeksi
parasit ini secara transplasental. Bila infeksi terjadi pada kehamilan trimester pertama, 17%
janin akan terinfeksi, sedangkan bila infeksi terjadi pada kehamilan trimester II dan III,
kemungkinan janin terinfeksi menjadi 24% dan 62%. Makin muda usia kehamilan saat terjadi
infeksi, makin kecil kemungkinan janin akan terinfeksi, tetapi makin berat kerusakan pada
janinnya. Infeksi pada kehamilan trimester I dapat menyebabkan abortus atau bayi lahir mati.
Dari bayi yang terinfeksi, 60% dilahirkan asimtomatik atau normal dan gejalanya baru
tampak beberapa hari, minggu atau bulan, bahkan sampai beberapa tahun kemudian. Bayi
yang lahir normal, beberapa tahun kemudian mungkin menderita retardasi mental, maka perlu
dibuat diagnosis dini pada bayi yang baru dilahirkan (Gandahusada, 1995).

Gandahusada S. Penanggulangan Toksoplasmosis dalam Meningkatkan

Kualitas Sumber Daya Manusia. 1995.

3b. Etiologi

Uveitis Posterior (Chorioretinitis) dapat disebabkan oleh:6

1. Penyakit Infeksi
a. Virus
CMV, herpes simpleks, herpes zoster, rubella, rubeola, HIV, virus epstein barr,
virus coxsackie, nekrosis retina akut
b. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadic dan endemic,
nocardia, neisseria meningitidis, mycobacterium avium-intracellulare, yersinia,
daborrelia (penyebab penyakit Lyme).
c. Fungi
Candidia, histoplasma, cryptococcus, dan aspergillus.

d. Parasit
Toxoplasma, toxocara, cysticercus, dan onchoherca.
2. Penyakit Non Infeksi
a. Autoimun
Penyakit Behcet, syndrome vogt-koyanagi-harada, poliarteritis nodosa,
oftalmia simpatis, vaskulitis retina
b. Keganasan
Sarcoma sel reticulum, melanoma maligna, leukemia, lesi metastatik
c. Etiologi tak diketahui
Sarkoidosis, koroiditis geografik, epitellopati pigment plakoid multifokal akut,
retinopati “birdshot”, epitellopati pigment retina

E. Lang ,Gabriele dan Gerhard K. Lang. Uveal Tract (Vascular Pigmented Layer) dalam
Opthalmologhy – A Pocket Textbook Atlas, Edisi Kedua, Thieme: Stuttgart - New York. 2007.
205-207

5. Toxoplasma merupakan genus sporozoa yang merupakan parasit intraselular pada banyak
organ dan jaringan burung dan mamalia, termasuk manusia. Toxoplasma gondii
merupakan agen penyebab toksoplasmosis.Pola transmisinya ialah transplasenta pada
wanita hamil, mempunyai masa inkubasi 10-23 hari bila penularan melalui makanan
(daging yang dimasak kurang matang) dan 5-20 hari bila penularannya melalui kucing.
Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan menyebabkan 20% janin
terinfeksi toksoplasma atau kematian janin, sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke
tiga 65% janin akan terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama
kehamilan.Manifestasi klinis yang mungkin terjadi ialah: hepatosplenomegali, ikterus,
petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis, mikrosefali, hidrosefalus, kalsifikasi intra-
kranial, miokarditis, lesi tulang, pnemonia, dan rash makulopapular. Pencegahan dapat
dilakukan antara lain dengan cara: memasak daging sampai matang, menggunakan sarung
tangan baik saat memberi makan maupun membersihkan kotoran kucing, dan menjaga
agar tempat bermain anak tidak tercemar kotoran kucing(29).
Pada pemicu dikatakan bahwa ibu senang makan-makanan yang tidak dimasak dengan
sempurna seperti sate dan lalapan. Sate yang dikonsumsi ibu bisa saja merupakan sate
yang dimasak kurang matang, ditambah lalapan yang mungkin saja tidak dicuci dengan
bersih. Hal inilah yang dapat meningkatkan risiko kemungkinan terjadinya infeksi
toksoplasmosis(30).
29. Kumar Vinay,dkk. 2013. Buku ajar patologi Robbins.Jakarta : EGC, 2007.
30. Reece EA, Barbieri RL. Obstetrics and Gynecology: The Essentials of Clinical Care.
Thieme; 2011.
7d. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang efektif dan spesifik untuk menangani pasien
mikrosefali. Pemantauan perkembangan saraf merupakan penanganan yang paling baik untuk
saat ini. Perlu ditekankan kepada orang tua penderita mikrosefali, bahwa tujuan dari
pengobatan bukan membuat anak menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi
mengembangkan sisa kemampuan yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin, sehingga
diharapkan anak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan atau hanya
membutuhkan sedikit bantuan saja.1
Bila penyebab mikrosefali telah ditegakkan, dokter harus memberikan nasehat keluarga
yang tepat dan pendukung genetic. Karena banyak anak dengan mikrosefali juga akan
mengalami retardasi mental, dokter juga harus membantu dengan penempatan pada
program yang tepat yang akan memberikan perkembangan anak secara maksimum.2
Gizi dan nutrisi yang baik pasien anak dengan mikrosefali sangat penting untuk
diberikan, karena walaupun kemampuan otaknya sudah tidak dapat normal, namun
dengan bantuan nutrisi yang adekuat dapat membantu perkembangan otak semaksimal
mungkin.2

1. Piro, E dkk. Microcephaly A Clinical Genetic and Neurologic Approach. Acta Medica
Mediterranea, vol 29. 2013.

2. Ashwal, S. Dkk. Practice parameter: evaluation of the child with microcephaly, USA,
American Academy of Neurology. 2009.

Anda mungkin juga menyukai