Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

Skrining adalah seleksi yang dijalani pasien guna mengidentifikasi kebutuhan


pelayanan kesehatan. Skrining pasien dapat dilakukan dengan cara:
a. Triase.
b. Evaluasi visual
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang

Skrining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan rumah sakit, sejak dari
sumber daya perujuk dan selama transportasi. Berdasarkan hasil skrining tersebut
ditentukan apakah pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Semua
pasien diterima sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap setelah dilakukan identifikasi
kebutuhan kesehatannya dan disesuaikan dengan sumber daya (ketenagaan dan
fasilitas) dan misi rumah sakit. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat
memberikan layanan yang diperlukan baik rawat jalan atau kebutuhan rawat inap yang
tepat.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 1


BAB II

RUANG LINGKUP

Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan perawatan preventif,


kuratif, rehabilitatif dan pelayanan paliatif yang dibutuhkan oleh pasien serta memilih
layanan atau unit yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
Skrining pasien dapat dilakukan pada:
1. Loket Pendaftaran Rawat Jalan saat pasien mendaftar untuk menentukan
pelayanan umum atau spesialistik yang dibutuhkan pasien
2. Poliklinik umum dan spesialis untuk menentukan pelayanan lanjutan yang
dibutuhkan pasien
3. Instalasi Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan dan pelayanan
lanjutan yang dibutuhkan pasien

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 2


BAB III
TATA LAKSANA

1. Pendaftaran Rawat Jalan


a. Skrining pasien di pendaftaran rawat jalan, dilakukan untuk menentukan
pelayanan poliklinik baik umum maupun spesialistik yang dibutuhkan oleh
pasien.
b. Skrining ini dilakukan dengan cara wawancara singkat antara petugas
loket pendaftaran rawat jalan dengan pasien mengenai poliklinik atau
pelayanan yang mereka tuju, atau jika belum tahu tujuannya maka
petugas akan menanyakan keluhan utama pasien saat ini.
c. Selanjutnya pasien akan didaftarkan pada pelayanan yang sesuai dengan
tujuan atau keluhan pasien.

2. Poliklinik Umum dan Spesialis untuk menentukan pelayanan lanjutan


yang dibutuhkan pasien;
a. Skrining awal pasien poliklinik umum dan spesialis dilakukan oleh perawat
dengan cara mengukur tanda-tanda vital pasien.
b. Apabila ditemukan hasil pemeriksaan yang abnormal dan ekstrim dapat
dipertimbangkan untuk mengalihkan pasien ke IGD.
c. Kriteria transfer ke IGD:
1) Temperatur ≥ 39oC
2) Kejang
3) Penurunan kesadaran
4) Tekanan darah systolik ≥ 180
5) Nyeri dengan VAS ≥ 6
6) Dehidrasi sedang berat
d. Pasien dengan keluhan batuk-batuk hebat, bintik-bintik merah pada kulit
dan badan, disarankan untuk dipercepat antrian pemeriksaan dokter.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 3


e. Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Skrining
selanjutnya dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
f. Dari hasil ananmnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
dokter akan menentukan pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien,
yakni:
1) Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
2) Rawat inap ruang biasa
3) Rawat inap ruang khusus atau intensive
4) Konsultasi atau alih rawat ke spesialis lain

3. Instalasi Gawat Darurat untuk menentukan tingkat kegawatan dan


pelayanan lanjutan yang dibutuhkan pasien;
a. Skrining awal pasien yang datang di IGD dilakukan dengan sistem triase:
Triase adalah proses penilaian pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan
jenis penyakitnya untuk ditentukan apakah pasien perlu ditangani dengan
segera dan ditentukan tempat penanganannya.
b. Setelah dilakukan triase, pasien akan ditempatkan sesuai dengan derajat
kegawatdaruratannya dan dilakukan pemeriksaan oleh dokter IGD.
c. Skrining pasien di IGD dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan
fisik
d. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dokter akan menentukan
pelayanan selanjutnya yang dibutuhkan pasien, yakni:
1) Dipulangkan dengan pengobatan rawat jalan
2) Rawat inap ruang biasa
3) Rawat inap ruang khusus atau intensive
4) Konsultasi ke dokter spesialis

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 4


4. Skrining rawat Inap.
a. Perawat ruang rawat inap menerima informasi pasien yang akan masuk
dari IGD/Poliklinik dari pendaftran.
b. Perawat ruang rawat inap menerima pasien dari IGD atau Poliklinik.
c. Perawat rawat inap melakukan pengkajian ulang, dengan mengisi form
pengkajian awal keperawatan.
d. DPJP atau dokter jaga IGD melakukan anamnesa awal dengan mengisi
form pengkajian awal medis.

5. Melalui telepon pada pasien rujukan dari pelayanan kesehatan lain.


Skrining awal dilakukan lewat telepon oleh dokter Instalasi Gawat
Darurat, dengan cara menanyakan hal-hal berikut:
1) Rumah sakit / pelayanan kesehatan yang mengirim pasien; ruangan
tempat pasien dirawat
2) Nama pasien
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Diagnosa medis
6) Keluhan saat ini
7) Tanda-tanda vital, tingkat kesadaran
8) Alasan rujuk ke rumah sakit
9) Pelayanan yang dibutuhkan
10) Penanggungjawab (umum atau BPJS)
11) Identitas penelepon

Dari hasil anamnesis ini dapat ditentukan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia maka pasien tidak
dapat diterima.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 5


Dokter menentukan pasien rawat inap atau rawat jalan, berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
No. Gejala Temuan Pemerikaan Fisik
1. Demam ≤ 5 hari Suhu ≥ 38 °C

2. Demam ≥ 5 hari Suhu ≥ 38 °C

3. Nyeri perut kanan bawah Nyeri tekan di titik Mc Burney, psoas sign (+)

4. Nyeri dada Karakteristik nyeri: tertusuk, seperti tertimpa


benda berat, menjalar, disertai keringat dingin
5. Sesak napas/dyspnoe RR > 30 x/menit,
SPO2 < 95 % tanpa Thoraks: ronki (+) / wheezing (+), murmur (+),
oksigen hipersonor, redup.
6. Hemoptoe Darah keluar dari mulut, warna merah muda
berbuih
Thoraks: suara napas menurun, ronki
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (-)
7. Hematemesis Keluar darah dari mulut, warna merah
kecoklatan
Thoraks : suara napas tidak menurun, ronki (-)
Abdomen : nyeri tekan (+)
8. Nyeri perut Nyeri tekan (+) di seluruh abdomen, rasa panas
di dada
9. Perdarahan per vaginam Darah di vagina

10. Melena, Hematoschezia Darah keluar dari anus, rectal touché

11. Diare dengan dehidrasi Diare > 3 kali per hari, cair, kadang ada lendir
dan atau darah. Mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 6


No. Gejala Temuan Pemerikaan Fisik
12. Fraktur Ekstremitas: luka terbuka, deformitas, memar,
bengkak, Range Of Movement (ROM) terbatas
13. Penurunan kesadaran Glasgow Coma Scale (GCS) < 13
non trauma
14. Cedera kepala: GCS ≥ 14
ringan GCS 9-13, muntah, lupa kejadian
sedang GCS ≤ 8, muntah, lupa kejadian
berat
15. Bayi usia < 28 hari, sakit Gerak tidak aktif, menangis lemah, malas
minum, febris jika ada.
16. Anak kejang Kejang, tanpa/dengan demam

17. Anak muntah Muntah tiap makan / minum, intake sulit

18. Bayi kuning Kramer III – IV


19. Abses atau ulkus lama Besar, dalam, dan bentuk ulkus. Ada tidaknya
tanda-tanda peradangan. Lebih dari 1 minggu
dilakukan terapi antibiotik, namun belum ada
perbaikan.

Skrining yang dilakukan pada penerimaan pasien IGD, rawat jalan, rawat inap, operasi,
persalinan dan lain-lain meliputi:
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan saat pasien pertama kali kontak dengan rumah sakit, saat
pasien datang ke rumah sakit dan saat pasien masuk ke rawat inap.
Anamnesis yang dilakukan di unit pelayanan rawat jalan dan Instalasi Gawat
Darurat, meliputi:
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat alergi

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 7


b. Pemeriksaan fisik lengkap
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan saat pasien di rumah sakit. Dilakukan di unit
pelayanan Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada saat penerimaan pasien
berdasarkan Routine Admission Testing (RAT) yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan penunjang terkait hasil diagnosis/ tindakan yang akan dilakukan
berdasarkan Routine Testing (RT) yang telah ditetapkan.
3. Yang berwenang meminta pemeriksaan penunjang adalah dokter.
4. Yang berwenang menjelaskan hasil pemeriksaan penunjang kepada pasien
adalah dokter.

6. ROUTINE ADMISSION TESTING (RAT)


Routine Admission Testing (RAT) adalah pemeriksaan penunjang rutin
minimal yang harus dilakukan oleh dokter, terkait hasil anamnesa dan pemeriksaan
fisik untuk menegakkan diagnosa saat awal masuk rumah sakit, untuk menentukan
jenis ruang rawat inap dan juga tindakan yang harus segera dilakukan.

RAT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berikut:


1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG), dan lain-lain.

Tujuan dilakukan RAT :


1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum
atau dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 8


4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien
untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Kriteria RAT :
1. Berdasarkan Usia :
a. Pasien yang berusia ≥ 40 tahun:
1) Pemeriksaan laboratorium: Darah Rutin (DR), SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, Gula Darah Sewaktu (GDS), elektrolit, dan urine lengkap
2) EKG
b. Pemeriksaan laboratorium pada anak : darah rutin.
c. Pemeriksaan laboratorium pasien neonatus : GDS.
d. Pemeriksaan laboratorium sebelumnya tidak perlu diulang kembali apabila :
1) Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya dilakukan kurang dari 30 hari.
2) Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.
e. Pemeriksaan radiologi: rontgen thoraks untuk pasien berusia ≥ 40 tahun.
Pasien yang sudah mempunyai/ membawa rontgen thoraks, tidak perlu diulang
kembali apabila :
1) Rontgen thoraks terakhir tidak lebih dari enam bulan dan memenuhi syarat
kualitas untuk dibaca.
2) Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.

2. Berdasarkan Gejala Penyakit


RAT wajib diperiksa pada saat pasien masuk rumah sakit dengan gejala penyakit
tertentu. Pasien dengan gejala penyakit dan temuan pemeriksaan fisik di bawah ini
diwajibkan untuk dilakukan RAT.
Temuan Pemerikaan
No. Gejala RAT
Fisik
1. Demam ≤ 5 hari Suhu ≥ 38 °C DR

2. Demam ≥ 5 hari Suhu ≥ 38 °C DR, atau Widal, Urin


lengkap

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 9


Temuan Pemerikaan
No. Gejala RAT
Fisik
3. Nyeri perut kanan Nyeri tekan di titik Mc DL, urin lengkap, Test
bawah Burney, psoas sign (+) Test Pack (pada
wanita bila perlu)
4. Nyeri dada Karakteristik nyeri: DL, EKG
tertusuk, seperti tertimpa
benda berat, menjalar,
disertai keringat dingin
5. Sesak RR > 30 x/menit, DL, rontgen thoraks,
napas/dyspnoe Thoraks: ronki (+) / EKG, GDS, elektrolit
SPO2 < 95 % tanpa wheezing (+), murmur
oksigen (+), hipersonor, redup.
6. Hemoptoe Darah keluar dari mulut, DL, rontgen thoraks,
warna merah muda
berbuih
Thoraks: suara napas
menurun, ronki
Abdomen : nyeri tekan
epigastrium (-)
7. Hematemesis Keluar darah dari mulut, DL, SGOT/SGPT
warna merah kecoklatan
Thoraks : suara napas
tidak menurun, ronki (-)
Abdomen : nyeri tekan
(+)
8. Nyeri perut Nyeri tekan (+) di seluruh DL, urin rutin, Test
abdomen, rasa panas di Pack (pada wanita bila
dada perlu), EKG

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 10


Temuan Pemerikaan
No. Gejala RAT
Fisik
9. Perdarahan per Darah di vagina DL, golongan darah,
vaginam Test Pack

10. Melena, Darah keluar dari anus, DR, feses lengkap


Hematoschezia rectal touché wajib
dilakukan
11. Diare dengan Diare > 3 kali per hari, DR, GDS, feses
dehidrasi cair, kadang ada lendir lengkap, elektrolit
dan atau darah. Mual
muntah.
Tanda-tanda dehidrasi
(+)
12. Fraktur Ekstremitas: luka DL, rontgen
terbuka, deformitas, ekstremitas 2 proyeksi
memar, bengkak, Range (+2 ekstremitas jika
Of Movement (ROM) anak)
terbatas
13. Penurunan Glasgow Coma Scale DL, elektrolit, GDS,
kesadaran non (GCS) SGOT, SGPT, ureum,
trauma < 13 kreatinin, elektrolit
14. Cedera kepala: DL, GDS
ringan GCS ≥ 14
sedang GCS 9-13, muntah,
lupa kejadian
berat GCS ≤ 8, muntah, lupa
kejadian
15. Bayi usia <28 hari, Gerak tidak aktif, DR, CRP, GDS,
sakit menangis lemah, malas elektrolit
minum, febris jika ada.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 11


Temuan Pemerikaan
No. Gejala RAT
Fisik
16. Anak kejang Kejang, tanpa/dengan DR, GDS, elektrolit
demam

17. Anak muntah Muntah tiap makan / DR, GDS, elektrolit


minum, intake sulit
18. Bayi kuning Kramer III – IV Bilirubin total,bilirubin
direk, bilirubin indirek,
golongan darah,
19. Abses atau ulkus Besar, dalam, dan bentuk DL, GDS
lama ulkus. Ada tidaknya
tanda-tanda peradangan.
Lebih dari 1 minggu
dilakukan terapi
antibiotik, namun belum
ada perbaikan.

1) Bila pasien masuk lewat IGD, setelah pasien dengan gejala penyakit di atas
dilakukan RAT dokter jaga IGD wajib melaporkan kepada Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) yang sesuai dengan kebutuhan pasien bila ada indikasi
rawat inap.
2) Bila pasien masuk lewat poliklinik, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
yang dalam hal ini adalah dokter spesialis wajib melakukan RAT sesuai ketentuan
yang berlaku, setelah itu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dapat
menentukan kebutuhan pasien selanjutnya.
3) Untuk pasien cito tindakan life saving, RAT dapat dilengkapi setelah tindakan
dilakukan, penentuan pemeriksaan penunjang yang paling mendesak oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 12


7. ROUTINE TESTING (RT)
Routine Testing adalah pemeriksaan penunjang minimal yang harus dilakukan
dokter terkait hasil diagnosis/ tindakan yang akan dilakukan.
RT dapat berupa pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik lainnya seperti Elektrokardiografi (EKG),
Ultrasonografi (USG), dan lain-lain.

Tujuan dilakukan RT :
1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/ keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum
atau dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien
untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Kriteria Routine Testing


1. Berdasarkan Tindakan Yang Akan Dilakukan
NO JENIS Routine Testing
TINDAKAN
1 Operasi 1) Usia ≥ 40 tahun : EKG
2) Rontgen thoraks kecuali pada pasien Sectio Caesaria
(SC) dan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).
3) Cardio Toko Grafi (CTG) pada pasien SC.
4) Laboratorium : DL, Bleeding Time (BT), Clotting Time
(CT), ureum, creatinin, SGOT, SGPT, GDS, dan
golongan darah (jika belum pernah diperiksa di Rumah
Sakit ) kecuali sudah ada bukti kartu golongan darah.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 13


2. Berdasarkan Jenis Ruang Critical Care
NO RUANGAN Routine Testing

DL, GDS, elektrolit, SGOT, SGPT, ureum,


1 HCU creatinin, EKG untuk pasien ≥ 40 tahun
Ro thoraks

2 Perinatologi DR, GDS, elektrolit, CRP

3. Berdasarkan penyakit yang di derita


No Gejala Temuan Fisik/Penunjang Pemeriksaan
1 Perdarahan Anemis, Hb < 8gr/dl Hb, Hb post transfusi
2 Gangguan irama Hasil EKG: Atrial Fibrilasi, Monitor terpasang, EKG serial
jantung VT,VF, Blok dll perhari hingga kondisi
membaik, EKG ulang setiap
perburukan.
3 MCI Hasil EKG ST Elevasi, Non Monitor terpasang, EKG serial
Stemi, Unstable Angina perhari hingga kondisi
Pectoris membaik, EKG ulang setiap
perburukan.
4 Gangguan Hasil elektrolit abnormal, Cek elektrolit post koreksi
elektronik pemeriksaan neurologis
abnormal
5 Hyperglikemia GDS > 200, Asymptomatis/ GDS serial
symptomatis (koma,
nausea).
6 Hypoglikemia GDS<80, Asymptomatis/ GDS serial
symptomatis (koma).

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 14


7 Gagal Ginjal Kronik Ureum > 42.8, creatinin > Cek Ureum, Creatinin,
1.5, anemia, odema pulmo/
extrimitas bawah/ atas,
asidosis, hypoalbuminemia.

Keputusan untuk mengobati, merawat atau merujuk hanya dilakukan setelah hasil
evaluasi skrining ada. Hasil evaluasi skrining segera diinformasikan kepada
pasien/keluarga tentang:
a. Perawatan yang diusulkan
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Biaya yang diperkirakan
Berdasarkan kebutuhannya, pasien akan diterima sebagai pasien rawat jalan
dan rawat inap. Ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pasien, meliputi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP), fasilitas dan alat yang dibutuhkan, petugas kesehatan dan ruang rawat inap.
Di IGD ada kriteria pasien yang belum bisa dipindah ke rawat inap ataupun
dirujuk ke rumah sakit lain.
Kondisi yang dikategorikan pasien yang masih harus diobservasi:
a) Nadi : < 50 atau >130 kali permenit
b) Tekanan darah systolic <80 atau >180 mmHg
c) Tekanan darah diastolic <50 atau >100 mmHg
d) Pernafasan >35 kali per menit
e) Skala nyeri > 6
f) Penurunan kesadaran
g) Epigastric pain pada pasien dewasa dengan abnormalitas EKG / nyeri tidak hilang
dengan terapi biasa.
h) Syncope / near syncope.
i) Bradikardi
j) VES bigemini, VES consecutive (salvo) R on T

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 15


k) Hipertensi grade 2
l) Hipokalemia berat
m) Hiperkalemia berat.
n) Vertigo
o) Kolik abdomen
p) Multiple trauma

Pasien yang sesuai kriteria tersebut diatas, dilakukan observasi maksimal setiap
30 menit sekali. Pasien juga dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,
dikonsultasikan ke dokter spesialis atau langsung dirawat sambil menunggu
pemeriksaan lanjutan. Observasi pasien dilakukan sampai kondisi pasien stabil dan
maksimal dilakukan selama 6 jam di IGD.
Apabila kondisi dimana dokter spesialis bisa segera melihat kondisi pasien di
IGD dan penilaian seksama oleh dokter spesialis atau berdasarkan hasil pemeriksaan /
observasi lanjutan ternyata pasien tidak ada indikasi rawat inap, maka pasien dapat
dipulangkan.
Apabila pasien ada indikasi rawat inap namun pasien atau keluarga pasien
menolak dirawat maka pasien atau keluarga harus mengisi formulir Surat Pernyataan
penolakan.

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 16


BAB IV
DOKUMENTASI

Proses skrining dan penerimaan pasien, didokumentasikan dalam:


 Form Identitas Pasien.
 Form Pengkajian Pasien Rawat Jalan.
 Form Pengkajian IGD.
 Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium.
 Form Permintaan Pemeriksaan Radiologi.

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MATRAMAN

dr. Dience Meidiana MD, MPH


NIP. 196505102002122001

Panduan Pelayanan Unit Rumah Sakit Umum Daerah Matraman, 2019 17

Anda mungkin juga menyukai