Panduan Skrining Pasien
Panduan Skrining Pasien
DEFINISI
Skrining dilakukan pada saat pertama kali kontak dengan rumah sakit, sejak dari
sumber daya perujuk dan selama transportasi. Berdasarkan hasil skrining tersebut
ditentukan apakah pasien sesuai dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Semua
pasien diterima sebagai pasien rawat jalan dan rawat inap setelah dilakukan identifikasi
kebutuhan kesehatannya dan disesuaikan dengan sumber daya (ketenagaan dan
fasilitas) dan misi rumah sakit. Pasien diterima hanya jika rumah sakit dapat
memberikan layanan yang diperlukan baik rawat jalan atau kebutuhan rawat inap yang
tepat.
RUANG LINGKUP
Dari hasil anamnesis ini dapat ditentukan pelayanan yang dibutuhkan pasien.
Apabila pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia maka pasien tidak
dapat diterima.
3. Nyeri perut kanan bawah Nyeri tekan di titik Mc Burney, psoas sign (+)
11. Diare dengan dehidrasi Diare > 3 kali per hari, cair, kadang ada lendir
dan atau darah. Mual muntah.
Tanda-tanda dehidrasi (+)
Skrining yang dilakukan pada penerimaan pasien IGD, rawat jalan, rawat inap, operasi,
persalinan dan lain-lain meliputi:
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan saat pasien pertama kali kontak dengan rumah sakit, saat
pasien datang ke rumah sakit dan saat pasien masuk ke rawat inap.
Anamnesis yang dilakukan di unit pelayanan rawat jalan dan Instalasi Gawat
Darurat, meliputi:
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit dahulu
3) Riwayat alergi
Kriteria RAT :
1. Berdasarkan Usia :
a. Pasien yang berusia ≥ 40 tahun:
1) Pemeriksaan laboratorium: Darah Rutin (DR), SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin, Gula Darah Sewaktu (GDS), elektrolit, dan urine lengkap
2) EKG
b. Pemeriksaan laboratorium pada anak : darah rutin.
c. Pemeriksaan laboratorium pasien neonatus : GDS.
d. Pemeriksaan laboratorium sebelumnya tidak perlu diulang kembali apabila :
1) Hasil pemeriksaan laboratorium sebelumnya dilakukan kurang dari 30 hari.
2) Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.
e. Pemeriksaan radiologi: rontgen thoraks untuk pasien berusia ≥ 40 tahun.
Pasien yang sudah mempunyai/ membawa rontgen thoraks, tidak perlu diulang
kembali apabila :
1) Rontgen thoraks terakhir tidak lebih dari enam bulan dan memenuhi syarat
kualitas untuk dibaca.
2) Tidak terdapat perubahan klinis yang memerlukan evaluasi ulang.
1) Bila pasien masuk lewat IGD, setelah pasien dengan gejala penyakit di atas
dilakukan RAT dokter jaga IGD wajib melaporkan kepada Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP) yang sesuai dengan kebutuhan pasien bila ada indikasi
rawat inap.
2) Bila pasien masuk lewat poliklinik, Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
yang dalam hal ini adalah dokter spesialis wajib melakukan RAT sesuai ketentuan
yang berlaku, setelah itu Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dapat
menentukan kebutuhan pasien selanjutnya.
3) Untuk pasien cito tindakan life saving, RAT dapat dilengkapi setelah tindakan
dilakukan, penentuan pemeriksaan penunjang yang paling mendesak oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
Tujuan dilakukan RT :
1. Pasien mendapat pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pasien cepat terdiagnosis sehingga tidak terjadi delay/ keterlambatan dalam
penanganan dan penatalaksanaan pasien.
3. Menjadi panduan pemeriksaan rutin yang harus dijalankan oleh dokter umum
atau dokter spesialis sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4. Memastikan pasien mendapat perawatan sesuai konsep keselamatan pasien
untuk mencegah kejadian yang tidak diharapkan.
Keputusan untuk mengobati, merawat atau merujuk hanya dilakukan setelah hasil
evaluasi skrining ada. Hasil evaluasi skrining segera diinformasikan kepada
pasien/keluarga tentang:
a. Perawatan yang diusulkan
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Biaya yang diperkirakan
Berdasarkan kebutuhannya, pasien akan diterima sebagai pasien rawat jalan
dan rawat inap. Ketepatan mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber daya
untuk memenuhi kebutuhan pasien, meliputi Dokter Penanggung Jawab Pelayanan
(DPJP), fasilitas dan alat yang dibutuhkan, petugas kesehatan dan ruang rawat inap.
Di IGD ada kriteria pasien yang belum bisa dipindah ke rawat inap ataupun
dirujuk ke rumah sakit lain.
Kondisi yang dikategorikan pasien yang masih harus diobservasi:
a) Nadi : < 50 atau >130 kali permenit
b) Tekanan darah systolic <80 atau >180 mmHg
c) Tekanan darah diastolic <50 atau >100 mmHg
d) Pernafasan >35 kali per menit
e) Skala nyeri > 6
f) Penurunan kesadaran
g) Epigastric pain pada pasien dewasa dengan abnormalitas EKG / nyeri tidak hilang
dengan terapi biasa.
h) Syncope / near syncope.
i) Bradikardi
j) VES bigemini, VES consecutive (salvo) R on T
Pasien yang sesuai kriteria tersebut diatas, dilakukan observasi maksimal setiap
30 menit sekali. Pasien juga dilakukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut,
dikonsultasikan ke dokter spesialis atau langsung dirawat sambil menunggu
pemeriksaan lanjutan. Observasi pasien dilakukan sampai kondisi pasien stabil dan
maksimal dilakukan selama 6 jam di IGD.
Apabila kondisi dimana dokter spesialis bisa segera melihat kondisi pasien di
IGD dan penilaian seksama oleh dokter spesialis atau berdasarkan hasil pemeriksaan /
observasi lanjutan ternyata pasien tidak ada indikasi rawat inap, maka pasien dapat
dipulangkan.
Apabila pasien ada indikasi rawat inap namun pasien atau keluarga pasien
menolak dirawat maka pasien atau keluarga harus mengisi formulir Surat Pernyataan
penolakan.