Laporan Praktik Kerja Lapangan Studi Kasus 30
Laporan Praktik Kerja Lapangan Studi Kasus 30
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan yang berjudul “ “ tepat waktu dan dimudahkan.
Dalam penyusunan laporan ini, dari persiapan hingga proses penyusunan laporan,
penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, berupa bimbingan, petunjuk, informasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada kedua orang tua, mentor selama di Muara Tawar, dosen pembimbing, serta teman
teman kami yang telah memberi dukungan dan bimbingan yang sangat berharga, semoga
mereka senantiasa memperoleh kebaikan dan rahmat Allah SWT.
Depok, 20
DAFTAR ISIAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Depok,
NIM : 4216020022
DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
asdsd
DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
1
2
1
2
1
2
(………………….......)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Logo, Visi, Misi, Motto. Tujuan, Nilai Serta Budaya PT Pembangkitan Jawa-Bali
2.2.1 Logo
2.2.2 Visi
Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi
dengan standar kelas dunia.
2.2.3 Misi
1. Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi
untuk menjaga kedaulatan listrik nasional
2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, berdaya saing dan
ramah lingkungan
3. Mengembangkan kompetensi dan produktivitas Human Capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan;
2.2.4 Motto
“Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang”
2.2.5 Tujuan
Tujuan perusahaan adalah untuk menyelenggarakan gerakan usaha
ketenagalisrikan berdasarkan prisnip industri dan niaga yang sehat dengan
menerapkan prinsip – prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut, PJB dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
Penyedia tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang
ekonomis, bermutu tinggi, dan dengan keandalan yang baik.
Pembangunan dan/atau pemasangan peralatan ketenagalistrikan.
Pembangunan dan/atau pengoperasian peralatan ketenagalistrikan.
2.2.6 Nilai
Tata nilai yang diterapkan oleh PT pebangkitan Jawa Bali adalah
1. Integrity
Menjunjung tinggi etika, jujur, dan amanah memegang teguh kaidah tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
2. Professional
Bertanggungjawab terhadap tujuan dan wewenang dengan
mengutamakan keselamatan dan keharmonisan lingkungan. Serta
senantiasa percaya diri dengan terus mengembangkan kompetensi.
3. Joint Collaboration
Melakukan kerjasama melalui integrasi, membangun jejaring, dan sinergi
dengan berbagai pihak untuk bersama – sama meningkatkan skala bisnis
PJB Raya dan PLN Group
4. Business Excellence
Menerapkan praktik bisnis terbaik dalam mengelola dan mencapai tujuan
PJB Raya secara berkesinambungan dengan senantiasa berorientasi pada
pelanggan, berpikir bisnis dan mengambil risiko terukur, inovatif, gesit,
simpel dan adaptif.
2.2.7 Budaya 5S
1. Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta
membuang yang tidak diperlukan
2. Seiton (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu menemukan
barang yang diperlukan
3. Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh
tempat kerja yang lebih bersih
4. Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang dengan teratur, rapih dan bersih juga dalam aspek
personal dan kaitannya dengan polusi
5. Shitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan (disiplin) mematuhi
dengan benar apa saja yang sudah diterapkan/diatur, menjaga dan
menerapkan dengan sungguh empat komponen 5S yang lain
SPV Senior System SPV Senior Rendal & SPV Senior Rendal & SPV Senior SPV Senior Rendal
SPV Senior SDM
Owner PLTGU Operasi Pemeliharaan Pengadaan CNG & Bahan Bakar
SPV Senior System SPV Senior Rendal SPV Senior SPV Senior Umum & SPV Senior SPV Senior Operasi &
Owner Common CNG Operator Blok 3,4,5 Pemeliharaan Mesin CSR Administrasi Gedung Pemeliharaan CNG
SPV Senior
Pemeliharaan Listrik
Fuel gas
540°C
Udara luar yang dihisap disaring melalui Air Intake Filter dan dinaikan
tekanannya oleh kompresor terlebih dahulu, kemudian setelah itu udara
kompresi ini masuk ke ruang bakar dan bersamaan dengan itu Fuel Gas
dialirkan ke ruang bakar dengan menggunakan kompresor. Kompresor ini
juga berfungsi untuk menaikkan tekanan Fuel Gas sesuai yang ditentukan.
Lalu Fuel Gas melalui nozzle masuk kedalam ruang bakar sehingga udara
dan Fuel Gas tercampur. Pada awal start up, pembakaran dilakukan
menggunakan pemantik Ignition (busi). Campuran udara dan Fuel Gas
terbakar di ruang bakar secara terus menerus dan menghasilkan gas panas
yang memiliki energi kinetis. Energi kinetis gas panas kemudian diarahkan
oleh sudu–sudu tetap dan menabrak sudu–sudu gerak turbin sehingga
menghasilkan daya putar poros.
Daya putar poros ini kemudian digunakan untuk memutar generator
dan menghasilkan listrik. Listrik yang dihasilkan ini kemudian dinaikan
tegangannya melalui transformator step up ke 500 KV untuk kemudian
ditransmisikan ke sistem jaringan Jawa Bali. Sementara itu sisa gas panas
dibuang melalui cerobong asap turbin gas. Cerobong asap ini sudah
dirancang dengan ketinggian tertentu sehingga gas buang dapat
terdispresikan di udara bebas. Siklus ini disebut Open Cycle (Opened Cycle).
2.5.2 Mekanisme Siklus Kombinasi (Combined Cycle)
Fuel gas
540°C
Pembangkitan energi listrik pada Unit Pembangkitan Muara Tawar terbagi menjadi
dua macam yaitu open cycle dan combined cycle. Pada sistem dengan Open Cycle (open
cycle) gas buang hasil pembakaran dari turbin gas langsung dilepaskan ke atmosfer
melalui cerobong, sedangkan pada sistem siklus kombinasi (combined cycle) gas buang
dari turbin gas akan digunakan untuk memanaskan air sehingga menghasilkan uap
superheated yang digunakan untuk menggerakkan turbin uap.
Combined Cycle Power Plant pada umumnya memiliki tiga sistem utama : Gas
Turbine, Heat Recovery Steam Generator (HRSG), Steam Turbine. Exhaust gas yang
berasal dari turbin gas masih mengandung kurang lebih 70% panas awal dari combustion
chamber, dengan mengalirkan exhaust gas ke dalam HRSG lebih dari separuh (kira-kira
60%) panas dapat dimanfaatkan (Fasel-Lentjes, 1994). Dengan alasan inilah HRSG
diinstalasi setelah turbin gas untuk mengkonversi feedwater menjadi superheated steam
yang kemudian dipakai untuk menggerakan steam turbine.
Sisa gas panas yang keluar dari turbin gas tersebut kemudian disalurkan ke Heat
Recovery Steam Generator (HRSG) untuk memanaskan air yang ada didalam tubing
hingga menjadi uap kering. Uap kering yang dihasilkan oleh HRSG digunakan untuk
menggerakan turbin uap. Siklus gabungan ini diterapkan karena efisiensi dari turbin gas
yang tergolong rendah, sedangkan gas buang dari turbin gas masih memiliki energi panas
yang cukup besar sehingga masih perlu dimanfaatkan kembali gas buang dari turbin gas
untuk memproduksi uap. Siklus kombinasi ini selain meningkatkan efisiensi termal juga
akan mengurangi pencemaran udara. Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG
menjadi unit pembangkit PLTGU, maka akan diperoleh beberapa manfaat meliputi :
Efisiensi termal yang tinggi, sehingga biaya operasi (Rp/Kwh) lebih rendah
dibandingkan pembangkit termal lainnya;
Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) lebih rendah;
Pembangunannya relatif cepat.
a) Proses 1-2 : Proses air yang berasal dari kondensor dipompakan untuk
menjadi air pengisi di boiler. Pada proses ini terdapat kerja pompa
yang masuk ke siklus (Wpompa in).
b) Proses 2-3 : Proses pemanasan air pengisi pada boiler hingga air
berubah fasa menjadi uap kering. Sumber panas berasal dari proses
pembakaran yang terjadi di boiler. Pada proses ini terdapat panas
yang masuk (Qin).
c) Proses 3-4 : Proses ekspansi turbin, uap kering masuk untuk memutar
sudu turbin uap. Pada proses ini entropi konstan maka disebut proses
isentropik. Pada proses ini juga terdapat kerja turbin yang keluar
(Wturbin out).
d) Proses 4-1 : Proses pendinginan uap kering hingga berubah menjadi
air di kondensor. Pada proses ini terdapat panas yang dilepaskan oleh
uap (Qout).
Di blok 5 terpasang 1 unit turbin gas yang dapat dioperasikan dengan opened
cycle dan combined cycle. 1 unit turbin gas terdiri dari beberapa komponen
yaitu :
1. Thermal block (kompresor, ruang bakar, dan turbin)
2. Cooling block
3. Auxiliary block
4. Fuel oil block
5. Flushing water block
6. Control valve block
7. Blow-off system
8. Air intake system
9. Generator block
10. Exhaust system
11. Main transformer
12. Electrical and control modules
13. Hall with crane
3.3.6 Generator
Generator listrik merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk
menghasilkan listrik dengan mengubah energi mekanik dari turbin menjadi
energi listrik dengan menggunakan induksi elektromagnetik yang dapat
ditransmisikan melewati jaringan yang tersedia.
3.4 Kondensor
Kondensor merupakan sebuah Heat Exchanger yang berfungsi untuk mendinginkan
uap kering yang telah digunakan oleh turbin uap untuk diubah fasa nya menjadi air
kembali dengan menggunakan air laut sebagai media pendinginnya. Uap setelah
memutar turbin langsung mengalir menuju kondensor untuk dirubah menjadi air
(dikondensasikan), hal ini terjadi karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa
(tubes) yang didalamnya dialiri oleh air pendingin. Oleh karena itu, kondensor
merupakan salah satu komponen yang sangat penting, maka kemampuan kondensor
dalam mengkondensasikan uap keluaran turbin harus benar–benar diperhatikan,
sehingga perpindahan panas antara fluida pendingin dengan uap keluaran turbin dapat
maksimal dan pengkondensasian terjadi dengan baik.
Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube inilah air
pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju ke bawah agar
mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut
biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran
ataupun lumpur yang terbawa air laut. Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari
sudu terakhir turbin maka vakum kondensor harus dijaga, karena dengan vakum akan
membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih
rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Kondensor merupakan bagian komponen sistem STG pada PLTGU. Peforma
kondensor dapat mempengaruhi peforma STG, sehingga peforma kondensor harus
dijaga. Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap keluaran turbin.
Pasokan uap dari pipa main steam dialirkan ke nozle ejektor. Akibat
transformasi energi pada nozle, maka tekanan bagian leher nozle (Throat)
akan turun sehingga uap non condensable dari kondensor akan terhisap dan
keluar dari ejektor bersama uap dari main steam. Udara dan non condensable
gas yang terhisap oleh ejektor pertama akan masuk ke shell tingkat pertama.
Uap tersebut akan bergesekan dengan tube (pipa) yang dialiri air condensate
dari kondensor sebagai pendingin. Akibat proses pendinginan, fraksi uap dari
main steam dalam campuran akan terkondensasi. Sedangkan fraksi uap non
condensable akan mengalami pengecilan volume (contracting).
Dari shell tingkat pertama akan dihisap kembali oleh ejektor kedua. Di
shell tingkat kedua uap non condensable akan kembali didingainkan, sama
hal nya dengan proses di shell pertama yang mengakibatkan uap non
condensable volume nya semakin lebih mengecil yang akhirnya akan
dibuang keudara melalui venting (cerobong pembuangan). Sedangkan uap
yang terkondensasi akan di alirkan ke flashbox.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
LP Turbine
Exhaust Pressure 0.082 0.094 0.204 0.162 0.082 0.081 0.235 0.284
(barA)
Generator Output
1.155 3.128 12.775 11.975 38.396 50.758 44.159 0
Act Val (MW)
Gambar 4.4 Nilai batas maksimum HiHi temperature udara keluaran kondensor/ Start Up Ejector Suction
Temp
4.2.1 Penyebab Steam Turbine Trip
Steam Turbine startup On grid beban 3 MW (jam 01.23). Pada Startup,
kevakuman kondensor dilakukan oleh startup ejector hingga tekanan dalam
kondensor sebesar 0.082 barA dengan bukaan diverter damper sebesar
63.808°. Pada jam 01.30, C/O startup ejector ke service ejector A dengan
tekanan dalam kondensor sebesar 0.094 barA. Service ejector berfungsi
untuk menjaga/mempertahankan kevakuman kondensor. Pada jam 02.18,
service ejector tidak mampu menjaga nilai kevakuman kondensor dan
tekanan dalam kondensor terus meningkat hingga 0.204 barA. Pada jam
02.20, Function Grup ejector dirubah ke kondisi manual (Deactived). Hal ini
dilakukan agar C/O dilakukan secara manual dari service ejector ke startup
ejector cepat dilakukan akibat kegagalan service ejector A menjaga
kevakuman kondensor.
Setelah startup ejektor sudah beroperasi kembali, pada jam 03.05 kondisi
diverter damper dibuka hingga 90°. Kenaikan bukaan damper tersebut
menyebabkan kenaikan pressure dan temperature steam (motive fluid) secara
signifikan pada sistem ejektor. Hal ini juga menyebabkan peningkatan pada
Pressure After CV Start Up Ejector dari 6.894 barA (jam 02.19) hingga
11.007 barA(jam 03.11). Startup ejektor otomatis trip (jam 03.11)
dikarenakan nilai Pressure After CV Start Up Ejector sudah melewati batas
maksimum HiHi yang ditentukan (gambar 4.5). Penulis menganalisa,
seharusnya hal ini tidak terjadi apabila FG ejektor berfungsi secara
otomatis/tidak dalam kondisi deactived, karena sistem Control Relief Valve
akan mengatur bukaannya sendiri secara otomatis sesuai dengan tekanan
steam yang masuk.
Gambar 4.5 Nilai batas maksimum HiHi Pressure After CV Start Up Ejector
Sesaat startup ejektor trip serta service ejektor A yang bermasalah tidak
dapat menjaga kevakuman kondensor, membuat tekanan kondensor terus
meningkat (vacuum drop >0.20 barA), namun yang membuat Steam Turbine
trip adalah peningkatan temperature udara/non condensable gas keluaran
kondensor dari 36.009°C (jam 03.05) hingga 129.949°C (jam 03.12).
Temperature tersebut telah melewati nilai batas maksimum HiHi Start Up
Ejector Suction Temp sebesar 100°C (gambar 4.6), sehingga Steam Turbine
trip secara otomatis (jam 03.12).
Gambar 4.6 Nilai batas maksimum HiHi Start Up Ejector Suction Temp
4.2.2 Gangguan Pada Sistem Ejektor
Dalam laporan studi kasus ini, gangguan pada sistem ejektor berupa
service ejector yang tidak dapat menjaga kevakuman kondensor dan startup
ejector yang mengalami trip. Masalah tersebut dapat terjadi karena berbagai
faktor, mulai dari faktor internal berupa kerusakan pada komponen sistem
ejektor tersebut hingga faktor eksternal berupa masalah pada sistem kondesor
itu sendiri. Jika dilihat dari data tranding, penulis menganalisa bahwa sistem
kondensor tidak bermasalah karena gangguan berupa penurunan vakum
terjadi hanya pada service ejektor A, sedangkan setelah C/O ke service
ejector B kevakuman dapat dijaga kembali. Kemudian untuk kasus startup
ejektor mengalami trip, penulis menganalisa hanya gangguan berupa FG
Ejeketor dengan kondisi deactived bersamaan dengan meningkatnya tekanan
dan temperature steam akibat bukaan damper secara signifikan sehingga
Control Relief Valve tidak bekerja semestinya.
Masalah didalam sistem ejektor (service ejektor A) dapat terjadi karena
berbagai macam. Beberapa penyebab turunnya performance ejector antara
lain:
1. Motive Pressure steam turun, sehingga mass quantity-nya turun
berakibat pada turunnya tekanan/kapasitas sedot vakum ejector.
2. Ada gangguan di sistem pendinginan outlet Diffuser atau outlet mixed
stream ke inter/after cooler. (Bisa dicheck / dinspeksi sisi cooler, suhu
outlet cooling water return). Biasanya bila pendinginan temperatur
bagus, kerja vakum juga semakin baik.
3. Terjadi perubahan dimensi throat Diffuser (mungkin diameter lubang
melebar, disebabkan material throat diffuser design tidak tahan
korosif fluid).
4. Malfunctioning control valve
5. Terjadinya air leakage pada sistem ejektor, baik di valve valve serta
inter/after condenser.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa kronologi gangguan pada sistem ejektor, maka dapat disimpulkan
sesuai dengan tujuan dari penelitian:
1. Cara kerja sistem ejektor adalah dengan menggunakan pressure steam yang
dihasilkan High pressure superheater di HRSG diubah menjadi energi kinetic
melalui nozzle, sehingga terjadinya penurunan tekanan di ujung keluaran nozzle
yang membuat udara serta non condensable gas terhisap menuju ruang mix chamber
yang terdapat nozzle didalamnya. Steam keluar melalui sisi discharge (diffuser) dan
udara serta non condensable gas dibuang ke atmosfer
2. Gangguan pada sistem ejektor terjadi di startup ejektor dan service ejektor A. pada
startup ejektor hanya gangguan berupa FG Ejeketor dengan kondisi deactived
bersamaan dengan meningkatnya tekanan dan temperature steam akibat bukaan
damper secara signifikan sehingga Control Relief Valve tidak bekerja semestinya
dikarenakan posisi sistem ejektor dalam keadaan deactived (manual). Sedangkan
pada service ejektor A gangguan berupa ketidakmampuan service ejektor dalam
menjaga kevakuman kondensor. Hal ini masih belum ditemukan penyebab pastinya
dikarenakan belum adanya inspeksi terhadap service ejektor A.
5.2 Saran
Terdapat berbagai macam gangguan yang dapat menyebabkan komponen service
ejektor A bekerja tidak semestinya, yaitu: