Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapangan yang berjudul “ “ tepat waktu dan dimudahkan.

Dalam penyusunan laporan ini, dari persiapan hingga proses penyusunan laporan,
penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, berupa bimbingan, petunjuk, informasi.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih
kepada kedua orang tua, mentor selama di Muara Tawar, dosen pembimbing, serta teman
teman kami yang telah memberi dukungan dan bimbingan yang sangat berharga, semoga
mereka senantiasa memperoleh kebaikan dan rahmat Allah SWT.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam


penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun kami
harapkan. Penulis berharap agar laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak.

Depok, 20
DAFTAR ISIAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Nama Mahasiswa : Hawari Rafif Naufal NIM : 4216020022

Program Studi : Pembangkit Tenaga Listrik

Tempat Praktik Kerja Lapangan

Nama Perusahaan/Industri : PT PJB UP Muara Tawar


Alamat Perusahaan/Industri : Jalan PLTGU Muara Tawar, Desa Segarajaya,
Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi
Jawa Barat

Depok,

NIM : 4216020022
DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

No. Nama Mahasiswa Tanda Tangan


1. Hawari Rafif Naufal

asdsd
DAFTAR HADIR PRAKTIK KERJA LAPANGAN
MAHASISWA JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Tanda Tangan (2 September – 1 Oktober 2019)


No. Nama Mahasiswa

1
2

Tanda Tangan (2 Oktober – 5 November 2019)


No. Nama Mahasiswa

1
2

Tanda Tangan (6 November – 29 November 2019)


No. Nama Mahasiswa

1
2

Pembimbing Industri …...………….. , ……...…2019

(………………….......)
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa modern ini, kebutuhan masyarakat akan energi semakin meningkat. Hal
ini berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan
yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat saat ini adalah energi listrik. Listrik
merupakan salah satu sumber energi utama untuk melakukan berbagai macam aktifitas
manusia. Penggunaannya yang semakin luas menjadikan sumber energi ini sebagai salah
satu kebutuhan dasar manusia. Dua aktifitas utama yang sangat bergantung pada energi
listrik adalah aktifitas rumah tangga dan industri. Bahkan kebutuhan energi ini harus
dipenuhi selama 24 jam untuk menunjang keberlangsungan aktifitas yang ada.
Permintaan akan energi listrik oleh masyarakat semakin meningkat tiap tahunnya,
seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, bertambahnya jumlah penduduk,
dan pertumbuhan industri yang pesat, khususnya di pulau Jawa dan Bali. Bila hal ini
tidak diantisipasi dengan baik, masyarakat akan mengalami krisis energi listrik. Untuk
itu masyarakat berupaya memperolehnya dengan membangun pembangkit listrik.
Kebutuhan listrik akan dipenuhi oleh berbagai macam pembangkit listrik yang ada di
Indonesia. Pembangkit sumber energinya dibagi menjadi dua yaitu energi fosil dan
energi terbarukan. Pembangkit dengan sumber energi terbarukan, diantaranya adalah
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), angin (PLTB), surya (PLTS), panas bumi (PLTP).
Pembangkit yang meggunakan energi fosil diantaranya adalah pembangkit listrik tenaga
diesel (PLTD), uap (PLTU), gas (PLTG), gas dan uap (PLTGU).
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) adalah gabungan antara PLTG
dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan untuk menghasilkan
uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yang digunakan untuk
menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator). PLTGU
merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil
pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik yang bermanfaat. Pada
dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU
memanfaatkan energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk
memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap
jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu
(balingbaling). Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan
mengubahnya menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG
bisa berwujud cair (BBM) maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan
tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya. Pembangkitan listrik dengan PLTGU
memiliki beberapa komponen utama, misalnya Turbin Gas, Heat Recovery Steam
Generator (HRSG) , Turbin Uap, Balance of Plant (BOP), dan Generator.
Pembelajaran mengenai pembangkit sudah penulis dapatkan di kampus secara
teoritis, untuk itu perlu pembelajaran yang menghubungkan dan mempraktikkan teori
yang sudah dipelajari di kampus. Dalam menghubungkan dan mempraktikkan teori
dengan keadaan lapangan maka penulis berencana untuk Kerja Praktik Lapangan (PKL)
di perusahaan pembangkitan sebagai pembelajaran dan nantinya akan penulis praktikkan
di dunia kerja. Dalam pemilihan tempat PKL, penulis tertarik untuk mempelajari lansung
pembangkit listrik tenaga gas-uap.
Salah satu pembangkit listrik tenaga gas-uap di Indonesia adalah PT PJB UP Muara
Tawar. PT PJB UP Muara Tawar memiliki 3 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
dan 2 Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU). Pemilihan tempat praktik kerja
lapangan di PLTGU Muara Tawar dikarenakan mobilisasi yang mudah dan
pembangkitnya yang menggunakan siklus gabungan (gas dan uap) sehingga ilmu yang
didapat dirasa lebih banyak.

1.2 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan


Dalam praktik kerja lapangan di PT PJB UP Muara Tawar ini, penulis ditempatkan
di bagian divisi operasi PLTGU blok 5. Divisi operasi blok 5 dibagi menjadi 4 regu dan
3 shift. Kegiatan divisi operasi pada umumnya adalah mengelola kegiatan operasional
pembangkitan tenaga listrik dengan aman, handal dan efisien.

1.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Kerja praktik merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh mahasiswa dan
memerlukan pengetahuan dasar dari mata kuliah yang sudah didapatkan di kampus.
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini diuraikan sebagai berikut :
a. Mengenal suasana kerja yang sebenarnya agar penulis memahami sejauh mana
harus mempersiapkan diri apabila nanti memasuki dunia kerja. Dengan adanya
magang ini diharapkan bisa mengintropeksi diri akan kekurangan-kekurangan
yang ada, baik itu bidang keilmuan maupun sosialisasinya dengan lingkungan
b. Menerapkan pengetahuan teoritis di kampus ke dalam dunia praktik sehingga
mampu menumbuhkan pengetahuan kerja sesuai dengan latar belakang bidang
ilmu mahasiswa.
c. Melatih kemampuan diri untuk menjadi pribadi-pribadi yang mandiri, mampu
bersikap, mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan dalam
bekerja.
d. Menambah dan memperluas wawasan serta keterampilan mengenai dunia kerja
dan pengetahuan di PT PJB UP Muara Tawar yang membentuk kemampuan
mahasiswa, sebagai bekal di dunia kerja nanti.
e. Mengetahui dan mempelajari prinsip kerja, komponen-komponen, serta siklus
keseluruhan pembangkitan listrik pada PLTGU Muara Tawar.
f. Mendapat gagasan yang sekiranya dapat dijadikan materi untuk tugas akhir.
Tujuan Khusus
a. Memahami prinsip kerja dan komponen sistem ejector pada kondensor.
b. Mengetahui/memecahkan masalah yang terjadi pada komponen sistem ejector
kondensor.

1.4 Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Adapun manfaat yang ingin dicapai dari kegiatan praktik Kerja Lapangan adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat bagi mahasiswa :
a) Menambah wawasan mahasiswa dalam penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi di industri khususnya di bagian sistem pembangkitan.
b) Menambah penguasaan materi terutama yang berkaitan dengan sistem
pembangkitan tenaga listrik.
c) Memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih baik guna menghadapi dunia
perindustrian yang semakin maju.

1.4.2 Manfaat bagi jurusan teknik mesin :


a) Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum
yang ada sesuai dengan kebutuhan industri.
b) Sebagai masukan untuk penyempurnaan kurikulum dimasa datang.
1.4.3 Manfaat bagi perusahaan, yaitu :
Di dalam penelitian secara praktik aplikasinya ini akan terjadi
pengembangan kemampuan sehingga pengembangan bakat dan ilmu tersebut
setidaknya dapat membantu perusahaan dalam proses kerjanya yang
berhubungan dengan dasar-dasar ilmu pembangkit tenaga listrik. Serta
penulis berharap laporan praktik kerja lapangan ini dapat menjadi masukan
bagi instansi perusahaan PT PJB UP Muara Tawar.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan PT Pembangkit Jawa-Bali (PJB)


Keberadaan PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) sebagai perusahaan pembangkitan
merupakan bagian dari deregulasi sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Diawali dengan
dikeluarkannya Keppres No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta
melalui pembangkit – pembangkit listrik swasta, serta disusunnya kerangka dasar dan
pedoman jangka panjang bagi restrukturisasi sektor ketenagalistrikan oleh Departemen
Pertambangan dan Energi pada tahun 1993.
Sebagai tindak lanjutnya, tahun 1994 PLN dirubah statusnya dari perum menjadi
Persero. Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN membentuk dua anak perusahaan untuk
mengelola pembangkit listrik yang memasok energi listrik di Pulau Jawa dan Bali. Kedua
anak perusahaan PLN tersebut adalah PT PLN Pembangkitan Jawa-Bali I (PT PLN PJB
I) yang berkantor pusat di Surabaya. Pada tahun 2000, PT PLN PJB II diubah nama
menjadi PT Pembangkitan Jawa-Bali atau singkatannya PT PJB. Sedangkan PT PLN
Pembangkitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) berubah nama menjadi PT Indonesia Power.
PJB memiliki segmen usaha utama sebagai penyedia tenaga listrik melalui 9
(sembilan) Unit Pembangkitan (UP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 7.055 MW
yang tersebar di Indonesia, yaitu UP Gresik, UP Muara Tawar, UP Cirata, UP Muara
Karang, UP Paiton, UP Brantas, Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) Suppa. Selain Unit Existing terdapat pembangkit yang dikembangkan PJB
sebagai IPP melalui perusahaan joint venture yang terlihat pada gambar 2.1 dengan total
kapasitas terpasang 5.170 MW. Selain sebagai produsen energi listrik PT PJB juga
mengelola sejumlah unit bisnis seperti jasa operasi dan jasa pemeliharaan (UBJOM)
yang tersebar di Indonesia yaitu Indramayu, Rembang, Pacitan, Paiton Baru, Pulang
Pisau, Tj. Awar-Awar, Arun, Kaltim Teluk, dan Tenayan. Kantor pusat PT PJB berada
di Surabaya. PT PJB adalah perusahaan pertama di Asia Pasifik yang meiliki sertifikasi
ISO 55001.
Gambar 2.1 Pembangkit yang dikembangkan PJB sebagai IPP melalui perusahaan joint venture

2.2 Logo, Visi, Misi, Motto. Tujuan, Nilai Serta Budaya PT Pembangkitan Jawa-Bali
2.2.1 Logo

Gambar 2.2 Logo PT Pembangkitan Jawa-Bali

2.2.2 Visi
Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi
dengan standar kelas dunia.

2.2.3 Misi
1. Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi
untuk menjaga kedaulatan listrik nasional
2. Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas, berdaya saing dan
ramah lingkungan
3. Mengembangkan kompetensi dan produktivitas Human Capital untuk
pertumbuhan yang berkesinambungan;
2.2.4 Motto
“Produsen Listrik Terpercaya Kini dan Mendatang”

2.2.5 Tujuan
Tujuan perusahaan adalah untuk menyelenggarakan gerakan usaha
ketenagalisrikan berdasarkan prisnip industri dan niaga yang sehat dengan
menerapkan prinsip – prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut, PJB dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
 Penyedia tenaga listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang
ekonomis, bermutu tinggi, dan dengan keandalan yang baik.
 Pembangunan dan/atau pemasangan peralatan ketenagalistrikan.
 Pembangunan dan/atau pengoperasian peralatan ketenagalistrikan.

2.2.6 Nilai
Tata nilai yang diterapkan oleh PT pebangkitan Jawa Bali adalah
1. Integrity
Menjunjung tinggi etika, jujur, dan amanah memegang teguh kaidah tata
kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
2. Professional
Bertanggungjawab terhadap tujuan dan wewenang dengan
mengutamakan keselamatan dan keharmonisan lingkungan. Serta
senantiasa percaya diri dengan terus mengembangkan kompetensi.
3. Joint Collaboration
Melakukan kerjasama melalui integrasi, membangun jejaring, dan sinergi
dengan berbagai pihak untuk bersama – sama meningkatkan skala bisnis
PJB Raya dan PLN Group
4. Business Excellence
Menerapkan praktik bisnis terbaik dalam mengelola dan mencapai tujuan
PJB Raya secara berkesinambungan dengan senantiasa berorientasi pada
pelanggan, berpikir bisnis dan mengambil risiko terukur, inovatif, gesit,
simpel dan adaptif.
2.2.7 Budaya 5S
1. Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan serta
membuang yang tidak diperlukan
2. Seiton (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu menemukan
barang yang diperlukan
3. Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk memperoleh
tempat kerja yang lebih bersih
4. Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang dengan teratur, rapih dan bersih juga dalam aspek
personal dan kaitannya dengan polusi
5. Shitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan (disiplin) mematuhi
dengan benar apa saja yang sudah diterapkan/diatur, menjaga dan
menerapkan dengan sungguh empat komponen 5S yang lain

2.3 Profil Perusahaan Unit Pembangkitan Muara Tawar


2.3.1 Sejarah UP Muara Tawar
Pada tahun 1997-1999 Unit Pembangkitan Muara Tawar masih menjadi
aset PT PLN. PT PJB ditunjuk untuk mengoperasikan dan memelihara UP
Muara Tawar. Blok 1 dan 2 mulai beroperasi pada tahun 1997. Blok 1 dan 2
dibangun oleh konsersium Alstom Marubeni. Gas turbin pada blok 1 dan 2
menggunakan Alstom tipe 13E2. Pada saat itu UP Muara Tawar belum berdiri
sendiri sebagai UP, melainkan masih menjadi bagian dari UP Muara Karang
(Jakarta).
Pada tahun 2000 UP Muara Tawar resmi menjadi aset PT PJB dan berada
di UP Muara Tawar. Kemudian pada bulan Juni tahun 2003 terbentuk UP
Muara Tawar yang sepenuhnya mengoperasikan dan memelihara pembangkit
serta resmi dibentuk organisasi unit di UP Muara Tawar. Serta menambah
kapasitas pembangkitannya dengan membangun blok 3 dan 4. Gas turbin
pada blok 3 dan 4 menggunakan gas turbin dari siemens. Blok 3 dan 4
beroperasi pada tahun 2004.
Pada awalnya, blok 3 dan 4 merupakan pembangkit listrik milik PT PLN
yang operasi dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh PT Siemens PG. namun
pada tahun 2012, asset blok 3 dan 4 diserahkan pada PT. PJB. Adapun
kontrak operasi dan pemeliharaan PT Siemens berakhir pada tahun 2014,
sehingga dari tahun tersebut operasi dan pemeliharaan blok 3 dan 4 dilakukan
oleh PT PJB sendiri.
Pada tahun 2009, kembali dibangun pembangkit baru di UP Muara
Tawar, yaitu blok 5. Blok 5 menggunakan gas turbin dari Alstom 13E2 Tipe
MXL yang lebih advanced dibandingkan blok 1. Blok 5 mulai ulai beroperasi
tahun 2011. Saat ini asset pembangkit blok 5 masih dimilik oleh PT PLN,
sedangkan PT PJB berperan sebagai pelaksana operasi dan pemeliharaan.
Unit pembangkitan Muara Tawar terdiri dari 5 blok utama dengan
konfigurasi sebagai berikut :
1. Blok 1 : 3.3.1
Blok 1 terdiri dari 3 unit Gas Turbine Generator, 3 unit HRSG, dan 1
unit Steam Turbine Generator dengan sistem operasi Combine Cycle
yang menghasilkan kapasitas produksi listrik sebesar 3 x 145 MW
untuk GT dan 1 x 225 MW untuk ST.
2. Blok 2
Blok 2 terdiri dari 2 unit Gas Turbine Generator dengan sistem
operasi open cycle yang menghasilkan kapasitas produksi listrik
sebesar 2 x 145 MW.
3. Blok 3
Blok 3 terdiri dari 3 unit Gas Turbine Generator dengan sistem
operasi Open Cycle yang menghasilkan kapasitas produksi sebesar 3
x 145 MW.
4. Blok 4
Blok 4 terdiri dari 3 unit Gas Turbine Generator dengan sistem operasi
Open Cycle yang menghasilkan kapasitas produksi listrik sebesar 3 x
145 MW.
5. Blok 5 : 1.1.1
Blok 5 terdiri dari 1 unit Gas Turbine Generator, 1 unit HRSG, dan 1
unit Steam Turbine Generator dengan sistem operasi Combine Cycle
yang menghasilkan kapasotas produksi listrik sebesar 1 x 145 MW
untuk GT dan 1 x 75 MW untuk ST.

Gambar 2.3 PT PJB UP Muara Tawar

Jadi kapasitas terpasang UP Muara Tawar adalah sebesar 2040 MW yang


disalurkan melalui Step Up Transformator 16,5 kV. Muara Tawar dengan
melalui 4 buah penghantar saluran udara tegangan eksktra tinggi (Sutet)
yakni:
 Penghantar Sutet 500kV #1 arah Gitet Cawang pada diameter 1 Gitet
500 kV Muara Tawar.
 Penghantar Sutet 500kV #2 arah Gitet Cibinong pada diameter 2 Gitet
500 kV Muara Tawar.
 Penghantar Sutet 500kV #3 arah Gitet Cibatu pada diameter 4 Gitet
500 kV Muara Tawar.
 Penghantar Sutet 500kV #4 arah Gitet Cibatu pada diameter 5 Gitet
500 kV Muara Tawar.
Pada tahun 2004 Triwulan III UP Muara Tawar mampu memproduksi
2.167 GWh. Pada tahun 2012 UP Muara Tawar setiap tahun ampu
membangkitkan energi sebesar 3.130 GWh, disalurkan melalui Sutet 500 kV
dan sutet 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Madura Bali (JAMALI).
Disamping itu untuk mengendalikan polusi udara dan air sekitar, maka
UP Muara Tawar dilengkapi dengan alat pemantau/pengendali emisi udara
dan air yang meliputi :
a. Cerobong yang cukup tinggi pada semua unit, sehingga peneberan gas
buang yang sangat luas.
b. Netralisasi limbah cair, pemisah metal, penormalan air sebelum
dialirkan kembali ke laut.
c. Oil separator cair untuk memisahkan minyak pada air buang yang
berasal dari bunker.
d. Air pendingin keluar dari kondensor dibuat Panjang dan bertingkat
untuk menurunkan suhu air pendingin
Sebagai unit pembangkit, UP Muara Tawar tidak lupa untuk bersahabat
dengan lingkungan. Hal tersebut dilakukan dengan melakasankan
pengelolaan lingkungan antara lain :
a. Pembersihan dan perawatan tanaman disekitar lokasi unit.
b. Melakukan pembersihan disekitar kanal.

2.3.2 Lokasi UP Muara Tawar

Gambar 2.4 Peta Lokasi Unit Pembangkitan Muara Tawar

Unit Pembangkitan Muara Tawar berlokasi di:


Alamat : Jalan PLTGU Muara Tawar, Desa Segarajaya, Kecamatan
Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Telepon : +62-21-88990052
Fax : +62-21-88990055
E-mail : upmtw@ptpjb.com

2.4 Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas


2.4.1 Struktur Organisasi dan Tugas Jabatan di PT PJB UP Muara Tawar

Struktur organisasi PT PJB UP Muara Tawar dapat dijelaskan


menggunakan bagan pada Gambar 2.5 berikut ini:
General Manager

Manager Engineering Manager Manager Keuangan & Manager CNG &


Manager Operasi Manager Logistik
& Quality Pemeliharaan Administrasi Bahan Bakar

SPV Senior System SPV Senior Rendal & SPV Senior Rendal & SPV Senior SPV Senior Rendal
SPV Senior SDM
Owner PLTGU Operasi Pemeliharaan Pengadaan CNG & Bahan Bakar

SPV Senior System SPV Senior Rendal SPV Senior SPV Senior Umum & SPV Senior SPV Senior Operasi &
Owner Common CNG Operator Blok 3,4,5 Pemeliharaan Mesin CSR Administrasi Gedung Pemeliharaan CNG

SPV Senior Prod Blok SPV Senior


SPV Senior SPV Senior Inventory
1,2 tdd regu A,B,C Pemeliharaan Kontrol SPV Senior Keuangan
Technology Owner Kontrol & Katalog
dan D & Instrumen

SPV Senior SPV Senior Prod Blok


SPV Senior Outage
Managemen Mutu & 3,4 tdd regu A,B,C,
Managemen
Kinerja dam D

SPV Senior SPV Senior Prod Blok


Managemen Mutu & 5 tdd regu A,B,C, dan SPV Senior K3
Kepatuhan D

SPV Senior Kimia & SPV Senior


Laboratorium Lingkungan

SPV Senior Sarana

SPV Senior
Pemeliharaan Listrik

Gambar 2,5 Struktur Organisasi PT PJB UP Muara Tawar

Unit Pembangkitan Muara Tawar dipimpin oleh seorang General


Manajer yang membawahi enam bidang meliputi: Manager Engineering &
QA, Manager Pemeliharaan, Manager Operasi, Manager Admin &
Keuangan, Manager CNG dan Bahan Bakar, dan Manager Logistik. Adapun
dari tugas masing-masing bidang adalah sebagai berikut:
a. Bidang engineering & QA
 Mereview Maintenance Priority Index (MPI).
 Melaksanakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
biasanya 8 equipment/bulan.
 Melaksanakan Root Cause Failure Analysis (RCFA) biasanya 4
masalah/bulan.
 Menindaklanjuti Engineering Change Proposal (ECP).
 Melaksanakan 8 Frame Work Predictive Maintenance.
 Assessment peralatan pembangkit dan audit 1 kali/6 bulan.
 Melaksanakan kegiatan OPI (Operation Performance
Improvement) dan lain-lain.
 Menyusun Rencana Keuangan dan Anggaran Unit (RKAU) UP
Muara Tawar.
b. Bidang pemeliharaan
 Melakukan pemeliharaan dan menyusun job desk masing-masing
pemeliharaan.
 Menyusun tools yang akan digunakan dan mengendalikan outage.
 Menyelenggarakan daily meeting, weekly meeting, dan monthly
untuk koordinasi antar bidang dan lain-lain.
c. Bidang operasi
 Melakukan serangkaian kegiatan efficiency management.
 Merencanakan produksi.
 Mengoperasikan, mengendalikan serta mengevaluasi agar
pembangkit beroperasi secara aman, andal, efisien, ketentuan
lingkungan dan keselamatan serta regulasi yang berlaku.
 Perencanaan operasi berdasarkan kebutuhan sistem dan kesiapan
unit.
 Pengoperasian, pengujian, dan pengaturan jam kerja operasi
peralatan.
 First Line Maintenance.
 Optimasi pembebanan dan kinerja operasi.
 Manajemen bahan bakar & emergency management.
 Komunikasi dan pelaporan baik ke P2B maupun PJB Kantor
Pusat dan lain-lain.
d. Bidang admin dan keuangan
 Pengelolaan perpustakaan, melanjutkan proses digitalisasi yang
masih berlangsung.
 Training SDM, review poin penghargaan, dan karya inovasi.
 Pengelolaan human capital dan mapping kompetensi.
 Melakukan self assessment soft competence sampai dengan level
supervisor dan spesialis.
 Melakukan self assessment hard competence sampai dengan level
staf.
 Mengendalikan dan monitoring keuangan Muara Tawar dan lain-
lain.
e. Bidang logistik
 Optimalisasi stok gudang, membentuk tim optimalisasi
persediaan gudang, membuat daftar material yang bisa dipakai
unit/dibursakan.
 Supply Master, mengelompokan kapabilitas suplier dibuat lebih
spesifik (bidang, jenis barang/jasa, dll) dan mengoptimalkan skor
kinerjanya.
 Perencanaan pengadaan, melengkapi checklist dan kelengkapan
dokumen dan schedule proses pengadaan dari awal.
 Mengoptimalkan monitoring dan pengendalian kedatangan
barang.
 Kontrak Payung, meningkatkan koordinasi dengan inventory
control untuk meningkatkan jumlah item kontrak payung
mengacu SK kebijakan inventori.
 Identifikasi dead and absolute stock, melaksanakan program
optimalisasi stok gudang.

2.4.2 Organisasi dan Manajemen Departemen Divisi Operasi Blok 5


Pada kegiatan praktek kerja lapangan yang berlangsung pada 2
September – 29 November 2019, penulis ditempatkan di Main Control Room
(MCR) Blok 5 divisi operasi. Divisi operasi pada blok 5 ini berfungsi untuk
meningkatkan kompetitifitas melalui peningkatan produktifitas
berkesinambungan. Pada unit pembangkit PJB telah menjadwalkan program-
program utama yang terintegritas sebagai Good Governance Plant. Ada 9
program utama yang telah disetujui untuk ditetapkan yaitu: Rencana
Pembangkitan, Rencana Peningkatan realibilitas, perencanaan dan kontro
kerja, manajemen bahan baku, Balanca scorecard, manajamen outage,
manajemen resiko, manajemen kualitas dan kultur kerja.
Operator yang terdapat di MCR terdiri dari empat reguyaitu regu A, B, C
dan D, dimana setiap tim terdiri dari supervisor, senior operator dan junior
operator.
Tabel 2.1 Struiktur oraganisasi blok 5 PT PJB UP Muara Tawar

Regu Supervisor Operator Operator


A Komang Gede Nara Utama  Irpan Nurdiansah
 Mohammad Irsan
 Hendi Herdiansyah
 Doni Safriyanto
 Mochamah Bayu Sakti
B Tony Eka Mahendra  Vikananta Dramastya
 Failasofa Afieq Akbar
 Andika Triantono
 Muhammad Ferizqo
 Gustaf Parulian Sinurat
C Muhammad Amin Fauzi  Setya Budi
 M. Irfan
 Tuslam
 Nicholas Wahyu S. N.
 Anggawa Rudradiantomo
D Eky Kartika Nugraha  Aristo Julian Siregar
 Ahmad Setiawan
 Rifqi Arridho Abid
 Adhid Praditya
 Rizal Mochtyono W.
2.4.3 Kegiatan Operasional Divisi Operasi Blok 5 UP Muara Tawar
PT PJB UP Muara Tawar khususnya blok 5 menerapkan jam kerja
karyawan berdasarkan regu, yaitu sebagai berikut :
1. Karyawan daily
Senin – Kamis : 07.30 – 12.00
12.00 – 12.30 (Istirahat)
12.30 – 16.00
Jumat : 07.30 – 11.00
11.00 – 13.00 (Istirahat)
13.00 – 16.00
Sabtu – Minggu : Libur
2. Karyawan bertugas shift
Shift pagi : 07.30 – 15.30
Shift sore : 15.30 – 22.00
Shift malam : 22.00 – 07.30

2.5 Proses Produksi Listrik PLTGU UP Muara Tawar


Pembangkitan energi listrik pada Unit Pembangkitan Muara Tawar terbagi menjadi
dua macam yaitu open cycle dan combined cycle. Pada sistem dengan Open Cycle (open
cycle) gas buang hasil pembakaran dari turbin gas langsung dilepaskan ke atmosfer
melalui cerobong, sedangkan pada sistem siklus kombinasi (combined cycle) gas buang
dari turbin gas akan dijadikan input untuk turbin uap. Sistem open cycle diterapkan di
blok 2,3, dan 4 (sekarang sedang tahap add onn/penambahan HRSG). Sedangkan
combined cycle diterapkan di blok 1 dan 5.
2.5.1 Mekanisme Open Cycle (Open Cycle)

Fuel gas

540°C

Gambar 2.6 Proses Opened Cycle Power Plant

Udara luar yang dihisap disaring melalui Air Intake Filter dan dinaikan
tekanannya oleh kompresor terlebih dahulu, kemudian setelah itu udara
kompresi ini masuk ke ruang bakar dan bersamaan dengan itu Fuel Gas
dialirkan ke ruang bakar dengan menggunakan kompresor. Kompresor ini
juga berfungsi untuk menaikkan tekanan Fuel Gas sesuai yang ditentukan.
Lalu Fuel Gas melalui nozzle masuk kedalam ruang bakar sehingga udara
dan Fuel Gas tercampur. Pada awal start up, pembakaran dilakukan
menggunakan pemantik Ignition (busi). Campuran udara dan Fuel Gas
terbakar di ruang bakar secara terus menerus dan menghasilkan gas panas
yang memiliki energi kinetis. Energi kinetis gas panas kemudian diarahkan
oleh sudu–sudu tetap dan menabrak sudu–sudu gerak turbin sehingga
menghasilkan daya putar poros.
Daya putar poros ini kemudian digunakan untuk memutar generator
dan menghasilkan listrik. Listrik yang dihasilkan ini kemudian dinaikan
tegangannya melalui transformator step up ke 500 KV untuk kemudian
ditransmisikan ke sistem jaringan Jawa Bali. Sementara itu sisa gas panas
dibuang melalui cerobong asap turbin gas. Cerobong asap ini sudah
dirancang dengan ketinggian tertentu sehingga gas buang dapat
terdispresikan di udara bebas. Siklus ini disebut Open Cycle (Opened Cycle).
2.5.2 Mekanisme Siklus Kombinasi (Combined Cycle)
Fuel gas

540°C

Gambar 2.7 Proses Combined Cycle Power Plant

Suhu gas buang mencapai 540°C dapat dimanfaatkan untuk memanaskan


air suling (demineralization water) yang ada didalam tubing-tubing HRSG
sehingga menjadi uap dengan menggunakan peralatan Heat Recovery Steam
Generator (HRSG). Sebelum masuk ke HRSG, air suling masuk ke Feed
water tank dan Deaerator untuk mengikat kandungan oksigen dalam air yang
dapat merusak tubing-tubing ataupun sudu turbin. Air pengisi dipompakan
ke HRSG dalam dua tekanan (high pressure dan low pressure) dengan pompa
yang berbeda. Air suling di dalam pipa-pipa mendapat panas secara konveksi
oleh gas panas yang bersentuhan saat melalui pipa-pipa tersebut. Dari proses
ini dihasilkan uap tekanan rendah (low pressure steam) dan Uap Tekanan
Tinggi (high preasure steam). Uap tekanan tinggi masuk ke turbin tekanan
tinggi (HP turbine) dan menghasilkan energi mekanik berupa putaran poros.
Uap keluaran dari Hp turbine dan uap tekanan rendah dari low pressure
HRSG masuk ke turbin tekanan rendah (LP turbine). Putaran poros turbin
terkopel dengan poros yang ada di generator sehingga dapat menghasilkan
energi listrik.
Energi listrik ini kemudian dinaikkan tegangannya melalui transformer
500 KV dan terhubung dengan jaringan kelistrikan Jawa Bali. Adapun uap-
uap keluaran dari low pressure turbine didinginkan oleh Kondenser sehingga
berubah fasa menjadi air kembali. Kemudian uap yang telah berubah fasa
menjadi air ditampung di hotwell. Didalam kondensor ini, air penambah dari
Make up water tank akan diisi kedalam hotwell untuk menjaga level air dan
penambah air karena adanya losses dalam siklus. Lalu air dalam hotwell ini
dipompakan kembali ke Feed water tank sehingga membentuk sebuah
Closed Cycle. Penggabungan kedua siklus tersebut (Open Cycle dan Closed
Cycle) disebut Siklus Kombinasi (Combined Cycle) atas dasar inilah PLTGU
yang kita kenal dalam dunia internasional disebut Combined Cycle Power
Plant (Pembangkit Listrik Siklus kombinasi ).
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)


PLTGU merupakan suatu instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi
panas (hasil pembakaran bahan bakar dan udara) menjadi energi listrik. Pada dasarnya,
sistem PLTGU ini merupakan gabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan
energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air
di HRSG (Heat Recovery Steam Genarator), sehingga menjadi uap superheated. Uap
superheated inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu turbin uap. Gas yang
dihasilkan dalam ruang bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) akan
menggerakkan Gas Turbine dan kemudian generator, yang akan mengubahnya menjadi
energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM)
maupun gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi
pembakaran dan prosesnya.
Siklus dasar turbin gas disebut siklus Brayton, yang pertama kali diajukan pada tahun
1870 oleh George Brayton seorang insinyur dari Boston. Sekarang siklus Brayton
digunakan pada turbin gas PLTGU dengan proses kompresi dan ekspansi terjadi pada
alat permesinan yang berputar. John Barber telah mempatenkan dasar turbin gas pada
tahun 1791. Dua penggunaan utama mesin turbin gas adalah pendorong pesawat terbang
dan pembangkit tenaga listrik.
Turbin gas pertama kali berhasil dioperasikan pada pameran nasional Swiss (Swiss
National Exhibition) tahun 1939 di Zurich. Turbin gas yang dibangun antara tahun 1940-
an hingga tahun 1950-an efisiensinya hanya sekitar 17 persen; hal ini disebabkan oleh
rendahnya efisiensi kompresor dan turbin dan suhu masuk turbin yang rendah karena
keterbatasan teknologi metalurgi pada saat itu. Turbin gas terpadu dengan turbin uap
(combined cycle) yang pertama kali dipasang pada tahun 1949 di Oklahoma oleh
General Electric menghasilkan daya 3,5 MW.
Sebelum ini, pembangkit daya ukuran besar berbahan bakar batu bara ataupun
bertenaga nuklir telah mendominasi pembangkitan tenaga listrik. Tetapi sekarang, turbin
gas berbahan baker gas alam yang telah mendominasinya karena kemampuan start (black
start) yang cepat, efisiensi yang tinggi, biaya awal yang lebih rendah, waktu pemasangan
yang lebih cepat, karakter gas buang yang lebih baik dan berlimpahnya persediaan gas
alam. Biaya pembangunan pembangkit tenaga turbin gas kira-kira setengah kali biaya
pembangunan pembangkit tenaga turbin uap berbahan bakar fosil yang merupakan
pembangkit tenaga utama hingga awal tahun 1980-an.
Di awal tahun 1990-an, General Electric telah memasarkan turbin gas dengan ciri
perbandingan tekanan (pressure ratio) 13,5 menghasilkan daya net 135,7 MW dengan
efisiensi termal 33 persen pada operasi sendiri (simple cycle operation). Turbin gas
terbaru yang dibuat General Electric bersuhu masuk 1425 OC (2600 OF) menghasilkan
daya hingga 282 MW dengan efisiensi termal mencapai 39.5 persen pada operasi sendiri
(simple cycle operation).
Bahan bakar minyak ringan seperti minyak diesel, minyak tanah, minyak mesin jet,
dan bahan bakar gas yang bersih (seperti gas alam) paling cocok untuk turbin gas.
Bagaimanapun, bahan bakar diatas tersebut akan menjadi lebih mahal dan pasti akan
habis. Oleh karena itu, pemikiran kemasa depan harus dilakukan untuk menggunakan
bahan bakar alternatif lain.

Gambar 3.1 PLTGU

3.2 Prinsip Kerja PLTGU


PLTGU merupakan suatu sistem yang berfungsi untuk mengkonversi energi panas
hasil pembakaran bahan bakar dan udara menjadi energi listrik. Sistem PLTGU
merupakan penggabungan antara system PLTG dan PLTU, seperti sistem kerja PLTGU
yang terdapat pada gambar 3.1. Sistem PLTGU disebut juga dengan sistem combined
cycle. Bahan bakar untuk PLTG bisa menggunakan High Speed Diesel (cair) atau gas
alam (gas).

Gambar 3.2 Proses Aliran PLTGU

Pembangkitan energi listrik pada Unit Pembangkitan Muara Tawar terbagi menjadi
dua macam yaitu open cycle dan combined cycle. Pada sistem dengan Open Cycle (open
cycle) gas buang hasil pembakaran dari turbin gas langsung dilepaskan ke atmosfer
melalui cerobong, sedangkan pada sistem siklus kombinasi (combined cycle) gas buang
dari turbin gas akan digunakan untuk memanaskan air sehingga menghasilkan uap
superheated yang digunakan untuk menggerakkan turbin uap.
Combined Cycle Power Plant pada umumnya memiliki tiga sistem utama : Gas
Turbine, Heat Recovery Steam Generator (HRSG), Steam Turbine. Exhaust gas yang
berasal dari turbin gas masih mengandung kurang lebih 70% panas awal dari combustion
chamber, dengan mengalirkan exhaust gas ke dalam HRSG lebih dari separuh (kira-kira
60%) panas dapat dimanfaatkan (Fasel-Lentjes, 1994). Dengan alasan inilah HRSG
diinstalasi setelah turbin gas untuk mengkonversi feedwater menjadi superheated steam
yang kemudian dipakai untuk menggerakan steam turbine.
Sisa gas panas yang keluar dari turbin gas tersebut kemudian disalurkan ke Heat
Recovery Steam Generator (HRSG) untuk memanaskan air yang ada didalam tubing
hingga menjadi uap kering. Uap kering yang dihasilkan oleh HRSG digunakan untuk
menggerakan turbin uap. Siklus gabungan ini diterapkan karena efisiensi dari turbin gas
yang tergolong rendah, sedangkan gas buang dari turbin gas masih memiliki energi panas
yang cukup besar sehingga masih perlu dimanfaatkan kembali gas buang dari turbin gas
untuk memproduksi uap. Siklus kombinasi ini selain meningkatkan efisiensi termal juga
akan mengurangi pencemaran udara. Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG
menjadi unit pembangkit PLTGU, maka akan diperoleh beberapa manfaat meliputi :
 Efisiensi termal yang tinggi, sehingga biaya operasi (Rp/Kwh) lebih rendah
dibandingkan pembangkit termal lainnya;
 Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) lebih rendah;
 Pembangunannya relatif cepat.

Gambar 3.3 Diagram T-s Combined Cycle

3.2.1 Siklus Bryton


Siklus Bryton merupakan siklus yang digunakan pada sistem PLTG yang
menggambarkan proses kerja yang terjadi di dalam sistem PLTG. Udara
masuk kedalam kompresor melalui saluran masuk udara (Air Inlet).
Kompresor berfungsi untuk menghisap dan menaikkan tekanan udara,
sehingga temperatur udara juga meningkat. Kemudian udara bertekanan ini
masuk kedalam Combustion Chamber (ruang bakar). Di dalam ruang bakar
dilakukan proses pembakaran dengan cara mencampurkan udara bertekanan
dengan bahan bakar. Proses pembakaran tersebut berlangsung dalam keadaan
tekanan konstan sehingga dapat dikatakan ruang bakar hanya untuk
menaikkan temperatur. Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke Turbin
Gas melalui suatu nozzle yang berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut
ke sudu-sudu turbin. Daya yang dihasilkan oleh Turbin Gas tersebut
digunakan untuk memutar kompresor nya sendiri dan memutar beban lainnya
seperti generator listrik.
Gambar 3.4 Diagram P-v dan T-s Siklus Bryton

a) Langkah 1-2 : Langkah kompresi yaitu proses udara luar dihisap


dan ditekan didalam kompresor, menghasilkan udara bertekanan.
b) Langkah 2-3 : Langkah pembakaran yaitu proses pencampuran
udara bertekanan dengan bahan bakar di dalam ruang bakar, terjadi
reaksi pembakaran yang menghasilkan gas panas.
c) Langkah 3-4 : Langkah ekspansi yaitu proses gas panas hasil
pembakaran dialirkan menuju turbin gas untuk memutar sudu turbin.
d) Langkah 4-1 : Langkah pembuangan yaitu proses pengeluaran gas
panas setelah menggerakan turbin ke lingkungan.

3.2.2 Siklus Rankine


PLTU memiliki beberapa komponen penting yang menunjang
keberlangsungan sistemnya seperti pompa, boiler, turbin uap, dan kondensor.
Siklus rankine adalah siklus yang digunakan untuk menggambarkan proses
yang terjadi pada PLTU. Pertama, air dari kondensor dipompakan menuju ke
boiler untuk dipanaskan hingga berubah fasa menjadi uap kering, setelah itu
uap kering tersebut dialirkan menuju turbin uap untuk memutar sudu turbin
yang porosnya dikopel langsung dengan generator untuk menghasilkan
listrik. Setelah menggerakan turbin, uap kering tersebut dialirkan menuju
kondensor untuk didinginkan hingga berubah fasa menjadi air dan
selanjutnya kembali ke proses pertama. Proses tersebut tergambar pada
gambar 3.4 dibawah.
Gambar 3.4 Diagram T-s Siklus Rankine

a) Proses 1-2 : Proses air yang berasal dari kondensor dipompakan untuk
menjadi air pengisi di boiler. Pada proses ini terdapat kerja pompa
yang masuk ke siklus (Wpompa in).
b) Proses 2-3 : Proses pemanasan air pengisi pada boiler hingga air
berubah fasa menjadi uap kering. Sumber panas berasal dari proses
pembakaran yang terjadi di boiler. Pada proses ini terdapat panas
yang masuk (Qin).
c) Proses 3-4 : Proses ekspansi turbin, uap kering masuk untuk memutar
sudu turbin uap. Pada proses ini entropi konstan maka disebut proses
isentropik. Pada proses ini juga terdapat kerja turbin yang keluar
(Wturbin out).
d) Proses 4-1 : Proses pendinginan uap kering hingga berubah menjadi
air di kondensor. Pada proses ini terdapat panas yang dilepaskan oleh
uap (Qout).

3.3 Komponen Utama PLTGU


3.3.1 Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan dan temperature udara
sebelum masuk ruang bakar. Udara juga dimanfaatkan untuk udara
pembakaran, udara pengabut bahan bakar, udara pendingin sudu dan ruang
bakar dan perapat pelumas bantalan.
3.3.2 Ruang Bakar
Ruang bakar atau Combustion Chamber adalah ruang yang dipakai
sebagai tempat terjadinya proses pembakaran antara bahan bakar dan udara
bertekanan uap. Gas panas yang dihasilkan dari proses pembakaran
digunakan sebagai fluida penggerak turbin gas.

3.3.3 Turbin Gas


Turbin gas adalah turbin yang berputar dengan memanfaatkan aliran gas
panas hasil dari proses pembakaran pada ruang bakar. Hasil putaran turbin
ini di kopel langsung dengan generator untuk dapat menghasilkan listrik.
Untuk di PT PJB UP Muara Tawar sendiri terpasang turbin gas tipe GT13E2
(Alstom) dengan menggunakan bahan bakar gas alam yang disalurkan dari
Perusahaan Gas Negara (PGN). GT13E2 merupakan turbin gas dengan lima
tingkat turbin dengan pembakaran annular. Maksud dari annular disini yaitu
bentuknya seperti cincin dengan jumlah 72 burner. GT13E2 dilengkapi
dengan NOx water injection untuk mengurangi kadar NOx hasil pembakaran.

Gambar 3.5 GT13E2


(Sumber: Alstom Manual Book)

Di blok 5 terpasang 1 unit turbin gas yang dapat dioperasikan dengan opened
cycle dan combined cycle. 1 unit turbin gas terdiri dari beberapa komponen
yaitu :
1. Thermal block (kompresor, ruang bakar, dan turbin)
2. Cooling block
3. Auxiliary block
4. Fuel oil block
5. Flushing water block
6. Control valve block
7. Blow-off system
8. Air intake system
9. Generator block
10. Exhaust system
11. Main transformer
12. Electrical and control modules
13. Hall with crane

3.3.4 Heat Recovery Steam Generator (HRSG)


HRSG adalah sebuah alat yang memiliki fungsi utama sama dengan
boiler atau generator uap. Terdapat 1 HRSG di blok 5 unit pembangkitan
Muara Tawar, dimana HRSG ini bersifat dual pressure yaitu bekerja pada dua
tingkat tekanan, High Pressure dan Low Pressure. Kebutuhan kalor pada
HRSG hanya disuplai dari gas buang pembakaran dari turbin gas. Temperatur
gas buang setelah melalui proses ekspansi di turbin gas masih cukup tinggi,
sehingga gas buang digunakan untuk memanaskan air dalam tubin tubing
HRSG.

Gambar 3.6 Heat Recovery Steam Generator (HRSG)

(Sumber: Alstom Manual Book Overview)


3.3.5 Balance of Plant (BOP)
Sistem BOP merupakan sebuah sistem yang bertujuan untuk
meningkatkan utilisasi energi termal. Sistem BOP pada Unit Pembangkitan
Muara Tawar blok 5 terdiri dari:
1. Desalination Plant, terdiri dari 2 Raw Water Tank dengan kapasitas
500 kiloliter
2. Demineralized / Water Treatment Plant, terdiri dari 2 Make Up Water
Tank dengan kapasitas 500 kiloliter
3. Chlorination Plant
4. Waste Water Treatment Plant

3.3.6 Generator
Generator listrik merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk
menghasilkan listrik dengan mengubah energi mekanik dari turbin menjadi
energi listrik dengan menggunakan induksi elektromagnetik yang dapat
ditransmisikan melewati jaringan yang tersedia.

3.3.7 Turbin Uap


Turbin adalah peralatan mekanik yang berfungsi untuk mengubah energi
panas pada uap kering menjadi energi kinetik berupa putaran sudu dan energi
kinetic tersebut selanjutnya diubah menjadi energi mekanik berupa putaran
poros turbin. Turbin Uap yang terpasang di Unit Pembangkitan Muara Tawar
blok 5 hanya satu unit, dimana turbin uap tersebut juga bersifat dual pressure
dengan generatornya didinginkan oleh pendingin udara.
Gambar 3.7 Turbin Uap
(Sumber: Alstom Manual Book)
Unit-unit penunjang turbin uap yaitu :
1. Kondensor
2. Daerator / Feed Water Tank (FWT)
3. Main Cooling Water (MCW)
4. Condensate Pump
5. HP Pump dan LP Pump
6. Chemical System
7. Transformer

3.4 Kondensor
Kondensor merupakan sebuah Heat Exchanger yang berfungsi untuk mendinginkan
uap kering yang telah digunakan oleh turbin uap untuk diubah fasa nya menjadi air
kembali dengan menggunakan air laut sebagai media pendinginnya. Uap setelah
memutar turbin langsung mengalir menuju kondensor untuk dirubah menjadi air
(dikondensasikan), hal ini terjadi karena uap bersentuhan langsung dengan pipa-pipa
(tubes) yang didalamnya dialiri oleh air pendingin. Oleh karena itu, kondensor
merupakan salah satu komponen yang sangat penting, maka kemampuan kondensor
dalam mengkondensasikan uap keluaran turbin harus benar–benar diperhatikan,
sehingga perpindahan panas antara fluida pendingin dengan uap keluaran turbin dapat
maksimal dan pengkondensasian terjadi dengan baik.
Kondensor terdiri dari tube-tube kecil yang melintang. Pada tube-tube inilah air
pendingin dari laut dialirkan. Sedangkan uap mengalir dari atas menuju ke bawah agar
mengalami kondensasi atau pengembunan. Sebelum masuk kedalam kondensor, air laut
biasanya melewati debris filter yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran
ataupun lumpur yang terbawa air laut. Agar uap dapat bergerak turun dengan lancar dari
sudu terakhir turbin maka vakum kondensor harus dijaga, karena dengan vakum akan
membuat tekanan udara pada kondensor menjadi rendah. Dengan tekanan yang lebih
rendah di kondensor, maka uap akan bisa bergerak dengan mudah menuju kondensor.
Kondensor merupakan bagian komponen sistem STG pada PLTGU. Peforma
kondensor dapat mempengaruhi peforma STG, sehingga peforma kondensor harus
dijaga. Kondensor merupakan alat penukar kalor yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap keluaran turbin.

Gambar 3.7 Prinsip kerja kondensor

Unjuk kerja dari kondensor dipengaruhi oleh hal-hal berikut:


a) Kebersihan permukaan tube sisi air pendingin. Kotoran yang menempel
permukaan tube dapat menghambat transfer panas dari uap ke air pendingin serta
memperkecil flow air.
b) Kebersihan permukaan tube sisi uap apabila tube diselubungi gas yang tak bisa
terkondensasi maka transfer panas dari uap ke air akan terhambat.
c) Flow air pendingin flow air yang kurang akan mengurangi kemampuan
pendinginan sehingga temperature dan tekanan kondensate akan naik.
d) Temperature air pendingin dimana dalam hal ini menggunakan air laut
dipengaruhi oleh musim.
e) Adanya udara/gas dalam uap. Jika gas yang terbawa oleh uap tidak dapat
terkondensasi maka akan menyebabkan naiknya tekanan kondensor.
f) Kemampuan peralatan pembuat vaccum. Jika ejector bermasalah maka tekanan
kondensor akan nik (vacuum drop).
g) Level air kondensat. Jika level kondensat tinggi, maka akan menggenangi tube
kondensor yang menyebabkan temperature dan tekanan naik. Jika terlalu rendah
juga mengakibatkan kavitasi pada pompa ekstrasi kondensat.
Bagian utama kondensor:
a. Selongsong (shell)
b. Ruang air (water box)
c. Tube plats and tubes
d. Ruang kondensat (Hotwell)
Alat bantu kondensor:
1. Starting air ejector
2. Service ejector
3. Ball cleaning system (Taproge ball system)

3.5 Sistem Ejector


Sistem ejektor berfungsi menghisap udara ataupun non condensable gas (NCG)
dalam kondensor sehingga kondensor dalam keadaan vakum. Kevakuman pada
kondensor berperan untuk menghisap uap buang turbin (steam exhaust turbin) dan
mengkondensasikan (proses pengembunan) uap tersebut menjadi air. Tekanan pada
kondensor akan meningkat serta kevakuman pada kondensor akan menurun apabila
didalam kondensor terdapat udara ataupun gas yang tidak dapat terkondensasi (non
condensable gas). Non condensable gas (NCG) berasal dari uap bekas LP Turbine
sedangkan udara berasal dari kebocoran pada kondensor (air leakage) ataupun seal
system. Apabila tekanan pada kondensor meningkat sehingga kevakuman turun, maka
akan terjadi penumpukan uap di dalam kondenser yang akan menurunkan daya kerja
Steam Turbin. Hal ini harus dihindari dan kevakuman kondensor harus dijaga, sehingga
untuk menghindari masalah tersebut maka digunakanlah steam ejektor.
Steam jet ejector merupakan alat pembangkit vacuum pada kondensor dengan
menggunakan steam sebagai media pendorong. Suatu pancaran uap (motive fluid) keluar dari
nozzle dengan kecepatan tinggi sehingga dihasilkan tekanan rendah di titik nozzle tersebut.
Dengan demikian, gas dan udara pada kondensor akan terhisap ke nozzle karena perbedaan
tekanan. Gas dan udara tercampur dengan steam keluaran nozzle, terbawa dan mengalami
percepatan didalam mixing chamber. Campuran tersebut keluar melalui diffuser dan udara
serta non condensable gas dibuang ke atmosfer. Sistem ejektor pada blok 5 UP Muara tawar
dibagi menjadi Startup Ejector dan Service Ejector.

Gambar 3.8 Bagian-bagian ejector

3.5.1 Starting Ejektor (Hoging)


Starting ejektor adalah ejektor tunggal. Fungsi starting ejektor untuk
menghisap udara dan non condensable gas dalam jumlah besar dari
kondensor untuk menaikkan atau menjaga vakum kondenser. Starting ejektor
biasanya dioperasikan saat awal start turbin running/dioperasikan.
Adakalanya juga starting ejektor dioperasikan ketika steam ejektor / two
stage ejektor mengalami masalah. Udara dan non condensable gas yang
dihisap oleh starting ejektor akan langsung dibuang ke udara. Tidak seperti
service ejektor yang mengecilkan volume nya terlebih dahulu sebelum
dilepas ke udara.
Gambar 3.9 Startup ejector

3.5.2 Service Ejector


Service ejektor adalah two stage steam jet air ejector dengan inter and
after condenser. Setelah vakum kondensor mencapai harga normal, maka
tugas starting ejector selesai. Selanjutnya vakum kondensor dinaikkan
hingga mencapai harga optimal dan menjaganya pada rentang kerjanya
dengan menggunakan service ejector. Dibandingkan dengan starting
ejector, service ejector mempunyai kapasitas yang lebih kecil, tetapi
mampu membuat vakum lebih tinggi. Pada kondisi turbin telah
beroperasi service ejector tetap dioperasikan untuk membuang udara
dan gas-gas yang tidak terkondensasi dari dalam kondensor. Udara/gas
dibuang ke atmosfir sedangkan uap untuk ejector dikondensasi didalam
kondensor ejector. Hasil air kondensatnya dialirkan ke flashbox.
Service ejektor two stage steam jet air ejector berbeda dengan ejektor
tunggal namun prinsip kerjanya sama. Kedua ejektor tersebut dipasangkan
pada sebuah shell/tabung (didalamnya terbagi dua, tingkat pertama dan
kedua) yang didalamnya terdapat tube/pipa yang dialiri air sebagai pendingin.
Tabung/shell yang digunakan adalah jenis surface. Pada blok 5, terdapat 2
service ejektor (A dan B) yang dibagi menjadi dua tingkatan.
Gambar 3.10 Service ejector two steam jet air ejector

Pasokan uap dari pipa main steam dialirkan ke nozle ejektor. Akibat
transformasi energi pada nozle, maka tekanan bagian leher nozle (Throat)
akan turun sehingga uap non condensable dari kondensor akan terhisap dan
keluar dari ejektor bersama uap dari main steam. Udara dan non condensable
gas yang terhisap oleh ejektor pertama akan masuk ke shell tingkat pertama.
Uap tersebut akan bergesekan dengan tube (pipa) yang dialiri air condensate
dari kondensor sebagai pendingin. Akibat proses pendinginan, fraksi uap dari
main steam dalam campuran akan terkondensasi. Sedangkan fraksi uap non
condensable akan mengalami pengecilan volume (contracting).
Dari shell tingkat pertama akan dihisap kembali oleh ejektor kedua. Di
shell tingkat kedua uap non condensable akan kembali didingainkan, sama
hal nya dengan proses di shell pertama yang mengakibatkan uap non
condensable volume nya semakin lebih mengecil yang akhirnya akan
dibuang keudara melalui venting (cerobong pembuangan). Sedangkan uap
yang terkondensasi akan di alirkan ke flashbox.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gangguan Pada Sistem Ejector

4.1.1 Data Kronologi Gangguan


Tabel 4.1 Data Kronologi Gangguan
Jam Kronologi Gangguan
01.23 ST 5.8 On grid beban 3 MW
C/O Startup ejector ke service ejector A
01.30
(sisi atas)
02.18 Vacuum service ejector A 0.20 barA
Deactived FG Ejector, manual C/O service
02.20
ejector A ke startup ejector
Auto C/O startup ejector ke service ejector
03.12 A, vacuum drop >0.20 barA (kondisi FG
ejector deactived)
03.12 ST 5.8 trip dari vacuum, service ejector A
03.15 Select bypass operation
03.20 C/O service ejector A ke B
03.30 Manual Start startup ejector
03.41 Select idle mode without excitation
03.50 Select load operation
03.51 ST 5.8 On grid beban 3 MW
Manual C/O startup ejector ke service
03.55
ejector B (vacuum 0.08 barA)

4.1.2 Data Tranding dari Human Machine Interface


Tabel 4.2 Data Tranding dari Human Machine Interface (HMI)

Jam 01.23 01.30 02.18 02.19 03.05 03.10 03.11 03.12


Pressure Before
Service Ejector 31.984 32.088 29.145 30.204 38.923 48.226 50.605 52.770
(barg)
Pressure After CV
Start Up Ejector 6.870 1.132 6.854 6.894 9.095 11.007 0.378 0.417
(barg)
Pressure After
Service Ejector CV 0 9.659 10.000 0 0 0 0 0
(barg)
Start Up Ejector
33.81 33.617 51.628 47.928 36.009 37.586 89.986 129.949
Suction Temp (°C)
DD Position (°) 63.808 64.012 65.394 65.418 90 90 90 90

LP Turbine
Exhaust Pressure 0.082 0.094 0.204 0.162 0.082 0.081 0.235 0.284
(barA)
Generator Output
1.155 3.128 12.775 11.975 38.396 50.758 44.159 0
Act Val (MW)

Gambar 4.1 Grafik Tranding pada HMI


Gambar 4.2 Function Grup Ejector/sistem ejector

4.2 Analisa Data


Tanggal 9 september 2019, terdapat gangguan pada sistem ejector yang
menyebabkan Steam Turbine trip saat startup kenaikan beban. Kronologi gangguan
dimulai dari jam 01.23 pada saat Steam Turbine On grid beban hingga sampai jam 03.12
saat Steam Turbine mengalami tri. Steam Turbine memiliki beberapa sistem proteksi
yang akan mengtripkan turbin apabila parameter suatu komponen melewati nilai batas
yang ditentukan. Salah satu parameter yang diatur adalah nilai kevakuman kondensor
serta temperatur udara/non condensable gas keluaran kondensor. Apabila parameter
tersebut melewati nilai batas, maka akan otomatis mentripkan turbin agar tidak terjadi
kerusakan pada komponen. Pada saat Steam Turbine trip, kondisi kevakuman kondensor
sebesar 0.284 barA, nilai batas maksimum HighHigh (HiHi) kevakuman kondensor
adalah 0.350 barA/350 mbarA sesuai gambar 4.2. Sehingga Steam Turbine seharusnya
tidak trip dikarenakan hal ini.
Gambar 4.3 Nilai batas maksimum HighHigh vakum kondensor/ LP Turbine Exhaust Pressure

Namun temperatur pada udara/non condensable gas keluaran kondesor terjadi


peningkatan suhu temperature dari 37.586 °C hingga 129.949 °C, sedangkan nilai batas
maksimum HiHinya adalah 100°C sesuai gambar 4.3. Hal inilah yang menyebabkan
Steam Turbine mengalami trip, bukan karena sistem proteksi yang menyala akibat
vakum kondensor turun diatas batas High Set Point.

Gambar 4.4 Nilai batas maksimum HiHi temperature udara keluaran kondensor/ Start Up Ejector Suction
Temp
4.2.1 Penyebab Steam Turbine Trip
Steam Turbine startup On grid beban 3 MW (jam 01.23). Pada Startup,
kevakuman kondensor dilakukan oleh startup ejector hingga tekanan dalam
kondensor sebesar 0.082 barA dengan bukaan diverter damper sebesar
63.808°. Pada jam 01.30, C/O startup ejector ke service ejector A dengan
tekanan dalam kondensor sebesar 0.094 barA. Service ejector berfungsi
untuk menjaga/mempertahankan kevakuman kondensor. Pada jam 02.18,
service ejector tidak mampu menjaga nilai kevakuman kondensor dan
tekanan dalam kondensor terus meningkat hingga 0.204 barA. Pada jam
02.20, Function Grup ejector dirubah ke kondisi manual (Deactived). Hal ini
dilakukan agar C/O dilakukan secara manual dari service ejector ke startup
ejector cepat dilakukan akibat kegagalan service ejector A menjaga
kevakuman kondensor.
Setelah startup ejektor sudah beroperasi kembali, pada jam 03.05 kondisi
diverter damper dibuka hingga 90°. Kenaikan bukaan damper tersebut
menyebabkan kenaikan pressure dan temperature steam (motive fluid) secara
signifikan pada sistem ejektor. Hal ini juga menyebabkan peningkatan pada
Pressure After CV Start Up Ejector dari 6.894 barA (jam 02.19) hingga
11.007 barA(jam 03.11). Startup ejektor otomatis trip (jam 03.11)
dikarenakan nilai Pressure After CV Start Up Ejector sudah melewati batas
maksimum HiHi yang ditentukan (gambar 4.5). Penulis menganalisa,
seharusnya hal ini tidak terjadi apabila FG ejektor berfungsi secara
otomatis/tidak dalam kondisi deactived, karena sistem Control Relief Valve
akan mengatur bukaannya sendiri secara otomatis sesuai dengan tekanan
steam yang masuk.
Gambar 4.5 Nilai batas maksimum HiHi Pressure After CV Start Up Ejector

Sesaat startup ejektor trip serta service ejektor A yang bermasalah tidak
dapat menjaga kevakuman kondensor, membuat tekanan kondensor terus
meningkat (vacuum drop >0.20 barA), namun yang membuat Steam Turbine
trip adalah peningkatan temperature udara/non condensable gas keluaran
kondensor dari 36.009°C (jam 03.05) hingga 129.949°C (jam 03.12).
Temperature tersebut telah melewati nilai batas maksimum HiHi Start Up
Ejector Suction Temp sebesar 100°C (gambar 4.6), sehingga Steam Turbine
trip secara otomatis (jam 03.12).

Gambar 4.6 Nilai batas maksimum HiHi Start Up Ejector Suction Temp
4.2.2 Gangguan Pada Sistem Ejektor
Dalam laporan studi kasus ini, gangguan pada sistem ejektor berupa
service ejector yang tidak dapat menjaga kevakuman kondensor dan startup
ejector yang mengalami trip. Masalah tersebut dapat terjadi karena berbagai
faktor, mulai dari faktor internal berupa kerusakan pada komponen sistem
ejektor tersebut hingga faktor eksternal berupa masalah pada sistem kondesor
itu sendiri. Jika dilihat dari data tranding, penulis menganalisa bahwa sistem
kondensor tidak bermasalah karena gangguan berupa penurunan vakum
terjadi hanya pada service ejektor A, sedangkan setelah C/O ke service
ejector B kevakuman dapat dijaga kembali. Kemudian untuk kasus startup
ejektor mengalami trip, penulis menganalisa hanya gangguan berupa FG
Ejeketor dengan kondisi deactived bersamaan dengan meningkatnya tekanan
dan temperature steam akibat bukaan damper secara signifikan sehingga
Control Relief Valve tidak bekerja semestinya.
Masalah didalam sistem ejektor (service ejektor A) dapat terjadi karena
berbagai macam. Beberapa penyebab turunnya performance ejector antara
lain:
1. Motive Pressure steam turun, sehingga mass quantity-nya turun
berakibat pada turunnya tekanan/kapasitas sedot vakum ejector.
2. Ada gangguan di sistem pendinginan outlet Diffuser atau outlet mixed
stream ke inter/after cooler. (Bisa dicheck / dinspeksi sisi cooler, suhu
outlet cooling water return). Biasanya bila pendinginan temperatur
bagus, kerja vakum juga semakin baik.
3. Terjadi perubahan dimensi throat Diffuser (mungkin diameter lubang
melebar, disebabkan material throat diffuser design tidak tahan
korosif fluid).
4. Malfunctioning control valve
5. Terjadinya air leakage pada sistem ejektor, baik di valve valve serta
inter/after condenser.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa kronologi gangguan pada sistem ejektor, maka dapat disimpulkan
sesuai dengan tujuan dari penelitian:
1. Cara kerja sistem ejektor adalah dengan menggunakan pressure steam yang
dihasilkan High pressure superheater di HRSG diubah menjadi energi kinetic
melalui nozzle, sehingga terjadinya penurunan tekanan di ujung keluaran nozzle
yang membuat udara serta non condensable gas terhisap menuju ruang mix chamber
yang terdapat nozzle didalamnya. Steam keluar melalui sisi discharge (diffuser) dan
udara serta non condensable gas dibuang ke atmosfer
2. Gangguan pada sistem ejektor terjadi di startup ejektor dan service ejektor A. pada
startup ejektor hanya gangguan berupa FG Ejeketor dengan kondisi deactived
bersamaan dengan meningkatnya tekanan dan temperature steam akibat bukaan
damper secara signifikan sehingga Control Relief Valve tidak bekerja semestinya
dikarenakan posisi sistem ejektor dalam keadaan deactived (manual). Sedangkan
pada service ejektor A gangguan berupa ketidakmampuan service ejektor dalam
menjaga kevakuman kondensor. Hal ini masih belum ditemukan penyebab pastinya
dikarenakan belum adanya inspeksi terhadap service ejektor A.

5.2 Saran
Terdapat berbagai macam gangguan yang dapat menyebabkan komponen service
ejektor A bekerja tidak semestinya, yaitu:

1. Motive Pressure steam turun, sehingga mass quantity-nya turun berakibat


pada turunnya tekanan/kapasitas sedot vakum ejector.
2. Ada gangguan di sistem pendinginan outlet Diffuser atau outlet mixed stream
ke inter/after cooler. (Bisa dicheck / dinspeksi sisi cooler, suhu outlet cooling
water return). Biasanya bila pendinginan temperatur bagus, kerja vakum juga
semakin baik.
3. Terjadi perubahan dimensi throat Diffuser (mungkin diameter lubang
melebar, disebabkan material throat diffuser design tidak tahan korosif fluid).
4. Malfunctioning control valve
5. Terjadinya air leakage pada sistem ejektor, baik di valve valve serta
inter/after condenser.
Service ejektor perlu dilakukannya inspeksi terkait penyebab gangguan tersebut,
serta perlu dilakukannya maintenance agar service ejektor A dapat beroperasi
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
- http://bmj.co.id/tentang-genset/pilih-gas-atau-batubara-mana-yang-lebih-efisien/
(17 September 2019).
- https://www.academia.edu/8652292/MAKALAH_PLTU_PLTG_PLTGU (19
September 2019).
- Rakhman, Alief. 2013. Prinsip Kerja PLTGU.
https://rakhman.net/power-plants-id/prinsip-kerja-pltgu/ (19 September 2019)
- Wan, Gede. 2014. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap.
http://elektronika-listrik.blogspot.com/2014/06/jaringandistribusi-pembangkit.html
(19 September 2019)
-
-

Anda mungkin juga menyukai