Anda di halaman 1dari 15

KINERJA PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN

Purwoko

Abstract

Developmental process has been implementasi sing in indonesia since 1969,


about almost 45 years. As long as time developmental mean as physical developmental in
any aspects meters as GNP, Income Percapita and Economic Growth the indicators coult not
described the real developmental results in such country or such area it is needed another
non eonomic variables as social variables whick some indicators as evendestribusion,
evenhealth cares in one composite. Inditional social variabless ould describe development
performence of Pekalongan lokal Government (Kabupaten Pekalongan) more
comprehensive. Reminded that developmental performance the main pillar of state stability.

Keywords: developmental performance, developmental indicators, economic indicators,


social indicators

A. PENDAHULUAN
Proses pembangunan di Indonesia diterima secara luas oleh sebagian besar
telah berlangsung lebih dari 40 tahun, negara berkembang dengan berbagai
terhitung sejak berubahnya tatanan politik improvivasi berdasarkan kondisi dan situasi
dari rezim Orde Lama ke rezim politik Orde masing-masing negara. Tetapi yang jelas
Baru pada tahun 1967. Dua tahun konsep dan paradigma yang baru tadi lebih
kemudian, pada tahun 1969 dicanangkan dapat memotret realitas pembangunan dan
Pembangunan Nasional oleh pemerintah hasil-hasil nya secara lebih akurat.
Republik Indonesia. Beberapa ahli memasukan konsep
Selama itu pula, pembangunan seperti MASOL (Minimum Acceptable
dimaknai sebagai pembangunan fisik Standart of Living) misalnya untuk
semata-mata dengan paramaeter, indikator mengukur sejauh mana proses
atau tolok ukur yang kasat mata dan pembangunan di negara itu mencapai
konkrit seperti berapa kilometer jalan raya keberhasilan.
yang berhasil dibangun, berapa bendungan Ada juga beberapa ahli yang
atau dam yang dihasilkan atau berapa mengajukan konsep Social and Human
gedung yang didirkan. Atau paling banter / Index, dengan tolok ukur dan indikator
jauh dari itu adalah pembangunan bidang seberapa besar angka kematian bagi per
ekonomi saja dengan tolok ukur dan 1.000 kelahiran dan angka harapan hidup
indikator yang bersifat ekonomi seperti di negara tersebut. Demikian pula muncul
GNP (Gross National Product), Income per pemikiran baru dengan konsep-konsep
Capita, Tabungan Nasional, Pertumbuhan yang pada intinya adalah tidak saja
Ekonomi, dan lain-lain yang kemudian membuat atau memasukkan tolok ukur dan
ternyata kurang dapat menggambarkan indikator yang bersifat pertumbuhan saja,
realita keberhasilan pembangunan di suatu tetapi sampai pada konsep sustainaibility
negara. Sebetulnya hal itu telah disadari (keberlanjutan) seperti misalnya konsep
oleh banyak ahli dari berbagai negara pada keberlangsungan pembangunan jika timbul
akhir dekade 1970-an. Atas dasar gejolak sosial politik akibat gap atau celah
pemahaman baru mengenai pembangunan yang menganga atau melebar antar strata
kemudian, pada dekade akhir 1980-an masyarakat atau antar wilayah.
parameter, tolok ukur dan indikator Keberlanjutan pembangunan digunakan
ekonomi masih digunakan tetapi dilengkapi oleh eksploitasi alam secara terus menerus
dengan parameter, tolok ukur dan indikator tanpa henti. Pentingnya aspek lain selain
lain seperti sosial, politik dan kelestarian ekonomi dan fisik ini menarik untuk diteliti
lingkungan. oleh karena itu penulis mencoba
Menjelang millenium 21, konsep- mengangkat tema pembangunan sosial
konsep baru pembangunan itu telah sebagai substansi penelitian yang

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


45
merupakan suatu kewajiban yang harus angka-angka keberhasilan pembangunan.
ditunaikan oleh pengajar Perguruan Tinggi. Masih ada corak ekonomi dalam konsep
Berdasarkan latar belakang seperti aliran baru ini, tetapi ada perubahan
tersebut di atas, maka permasalahan yang fundamental dalam cara memberi makna
dapat dikemukakan disini adalah pembangunan. Tokoh Utama pendukung
bagaimana kinerja Pemerintah Daerah indikator neo ekonomi ini adalah Sir Dudley
dalam pembangunan sosial di Kabupaten Seers yang mengatakan bahwa ada 3 hal
Pekalongan. Pembangunan yang dipilih yang perlu ditanyakan tentang
dengan pertimbangan, penulis mencoba pembangunan suatu negara yaitu apa yang
memunculkan perspektif/paradigma baru tengah terjadi dengan pengangguran dan
dalam konsep pembangunan yang sampai apa yang tengah terjadi dengan
saat ini masih saja sering menggunakan ketimpangan. Apabila jawaban atas ketiga
pembangunan fisik dan ekonomi sebagai hal tersebut adalah terjadi penurunan
barometernya. Pemerintah Daerah secara substansial dan signifikan, maka
Kabupaten dipilih dengan pertimbangan tidak diragunakj lagi bahwa negara
bahwa Kabupaten lah yang merupakan tersebut baru mengalami periode
Daerah Otonom paling bawah yang pembangunan. Pembaharuan konsep-
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan konsep pembangunan ini berlanjut dengan
atau merupakan lembaga Pemerintahan munculnya konsep parameter dan indikator
terdepan yang berhubungan langsung sosial yang berupaya memperkenalkan
dengan masyarakat dalam hal kebijakan, jargon seberapa baik bukannya jargon
program dan proyek pembangunan. seberapa banyak, dan tidak
Penelitian ini diharapkan memberi mengutamakan kualitas barang kita, tetapi
sumbangan atau kontribusi pengembangan lebih pada kualitas hidup kita (Bauer).
keilmuan tentang salah satu aspek dalam Untuk itu mereka menambahkan indikator
studi pembangunan pada khususnya dan lain disamping ekonomi seperti :
politik pembangunan pada umumnya. Pendidikan, kesehatan, pelayanan sosial
Kontribusi secara spesifik terletak pada dan sebagainya.
keterkaitan pemenuhan kebutuhan sosial Konsep pembangunan ini kemudian
masyarakat dalam proses pembangunan meluas tidak saja sampai pada hal-hal
dengan keberlangsungan atau eksistensi yang tangible, namun mulai mencakup hal-
kehidupan mereka. Pembangunan yang hal yang intangible seperti misalnya yang
tidak dapat meemenuhi kebutuhan mereka dikemukakan oleh Dennis Goulet. Dia
akan mengakibatkan destabilitas. menyatakan pembangunan mempunyai 3
Pembangunan yang dilaksanakan komponen utama, yakni : kelangsungan
oleh banyak negara berkembang pada hidup (life sustenance), khormatan diri (self
dekade 1960-1970 merupakan esteem) dan kebebasan (Freedom).
pembangunan yang blue print nya (cetak Selanjutnya Goulet mengemukakan bahwa
birunya) dari PBB yang mengeluarkan kebebasan ini mencakup kebebasan dari
suatu konsep pembangunan “Dasawarsa pengasingan terhadap hak hidup material
Pembangunan I”. Dalam konsep tersebut, yang layak, kebebasan dari perbudakan,
parameter dan indikator pembangunan kebebasan dari kesengsaraan dan
dinyatakan dalam pertumbuhan ekonomi kemelaratan. Dengan pemenuhan dari hal-
tahunan, Produk Nasional Bruto (PDB), hal di atas maka akan tercipta manusia
pendapatan per kapita penduduk. Suatu yang memiliki kehormatan diri dan
parameter dan indikator untuk mengukur kemuliaan sebagaimana layaknya
Economic Wealth being penduduk, yaitu manusia.
seberapa banyak barang dan jasa Dari berbagai konsep yang muncul,
tersediauntuk konsumsi dan investasi bagi kiranya dapatlah dirangkum suatu konsep
rata-rata penduduk (Todaro). Kemudian pembangunan baru yang pada intinya
muncul reaksi lain terhadap kegagalan adalah merupakan konsep pembangunan
parameter dan indikator di atas Berdimensi Kerakyatan yang mengandung
menjuelaskan meningkatnya ketimpangan 4 dimensi seperti yang dikemukakan oleh
dan ketidak merataan dalam pembagian banyak ahli (Moeljanto, Arief Budiman,
pendapatan yang terselubung dibalik David Korten, Syahrir dll) :

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


46
1. Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Pemerintah Daerah Kabupaten dalam
Diperlukan pertumbuhan ekonomi yang pembangunan karena mereka adalah unit
cukup untuk mengantisipasi daerah otonom paling langsung
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan bersinggungan dengan rakyat.
ekonomi lebih rendah dari pertumbuhan 3. Locus Penelitian
penduduk hanya akan menambah Penelitian ini merupakan penelitian
pengangguran. lapangan, oleh karena itu locus atau
2. Ketidakadilan ekonomi sosial dan tempat/area penelitiannya adalah wilayah
kemiskinan absolut harus dikurangi Kabupaten Pekalongan berikut berbagai
secara berarti. Kemiskinan dan bidang yang melingkupinya. Untuk tiu
ketidakadilan yang terus berlangsung peneliti berusaha memperoleh data dan
akan mudah memicu gejolak sosial informasi baik pada tataran Supra Struktur
dan politik. Pemerintahan seperti : Eksekutif dan
3. Pengertian partisipasi dalam Legislatif maupun pada tataran infra
pembangunan bukan semata-mata struktur seperti LSM, BPD atau kelompok-
dalam pelaksanaan program saja tetapi kelompok masyarakat yang ada di daerah
juga sampai pada perencanaan dan tersebut.
kebijakan pembangunan yang 4. Sumber Data/Informasi
emansipatif. Emansipasi ini ditunjukkan Data/informasi primer diperoleh dari
oleh kesetaraan dan kemandirian jajaran Eksekutif Pemda seperti Bupati,
dalam proses pembangunan. Sekretaris Daerah dan Kepala Bappeda.
4. Pembangunan berwawasan lingkungan Selain itu juga dari jajaran Legislatif seperti
yang secara hukum diperkuat dengan Ketua Dewan dan angggota-anggota
produk perundang-undangan dari Dewan serta beberapa tokoh masyarakat.
Amdal (Analisa Dampak Lingkungan) Sedangkan data sekunder akan digali dari
perlu membudaya dalam praktek buku Kabupaten Dalam Angka secara time
kegiatan pembangunan sehari-hari. series.
Basis artikel ini adalah penelitian 5. Teknik Pengumpulan Data
dengan beberapa aspek sebagai berikut: Koleksi data dan informasi primer
1. Pendekatan diperoleh melalui wawancara mendalam
Penelitian ini menggunakan (depth interview). Data sekunder diperoleh
pendekatan kuantitatif-kualitatif dalam arti melalui pencuplikan terhadap arsip/buku
berupaya memberikan analisis dan data/informasi yang relevan.
menjelaskan kinerja dalam bentuk 6. Analisis Data
kuantitatif atas beberapa indikator Reduksi data, pengorganisasian
pembangunan yang tangible atau data, interpretasi data.
measurable, kemudian mengkonversi 7. Keterbatasan Penelitian
menjadi kategori-kategori kualitatif. Penelitian ini memiliki beberapa
2. Tipe Penelitian keterbatasan, yakni jumlah indikator/tolok
Evaluatif: Memberi penilaian atas ukur yang masih kurang memadai, lokasi
kinerja suatu instansi, institusi atau penelitian kurang representatif mengingat
lembaga dalam hal ini Pemerintah Daerah dari 35 kabupaten/kota di Jateng hanya
Kabupaten. Meskipun disadari bahwa diambil 1 kabupaten. Selain itu, ada
menilai suatu kinerja lembaga tidak lepas keterbatasan pada data/informasi time
dari pengaruh kinerja atau performance series yang tidak menjangkau saat paling
pihak lain, tetapi paling tidak disini ada kini (recent time).
semacam andil yang diberikan oleh

B. PEMBAHASAN
B.1. Kondisi Geografis Daerah bagian utara termasuk wilayah pantura dan
Kabupaten Pekalongan adalah merupakan jalur utama di Pulau Jawa yang
salah satu daerah otonom yang termasuk secara astronomis terletak pada 6°83’ -
dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah yang 7°23’ Lintang Selatan dan 109°49’ -
secara geografis mempunyai bentuk 109°78’ Bujur Timur. Karena sebagian
memanjang dan utara ke selatan. Di wilayahnya berbatasan langsung dengan

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


47
Laut Jawa maka dan 285 desa/kelurahan dalam kawasan dataran tinggi Dieng.
yang ada, terdapat 8 desa pantai. Kawasan dataran tinggi di kabupaten ini
Kabupaten Pekalongan secara berada pada 1.294 meter dari permukaan
administratif berbatasan dengan Sebelah laut. Secara topografis, ada 60
Utara Kota Pekalongan dan Laut Jawa, desa/kelurahan (20%) berada di kawasan
Sebelah Timur Kabupaten Batang dan dataran tinggi dan 225 desa/kelurahan
Kota Pekalongan, Sebelah Selatan (80%) berada di kawasan dataran rendah.
Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kabupaten Pekalongan sesuai
Purbalingga dan Sebelah Barat Kabupaten Permendagri Nomor 18 Tahun 2013
Pemalang. tentang Kode dan Data Wilayah
Wilayah Kabupaten Pekalongan Administrasi Pemerintahan memiliki luas
merupakan perpaduan antara wilayah wilayah 836,13 Km2 yang terbagi menjadi
dataran rendah di bagian utara dan dataran 19 kecamatan dengan 272 desa dan 13
tinggi di bagian selatan yang termasuk kelurahan.

Tabel 5.1
Jumlah Desa dan Luas Wilayah Kabupaten Pekalongan per Kecamatan
LUAS
NO KECAMATAN DESA / KEL 2
(Km ) %
1 Kandangserang 14 60,55 7,24
2 Paninggaran 15 92,99 11,12
3 Lebakbarang 11 58,20 6,96
4 Petungkriyono 9 73,58 8,80
5 Talun 10 58,57 7,00
6 Doro 14 68,45 8,19
7 Karanganyar 15 63,48 7,59
8 Kajen 25 75,15 8,99
9 Kesesi 23 68,52 8,19
10 Sragi 17 32,40 3,87
11 Siwalan 13 25,91 3,10
12 Bojong 22 40,06 4,79
13 Wonopringgo 14 18,80 2,25
14 Kedungwuni 19 22,94 2,74
15 Karangdadap 11 20,99 2,51
16 Buaran 10 9,54 1,14
17 Tirto 16 17,39 2,08
18 Wiradesa 16 12,71 1,52
19 Wonokerto 11 15,90 1,90
JUMLAH 285 836,13 100,00
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Pekalongan, 2014

Ketinggian wilayah Kabupaten 24.871,51 Ha (29,75%) dan luas lahan


Pekalongan berada pada kisaran antara 0 bukan sawah sebesar 58.741,56 Ha
– 1.294 meter di atas permukaan laut (70,25%). Sebagian besar luas lahan
(dpL), dengan wilayah terendah berada di sawah merupakan sawah beririgasi teknis
Kecamatan Wonokerto dan wilayah 19.930,67 Ha (80,13%), 4.286,54 Ha
tertinggi di Kecamatan Petungkriyono. (17,23%) dan sisanya seluas 654,29 Ha
Penggunaan lahan Kabupaten (2,63%). Sementara untuk lahan bukan
Pekalongan dengan luas total 83.613,06 sawah sebagian merupakan hutan negara
Ha, dapat dibagi menjadi yaitu lahan sebesar 26.218,96 Ha (44,63%), berupa
sawah dan lahan bukan sawah. Pada rumah, bangunan dan halaman sebesar
tahun 2013, luas lahan sawah sebesar 21.649,57 Ha (36,86%) dan sisanya

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


48
10.873,03 Ha (18,47%) merupakan tegalan rata kepadatan penduduk adalah 1.030
atau kebun, ladang, perkebunan, hutan jiwa per Km2.
rakyat, tambak, kolam/empang, padang Dilihat dari sebaran penduduknya
rumput serta rawa-rawa. untuk masing-masing kecamatan terlihat
Wilayah Kabupaten Pekalongan belum merata. Ada tiga kecamatan dengan
memiliki iklim tropis, dengan rata-rata hari tingkat kepadatan penduduknya sudah
hujan per tahun pada tahun 2013 adalah mencapai diatas 4.000 jiwa, yaitu
143 hari dengan curah hujan rata-rata Kecamatan Wiradesa, Kedungwuni dan
2.992 mm. Buaran. Namun demikian, masih ada dua
kecamatan yang tingkat kepadatan
B.2. Gambaran Demografis penduduknya masih dibawah 200 jiwa,
Pertumbuhan penduduk adalah yaitu Kecamatan Lebakbarang dan
perubahan populasi sewaktu-waktu dan Petungkriono.
dapat dihitung sebagai perubahan dalam
jumlah individu dalam sebuah populasi B.3. Kemiskinan
menggunakan “per waktu unit” untuk Penduduk miskin di Kabupaten
pengukuran. Pertumbuhan penduduk yang Pekalongan selama kurun waktu lima
makin cepat, mendorong pertumbuhan tahun terus menerus mengalami
aspek-aspek kehidupan yang meliputi penurunan. Hal ini menunjukkan capaian
aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, positif para pelaku pembangunan di bidang
dan sebagainya. kesejahteraan rakyat. Kondisi ini harus
Jumlah penduduk di Kabupaten tetap dipertahankan atau ditingkatkan
Pekalongan tahun 2013 sebanyak 861.082 kinerja para pelaku pembangunan di
jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 427.815 bidang kesra sehingga kondisi sosial
jiwa dan perempuan sebanyak 433.267 ekonomi di kabupaten Pekalongan
jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun 2012 semakin mantap. Pada tahun 2013
yang mencapai 854.337 jiwa. Dimana penduduk miskin di Kabupaten Pekalongan
tahun 2012 jumlah penduduk laki-laki tercatat 116.500 jiwa.
424.465 jiwa dan perempuan 429.872 jiwa, Jumlah penduduk miskin di
berarti meningkat sekitar 0,80 persen atau Kabupaten Pekalongan selama 2009 –
bertambah sebanyak 6.745 jiwa. 2013 cenderung mengalami penurunan.
Pertumbuhan penduduk ini selain Prosentase penduduk miskin pada tahun
dikarenakan adanya pertumbuhan 2013 sebesar 13,51% turun dari tahun
penduduk alami (fertilitas dan mortalitas), 2012 sebesar 13,86%. Hal ini lebih baik
juga disebabkan adanya pertumbuhan dibandingkan Provinsi Jawa Tengah yang
penduduk migrasi, dimana terdapat migrasi mencapai 14,44% pada tahun 2013.
keuar yang lebih besar daripada migrasi Dengan demikian hal tersebut sejalan
masuk (migrasi neto negatif) atau dengan dengan komitmen pemerintah Kabupaten
kata lain penduduk yang keluar lebih Pekalongan dalam upaya untuk selalu
banyak dibandingkan dengan penduduk mengurangi dan menanggulangi
yang masuk Kabupaten Pekalongan. kemiskinan menuju target Millenium
Jumlah penduduk tersebut mendiami Development Goal’s (MDG’s) tahun 2015.
wilayah seluas 836,13 Km2 sehingga rata-

Tabel 5.2
Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Pekalongan,
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2009 – 2013
CAKUPAN PROSENTASE PENDUDUK MISKIN (%)
WILAYAH 2009 2010 2011 2012 2013
Kab. Pekalongan 17,93 16,29 15,00 13,86 13,51
Jawa Tengah 17,48 16,11 16,21 14,98 14,44
Nasional 14,15 13,33 12,36 11,66 11,47
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan, 2014

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


49
Namun demikian, upaya dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha
pengentasan kemiskinan masih perlu terus (sektor) dan setiap sektor tersebut dirinci
ditingkatkan, terutama dalam rangka lagi menjadi sub-sub sektor.
mengurangi tingkat kesenjangan antar PDRB dapat dibagi menjadi dua
wilayah. Oleh karena itu, program-program jenis, yaitu PDRB Atas Dasar Harga
untuk masyarakat miskin perlu diupayakan Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga
agar dapat dirasakan di seluruh Konstan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
masyarakat Kabupaten Pekalongan hingga menunjukkan kemampuan sumber daya
ke Desa-desa di pedalaman. Perbaikan ekonomi yang dihasilkan oleh suatu
distribusi pendapatan, program wilayah. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga
pemberdayaan masyarakat, perluasan Berlaku menurut sektor menunjukkan
kesempatan ekonomi pada masyarakat struktur perekonomian atau peranan setiap
berpenghasilan rendah serta memperluas sektor ekonomi dalam suatu daerah.
akses perlindungan sosial perlu terus Sektor-sektor ekonomi yang mempunyai
diupayakan. Jika dibandingkan dengan peranan besar menunjukkan basis
target-target yang dituangkan dalam perekonomian suatu daerah. Sementara
Rencana Pembangunan Jangka Panjang PDRB Atas Dasar Harga Konstan berguna
Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025, untuk menunjukkan Laju Pertumbuhan
pencapaian pengentasan kemiskinan Ekonomi (LPE) secara keseluruhan
masih belum memenuhi target capaian maupun sektoral dari tahun ke tahun. Nilai
kinerja pada RPJMD. PDRB yang besar menunjukkan
kemampuan sumber daya ekonomi yang
B.4. Kondisi Ekonomi besar pula.
1. Potensi Unggulan Daerah Sektor-sektor ekonomi lokal yang
Potensi-potensi yang ada dalam mempunyai potensi diharapkan menjadi
suatu wilayah dapat dilihat dari berbagai kekuatan ekonomi bagi masyarakat
macam perspektif dan pendekatan. Salah setempat dan bahkan menjadi sektor
satu indikator yang dapat digunakan untuk unggulan. Sejalan dengan paradigma
mengetahui potensi unggulan suatu daerah pembangunan yang partisipatif dan sensitif
adalah komposisi Produk Domestik terhadap nilai-nilai lokal, sistem ekonomi
Regional Bruto (PDRB). PDRB pada yang dijalankan diharapkan dapat
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah memberikan peran kepada usaha di tingkat
yang dihasilkan oleh seluruhunit usaha komunitas dengan sekala mikro, kecil dan
dalam suatu daerah tertentu atau menengah. Dalam hal ini peran UKM
merupakan jumlah nilai barang dan jasa sebagai pelaku usaha lokal secara optimal
akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh dan menggunakan teknologi yang sesuai
unit ekonomi. Salah satu pendekatan agar produk yang dihasilkan dapat lebih
dalam menghitung PDRB adalah bersaing baik di pasar nasional maupun
menggunakan pendekatan produksi yang internasional.
merupakan jumlah nilai tambah atas Berdasarkan kajian ekonomi,
barang dan jasa yang dihasilkan oleh distribusi PDRB berdasarkan Harga
berbagai unit produksi di wilayah suatu Konstan 2000 rata-rata selama lima tahun
daerah dalam jangka waktu tertentu. Unit- terakhir di Kabupaten Pekalongan dapat
unit produksi tersebut dalam penyajiannya dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3
Distribusi Sektoral PDRB atas dasar Harga Konstan 2000
Kabupaten Pekalongan Perirode 2010 – 2014
KONTRIBUSI TERHADAP TOTAL PDRB’ (%)
LAPANGAN
NO RATA- URUTAN
USAHA 2010 2011 2012 2013 2014*)
RATA
1 Pertanian 21,6 20,6 20,3 19,7
6 5 6 7 19,79 20,45 2
2 Pertambangan dan
Penggahan 1,02 1,01 1,02 1,01 0,98 1,01 9

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


50
KONTRIBUSI TERHADAP TOTAL PDRB’ (%)
LAPANGAN
NO RATA- URUTAN
USAHA 2010 2011 2012 2013 2014*)
RATA
3 Industri 25,9 26,4 26,4 26,7
Pengolahan 4 3 4 8 26,65 26,45 1
4 Listrik, Gas dan Air
Bersih 1,15 1,15 1,16 1,18 1,16 1,16 8
5 Bangunan 6,26 6,31 6,29 6,28 6,36 6,30 5
6 Perdagangan, 18,6 19,0 19,2 19,4
Hotel dan Restoran 3 6 2 1 19,33 19,13 3
7 Pengangkutan dan
Komunikasi 3,96 3,93 3,08 4,00 4,01 3,98 7
8 Keuangan,
Persewaan dan
Jasa Perusahaan 4,37 4,38 4,44 4,57 4,55 4,46 6
9 Jasa-jasa 17,0 17,0 17,0 17,0
1 8 8 1 17,16 17,07 4
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan, 2014 (Data Sekunder Diolah)
Keterangan: *) Angka Sementara

Dari tabel tersebut terlihat bahwa terbesar ketiga disumbangkan oleh Sektor
Sektor Industri Pengolahan masih Perdagangan, Hotel dan Restoran dengan
merupakan salah satu sektor unggulan sumbangan rata-rata selama lima tahun
Kabupaten Pekalongan. Hal ini ditunjukkan terakhir mencapai 19,13%.
oleh paling besarnya kontribusi sektor ini Grafik berikut menggambarkan
terhadap perekonomian Kabupaten kontribusi sektoral PDRB di Kabupaten
Pekalongan selama lima tahun terakhir Pekalongan selama periode 2013 – 2014*)
yang mencapai 26,45%. yang diurut mulai dari nilai kontribusi
Kontribusi sektor terbesar kedua terbesar (sektor Industri Pengolahan)
adalah Sektor Pertanian dengan rata-rata hingga nilai kontribusi terkecil (Sektor
selama lima tahun terakhir mencapai Pertambangan dan Penggalian) dengan
20,45%. Sedangkan, kontribusi sektor menggunakan Harga Konstan 2000.

Gambar 5.1
Kontribusi Sektoral PDRB Kabupaten Pekalongan Periode 2013 – 2014*)
(Harga Konstan 2000)

Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, 2014


Keterangan: *) Angka Sementara

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


51
Seiring dengan kontribusinya yang tercatat 32.250 unit usaha (industri besar,
besar terhadap PDRB, Sektor Industri sedang maupun industri kecil) dengan
Pengolahan; Sektor Pertanian; dan Sektor menyerap tenaga kerja sebanyak 184.523
Perdagangan, Hotel dan Restoran orang dengan nilai investasi mencapai
merupakan tiga sektor yang menyerap 1,197 trilyun rupiah dan nilai produksi
tenaga terbanyak di Kabupaten mencapai 5,045 trilyun rupiah.
Pekalongan. Secara bersama-sama ke tiga Berdasarkan sumbangan tehadap
sektor tersebut telah menyerap lebih dari jumlah unit usaha dan penyerapan tenaga
75% tenaga kerja. kerja, industri yang unggul di Kabupaten
Dari sektor unggulan tersebut, Pekalongan yaitu Pertenunan, Batik,
maka produk dan komoditas unggulan Bordir, Pakalan Jadi, Jeans, Pengolahan
berdasarkan sektor adalah sebagai berikut: Ikan, Gula Aren dan Anyaman Bambu.
1) Sektor Industri Pengolahan 2) Sektor Pertanian
Industri di Kabupaten Pekalongan Pada Sektor Pertanian, komoditas
dari tahun ke tahun selalu mengalami yang unggul dan kompetitif di tingkat
peningkatan, baik dari segi jumlah, tenaga Provinsi Jawa Tengah serta komoditas
kerja yang terserap maupun dari nilai yang cukup potensial untuk dikembangkan
produksinya. Sampai dengan tahun 2014, yaitu :

Tabel 5.4
Komoditas Sektor Pertanian di Jawa Tengah
Unggulan Tanaman
Pangan Padi Sawah
Hortikultura Bawang Daun, Lobak, Kacang-Kacangan
dipanen > 1 kali, Ketimun, Belimbing,
dipanen > 1 kali, Ketimun, Belimbing, Durian,
Jambu Biji, Mangga, Manggis, Nangka,
Pisang, Rambutan, Sirsak, Sukun, Jengkol,
Mlinjo, Petai.
Perkebunan Tebu, Teh, Panili
Peternakan Ayam Kampung, Itik, Kuda, Kerbau,
Kambing, Domba
Perikanan Ikan Darat
Kehutanan Pinus
Potensial Tanaman
Pangan Padi Ladang, Ketela Rambat
Hortikultura Kentang, Kangkung
Perkebunan Cengkeh, Kopi, Aren, Glagah Arjuno, Nilam
Peternakan Sapi Potong
Perikanan -
Sumber: Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2014

3) Sektor Perdagangan, Hotel dan 4) Sektor Jasa-Jasa


Restoran Sektor lainnya yang mempunyai
Selanjutnya melihat nilai output kontribusi cenderung meningkat dari tahun
pada Sub Sektor Perdagangan komoditi ke tahun dalam pembentukan PDRB di
sub-sub sektor industri memberikan Kabupaten Pekalongan adalah Sektor
kontribusi cukup dominan sebesar 61,90% Jasa-jasa. Sub sektor yang akan
disusul Sub-sub Sektor Pertanian sebesar diidentifikasi pada Sektor Jasa-Jasa yaitu
18,43%. Jadi komoditas pada Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi terutama
Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian Bidang Pariwisata, karena kondisi existing
menjadi unggulan untuk Sektor menunjukkan bahwa Kabupaten
Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pekalongan mempunyai banyak potensi
Pariwisata yang dapat dikembangkan.

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


52
Adapun potensi unggulan di Sub Sektor Pariwisata yaitu:

Tabel 5.5
Potensi Unggulan di Sub Sektor Pariwisata
KECAMATAN UNGGULAN ANDALAN POTENSIAL
Kandangsera - - Wisata budaya
ng
Paninggaran Perkebunan Teh - Makam Wali Tanduran,
Paninggaran Wisata budaya
Lebakbarang - - Curug Ciride, Wisata budaya
Petungkriyono Kawasan ekowisata - Lingga Yoni, Wisata budaya
Talun - - Wisata budaya
Doro - - Makam Ki Ageng Rogoselo,
Makam Atas Angin, Makam
Syekh Siti Jenar, Wisata
budaya
Karanganyar Kabalog, Jembatan Kulu Asri, Makam Habib Abdurrahman,
Lolong Tirta Alam, Makam Syekh Abu Bakar Bin
Prima Graha Toha Bin Yahya, Wisata
budaya
Kajen Hutan Wisata - Goa Putri, Wisata budaya,
Linggoasri Kali Paingan
Kesesi - - Makam Mbah Gendhon,
Wisata budaya
Sragi - - Wisata budaya

Siwaan Pantai Depok - Wisata budaya

Bojong - - Bendungan Gembiro, Makam


Siti Ambaryah, Wisata budaya
Wonopringgo - - Wisata budaya
Kedungwuni Sentra Jeans Sentra Wisata budaya
kerajinan
tempurung
kelapa
Karangdadap - Sentra bordir Wisata budaya
Buaran Sentra ATBM - Masjid Wonoyoso, Wisata
Budaya
Tirto - - Wisata budaya
Wiradesa Kampung Batik, Banyu Biru Makam Mbah Faqih, Wisata
Wiradesa, International budaya
Batik Center
Wonokerto Pantai Wonokerto - Wisata budaya
Sumber: Badan Perencanan Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2014

2. Pertumbuhan Ekonomi atas dasar harga konstan. Angka


Pertumbuhan ekonomi (economic pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dari
growth) merupakan salah satu indikator perubahan nilai PDRB pada harga konstan
untuk mengevaluasi dan tahun sekarang dengan tahun
perkembangan/kemajuan kinerja sebelumnya.
pembangunan ekonomi di suatu daerah Pada tahun 2014 kinerja ekonomi
pada periode tertentu. Agar diperoleh Kabupaten Pekalongan mengalami
gambaran tentang pertumbuhan ekonomi peningkatan dengan pertumbuhan ekonomi
secara riil, maka digunakan angka PDRB sebesar 5,85%, lebih tinggi dari tahun 2013

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


53
yang sebesar 5,45%. Untuk tahun 2013 ini tumbuh 6,93% sedangkan terendah terjadi
sebagian besar sektor mengalami pada Sektor Pertambangan dan
pertumbuhan secara positif. Pertumbuhan Penggalian sebesar 3,98%. Selengkapnya
tertinggi terjadi pada Sektor Keuangan pada tabel berikut ini :
Perusahaan dan Jasa Perusahaan yang

Tabel 5.6
Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kabupaten Pekalongan
atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun 2010 – 2014*)
TAHUN
SEKTOR
2010 2011 2012 2013 2014*)
1. Pertanian 3,61 (0,09) 3,83 2,38 4,21
2. Pertambangan dan Penggalian (2,55) 3,97 5,57 5,13 3,98
3. Industri Pengolahan 4,23 6,74 5,38 6,79 6,28
4. Listrik, Gas dan Air 5,82 4,50 6,14 7,18 5,90
5. Bangunan 4,17 5,57 5,00 5,20 6,41
6. Perdagangan, Hotel dan
Restauran 4,31 7,16 6,21 6,49 6,09
7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,76 4,11 6,72 6,04 5,92
8. Keuangan Perush. dan Jasa
Perush. 4,96 4,99 6,90 8,45 6,93
9. Jasa-jasa 5,00 5,19 5,37 4,97 5,99
Pertumbuhan PDRB (%) 4,27 4,77 5,32 5,45 5,85
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pekalongan Kabupaten Pekalongan, 2014
Keterangan: *) Angka Sementara/Prediksi Sementara

3. Inflasi yang sangat tinggi yang mencapai 8,32%.


Secara sederhana inflasi diartikan Kenaikan harga bahan bakar minyak
sebagai meningkatnya harga-harga secara (BBM) yang diumumkan Pemerintah per 18
umum dan terus menerus. Kenaikan harga November 2014 dan diikuti oleh kenaikan
dan satu atau dua barang saja tidak dapat komoditas lainnya menjadi penyebab
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu tingginya inflasi ada tahun 2014 ini.
meluas (atau mengakibatkan kenaikan Perbandingan Inflasi Kabupaten
harga) pada barang lainnya. Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan
Sepanjang tahun 2014 di Nasional Tahun 2010 – 2014 dapat dilihat
Kabupaten Pekalongan telah terjadi inflasi dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.7
Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan,
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010 – 2014
CAKUPAN Tingkat Inflasi %
WILAYAH 2010 2011 2012 2013 2014
Kab. Pekalongan 6,54 2,65 2,98 8,18 8,32
Jawa Tengah 6,88 2,68 4,24 7,99 8,2
Nasional 6,96 3,79 4,30 8,38 8,36
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


54
Gambar 5.2
Tingkat Inflasi Kabupaten Pekalongan
Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2010 – 2014

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2014


1. Koordinasi dan rekonsiliasi terkait dengan penerimaan bagi hasil pajak pusat propinsi
2. Mengajukan usulan program kegiatan yang diharapkan pembiayaannya dan pemerintah
propinsi melalui Dana Bantuan Keuangan.

B.5. Kinerja Ekonomi Makro 1) Indurstri pengelohan sebesar 26.45%


1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2) Pertanian sebesar 20.45%
Salah satu indikator kemempuan 3) Pendapatan , Hotel dan Restoran
daerah dalam pembangunan secara sebesar 19.13 %
konvensional adalah dengan mengukur Sektor pengangkutan dan
seberapa besar PAD atau Pendapatan komunikasi dan keuangan persewaan,
Asli Daerah Tersebut. perusahaan serta sektor jasa – jasa
Kabupaten pekalongan pada tahun menunjukkan sektor yang memberi andil
anggaran 2014 capaian kenerja PAD besar dalam PDRB.
sebesar Rp. 225.037.017.191.46 dari Peningkatan besaran dan jenis
terget yang ditetapkan sebesar Rp. PDRB ini tempat berkaitan dengan
213.752.969.00 atau melampui terget kemampuan mayarakat dalam membayar
119.30 %. Namun jumlah tersebut pajak dan retribusi serta berapa besar
terhitung masih target rendah dari total tenaga kerja yang bisa diserap oleh
pendapatan daerah , hanya sebesar 17.30 aktivitas ekonomi itu. Rentetan selanjutnya
% idealnya secara ekonomi capainya adalah seberapa besar penghasilan
adalah lebih dari 50 % total pendapatan percapita penduduk dan kesejahteraan
daerah atau kontribusi PAD lebih dari 50 Income percapita mereka.PAD yang agak
% total pendapatan dareh. randah ini sulit untuk mendorong pemda
Kontribusi yang belum belum besar melakukan semacam “ Big Push ”
ini disebabkan oleh belum banyaknya ekonomi seperti investasi – investasi yang
sektor sektor yang berkembang di dapat mendongkrak kemampuan
masyarakat selain itu sumbangan masing masyarakat, menciptakan lapangan kerja
– masing sektor juga belum secara mengurangi pengangguran dan
signifikan atau menyakinkan menambah menigkatkan kesejahteraan. Data tahuin
PAD Kab. Pekalongan. Tiga besar sektor 2014 mengenai Income percapita yang
yang memberi kontribusi terbesar dalam dikeluarkan oleh Pemda kab. Pekalongan
PDRB adalah : menujukkan sebesar 3.760.000 per tahun,

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


55
jadi kira – kira hanya sebesar 310.00 angka pertumbuhan penduduk
perbulan. Angka ini merupakan faktor rata menunjukkan ketidakmampuan sektor
–rata tiap (orang perkapita) jadi masih ekonomi wilayah tersebut. Untuk
banyak penduduk atau masyarakat yang menopang dan memberi peluang kerja bagi
mempunyai pendapatan lebih rendah dari masyarakat. Data dari tahun 2009 sampai
itu .Income percapita ini belum dengan 2013 menunjukka pertumbuhan
menggambarkan kondisi sesungguhnya ekonomi yang tidak begitu tinggi. Tahun
income / pendapatan kerana merata atau 2009 sebesar 4.30% ,Tahun 2010 menurun
rata –rata ini dapat berarti ada sejumlah hanya sebasar 4,27 %. Tahun 2011 naik
kecil penduduk atau lapisan masyarakat menjadi 4.77%, Tahun 2012 naik menjadi
yang mempunyai penghasilan tinggi , di sebasar, 5.23% dan tahun 2013 menjadi
lain pihak ada sejumlah besar penduduk .5.45 %. Tahun 2015 ini diperkirakan
yang berpenghasilan rendah. menurun karena sacara nasional
Menurut Demografi Kab. pertumbuhan ekonomi tidak begitu
Pekalongan ada tiga kecamatan yang optimistik.
mempunyai penduduk padat yakni 3. Inflasi
wiradesa, kedungwuni dan Buaran, Indikator ekonomi konvensional lain
kecamatan pertama berkarakter wilayah adalah angka inflansi daerah . data resmi
dataran berbatas laut dimana penduduk yang direlease oleh Pemda Kabupaten
sebagai nelayan yakni buruk nelayan. Pekalongan menunjukkan bahwa angka
Sebagain besar yang lain di iniflasi dari tahun ke tahun mengalam
wiradesa , kedungwuni dan buaran kenaikan yang cukup signifikan menjadi
bermata pencahairian sebagai buruh 3,39%, tahun 2010 naik menjadi cukup
industri kecil / rumahan dan industri signifikan menjadi sebasar 6.59%. Tahun
pengolahan. Ketiga kecamatan ini 2011 turun signifikan menjadi 2,65 % dan
ekonominya bertumpu pada industri batik tahun 2012 naik sedikit menjadi 2.93%,
dan tekstil sedangkan kecamatan tetepi tahun 2013 naik sempat tanjam
kecamatan lain masih bertumpu pada menjadi 8.80 %. Tahun 2014 akhir dan
pertanian. Kecmatan yang tingkat 2015 diperkikan naik lagi meningkat tahun
pendapatan atau densitasnya rendah itu pemerintah menaikkan harga BBM.
adalah lebakbarang dan petungkriono Karena biasanya kenaikan BBM memicu
dengan karakter sebagaian besar munculnya inflasi atau melesatnya inflansi,
penduduknya bermata pencaharian di inflasi terlalu tinggi akan mengakibatkan
bidang pertanian/ perkebunan . Tidak ada daya beli masyarakat merosot. Harga –
industri besar / berat serta belum harga komoditas yang ada kaitanya
berkembangya sektor – sektor lain seperti dengan BBM akan naik, tetapi sebaliknya
perdagangan, pariwisata serta perhotelan harga –harga komoditas pertanian tidak
dan restoran mengakibatkan perekonomian seluruhnya meningkat . Imbasnya nilai
kab.Pekalongan belum terdiversifikasi tukar petani atau masyarakat yang bermata
secara merata . Belum berkembangnya pencaharian di sektor pertanian mangalami
prekonomian ini mempengaruhi income penurunan relatif yang mengkibatkan daya
percapita penduduk . sesungguhnya telah beli mereka melemah. Angka Inflasi yang
terjadi peningkatan anggaran Income mencapai dua digit tentunya
percapita tiap tahun, tetapi masih kurang mengakibatkan melemahnya nilai tukar
signifikan , karana setaiap kenaikan selalu mata uang rupiah, sehingga menjadi
diikuti dengan kenaikan Inflansi. sempat rendah nilai nominalnya.
2. Pertumbuhan Ekonomi Indikator nonekonomi sebagai salah
Indikator Konvesional lain dari satu dari unsur composif untuk mengukur
keberhasilan pembangunan adalah kinerja pembangunan suatu daerah adalah
pertumbuhan ekonomi, untungnya patokan tingkat pembangunan
atau pedoman pertumbuhan ekonomi ini 4. Tingkat Pengangguran Terbuka
adalah angka pertambahan jumlah Data time series di kab. Pekalongan
penduduk di tambah sekian persen, hal ini menujukkan angka yang bersifat fluktuatif,
di dasrkan pada asumsi bahwa pada tahun 2010 TPT ( Tingkat
pertumbuhan yang sama atau di bawah Pengangguran Terbuka ) sebesar 8.14%

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


56
dari seluruh penduduk . Pada tahun 2011 tetapi angka pengangguran ini belum
menjadi 12.50 %, kemudian pada tahun memuaskan jenis pengangguran lain yakni
2012 menjadi 10.55% dan tahun 2013 penganguran terselubung. (disquesed
angka TPT berubah menjadi 9.40%. Data Unew plogment) yang justru diberbagi
tahun 2014 belum tercatat di BPS daerah atau setara jumlahnya lebih besar
kabupaten pekalongan. Data tahun 2012 dari pengangguran terbuka.
dan 2013 menujukkan tren penerunan,

Tabel 5.8
TPT Kab. Pekalongan Tahun 2010 – 2013
TPT 2010 2011 2012 2013
Laki- laki 3.89 5.37 4.22 4.96
Perempuan 4.25 7.13 6.33 4.44
Total 8.14 12.50 10.55 9.40
Sumber : BPS Kab. Pekalongan 2014

Dilihat dari jenis kelamin proposi 5. Jumlah Penduduk Miskin dan


penduduk perempuan yang mencari Tingkat kemiskinan
pekerjaan lebuh banyak di bandingkan Jumlah penduduk miskin dan
dengan penduduk laki –laki hanya pada tingkat kemiskinan di Kab. Pekalongan
tahun terakhir (2013) jumlah penduduk laki selama kurun waktu 4 Tahun terakhir
– laki yang mencari pekerjaan lebih banyak jumlahnya konstan meski presentasi turun.
dari pada penduduk perempuan dengan
selisih tipis.

Tabel 5.9
Penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kab. Pekalongan 2010-2013
Tahun Juml Pend Jumlah Pend %Pendk Miskin %Pendk Miskin
Miskin Jateng
2010 842.223 136.600 16.29 16.11
2011 848.710 125.900 15.00 16.21
2012 854.287 116.500 13.86 14.98
2013 861.082 116.500 13.51 14.44
Sumber : BPS Kab. Pekalongan 2014

Data penduduk miskin ttahun 2012 Angka harapan hidup ( ANH ) Kab.
dan 2013 menujukkan angka yang sama Pekalongan menujukkan peningkatan ,
yakni 111.500 jiwa tetapi persentase nya Data yang ada memperlihatkan kenaikkan
menjadi turun karena pada tahun yang angka harapan hidup. Tahun 2010 ANH
sama jumlah penduduk bertambah dari 69.01, Tahun 2011 meningkat menjadi
854.287 menjadi 861.082 . Jadi dilihat dari 69,28, tahun 2012 maik menjadi 69. 53 dan
jumlah atau kuantitasnya tidak berubah , tahun2013 menjadi 69.96. dilihat dari sisi
sedangkan persentasenya menurun. ini terlihat tren positif
Angka ini memeng lebih baik dari 2) Tingkat kematian Bayi
presentaswe penduduk miskin Jateng yang Pada sisi lain jumlah kematian
masih sebesar 14.44% bagi yang baru lahir fluktuatif , data yang
6. Kesehatan dikeluarkan oleh BPS Kab. Pekalongan
Para ahli umunya menggunakan menujukkan terjadinya peningkatan diawal
tiga indikator untuk mengukur keberhasilan tahun 2010 jumlah atau kepala kemataian
pembangunan sosial suatu negara atau bagi bayi sebesar 11 anak. ( tidak ada
masyarakat .pertama adalah : penjelasan per 1000 kelahiran atau dari
1) Tingkat harapan hidup atau angka total kelahiran ). Tahun 2011 turun
harapan hidup. menjadi 11 anak dan tahun 2013 menjadi
10 anak. Terjadi fluktuasi kematian bagi

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


57
yang baru lahir ini adalah petunjuk belum lulus SD melanjutkan Studi/sekolah SLTP,
merata dan meningkatnya pelayanan tetapi kemudian angka ini menurun. Pada
terhadap kelahiran bayi. tahun 2010 menjadi 80.40 %, tahun2011
3) Tingkat Kematian Ibu melahirkan menjadi 84.38 %, tahun 2012 menjadi
Data jumlah kematian ibu 85.17% dan tahun 2013 menjadi 84.48 %
melahirkan dapat dikatakan mengalami jadi jelas terjadi penurunan angka
tren peningkatan. Hanya pada tahun keberlanjutan studi dari kelulusan SD di
terakhir yang tercatat saja. angkanya Kab . Pekalongan.
mengalami penurunan namun tidak cukup 2) Angka melanjutkan sekolah dari SLTP
signifikan angka kematian ibu melahirkan ke SLTA
pada tahun pada tahun 2010 sebasar 127 Serupa atau idem distro dengan
( tidak ada catatan per berapa penduduk ) keberlanjutan studi / sekolah dari SD ke
tetapi setahun kemudian menurun SLTP, angka melanjutkan sekolah dari
signifikan menjadi 105, tahun 2012 SLTP ke SLTA juga mengalami tren
meningkat tajam sekali menjadi 184 jiwa penurunan atau merosot . Tahun 2009
dan tahun 2013 menjadi 183. Apanbila dri angkanya 83,9% teapi tahun 2010 merosot
tiga indikator kesehatan ini di gabungkan menjadi 74, 41%, tahun 2011merosot lagi
terlihat optimalnya pelayanan kesehatan menjadi 71.91%, tahun 2012 merosot lagi
masyarakat di kab. Pekalongan angka menjadi 74.62%.
kematian baik bagi baru lahir maupun ibu Dilihat dari rata -rata perkembangan
yang melahirkan masih cukup tinggi. selama 4 - 5 tahun , angkanya melanjutkan
7. Pendidikan sekolah dan masuk ke pasar kerja atau
Ada tiga indikator untuk mengukur menganggur.
sejauh mana proses pembangunan di 3) Angka Rata-rata Lama Sekolah
suatu negara/masyarakat di laksakan. Rata -rata lama sekolah yang
Pertama adalah tercatat di pemerintah daerah kab.
1) Angka melanjutkan sekolah dari SD ke Pekalongantidak banyak mengalami
SLTP perkembangan yang berarti. Angkanya
2) Angka melanjutkan sekolah dari SLTP fluktuatif tetapi berpesar tipis sekali tidak
ke SLTA ada kenaikan atau lonjakan yang signifikan
3) Angka Rata-rata Lama Sekolah hal ini menujukkan bahwa kinerja dalam
Memang masih ada satu indikator pengembangan pendidikan belum
lagi yakni angka melek huruf, namun sering optimum/ tidak optimum. Angka tahun2009
kali indikator ini tidak banyak dipakai tercatat rata- rata selama sekolah 6,66
kaeran asumsi bahwa pada masa tahun, tahun berikutnya tetap sama atau
mellenium ini pendidikan dasar merupakan stgman 6,6 tahun , tahun 2011 naik sedikit
suatu keniscayaan. 6,79 tahun, 2012 menjadi 6,8 tahun 2013
1) Angka melanjutkan sekolah dari SD ke tetap pada angka 6,8. Sebagai
SLTP perbandingan rata -rata lama sekolah
Terdapat data yang lebih komplit penduduk di negara - negara maju lebih
mengenai hal ini . Data tahun 2009 dari 12 tahun. Dua kali lebih lama dari pada
menujukkan angka sebanyak 93.76% rata - rata lama sekolahdi beberapa negara
artinya sebanyak sekian persen anak yang berkembang.

C. PENUTUP
C.1. Simpulan
Dilihat dari beberapa variabel yakni sebesar 113.500 jiwa atau 13.51 % dari
ekonomi makro dan variabel non ekonomi total penduduk Kab. Pekalongan.
seperti sosial, pendidikan dan kesehatan Dilihat dari peringkat provinsi, Kab.
ternyata kinerja pembangunan Kabupaten Pekalongan menduduki rangking 22
Pekalongan adalah sebagai berikut: Kab/Kota se Jawa Tengah.
1. Tingkat pengangguran terbuka masih 2. Angka harapan hidup cukup tinggi
cukup tinggi, angkanya hampir dua digit tetapi angka kematian bayi baru lahir
yakni 9.0 %. Jumlah penduduk miskin dan angka kematian ibu melahirkan

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


58
juga cukup tinggi yakni 10 bayi dan 183 tidak dapat memberi kesimpulan bahwa
jiwa ibu. Jadi dari tiga indikator variabel seluruh gambaran ekomomi makro
kesehatan ini dua diantaranya belum daerah adalah cerminan dari kinerja
memperlihatkan kinerja layanan daerah tersebut.
kesehatan yang optimum. 5. Angka pertumbuhan ekonomi tahun
3. Angka melanjutkan dari SD ke SLTP 2013 sebesar 5.45%, namun
awalnya di tahun 2009 cukup baik, pertumbuhan ekonomi yang mengalami
tetapi kemudian merosot tajam. Pada kenaikan itu dibarengi dengan kenaikan
tahun 2009 angka indikator ini 93.76 %, angka inflasi ; tahun 2010 tercatat
tetapi di tahun 2013 menjadi hanya 6,54%. Tetapi pada tahun 2013 angka
84.48%. Angka selanjutnya dari LTP ke inflasinya juga meningkat 8,8%.
SLTA juga mengalami hal yang sama. Sedangkan pendapatan perkapita
Pada tahun 2009 mencapai 83.9 %, tahun 2012, 3.368.143, tahun 2013
namun pada tahun 2013 turun menjadi pendapatan perkapita hanya sebesar
74.62 %. Indikator ketiga yaitu rata - 3.760.000. Apabila variabelnya di
rata lama sekolah tidak mengalami tambahkan dengan sumbangan /
perkembangan yang menggembirakan. kontribusi PAD terhadap total
Tahun 2009 angkanya sebesar 6.66 pendapatan daerah yang hanya
tahun. Sedangkan pada tahun 2013 sebesar 17 %, maka secara ekonomi
naik tipis sebesar 6,80 tahun. Kab. Pelakalongan masih berada pada
4. Satu variabel lagi yakni variabel level rendah.
ekonomi makro menunjukkan bahwa
indikator - indikator variabel ini seperti C.2. Saran
pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi Diperlukan penelitian lanjutan untuk
dan pendapatan perkapita belum memperoleh gambaran lebih lengkap
menunjukkan angka yang mengenai kinerja pembangunan
mengesankan. Variabel ini memang mengingat masih ada beberapa variabel
sangat di pengaruhi oleh kondisi yang belum dimasukkan di dalam
ekonomi makro , oleh karena itu kita penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Koencoro, Mudrajad. 2000. Ekonomika Pembangunan, Teori, Masalah dan Kebijakan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Korten, David C. 1980. Community Organization and Rural Development: A Learning
Process Approach: Public Administration Review.
Moeljanto. 1993. Politik Pembangunan : Sebuah Analisis, Konsep, Arah dan Strategi.
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.
Seers, Dudley. 1973. The Meaning of Development dalam Charles K Wilber (ed) The
Political Economy of Development and underdevelopment. New York: Random
House.
Syahrir. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1, No. 2, September 2015


59

Anda mungkin juga menyukai