Anda di halaman 1dari 27

DIMENSI SOSIAL WANITA DAN

PERMASALAHANNYA
DIMENSI SOSIAL WANITA DAN PERMASALAHANNYA

A. status sosial wanita

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2001 status adalah keadaan atau
kedudukan orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan
masyarakat. Status social wanita berarti kedudukan wanita dalam masyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial
adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta
kewajiban-kewajibannya.
Status wanita mencakup dua aspek yaitu :
1. Aspek otonomi wanita.
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol ekonomi atas
dirinya disbanding dengan pria.
2. Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadapa orang
lain diluar rumah tangganya.

Status wanita meliputi:


1. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini
mengisyaratkan bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status
sosialnya dianggap rendah disbanding wanita yang bis mempunyai anak.
2. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah.
Santrock (2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan
harga diri. Wanita yang bekerja mempunyai status yang lebih tinggi disbanding
dengan wanita yang tidak ikut kerja.

B.Nilai wanita
Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu,
kadar, sifat-sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.
Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh
penjuru dunia dalam sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia,
mahluk pelengkap, konco wingking dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban,
terlebih lagi peradabannya diatur dan ditentukan oleh laki-laki. Pada peradaban
Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka menyatakan bahwa perempuan tidak
memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan tercipta hanya untuk
melayani laki-laki semata-mata.
Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka
menempatkan perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana.
Kalangan dibawahnya menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Saat
perempuan sudah menikah, suami berhak melakukan apa saja terhadap istrinya.
Pada peradaban Romawi perempuan kedudukannya dibawah kekuasaan sang
ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada suami. Kekuasaan yang
dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir, menganiaya
bahkan sampai membunuh.
Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi
para dewa oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang
bersuami tergantung hidup mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka
istri harus dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dibakar.
Gambaran ilustrasi peradaban diatas menyiratkan bagi kita, nilai
perempuan yang sangat rendah dibanding laki-laki. Pada zaman sekarang nilai
wanita juga masih dianggap rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam
kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam keluarga anak lebih takut
atau lebih patuh pada ayah disbanding pada ibu. Dikehidupan masyarakat, laki-
laki lebih diutamakan daripada perempuan.

C. Peran Wanita

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001peran


berarti tingkah laku yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan
kedudukan dimasyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis
kehidupan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:
1. peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga
a. Ibu rumah tangga penerus generasi. Perempuan berperan aktif dalam
peningkatan kualitas generasi penerus sejak dalam kandungan.
b. Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami merupakan
relasi dalam hubungan yang setara sehingga dapat tercapai kasih saying dan
kelanggengan perkawinan.
c. Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam kandungan.
Memberikan contoh berperilaku yang baik karena anak belajar berperilaku dari
keluarga. Ibu dapat memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti, pendidikan
masalah reproduksi.
d. Pengatur rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara, mengatur rumah
tangga, menciptakan ketenangan keluarga. Istri mengatur ekonomi keluarga,
pemelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi tiap hari,
menumbuhkan rasa memiliki dan bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah
tangga juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.

2. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai mahluk


sosial yang berpartisipasi aktif.
Wanita berpatisipasi aktiv dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Wanita berperan aktiv dalam pembangunan dalam berbagai bidang
seperti dalam pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk
memajukan bangsa dan Negara.
Permasalahan kesehatan wanita dalam dimensi
social dan upaya mengatasinya :

1. Kekerasan
Pengertian kekerasan
Pasal 89 KUHP :
Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani tidak kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan tangan
atau dengan segala macam senjata, menepak, menendang dsb.
Bentuk- Bentuk Kekerasan
a. Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat / raasyarakat, intimidasi,
isolasi, melarang istri bekerja.
b. Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu, menarik
rambut, mencekik, dll.
c. Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi,
memaksa anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam keuangan rumah
tangga, dan lain-lain.
d. Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau melakukan
penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri tetapi istri tidak
menginginkannya.
Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan
(ungkapan verbal ) Bering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya
mungkin belum terjadi, tetapi ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada
tindakan kekerasan fisilk secara nyata.

Penyebab ter adinya kekerasan adalah


a. Perselisihan tentaing ekonomi.
b. emburu pada pasangan.
c. Pasangan mempunyai selingkuhan.
d. Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
e. Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
f. Permasalahan dengan anak.
g. Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai pekerjaan.
h. Istri ingin melanj utkan studi/ingin bekerja.
i. Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.
Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria
a. Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
1) Bila terjadi adi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan merupakan cara
cepat penyelesaian masalah.
2) Deegan melakukan perbuatan kekerasan, prig merasa hidup lebih berarti karena
dengan berkelahi ma ka pria merasa menjadi lebih digdaya.
3) Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh `kemenangan' dan
mendapatkan apa yang dia harapkan, maka korban akan menghindari pada
konflik berikutnya karena untuk menghindari rasa sakit.
b. Pria merasa berkuasa atas wanita. Bila pria merasa mempunyai istri ‘kuat' maka
dia berusaha untuk melemahkan wanita agar merasa tergantung padanya atau
membutuhkannya.
c. Ketidaktahuari priaa. Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu
mengandalakan kekerasan sebagai satu-satunyajclan menyelesaikan masalah
dan tidak mengerti cara lain maka kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-
aina baginya sebagai cara yang jitu setiap ada kesulitan atau tertekan karena
memang dia tidak pernah belajar cara lain untuk bersikap.
Akilbat Tindakan Kekerasan
a. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
b. Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam
tubuh(psikosomatik), seperti: cemas, tertekan, st-I-ess, anoreksia (kurang nafsu
makan), insomnia (susah tidur, Bering mimpibtwik,jantw-igterasa berdebar-
debar, keringat dingin, rnual, gastritis, nyeri perut, posing, nyeri kepala.
c. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena benda tajam,
patah tulang, luka bakar.
d. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan seksual,
tidak ada hasrat seksual, frigid.
e. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi abortus/
keguguran.
2. Perkosaan
Pengertian perkosaan:
a. Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain
ke dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
b. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan disiksa,
dipukuli sampai pinsan, atau ketika perempuan meronta, melawan, berupaya
melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi meskipun
perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila perbuatan
tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak perkosaan.
bukan kesalahan wanita.
c. Dalani rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istril
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.

Motivasi Perkosaan
a. Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban
dengan cara mengancam (dengan senjata secara, fisik menyakiti perempuan,
verbal dengan mengertak) dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
b. Sebagai cara meluapkan rasa march, penghinaan, balas dendam,
menghancurkan lawan baik masalah individu maupun masalah kelompok
tertentu, sedangkan unsur rasa cinta ataupun kepuasan
seksual tidak penting.
c. Luapan perilaku sadis, pelaku merasa p» as telah membuat penderitaan bagi
orang lain.

Jenis-Jenis Perkosaan
a. Perkosaan oleh orang yang dikenal.
1) Perkosaan oleh suami/bekas suwami.
2) Perkosaan oleh pacar/dating rape.
3) Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
4) Pelecehan seksual pada anak. b. Perkosaan oleh orang yang t1dak dikenal.

Perempuan Rentan Terhadap Korban Pemerkosaan


a. Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli,
buta atau keterbelakangan mental. Mereka tidak mampu mengadakan
perlawanan.
b. Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/gelandangan, di
daerah peperangan.
c. Korban tindak kekerasan suami/pacar.

Pencegahan Pemerkosaan :
a. Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.
b. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak teman,
tidak berduaan.
c. Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan sesama
pegawai atau atasan.
d. Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang diri.
e. Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu malam hari.
f. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan
bertanya ke orang tersebut dengan nada keras, dan tegas. apa maksud dia.
g. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela diri seperti
parfum spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata
h. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun pada atasan yang
punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
j. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut
merayu tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa
risih, tidak nyaman, dan cepatlah meninggalkannva.
k. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke tempat sepi.
l. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis. obat-obatan
dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan makanan.
m. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi. hansip atau
instapsi.
n. Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.
Sikap terhadap korban perkosaan:
a. Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya.
b. Menumbuhkan gairah hidup.
c. Mengliargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.
d. mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.

Resiko kesehatan pada korban perkosaan:


a. Kehamilan. Dapat dicegah dengan minuet kontrasepsi darurat pada 24 jam
pertama.
b. Tejangkit Infeksi menular seksual.
c. Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
d. Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan, memerlukan waktu
terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah temoda.
e. Gejala psik-ologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada waktu singkat
perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send iri, sebab merasa dirinya
yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya
selalu menyalahkan perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan
tidur, ancreksia/tidak nafsu makan,kecemasan mendalam, perasaan males
untuk bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila
penanganan tidak adekuat seiring dengan makin bertambah, waktu yaitu
perasaan tidak punya daya upaya, marah yang mernbara, merasa diri tidak
berharga, timbul gejala psikosomatis seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan
sakit. Selain itu dapat timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri.
Gejala psikologi ini tiap perempuan berbeda tergantung dari tipe kepribadian
terbuka atau tertut,dukungan dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri
dengan apa yang dialami, pengalaman dalam menghadapi stress, koping
mekanisme/telcnik mengatasi masalah sebelumnya.
Tindakan pada saat serangan seksual:
a. Hindari menangis atau minta belas kasihan.
b. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c. Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak, menawar, melakukan
strategi perlawanan.
d. Amati ciri khusus pelaku.
e. Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.

Penanganan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya
mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
c. Mendokumentasikan basil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.
Upaya promotif :
a. Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak
perkosaan untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan
bila ingin melapor ke polisi.
b. Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c. Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja.
d. Sosialisasi hukum yang terkait.
Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak perkosaan:
a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
c. asal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).
Penjelasan selengkapnya tentang pasal pasal pada akhir bab ini.

3. Pelecehan seksual
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan bermakna
seksual yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi sasaran.

Bentuk-bentuk pelecehan seksual


a. Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
b. Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan,
elusan, colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
c. Menggoda, kearah hubungan seksual.
d. Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan perempuan.
Akibat pelecehan seksual
a. Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung dipermalukan, terhina,
trauma sehingga takut keluar rumah.
b. Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.
Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak pelecehan seksual:
a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
c. Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-undang Perlindu-nganAnak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam.Rumah Tangga(KDRT).'

4. Single parent
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal,
hanya ayah atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga
sah secara hukum maupun keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum
agama maupun hukum pemerintah.
Sebab-sebab terjadinya single parent
a. Pada keluarga sah.
1) Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan
adanya perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan
keluar, masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh,
kematangan emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri
yang tinggi di luar rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat
merupakan faktor timbulnya perceraian.
2) Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan Tuhan.
Manusia hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada
berbagai macam. Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan,
musibah bencana alam, kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
3) Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar
narkoba atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana
korupsi sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
4) Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus, berpisah
dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang
meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu
saja sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch
ayahnya yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota. kelahiran.
5) Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan
yang lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah,
terkadang ke luar negeri.
Dampak single parent
a. Dampak negative
1) Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap, ditinggalkan
orang tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi
pemarah, berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang,
menyakiti temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku
yang baik sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang paling
berbahaya biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak
jalanan, terpengaruh penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala
kegelisahan dalam hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang
perhatian orang tuanya.
2) Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai janda
atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan
ejekan.
3) Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri Leman
sepermainan sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini dapat
mengakibatkan anak menj adi kurang percaya diri dan kurang kreatif.
b. Dampak positif
1) Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya
mengijinkan teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau
ayah d iterima penuh karena tidak terjadi pertentangan.
2) Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
3) Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Penanganan single parent
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara positif antara
lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan
hal-hal yang negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga,
lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur
orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang
tua tunggal dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak
teman yang bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian.
Upaya pencegahan single parent dan pencegahan dampak negatif single
parent
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam
segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.

5. Perkawinan usia muda dan tua


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun 1974)

Perawinan usia muda


Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij
inkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun
pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang
ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah
menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana.
Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan diij inkan bila laki-laki
berumur 21 tahun dan perempi mn berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan
usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun
dan perempuan kurang dari 19 tahun.

Perkawinan usia tua


Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35
tahun.

Kelebihan perkawinan usia muda


a. Terhidar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
Kelebihan perkawinan usia tua
Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk
keluarga sejahtera berkualitas terbentang.
Kekurangan pernikahan usia muda
a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin
meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka
kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan
seksual dilakukan pada saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi
bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesakitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan
pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan jenjang
tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian
pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum
alkohol, narkoba dan seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan meningkatkan risiko perceraian.

Kekurangan pernikahan usia tua


a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-
igkinan/risiko tejadi ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi
kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis basil konsepsi (fetus)
sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. Aneuploidy, yaitu ketika
kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down
syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome).

Penanganan Perkawinan Usia Muda


a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi
sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga muda
baik clukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan
keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Penanganan Perkawinan Usia Tua
a. Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan
gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi se-hat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

6. Wanita Di Tempat Kerja


Alasan wanita bekerja
a. Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan karena
produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi
kebutuhan sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk
memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan
sekunder seperti perabot rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman
rnengambil keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat
kerja, pola pikir terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam
keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi,
Leman sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkaan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terns terpacu
untuk selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan
memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
Dampak wanita bekerja
a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas. Asap
rokok, bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo Morin
untuk racun hewan perusak.
b. Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat,
supervisor, manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa
menolak karena ketakutan atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya
menyebabkan tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk memperhatikan
pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebilian
memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena
pusat perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan
peran sebagai istri dan sebagai ibu.
Upaya pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju khusus
untuk proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila lembur,
divas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh
atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan
kegiatan bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran
dengan suami dan selalu menghargai suami.

1. Incest

Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga.


Anggota keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai
hubungan pertalian darah. Batas pertalian darah paling atas adalah kakek,
paling bawah adalah cucu, batas kesamping adalah keponakan. Keluarga diluar
itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang yang lebih dewasa
(lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi pada
anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga
terjadi akibat paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan,
namun ada juga yang sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri,
perkawinan incest diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest
tidak dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di Indonesia dinyatakan sah
dilakukan menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama Islam di
Kantor Urusan Agama (KUA) dan selain agama Islam di Kantor Pencatatan
Sipil. Sah tidaknya perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-
masing. Semua agama di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui
ada pertalian darah (muhrim dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah
dilakukan dan walaupun sudah mempunyai anak, maka perkawinan harus
dibatalkan.

Gambaran incest di luar ikatan perkawinan


a. Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban, tinggal dalam
satu rumah.
b. Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan diri.
Biasanya dibawah tekanan karena ancaman pelakusehingga ketakutan atau
diberi imbalan atau dengan bujuk rayu misalnya diberi uang atau makanan.
c. Sering berakibat trauma fisik dan psikis.
Perlindungan Hukum
Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 81-82
UUPKDRT, KUHP pasal 285, KUHP pasal 98, KUH Perdata pasal 1365.

Upaya Mengatasi
a. Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah sendirian
dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
b. Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada tindakan
pelecehan dalam keluarga.
c. Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau saudara baik
sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
d. Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.
e. Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman pelaku.

2. Home Less
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup
dalam keadaan tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat
umum. Home less banyak terdapat di kota- kota besar. Kedatangan mereka ke
kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan ketrampilan yang memadai.
Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan, kolong jalan
layang, gerobak tempat barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat
umum lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung
sampah.

Penyebab Home Less


a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di
tempat umum. Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga
tidak mempunyai ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada
anak-anak mereka. Mereka tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah
sehingga anak-anak mereka juga ikut jadi gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal
di pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat
tinggal sehingga mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang
kasih sayang orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk
mencari komunitas yang mau menerima dia apa adanya.
e. Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa
keamanannya kurang terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain
yang mereka anggap lebih aman, apalagi kalau rumah mereka hancur karena
perang. Banyak tindak kekerasan di wilayah konflik, termasuk pelecehan
seksual, perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa meninggalkan
daerahnya.

Dampak Home Less


a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku
hidup bersih sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi,
pernerangan kurang, keperluan untuk mandi, cuci dan masak tidak memenuhi
kesehatan, dll sehingga muncul masalah kesehatan. Mereka tidak
memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka hampir tidak bisa
terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan
mereka sangat berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan
penggunaan jarum suntik secara bergantian.
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat
rendahnya daya beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi
mengakibatkan mereka mengalami gizi buruk, termasuk ibu hamil dan anak
balita. Mereka makan sekedar kenyang.
d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka
saling terjadi konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan
sejumlah uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh pihak
lain yang lebih kuat atau oleh orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi,
pelecehan seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk
melampiaskan nafsu mereka.

Penanggulangan
Pencegahan dilakukan dengan :
a. Penyuluhan dan konseling.
b. Pendidikan pelatihan keterampilan.
c. Pengawasan serta pembinaan lanjut.

Penghentian / Peniadaan
a. Penertiban oleh aparat pemerintah.
b. Penampungan.
c. Pelimpahan.
Rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.
c. Transmigrasi.

3. Wanita di Pusat Rehabilitasi


Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a. Maslah sosial, contohnya PSK.
b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c. Masalah drug abuse.
Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :
a. Di luar panti ditempat lokalisasi.
b. Di dalam panti.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
a. Bimbingan agama.
b. Bimbingan sosial.
c. Latihan keterampilan.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.

Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis


Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan rasa
percaya diri. Salah satu cara dengan therapy psikologis. Mereka membutuhkan
pendampingan agar bisa kembali pada keadaan semula. Upaya rehabilitasi
korban kekerasan tercantum dalam UUPKDRT.

4. Pekerja Seks Komersial


Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang
perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan
uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi
sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular seksual merupakan
satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK,
dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-
ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti kondom.
Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a. Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia
untuk mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun
kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut.

b. Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman,
guru, dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur
kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap
ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah
bentuk ekspresi visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang
dipersamakan dengan film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya
yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-terangan atau
tersamar kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-
gerakan erotis yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta segala
bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga
menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.
Persoalan-persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan
barang-barang yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang
terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka
mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja
untuk melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan itu dimanfaatkan
oleh seseorang yang tidak bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja
sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan
bahkan adanya perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi
seorang PSK.

Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK


a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,
herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.
Penanganan masalah PSK
a. Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks
secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari perbuatan
dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK.
c. Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk
dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Aspek kesehaan reproduksi
Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun, yang diteliti, ada
yang mengidap penyakit menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma
Virus. Ini mengisyaratkan bahwa remaja putri dalam usia yang sangat masih
muda sudah melakukan huungan seks dengan laki-laki, bahkan tertular
penyakit. Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan diklinik
spesialis swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang kesana adalah
kalangan menengah keatas. Kembali hendak dikemukakan disini bahwa, bukan
masalah ekonomi yang mendorong remaja putri menjadi PSK, tetapi lebih
pengaruh selera hedonistik. Dampak perilaku seksual yang sudah merambah
dalam usia yang masih sangat muda ini akan mempengaruhi kesehatan
reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya bisa terjadi kemandulan atau
beberapa penyakit saluran reproduksi lainnya, terutama mereka yang sudah
pernah terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma Virus).

5. Drug Abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk
mencari atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi
dalam dua kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika.
Untuk mencegah penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah
mengesahkan dua Undang-Undang penting yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997
tentang Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1 September
1997 tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya
adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.
Narkotika dibedakan menjadi :
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang mempengaruhi jiwa atau keadaan
jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman sampai
tidur.
b. Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih,
capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu
lebih indah dari yang sebenarnya dihadapi.
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma
ketergantungan digolongkan menjadi :
a. psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan an
dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang


Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum,
agar generasi muda tidak semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan.
Upaya-upaya yang dapat ditempuh antar lain:
a. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar,
maupun temu wicara antara gerakan anti narkobadengan para pelajar,
penyuluhan kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah mengnai
bahaya narkoba.
b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para
pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi
jual beli obat terlarang). Razia dapat dilakukan di sekolah, diskotik, club
malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat
transaksi.
c. Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan perhatian
dan kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam
pemakaian obat terlarang adalah kurang kasih sayang dari keluarga, sebab
mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika mereka
memakai obat tersebut.
d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik
anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi
disekitar lingkingan sekolah.
e. Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena
salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini
adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang


a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan
penanganan yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta
lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran
energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah
maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal
pengaruh atau bujukan memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif dan
konstruktif.

6. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai
subjek dan objek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan
juga merupakan proses sadar dan sistematis disekolah, keluarga, dan
masyarakat untuk menyaqmpaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah
diterapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu mempunyai
kemampuan dan ketrampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup
lahir batin dan meningkatkan perannyasebagai pribadi, pegawai/karyawan,
warga masyarakat, warga negara, dan makhlik Tuhan dalam mengisi
pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada
hakekatnya ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan
yang baik dan berkualitas saat melhirkan individu yang baik dan berkualitas
pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang diperoleh tidak baik dan tidak
berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas SDM yang
dibangun. Peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan merupakan
keharusan yang tidak dapat dielakkan demi mencapai kesetaraan dan keadilan
gender. Analisis gender dalam pembangunan pendidikan ditingkat nasional
menemukan adanya kesenjangan gender dalam pelaksanaan pendidikan
terutama di tingkat SMK dan perguruan tinggi, namun lebih seimbang peda
tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan adalah semakin tinggi jenjang
pendidikan, maka makin meningkat kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup,
membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri.
Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidupn sehat bila
dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah.
Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia semakin mampu mandiri
dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.

7. Upah
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah
masyarakat kita. Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar
menganggur, biasanya para perempuan juga memiliki pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya entah itu dengan mengelola sawah,
membuka warung dirumah, mengkreditkan pakaian dan lain sebagainya.
Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa
perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan termasuk kategori perempuan
bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja identik dengan wanita karir atau
wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun perempuan itu bekerja
seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/dimensi-sosial-
wanita-dan.html#ixzz2xiVN7CSQ

Anda mungkin juga menyukai