Modul Praktikum Fisika Baru
Modul Praktikum Fisika Baru
Modul Praktikum Fisika Baru
PRATIKUM FISIKA
SANKSI PELANGGARAN:
1. Prakikan yang terlambat harus melapor pada dosen pembimbing untuk mendapat ijin
praktikum
2. Praktikan yang berhalangan hadir harus memberikan surat ijin tidak masuk
3. Praktikan yang tidak mengumpulkan tugas pendahuluan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
4. Praktikan yang merusakkan peralatan wajib mengganti sesuai alat yang dirusak.
5. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum secara keseluruhan dinyatakan tidak
lulus praktikum fisika.
Penyusun
Catatan:
Tugas pendahuluan dan laporan ditulis tangan pada kertas A4 dengan margin kiri 4cm, atas,
kanan dan bawah masing-masing 3cm.
GERAK BENDA PADA BIDANG MIRING
M1
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Pada praktikum M1, praktikan diharapkan:
dapat membaca dan menggunakan stopwatch dengan benar,
mampu menerapkan hukum gerak jatuh bebas
menentukan koefisien gaya gesek pada bidang miring baik permukaan
kasar atau licin
dapat memahami tentang gerak pada bidang miring.
II. TEORI
Dinamika Partikel adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari tentang
gaya yang yang menyebabkan sebuah benda bergerak. Pada modul ini, benda masih
dianggap sebagai partikel, artinya benda hanya dilihat sebagai satu titik pusat massa saja.
Untuk itu gerak translasi saja yang akan diperhatikan. Dengan demikian massa katrol
diabaikan, karena katrol bergerak melingkar. Karena massa katrol diabaikan, maka
memen inersia katrol juga diabaikan, sehingga katrol mengalami kesetimbangan momen.
Tegangan tali sebelum dan sedudah lewat katrol sama.
Dasar untuk menyelesaikan persoalan dinamika partikel diatas adalah
Hukum Newton I, II dan III. Yaitu:
Hukum Newton I :
Hukum Newton II :
Hukum Newton III :
Ada beberapa gaya yang harus dikenali di bab ini, antara lain gaya normal
, gaya gesek tegangan tali , gaya berat dll.
Bila suatu benda bergerak pada suatu bidang, dimana bidang tersebut tidak licin,
maka akan timbul gaya gesek. Gaya gesek timbul karena permukaan dua bidang yang
bersentuhan. Arah gaya gesekan pada benda berlawanan dengan arah gerak benda. Besar
gaya gesek dipengaruhi oleh benda dan koefisien gesek. Gaya gesekan terdiri dari :
1. Gaya gesekan statis yaitu gaya gesekan yang terjadi pada benda diam.
s
2. Gaya gesekan kinetis , yaitu gaya gesekan yang terjadi pada benda bergerak.
Gambar 1. Sudut 0o
m1 g m1 m2 a
k (1)
m2 g
N T T
m2g sin Ɵ
f Ɵ m2g cos Ɵ m1
m2 g
m1 g
Gambar 2. Sudut Ɵ
m1 g m2 g sin m1 m2 a
k (2)
m2 g cos
dimana :
= gaya gesek statis
= gaya gesek kinetis
s = koefisien gesek statis s
= koefisien gesek kinetis
= gaya normal
= percepatan grafitasi = 9,81 m/s2
= percepatan gerak benda (m/s2 )
1
Untuk persamaan geraknya yaitu : s v0t at 2 (3)
2
Dimana : = jarak tempuh (m)
= kecepatan awal (m/s)
= waktu menempuh jarak s (secon)
III. PERALATAN
1. Satu set peralatan gerak pada bidang
2. Stop watch
3. Satu set beban
4. Penggaris
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Dapatkan rumus (1) dan (2) dari Hukum Newton II
2. Sebuah balok yang bermassa m1 = 10 kg, terletak pada bidang miring licin
seperti pada gambar dibawah. Balok ini dihubungkan oleh seutas tali melalui
katrol kecil tanpa gesekan dengan balok kedua yang bermassa m2 = 20 kg
tergantung vertikal. Tentukan :
a. Percepatan masing-masing benda
b. Tegangan tali
N T T
o
53
m2g sin Ɵ
f m2g cos Ɵ m1
m2 g
m1 g
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M1
Nama percobaan : Gerak pada Bidang datar
Kelompok :
m1 = ……
Sudut 00
No Aluminium Kayu
m2 = …… m2 = ……
II. TEORI
Benda berotasi mempunyai percepatan yang arahnya ke pusat yang disebut
percepatan sentripetal (as) yang besarnya :
v2
as 2R (1)
R
Dan sesuai hukum Newton II, percepatan ini menyebabkan gaya sentripetal yang arahnya
ke pusat. Besarnya :
v2
Fs m m 2 R (2)
R
Dimana : v = kecepatan linier (m/s )
R = radius rotasi (m)
kecepatan sudut (rad/s)
m = massa benda (kg)
g = percepatan grafitasi bumi (m/s2)
Menurut hukum Newton III, setiap benda yang mendapat gaya, maka benda tersebut akan
memberikan gaya rekasi yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Gaya reaksi dari
gaya sentripetal ini dinamakan gaya sentrifugal. Pada percobaan ini benda akan berputar
dengan besar kecepatan yang konstan, menimbulkan gaya sentrifugal sehingga mampu
mengangkat massa beban (M) yang berada di tengah/pusat.
Besar frekuensi yang diperlukan untuk mengangkat beban M.g ( Newton ) adalah :
1 M .g
f (3)
2 n
m R
i 1
i i
M
m1 m2
R1
R2
III. PERALATAN
1. Satu set peralatan gaya sentrifugal
2. Tachometer
1 M .g
Turunkan persamaan f
2 n
m R
i 1
i i
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M2
Nama percobaan : Gaya Sentrifugal
Kelompok :
II. Teori
Pada percobaan ini massa katrol, massa tali dan gesekan diabaikan. Dengan
menerapkan hukum Newton II dan asumsi m1 turun maka untuk sistem katrol
tunggal didapatkan persamaan
m1.g – T = m1.a
T = m1.g –m1.a
T – m2.g = m2.a
(m1.g – m1.a) – m2.g = m2.a
katrol
(m1 m2)
a .g
(m1 m2)
m2
tali dimana:
a = percepatan (m/s2)
m1, m2 = massa beban (kg)
m1 g = percepatan grafitasi bumi (9,81 m/s2)
T = tegangan tali (N)
Demikian juga untuk sistem katrol ganda, percepatan benda dapat dihitung dengan
penerapan hukum Newton:
T2 = 2T1
s1 = 2s2
a1 = 2 a2
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M3
Nama percobaan : Sistem Katrol
Kelompok :
1
2
DINAMIKA ROTASI
M4
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum M4, praktikan diharapkan:
dapat membaca dan menggunakan stopwatch dengan benar
memahami prinsip kerja gerak melingkar pada roda dengan memperhatikan
momen inersianya
menghitung besar momen inersia, kecepatan sudut dan torsi.
II. TEORI
Dinamika yang dipelajari dalam modul ini berbeda dengan yang ada di
modul M1. Dinamika pada modul ini adalah dinamika rotasi, dimana dalam dinamika
rotasi benda sudah dilihat keseluruhan sebagai benda pejal, atau sistem diskrit. Dalam
dinamika rotasi semua gerak benda, baik translai maupun rotasi sudah diperhitungkan.
Sehingga kalau di modul M1, massa katrol masih diabaikan, maka pada modul ini massa
katrol sudah diperhitungkan. Dengan demikian katrol mempunyai momen inersia, dan
mengalami gerak rotasi yang dirhatikan, dan dibuat persamaannya dalan hukum Newto II
rotasi.
Momen inersia adalah sifat kelembamaan keengganan benda untuk berputar.
Untuk benda (sistem diskrit), yang terdiri dari beberapa partikel, maka momen inersia
bendanya adalah:
n
I mi Ri (1)
i 1
Untuk benda-benda teratur nilai momen inersia dapat dicari dengan perhitungan
matematis.
Dimensi Persamaan Dimensi Persamaan
Cincin tipis diputar Slinder berongga m 2
I ( R1 R22 )
pada sumbu silinder I m.R 2 diputar pada sumbu 2
silinder
Silinder pejal diputar 1 Bola pejal diputar 2mR2
pada sumbu silinder I m.R 2 pada diameter I
2 5
Apabila torsi bekerja pada benda yang momen inersianya adalah I, maka pada benda
akan timbul percepatan sudut sebesar ukum Newton II rotasi)
I (2)
F.R (3)
α
r1 r2
T1 T2
T2
a1 T1 a2
m2
m1
m2 g
m1 g
1 2
s1 a1t1 (4)
2
1 = 2 =
a1 a2
R1 R2
Gb 1 Roda Dengan Dua Beban
I
T1R1 - T2R2 = I
T1R1 T2 R2
I (8)
III. PERALATAN
1. Satu set peralatan gerak melingkar pada roda
2. Beban
3. Stopwatch
4. Penggaris
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Dengan memperhatikan gb 1, benda 1 dengan massa 1,5 kg dan benda 2
dengan massa 1 kg hitunglah T1, T2 dan jika diketahui momen inersia roda
2 kgm2, jari-jari roda 1 = 40 cm dan jari – jari roda 2 = 20 cm.
2. Sistem windlas menurunkan jangkar 300 kg pada kecepatan konstan 3 m/s.
Turunnya jangkar menyebabkan silinder windlas berdiameter 1 m ikut
berputar. Pada waktu tertentu dilakukan perlambatan sebesar 0,5 m/s2 hingga
jangkar berhenti. Jika diketahui momen inersia silinder adalah 50 kg.m2,
percepatan grafitasi bumi 9,81 m/s2, dan besarnya gaya gesek diabaikan,
tentukan
a. Kecepatan sudut silinder saat jangkar turun berkecepatan konstan
b. Besar gaya pengereman, jika massa rantai jangkar pada kondisi
tersebut 50 kg!
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M4
Nama percobaan : Gerak Melingkar Pada Roda
Kelompok :
S1 = ….. m
m1 m2 t1 t2 t3 trata-rata r1 r2 a1 a2 α
kg detik m m
dt
Rad/dt
AYUNAN MATEMATIS
M5
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ayunan matematis adalah sebagai berikut:
praktikan mampu menggunakan alat ukur stopwatch
praktikan dapat memahami tentang perbedaan frekuensi dan periode getaran
praktikan dapat menentukan nilai percepatan gravitasi bumi
II. TEORI
Apabila sebuah bandul digantung dengan kawat dan diberi simpangan
kecil kemudian dilepaskan, maka akan berayun dengan getaran selaras, (Gb.1)
Maka akan berlaku persamaan :
1 g
f
2 l
l
T 2
g
V. PROSEDUR KERJA
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M5
Nama percobaan : Ayunan Matematis
Kelompok :
No Waktu
Panj kawat 50 cm 60 cm 70 cm 80 cm
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Rata-rata
T
AYUNAN FISIS
M6
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ayunan fisis antara lain:
Praktikan mampu memahami tentang percepatan gravitasi bumi, prinsip
kerja ayunan fisis serta dapat menggunakan alat ukur dengan benar
Praktikan dapat menghitung besar momen inersia benda dengan
menggunakan bandul fisis. Praktikan mampu menentukan hubungan
amplitudo, massa dan panjang ayunan terhadap periode serta
menyelaraskan antara rumus eksperimen dengan hitungan.
II. TEORI
Untuk menghitung percepatan gravitasi bumi dapat menggunakan
Pusat Ayunan
θ
d
Pusat Massa
persamaan :
1 mgd
f (1)
2 I
I
T 2 (2)
mgd
III. PERALATAN
1. Satu set peralatan ayunan fisis
2. Penggaris
3. Stopwatch
V. TUGAS PENDAHULUAN
Sebuah batang kaku ringan dengan panjang l.5 m. Batang tersebut diayun dengan
simpangan dari sumbu normal dengan pusat ayunan adalah 0.2 m dari salah
satu ujung batang. Tentukan besar gravitasi yang mempengaruhi batang tersebut!
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : M6
Nama percobaan : Ayunan Fisis
Kelompok :
F1
I. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum, praktikan diharapkan mampu memahami prinsip
hukum Archimedes dan menerapkannya pada benda setimbang di zat cair Praktikan juga
dapat menentukan rapat jenis fluida cair, menghitung besar gaya apung berdasarkan
persamaan Archimedes, dan dapat menentukan besar rongga dalam suatu benda.
II. TEORI
Jika suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda itu akan mendapat
gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan. Secara matematis gaya Archimedes
(gaya ke atas), dapat dirumuskan sebagai berikut :
FA Vc c g (1)
Dimana : FA = gaya ke atas yang dialami benda (N)
( dalam praktikum besar FA dapat dicari dengan dinamometer)
FA = w1 - w2
Vc = volume zat cair yang dipindahkan (m3)
c = massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
w2 w1
FA
Ketentuan :
1. Jikabenda <cairan , maka benda akan mengapung
2. Jikabenda =cairan , maka benda akan melayang
3. Jikabenda >cairan , maka benda akan tenggelam
III. PERALATAN
1. Fluida cair (air, minyak, oli)
2. Beban
3. Dinamometer
4. Penggaris
5. Statip
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : F1
Nama percobaan : Hukum Archimedes
Kelompok :
I. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum ini, praktikan diharapkan mampu memahami
prinsip kerja hukum Joule dan memahami konsep perubahan bentuk energy Praktikan
dapat menghitung besar energi listrik yang melalui suatu penghantar, menentukan energi
thermal (kalor) yang timbul di dalam kalorimetri dan membuktikan kebenaran hukum
Joule serta dapat menentukan kapasitas panas spesifik tembaga.
II. TEORI
Kalor adalah bentuk energi yang dipindahkan melalui perbedaan temperatur.
Kalor berpindah dari benda bertemperatur tinggi ke benda temperatur lebih rendah.
Jumlah kalor yang diserap benda sebanding dengan massa benda itu pada perubahan
temperaturnya. Secara matematis dirumuskan sebagai :
Q m c T C T (1)
Dimana : Q = Kalor yang diserap (Joule, erg, kalori)
m = massa benda (kg)
T = Perubahan temperatur yang terjadi
c = Kalor jenis ( joule/kg0C)
C = Kapasitas kalor ( joule/0C)
Pada percobaan ini, energi listrik akan diubah menjadi energi panas oleh tahanan kawat
spiral dan panas tersebut digunakan untuk menaikkan suhu air disekitarnya beserta wadah
tembaga. Besar energi listrik yang ditimbulkan oleh arus listrik sesuai dengan persamaan
:
W=v.i.t (2)
Dimana : W = Energi listrik (Joule)
v = Beda potensial (volt)
i = Arus listrik (Ampere)
t = waktus (detik)
Dengan asumsi semua energi listrik ditransfer sebagai energi panas dari wadah dan air,
maka dapat ditulis dalam persamaan matematis sebagai berikut :
W = mcT air mcT wadah (3)
III. PERALATAN
1. Kalorimeter dengan insulasi panas
Transformator
2. Stopwatch A
3. Termometer AC
4. Travo V
6. Kabel penghubung
V. TUGAS PENDAHULUAN
Air teh sebanyak 200 cm3 dengan suhu 950C dituangkan ke dalam cangkir gelas
(massa gelas 300 gr) yang suhunya 250C. Bila keseimbangan telah tercapai dan
tidak ada aliran kalor lain disekitarnya, tentukan suhu campurannya.
(Kalor jenis gelas 0,2 kal/gr0C, massa jenis air 1 gr/cm3, kalor jenis air 1 kal/gr0C)
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : P1
Nama percobaan : Kalorimeter
Kelompok :
No t ( menit ) T0 C
1
2
3
4
5
6
7
8
No t ( menit ) T0 C
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
TITIK KRITIS GAS
P2
I. Tujuan Praktikum
Pada praktikum ini akan diamati perubahan volume dan variasi tekanan dari gas
SF6 (Sulfur Hexaflouride) pada temperatur yang berbeda. Sehingga praktikan diharapkan
dapat mengetahui temperatur kritis, tekanan kritis, dan volume kritis dari suatu gas.
II. TEORI
Persamaan gas ideal menunjukkan hubungan antara tekanan, temperatur dan
volume dari gas. Persamaan gas ideal dinyatakan dengan:
P V n R T (1)
dimana P adalah tekanan, V adalah volume, n adalah jumlah mol gas, R = 8.314472
J·K−1·mol−1 adalah konstanta gas, dan T adalah temperatur.
Akan tetapi, gas tidak ideal (real gases) menunjukkan penyimpangan dari gas
ideal. Persamaan yang umum digunakan untuk real gases adalah Persamaan Van der
Waal’s, yang dinyatakan dengan:
Vm b R T
a
P 2 (2)
Vm
V
dimana Vm adalah volume molar. Nilai a dan b merupak konstanta yang dapat
n
dicari dari percobaan ketika suatu gas mencapai titik kritisnya.
Titik kritis suatu gas merupakan titik dimana suatu gas tidak dapat dibedakan lagi
fasenya, antara fase gas dan cair. Pada titik kritis, terdapat Temperatur kritis TCr,
Tekanan kritis PCr dan Volume kritis VCr. Ketika suatu gas dikompresi pada temperatur
di bawah temperatur kritis, maka gas akan mencair, sehingga fase gas dan cair dari gas
dapat dibedakan. Namun, pada temperatur kritis atau di atasnya, gas tersebut tidak dapat
dikondensasi, sehingga tidak lagi terdapat batas fasa dari gas. Kondisi suatu gas pada
temperatur, volume, dan temperatur tertentu umumnya ditunjukkan dengan diagram P-V.
Seperti pada Gambar 1, ditunjukkan diagram P-V untuk gas SF6.
Gambar 1 Diagram P-V Gas SF6
Pada Gambar 1, titik kritis untuk gas SF6 terjadi pada temperatur 45,5 oC, tekanan
37 bar, dan volume 0,5 cm3. Dengan mengetahui nilai dari titik kritis, maka konstanta a
dan b untuk persamaan Van der Waal’s.
3 R TCr
VCr (3)
8 PCr
9
a R TCr VCr (4)
8
1
b VCr (5)
3
III. PERALATAN
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah satu set peralatan titik kritis
(Critical Point Apparatus), yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Critical Point Apparatus
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Pastikan katup pada selang air tertutup dan jarum suhu pada pemanas adalah
25 oC
2. Set volume gas sebesar 0,5 cm3 dengan memutar roda
3. Hidupkan pemanas air
4. Buka katup selang air untuk mengaliran air ke tabung gas (mercury) sampai
tabung mercury terendam
5. Atur suhu pada termostat (bejana) sebesar 37 oC
6. Tunggu sampai suhu air di tabung stabil 37 oC
7. Catat besar tekanan pada manometer
8. Ubah volume gas dengan perubahan tiap 0,4 cm2, catat nilai tekanan pada
manometer
9. Ulangi langkah 5-8 sampai volume gas mendekati 4 cm3
V. TUGAS PENDAHULUAN
1. Jelaskan yang dimaksuk dengan titik kritis suatu gas!
2. Pilih salah satu jenis gas, tuliskan nilai temperatur kritis dan tekanan kritis nya,
kemudian tuliskan persamaan Van der Waals nya! (Setiap anggota kelompok
jenis gas-nya harus berbeda)
VII. TUGAS UNTUK LAPORAN RESMI
1. Plot diagram P-V untuk masing-masing temperatur, kemudian dapatkan nilai
TCr dan PCr!
2. Hitung nilai VCr menggunakan persamaan (3)!
3. Hitung konstanta Van der Waals a dan b menggunakan persamaan (4) dan (5)!
4. Dengan menggunakan nilai TCr dan PCr gas SF6 secara teori, hitung nilai VCr, a
dan b secara teori!
5. Hitung presentase kesalahan (percent error) untuk nilai VCr, a dan b!
LABORATORIUM FISIKA
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (PPNS)
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : P2
Nama percobaan : Titik Kritis Gas
Kelompok :
Gas SF6
No Volume Isoterm Isoterm Isoterm Isoterm Isoterm
(cm3) 37 oC 40 oC 43 oC 46 oC 49 oC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
KONDUKTIVITAS TERMAL
P3
I. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Praktikan dapat menerapkan prinsip perpindahan panas
b. Praktikan mengetahui nilai konduktivitas termal dari beberapa jenis material
II. TEORI
Energi panas dapat dipindahkan dari suatu sistem yang bersuhu lebih tinggi ke
sistem yang bersuhu lebih rendah. Energi panas berpindah melalui mekanisme
perpindahan panas. Terdapat tiga jenis mekanisme perpindahan panas, yaitu radiasi,
konveksi dan konduksi.
Radiasi merupakan perpindahan energi dalam bentuk gelombang, melalui zat atau
ruang hampa. Sedangkan perpindahan panas konveksi terjadi pada cairan dan gas. Panas
berpindah melalui pergerakan partikel di dalam fluida. Partikel yang panas akan mengalir
sehingga menggantikan partikel yang lebih dingin.
Konduksi terjadi ketika energi panas berpindah melalui suatu material sebagai
akibat dari tumbukan antar elektron, ion, atom, dan molekul bebas material tersebut.
Setiap material memiliki kemampuan yang berbeda dalam melakukan konduksi, yang
ditunjukkan dengan nilai konduktivitas termal. Laju perpindahan konduksi dinyatakan
dengan:
Q T
kA (1)
t L
Q
dimana adalah laju konduksi, k adalah konduktivitas termal, A adalah luas
t
penampang melingtang bahan, T adalah perbedaan temperatur bahan, dan L adalah
panjang bahan.
Q
Dalam SI, satuan untuk k adalah W/m.K dan adalah J/s atau Watt.
t
III. PERALATAN
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah satu set peralatan perpindahan
panas konduksi, yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Thermal Conductivity Apparatus
IV. LANGKAH PERCOBAAN
1. Tanyakan kepada instruktur, apakah peralatan sudah tersambung dengan benar
2. Pastika lampu LED pada ITAC box berkedip
3. Pasang logam aluminium pada kotak Thermal Conduction Apparatus
4. Nyalakan kipas pada kotak Thermal Conduction Apparatus
5. Buka Program Conductoo
6. Atur waktu pengambilan data dengan mengatur pada menu Parameters –
Acquisition (Time step = 1s; Total time = 600s)
7. Klik tombol Heating, untuk proses pemanasan
8. Klik tombol Continous Acquisition
9. Amati nilai suhu pada masing-masing sensor, catat nilai suhu setiap 2 menit
10. Proses akan berhenti secara otomatis setelah mencapai Total time
11. Ulangi langkah 3-9 untuk logam tembaga
VI. TUGAS PENDAHULUAN
1. Berikan contoh nilai konduktivitas termal dari salah satu material! (setiap
anggota kelompok harus material yang berbeda)
2. Jelaskan perbedaan antara konduksi, konveksi, dan radiasi!
3. Sebuah pelat logam setebal 4 mm memiliki perbedaan temperatur 32 oC antara
kedua permukaannya. Laju perpindahan panas pelat tersebut adalah sebesar
200 kkal/jam melalui suatu permukaan seluas 5 cm2. Hitunglah nilai
konduktivitas termal logam tersebut dalam W/m.K!
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : P3
Nama percobaan : Konduktivitas Termal
Kelompok :
Aluminium
Daya = W
No T1 oC T2 oC T3 oC T4 oC T5 oC T6 oC T7 oC T8 oC
Jarak dari T1
(cm)
1
2
3
4
5
Rata-rata
Tembaga
Daya = W
No T1 oC T2 oC T3 oC T4 oC T5 oC T6 oC T7 oC T8 oC
Jarak dari T1
(cm)
1
2
3
4
5
Rata-rata
TRANSFORMATOR
L1
VIII. TEORI
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum faraday, yaitu Jika ada
kumparan listrik berada dalam medan magnet yang fluks-fluks magnetiknya berubah
terhadap waktu maka pada kkumparan tersebut akan muncul GGL Induksi.
Jika pada kumparan primer trafo diberi arus bolak balik, maka disekitar kumparan
ini terjadi medan magnet yang berubah-ubah, sehingga fluks-fluks magnetik yang ada
disekitar kumparan primer ini juga berubah. Menurut Faraday, Jika ada kumparan listrik
berada dalam medan magnet yang fluks-fluks magnetiknya berubah terhadap waktu maka
pada kkumparan tersebut akan muncul GGL Induksi. Maka terjadilah GGL induksi pada
kumparan sekunder.
Trasformator adalah peralatan yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan.
Daya dari sistem listrik dapat dihitung dari persamaan P = v.i = i.R.i
Dimana : P = Daya (watt)
v = Tegangan (volt)
i = Arus (ampere)
R = Hambatan / resistansi (ohm)
Sedangkan efisiensi dari suatu transformator dapat dihitung dengan perbandingan daya
output dan input :
Pout
x 100%
Pin
IX. PERALATAN
1. Avometer 5 buah
2. Variabel resistor
3. Transformator
4. Kabel penghubung
X. LANGKAH PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar berikut :
A1 A2
AC v1 v2
R
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : L1
Nama percobaan : Transformator
Kelompok :
N1 = 1200 lilitan
No N2 = 300 lilitan N2 = 600 lilitan
I1 V1 I2 V2 I1 V1 I2 V2 R
1
2
3
RANGKAIAN LISTRIK
L2
I. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum rangkaian listrik, oraktikan diharapkan mampu
memahami prinsip hukum Kirchoff dan memahami konsep Aliran Arus. Selain itu,
praktikan dapat menghitung besar Arus dan tegangan pada suatu rangkaian seri dan
paralel.
II. TEORI
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan
tertutup. Elemen atau komponen yang akan dibahas pada mata kuliah Rangkaian Listrik
terbatas pada elemen atau komponen yang memiliki dua buah terminal atau kutub pada
kedua ujungnya.
ARUS LISTRIK
Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang
mengalir dalam satuan waktu dengan simbol i dengan kata lain arus adalah muatan yang
bergerak. Selama muatan tersebut bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan
tersebut diam maka arus pun akan hilang. Arah arus searah dengan arah muatan positif
(arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah aliran elektron. Suatu partikel dapat
menjadi muatan positif apabila kehilangan elektron dan menjadi muatan negatif apabila
menerima elektron dari partikel lain. Satuannya : Ampere (A)
Arah arus positif mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah dan arah arus
negatif mengalir sebaliknya. Macam-macam arus :
1. Arus searah (Direct Current/DC)
Arus DC adalah arus yang mempunyai nilai tetap atau konstan terhadap satuan waktu,
artinya dimanapun kita meninjau arus tersebut pada waktu berbeda akan mendapatkan
nilai yang sama
2. Arus bolak-balik (Alternating Current/AC)
Arus AC adalah arus yang mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan waktu dengan
karakteristik akan selalu berulang untuk perioda waktu tertentu (mempunyai perioda
waktu : T).
TEGANGAN
Tegangan atau beda potensial adalah kerja yang dilakukan untuk menggerakkan satu
muatan (sebesar satu coulomb) pada elemen atau komponen dari satu terminal/kutub ke
terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai beda potensial
jika kita menggerakkan/memindahkan muatan sebesar satu coulomb dari satu terminal ke
terminal lainnya.
i = i1 = i2 = i3 Vp= V1 = V2 = V3
Vs = V1 + V2 + V3 i = i1 + i2 + i3
Rs = R1 + R2 + R3 1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3
III. PERALATAN
1 Board tempat percobaan
2 Resistor
3 Avometer
4 Kabel penghubung
A R1 R2 R3
B
Rangkaian Percobaan 1
E R1 R2 R3
Rangkaian Percobaan 2
LAPORAN SEMENTARA
Nomor percobaan : L2
Nama percobaan : Rangkaian Listrik
Kelompok :
Seri
Paralel
KELOMPOK :
NAMA :
NRP :