ABSTRACT
Pneumonia is the cause of 16% of underfive children deaths worldwide. The number of cases of pneumonia in
Sidoarjo had been continued to increase from 2013-2015. This study aims to describe the condition of home
environment with the incidence of pneumonia in underfive children. This research was descriptive observational
study with case control study approach. The sample in this study consisted of 32 cases of underfive children who
suffering ISPA pneumonia and 32 cases of ARI without pneumonia. The independent variables in this study were
occupancy density, ventilation area, floor type, wall type, and cigarette smoke exposure. The results showed that
underfive children who suffering ISPA pneumonia have high home density (68,8%), often exposed by cigarette
smoke (75,0%), and ventilation respondents was not eligible (100,0%). Based on the results of this study, the
parents should to change the behavior not to smoke in their home. In addition, they should get used to open the
door of their house so the air circulation in the house can exchange well.
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab dari 16% kematian balita di seluruh dunia. Jumlah kasus pneumonia di
Kabupaten Sidoarjo terus meningkat dari tahun 2013-2015. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan
kondisi lingkungan rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional deskriptif dengan pendekatan case control study. Sampel di dalam penelitian ini terdiri dari 32
balita penderita ISPA pneumonia dan 32 kasus ISPA tanpa pneumonia. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah kepadatan hunian, luas ventilasi, jenis lantai, jenis dinding, dan paparan asap rokok. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa balita yang menderita ISPA pneumonia memiliki kepadatan rumah yang tinggi (68,8%),
balita sering terpapar oleh asap rokok (75,0%), dan ventilasi seluruhnya tidak memenuhi syarat (100,0%).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada orang tua balita yang merokok untuk mengubah perilaku
merokok yaitu dengan tidak merokok saat sedang bersama balita dan saat berada di dalam rumah. Selain itu,
orang tua harus membiasakan diri membuka pintu rumah agar sirkulasi udara di dalam rumah dapat berjalan
dengan baik.
Tabel 2. Analisis Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Pneumonia
pada Balita
Kondisi Lingkungan Kasus (n= 32) Kontrol (n=32)
Rumah Jumlah % Jumlah % n %
Kepadatan Hunian
Padat 22 68,8 18 56,3 40 62,5
Standar 10 31,2 14 43,7 24 37,5
Luas Ventilasi
Tidak memenuhi syarat 32 100,0 32 100,0 64 100,0
Memenuhi syarat 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Paparan Asap Rokok
Ada 24 75,0 15 46,9 39 60,9
Tidak ada 8 25,0 17 53,1 25 39,1
Jenis Lantai
Tidak memenuhi syarat 5 15,6 3 9,40 8 12,5
Memenuhi syarat 27 84,4 29 90,6 56 87,5
Jenis Dinding
Tidak memenuhi syarat 6 18,8 9 28,1 15 23,4
Memenuhi syarat 26 81,2 23 71,9 49 76,6
rumah dengan jumlah anggota keluarga
Kelompok balita yang menderita yang tinggal dalam rumah. Hasil penelitian
pneumonia sebagian besar 27 balita dari 64 rumah balita menunjukkan bahwa
(84,4%) memiliki jenis lantai yang sebagian besar rumah memiliki kepadatan
memenuhi syarat (tegel/keramik). rumah yang tinggi. Beberapa rumah balita
Kelompok balita yang tidak menderita tersebut berupa kos-kosan atau kontrakan
pneumonia sebagian besar 29 balita yang dihuni 4-5 anggota keluarga. Jenis
(90,6%) memiliki jenis lantai yang tempat tinggal kos-kosan/ kontrakan sangat
memenuhi syarat (tegel/keramik). Artinya, sempit dan tidak cukup ruang gerak untuk
balita yang memiliki jenis lantai memenuhi keluarga. Frekuensi kontak dan kedekatan
syarat memiliki proporsi kejadian antara satu orang dengan orang lainnya
pneumonia sama besar dengan balita yang dalam satu rumah juga semakin tinggi,
tidak menderita pneumonia. sehingga menyebabkan suhu di dalam
Kelompok balita yang menderita rumah terasa panas dan cukup lembab.
pneumonia sebagian besar 26 balita Selain itu, keberadaan banyak orang dalam
(81,3%) memiliki jenis dinding memenuhi suatu rumah akan mempercepat transmisi
syarat. Kelompok balita yang tidak mikroorganisme bibit penyakit dari
menderita pneumonia sebagian besar 23 seseorang ke orang lain.
balita (68,8%) memiliki jenis dinding yang Menurut Okoko dkk (2017) kamar
memenuhi syarat. Artinya, balita yang yang dihuni lebih dari 2 orang berisiko 1,8
memiliki jenis dinding memenuhi syarat kali menyebabkan kematian balita akibat
memiliki proporsi kejadian pneumonia pneumonia. Hal ini didukung oleh
sama besar dengan balita yang tidak penelitian Wulandari dkk (2016) yang
menderita pneumonia. menyatakan bahwa kepadatan hunian
rumah berhubungan dengan kejadian
PEMBAHASAN pneumonia balita.
Rasio penghuni harus disesuaikan
Kepadatan Hunian
dengan luas rumah, jika luas rumah sempit
Nilai kepadatan rumah didapatkan sedangkan jumlah anggota keluarga
dari hasil perhitungan antara luas lantai banyak akan tidak seimbang. Kondisi
Carina Delvi Trisiyah dan Chatarina Umbul W, Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah... 125
luar ruangan (outdoor), karena sebagian dari zat tersebut merupakan zat karsinogen,
besar balita menghabiskan 60-90% yaitu zat yang dapat menyebabkan kanker.
waktunya di dalam ruangan (Kemenkes RI, Third hand smoke juga dapat
2010). mengakibatkan kerusakan organ seperti
Kejadian pneumonia erat kaitannya kerusakan fungsi liver dan jantung,
dengan paparan asap rokok. Balita yang gangguan pernapasan, juga perilaku
terpapar asap rokok berisiko 18,480 kali hiperaktif pada anak yang tinggal di
mengalami pneumonia dibandingkan lingkungan third hand smoke. Pneumonia
dengan balita yang tidak terpapar asap merupakan satu dari sekian banyak
rokok (Supriyatin, 2015). Hal ini didukung penyakit pernapasan yang disebabkan
oleh penelitian Wijaya (2014) oleh third hand smoke pada anak-anak dan
menyebutkan bahwa kebiasaan merokok balita (Matt dkk, 2011).
anggota keluarga berhubungan dengan Asap rokok yang dihisap baik pada
kejadian pneumonia balita. perokok aktif maupun pasif akan
Efek rokok sangat membahayakan menyebabkan fungsi silia menurun bahkan
bagi kesehatan baik untuk perokok aktif tidak berfungsi. Jika silia tidak berfungsi,
maupun perokok pasif. Perokok pasif juga maka tubuh akan memproduksi dahak
biasa disebut dengan second hand smoke. yang berlebihan. Selain itu, potensi infeksi
Paparan asap rokok pada perokok pasif pada saluran napas sangat besar. Asap
dapat berupa sidestream smoke yaitu asap rokok juga dapat menyebabkan iritasi,
rokok samping yang dihasilkan oleh peradangan dan penyempitan saluran
pembakaran rokok itu sendiri, maupun napas. Proses penyembuhan bagi penderita
berupa mainstream smoke yang merupakan pneumonia akan membutuhkan waktu
asap rokok utama yang dihembuskan yang lama jika penderita masih terpapar
kembali ke udara oleh perokok aktif. asap rokok karena proses pertahanan tubuh
Sidestream smoke memiliki kandungan zat terhadap infeksi tetap akan terganggu
beracun yang lebih berbahaya (Kusumawati, 2010).
dibandingkan dengan mainstream smoke.
Asap rokok lingkungan atau environmental Jenis Lantai
tobacco smoke merupakan kombinasi dari
Hasil pemeriksaan menunjukkan
sidestream smoke dan mainstream smoke.
bahwa sebagian besar lantai rumah telah
Environmental tobacco smoke terdiri dari
berubin atau memenuhi syarat, namun
sekitar 85% sidestream smoke dan 15%
beberapa rumah kondisi lantai masih
mainstream smoke (Pieraccini dkk, 2008).
terlihat kotor/ jarang dibersihkan. Menurut
Asap rokok yang mengandung zat-
Kemenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999
zat residu rokok dapat terhirup langsung
tentang persyaratan kesehatan perumahan
oleh orang lain dan dapat tersebar di
adalah jenis lantai yang baik harus kedap
lingkungan hingga jarak 10 meter. Asap
air dan mudah dibersihkan.
rokok juga dapat menempel di baju
Menurut penelitian Padmonobo
maupun benda, seperti gorden, seprai, dan
dkk (2012) lantai rumah balita yang tidak
sebagainya yang kemudian dapat dihirup
permanen berisiko 2,635 kali lebih besar
oleh orang lain. Zat-zat residu rokok
menderita pneumonia dibanding dengan
tersebut biasa disebut dengan third hand
balita yang tinggal di rumah dengan lantai
smoke. Anak-anak dan balita yang tinggal
yang permanen. Rumah yang sudah
di rumah dengan perokok aktif menjadi
berubin memiliki kelembapan yang rendah
kelompok yang paling berisiko untuk
jika dibandingkan dengan rumah yang
terkena pajanan dari third hand smoke.
lantainya belum berubin. Balita yang
Zat-zat residu rokok merupakan zat-zat
sering bermain di lantai yang belum
yang berbahaya bagi tubuh apabila
berubin atau lantainya belum memenuhi
terpapar dalam dosis yang tinggi. Beberapa
Carina Delvi Trisiyah dan Chatarina Umbul W, Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah... 127
syarat akan mempunyai risiko terkena mudah terbakar. Kondisi dinding rumah
pneumonia lebih tinggi (Yuwono, 2008). yang tidak dilengkapi dengan luas ventilasi
Jenis lantai tanah akan dapat memberikan kontribusi terciptanya
menyebabkan kondisi dalam rumah kelembapan yang tidak normal di dalam
berdebu. Keadaan berdebu ini sebagai rumah. Kelembapan rumah yang tidak
salah satu bentuk terjadinya polusi udara normal akan menjadi pra kondisi
dalam rumah (indoor air pollution). Debu pertumbuhan bakteri maupun virus
dalam udara apabila terhisap akan penyebab pneumonia. (Padmonobo dkk,
menempel pada saluran napas bagian 2012).
bawah yang menyebabkan pergerakan silia
menjadi lambat, sehingga mekanisme SIMPULAN
pembersihan saluran pernapasan menjadi
terganggu. Jika mekanisme ini terganggu Terdapat lima variabel dalam
dapat mengakibatkan balita kesulitan penelitian ini. Sebagian besar balita
bernapas. Oleh karena itu, lantai perlu memiliki kepadatan hunian rumah yang
dilapisi bahan kedap air (disemen, padat serta balita sering terpapar asap
dipasang tegel atau keramik) (Sugihartono rokok di dalam rumah. Luas ventilasi dari
dkk, 2012). seluruh responden adalah tidak memenuhi
syarat.
Jenis Dinding Saran yang dapat diberikan yaitu
bagi orang tua balita yang merokok agar
Hasil penelitian menunjukkan
mengubah perilaku merokok yaitu dengan
bahwa sebagian besar kondisi dinding
tidak merokok saat sedang bersama balita
rumah telah memenuhi syarat yaitu terbuat
dan saat berada di dalam rumah. Selain itu,
dari bahan yang kedap air, namun ada juga
orang tua harus membiasakan diri
kondisi dinding rumah yang terbuat dari
membuka pintu rumah agar sirkulasi udara
papan/ triplek. Secara teoritis penyebab
di dalam rumah dapat berjalan dengan
pneumonia pada balita sangat bervariasi
baik.
yaitu Streptococcus pneumonia,
Haemophilus influenza, Respiratory
DAFTAR PUSTAKA
Syncytial Virus (RSV), Hitoplasma
capsulatum, maupun Mycoplasma
Bustan, M. 2007. Epidemologi Penyakit
pneumoniae (WHO, 2006).
Menular. Yogyakarta: Rineka
Menurut penelitian Yuwono (2008)
Cipta.
kondisi dinding rumah balita yang tidak
Departemen Kesehatan RI tahun 1999.
memenuhi syarat mempunyai risiko
Kepmenkes RI
terkena pneumonia sebesar 2,9 kali lebih
No.829/Menkes/SK/VII/1999.
besar dibandingkan kondisi rumah balita
Persyaratan Kesehatan
yang kondisi dinding rumahnya memenuhi
Perumahan. Jakarta: Depkes RI
syarat. Penelitian lain mengatakan berbeda
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
bahwa balita yang memiliki jenis dinding
tahun 2013. Data Profil Kesehatan
tidak normal tidak memiliki hubungan
Kabupaten Sidoarjo tahun 2013.
dengan kejadian pneumonia (Husnah,
Sidoarjo: Dinas Kesehatan
2016).
Kabupaten Sidoarjo.
Dinding yang baik adalah terbuat
Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo
dari bahan kedap air dan tahan terhadap
tahun 2014. Data Profil Kesehatan
api serta tidak terbuat dari bahan yang
Kabupaten Sidoarjo tahun 2014.
mudah melepaskan zat-zat yang dapat
Sidoarjo: Dinas Kesehatan
membahayakan kesehatan seperti tembok
Kabupaten Sidoarjo.
dan keramik. Dinding yang tidak baik
adalah terbuat dari kayu/ bambu dan
128 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 119-129