DEFINISI
Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau
pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium
klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohammad Zyn sudah mempertimbangkan bahwa
pelayanan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan yang terintegrasi
dengan para profesional dibidang pelayanan kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan
membangun suatu kontinuitas pelayanan. Maksud dan tujuannya adalah menyelaraskan
kebutuhan pasien dibidang pelayanan kesehatan dengan pelayanan yang tersedia di rumah
sakit, mengkoordinasikan pelayanan, kemudian merencanakan pemulangan dan tindakan
selanjutnya. Hasilnya adalah meningkatkan mutu pelayanan pasien dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang tersedia di rumah sakit. Informasi diperlukan untuk membuat keputusan
yang benar tentang kebutuhan pasien yang mana yang dapat dilayani rumah sakit, pemberian
pelayanan yang efisien kepada pasien, dan transfer dan pemulangan pasien yang tepat ke
rumah atau ke palayanan lain.
1. Visi Rumah Sakit adalah ”MENJADI RUMAH SAKIT MODERN DAN PROFESIONAL
BERSTANDAR NASIONAL “.
Skrining Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
tergantung pada keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat
skrining pada kontak pertama.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau
apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati,
mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi. Hanya rumah
sakit yang mempunyai kemampuan menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten
dengan misinya dapat dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat
jalan dan rujukan kepelayanan kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas yang memadai
sesuai kebutuhan pasien.
Skriningpasien adalah suatu rangkaian kegiatan melakukan penilaian awal kegawat daruratan
pada setiap pasien yang dating keInstalasi Gawat. Dalam hal ini skrining pasien dilakukan
pada awal ditriage primer yang juga meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita
berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang tersedia.
Kegiatan skrining sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi Gawat
Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat
selama 24 jam berfungsi untuk mengurangi morbiditas dan mortalitasdari penyakit dengan
pengobatan dini yang sesuai terhadap kasus-kasus kegawat daruratan. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah skrining pasien yang baik sehingga pelayanan kesehatan untuk kasus-kasus
gawat dan darurat dapat diselenggarakan sesuaidengan prosedur yang ditetapkan.
Beberapa istilah yang perlu diperhatikan dalam kegiatan skrining pasien awal ditriage primer,
antaralain :
1. Triage.
2. Prioritas.
Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang
mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
3. Survei primer.
Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
4. Survei sekunder.
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
atau anggota badannya(akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat(misalnya
kanker stadium lanjut).
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya(misalnya luka sayat dangkal).
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datang secara mendadak, tidak
dikehendaki sehingga dapat menimbulkan cedera fisik, mental, ataupun sosial.
a. Mekanisme kejadian.
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar (baik karena efek kimia, fisik,
listrik, atau maupun radiasi).
b. Tempatkejadian.
- Kecelakaan lalulintas.
- Kecelakaan disekolah.
c. Waktu kejadian.
10. Bencana.
RUANGLINGKUP
1. SKRININGKASUS.
RuanglingkuppelayananpasienyangdatangkeInstalasiGawatDarurat berdasarkan
kondisikegawatdaruratannyameliputi:
1. Pasien dengan kasus emergency, yaitu pasien yang berada dalam kondisi sebagaiberikut:
Dalamkegiatanskriningpasienawalditriageprimer,perludipahamibahwakematiandapatterjadibil
aseseorang mengalamikerusakan atau kegagalan darisalah satu sistematau organ dibawahini,
yaitu:
1. Susunansarafpusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pankreas
1. Trauma/cedera.
2. Infeksi.
3. Keracunan.
4. Degenerasi(failure).
5. Asfiksia.
6. Kehilangancairandanelektrolitdalamjumlahyangbesar(excessivelossofwaterand electrolit).
7. Lain-lain.
lama.
DengandemikiankeberhasilanPenanggulanganPenderitaGawatDarurat
2. Kecepatan memintapertolongan
a. Di tempatkejadian
b. Dalamperjalanan kerumah sakit
3. Gagalginjalon HD.
4. HIVAIDSyangmemerlukanARVatauterapidefinitifHIV AIDS.
8. SARS(kasusdengan hasilLaboratoriumpenunjangpositif).
b. TidakadaDPJPyangbertugaskecualipasienmenghendakiataumenyetujuidirawatdokter lain
atau asisten DPJP.
c. Tidak tersedia bed, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh pasien
tidak ditundapengadaannya
d. UntukkasusyangmelibatkanprogramJKNmakabisadilayani setelah
melaluiprosedurkesesuaianantaratarifINA-CBG’sdan Tarif RS(SkriningKasusJKN).
1. Tujuan Skrining
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap
kasus-kasus yang ditentukan.
a) Pertanyaan/ Quesioner
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
d) X-ray
e) Diagnostik imaqina
Yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadigawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada
keterangan yang didapat tentang kebutuhan pasien dan kondisinya lewat skrining pada kontak
pertama. Skrining pada unit emergency dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual
atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya.
Skrining dapat terjadi disumber rujukan, pada saat pasien ditransportasi emergensi atau
apabila pasien tiba di rumah sakit. Hal ini sangat penting bahwa keputusan untuk mengobati,
mengirim atau merujuk hanya dibuat setelah ada hasil skrining dan evaluasi.
SkriningbisadilakukansaatpasienberadadiluarRumahSakittempatasal rujukanpasien,
padasaatpasienditransportasi,danpadasaatpasientibadiRS (IGDatau IRJ).
BAB III
TATALAKSANA
Penderita non trauma atau trauma/multitrauma memerlukan penilaian dan pengelolaan yang
cepat dan tepat untuk menyelamatkan jiwa penderita. Waktu berperan sangat penting, oleh
karena itu diperlukan cara yang mudah, cepat dan tepat. Proses awal ini dikenal dengan Initial
assessment ( penilaian awal ).
1. Persiapan
2. Triase
6. Secondary survey
Urutan kejadian diatas diterapkan seolah-seolah berurutan namun dalam praktek sehari-hari
dapat dilakukan secara bersamaan dan terus menerus.
PERSIAPAN
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan
3. Cairan kristaloid yang sudah dihangatkan, disiapkan dan diletakkan pada tempat yang
mudah dijangkau
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan sumber daya yang
tersedia. Dua jenis triase :
1. Multiple Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma tidak melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita
dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan mendapatkan prioritas
penanganan lebih dahulu.
2. Mass Casualties
Jumlah penderita dan beratnya trauma melampaui kemampuan rumah sakit. Penderita dengan
kemungkinan survival yang terbesar dan membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga yang
paling sedikit akan mendapatkan prioritas penanganan lebih dahulu.
Pemberian label kondisi pasien pada musibah massal sesuai labeling pada triase :
2. Skriningawaldilakukan dalamwaktumaksimal3menit:
- Adanyasuara tambahan.
d. PetugasIGDmemasangpulseoximeteruntukpemeriksaansirkulasidarah
(circulation) jikadidapatkan :
- Heartratetidakterdengar,cekpulsasidansegeralakukantindakanresusitasi
jantungparusesuaidengan prosedur.
- Heartratebradycardiaataupuntachycardia,pasiensegeradibawake ruangresusitasiuntuk
penatalaksanaanlebih lanjut.
- SaO2 <90%, pasien segera dibawa ke ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih
lanjut.
f. Hasilpemeriksaanskriningpasienawalditriaseprimerditulisdilembarcatatan medisIGD.
g. Jikapadahasilskriningpasienawalditriaseprimerditemukanpasien
dengankondisikegawatanyangpotensialdapatmengancamnyawamaka tindakan
pemeriksaan terhadap pasien dilakukan sedemikian rupa sehingga
dapat dilakukan secara terintegrasi di ruang resusitasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
h. Jikapadahasilskriningpasienawalditriaseprimerditemukanpasien dengan
kondisi tidak ada tanda-tanda kegawatan yang potensial dapat
mengancamnyawamakatindakanpemeriksaanterhadappasiendilakukan di tempat periksa /
tempat observasi sesuai dengan kondisi klinisnya (kasusbedah /non-bedah /obstetridan
ginekologi).
i. Transfer hanya dapat dilakukan bila kondisi pasien stabil dan layak untuk ditransfer
(transportable)
a) Keputusan untuk mentransfer pasien inter rumah sakit dilakukan melalui tahapan
asesmen, komunikasi, dokumentasi /pencatatan, pemantauan, penatalaksanaan, serah terima
pasien ke rumah sakit rujukan.
d) Transfer untuk penanganan dan perawatan spesialistik lebih lanjut sesuai dengan
asesmen kebutuhan pasien yang tidak dapat dipenuhi di RSUD Kab. Sampang.
e) Transfer antar rumah sakit untuk alasan non-medis karena ruangan penuh, fasilitas
kurang mendukung dan asuransi pasien tidak bekerja sama dengan RSUD Kab. Sampang.
g) Sebelum menstransfer pasien, dokter anggota tim transfer menghubungi rumah sakit
yang akan dituju untuk memastikan bahwa rumah sakit tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pasien.
h) Proses pengaturan transfer dicatat dalam status rekam medis pasien yang akan
dirujuk.
i) Kriteria pasien untuk di pindah perawatan atau di rujuk dari IGD Apa bila :
Kondisi fisik penderita secara umum sudah membaik. Ini menyangkut fungsi pernafasan,
keadaan system peredaran darah dan suhu tubuh. Secara obyektif bisa diukur dari frekwensi
nafas, tekanan darah, denyut nadi dan pengukuran suhu dengan thermometer. Bisa penderita
merasakan baik-baik saja, tapi dari pengukuran pengukuran di atas didapatkan nilai yang
meragukan, misalnya ternyata nafasnya sesak, tekanan darahnya masih rendah, denyut
nadinya terlalu cepat dan panas badannya selalu di atas 38 derajat.
Untuk pasien yang dalam kondisi stabil, dengan nilai tanda vital (frekwensi nafas, tekanan
darah, frekwensi denyut nadi dan temperature) masih dalam batas normal, belum tentu akan
dipulangkan kalau tetap terganggu oleh keluhan. Keluhan tersebut dapat berupa rasa pusing,
badan lemas, mual, muntah, diare atau rasa nyeri
-Flu burung.
-Flu babi.
-SARS.
BAB IV DOKUMENTASI
KegiatanskriningpasienawalditriaseprimerdiInstalasiGawatDaruratRumah Sakit Umum
Daerah SampangdidokumentasikansetiapharidilembarcatatanmedisIGDyang sudah
ditentukan.