Disusun Oleh :
Fadli Muhammad Faruq
NRP : 08211740000096
Perencanaan Wilayah C
B. Review Jurnal
Dalam jurnal yang dijadikan bahan utama dalam pembahasan review ini,
dijelaskan bahwa garis besar bahasannya adalah evaluasi dari penerapan konsep
kawasan agropolitan yang telah disetujui di dalam masterplan kawasan agropolitan.
Konsep tentang agropolitan muncul di tahun 1978 oleh Friedmann dan Douglas.
Agropolitan berasal dari 2 kata yaitu agro yang berarti pertanian, dan polis atau
metropolitan yang memiliki arti kota atau titik sentral dari berbagai kegiatan. Dari
1|Perencanaan Wilayah
pengartian 2 kata tersebut, dapat disimpulkan bahwa agropolitan adalah kota pusat
pertanian dengan pengembangan di berbagai aspek yang mendukung terciptanya
pusat pelayanan berbasis aktivitas ekonomi pertanian. Pengembangan kawasan
agropolitan ini dapat memicu pertumbuhan fasilitas-fasilitas, dan aktivitas-aktivitas
yang menunjang terciptanya pusat kota pertanian di segala aspeknya. Dengan
demikian, penyediaan fungsi kota utama seperti perumahan, tempat bekerja,
transportasi, dan rekreasi diperlukan dalam mendukung terciptanya konsep
agropolitan ini. Selain itu, pengembangan konsep agrplitan ini memerlukan integrasi
antara sumber daya alam yang dimiliki dengan sumber daya manusia yang tersedia
guna meningkatkan nilai tambah pada sumber daya alam yang ada. Sehingga faktor
sumber daya alam, sumber daya manusia, kemitraan dengan berbagai pihak, fasilitas
dan infrastruktur penunjang merupakan faktor penting dalam mendukung konsep
pengembangan Agropolitan ini.
Secara skematik, daerah agropolitan merupakan kawasan pusat sistem
pertanian dan pelayanan kegiatan pertanian di sekitarnya (hinterland-nya). Salah satu
yang mendukung adalah kegiatan agribisnis. Agribisnis merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan pertanian meliputi pengolahan, produksi, hingga keluaran
produksi (agroindustri). Dalam agribisnis, produk yang dihasilkan diolah lebih lanjut
agar terdiversifikasi dan mendapat nilai tambah.
2|Perencanaan Wilayah
kawasan pertanian dilakukan demi meningkatkan pendapatan masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan dengan cara kolaborasi antar pemerintah dan juga
masyarakat kota. Atas dasaran diatas, dibuatlah Masterplan Agropolitan Ciwidey pada
tahun 2007 dalam rangka pembangunan ekonomi. Terdapat 3 Kecamatan di
Kabupaten Bandung yang temasuk kedalam Kawasan Agropolitan Ciwidey, yaitu
Kecamatan Ciwidey, Pasirjambu, dan Rancabali. Rencana Masterplan ini mulai
diterapkan dari tahun 2008-2012. Dalam merealisasikan konsep pengembangan ini,
proses evaluasi dan monitoring perlu dilakukan. Hal ini disebutkan pada penelitian di
3 kota sebelumnya, yang mana permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya
koordinasi dari pemerintah dalam implementasi program dan dukungan kebijakan
keuangan. Jurnal ini dibuat sebagai bentuk evaluasi dari penerapan Masterplan
Agropolitan Ciwidey.
Penelitian ini dilakukan dengan metode Logic Model yaitu dengan melakukan
deskripsi kausalitas sebagai alat evaluasi yang menceritakan proses dengan bentuk
diagram. Pada diagram tersebut ditampilkan keterkaitan antara input kegiatan, output,
terget benefiary, dampak jangka pendek, menengah, dan panjang.
3|Perencanaan Wilayah
Gambar 3. Diagram Logic Models
Karakteristik Fisik
4|Perencanaan Wilayah
Input kebijakan yang berupa peningkatan infrastruktur jalan, memiliki impact
yaitu meningkatkan tingkat aksesibilitas di daerah Kawasan Pengembangan
Agropolitan tersebut, sehingga para petani lebih mudah dalam mengirimkan hasil
panennya. Perbaikan infrastruktur irigassi memberikan impact bagi petani, yaitu
meningkatnya hasil produksi. Input pengadaan industri pengolahan dan sarana
produksi memberikan dampak munculnya produk-produk khas hasil olahan pertanian
sebagai daya tarik tersendiri. Sedangkan input pengembangan pasar memberikan
impact dalam kegiatan jual beli yang berlangsung dan kegiatan agribisnis lainnya di
Pasar Ciwidey menjadi lancar.
Karakteristik Sosial
Input dari segi sosial berupa perbaikan teknologi alat-alat yang digunakan dari
para petani. Selain itu, penguatan kelembagaan petani dilakukan guna mempermudah
petani dalam mendapatkan informasi dan saling berbagi demi meningkatkan
produktifitas para petani. Hal tersebut dilakukan dengan diskusi dan studi bandding
antar petani. Input terakhir adalah manajemen partisipatif guna membangun sifat
partisipatif dari masyarakat perdesaan guna mendukung pengembangan kawasan
agropolitan. Input tersebut memberikan impact yaitu adanya peningkatan permintaan
hasil pertanian.
5|Perencanaan Wilayah
Karakteristik Ekonomi
6|Perencanaan Wilayah
C. Critical Review
Pada jurnal utama yang dijadikan referensi, dijelaskan proses evaluasi
Masterplan Kawasan Agropolitan dilakukan dengan metode Logic Models. Metode ini
menjelaskan alur pikir bagaimana input-proses-output-impact dari kebijakan di
masterplan kawasan agropolitan Ciwidey secara runtut memberikan dampak kepada
masyarakat di kawasan tersebut berdasarkan karakteristik ekonomi, sosial, dan fisik.
Metode yang digunakan cenderung mudah untuk dipahami. Pemberian runtutan yang
logis dari input yang berasal dari Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey dijelaskan
secara runtut hingga impact yang diberikannya terhadap masyarakat sekitar.
7|Perencanaan Wilayah
dipakai pada jurnal pembanding adalah metode yang dipakai jelas, nilai-nilai yang
digunakan sebagai tolak ukur jelas penggunaannya. Karena metode yang digunakan
cenderung kuantitatif, sehingga dapat diberikan gambaran pada nilai yang belum
tercapai seberapa banyak nilai yang belum terpenuhi, sehingga patokannya jelas
karena adanya angka. Sedangkan kekurangannya mungkin memang butuh
penjelasan lebih lanjut terkait teknis pengolahan datanya agar para pembaca mengerti
alur pikirnya. Berbeda dengan metode logic models yang cenderung runtut dalam
menjelaskan alur pikirnya.
Menurut saya, evaluasi Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey ini dapat lebih
bernilai jika ditambahkan skala keberhasilannya, seperti jurnal pembandingnya. Bukan
hanya dinilai dampak posistif dan negatifnya saja, akan tetapi bisa lebih dijelaskan
dengan angka bahwa seharusnya angka yang menjadi patokan keberhasilan.
Sehingga proses evaluasi dapat lebih bernilai, yaitu dengan menentukan target di
perencanaan kedepannya.
D. Kesimpulan
Dalam penelitian yang telah ditulis dalam jurnal yang berjudul “Evaluasi
Implementasi Masterplan Kawasan Agropolitan Ciwidey Menggunakan Logic Models”
diketahui bahwa dampak dari pengembangan konsep kawasan agropolitan di Ciwidey
memiliki dampak postif dan negatif. Dalam menggunakan logic models ini, penilaian
yag dilakukan dengan mengategorikan input dari masterplan kedalam 3 karakteristik,
yaitu karakteristik fisik, karakteristik sosial, dan karakteristik ekonomi. Pada kebijakan
pengembangan karakteristik fisik, memberikan dampak positif berupa meningkatnya
aksesbilitas, meningkatnya hasil pertanian, dan branding produk olahan yang menjadi
khas daerah Ciwidey. Pada kebijakan pengembangan karakteristik sosial juga
memberikan dampak positif berupa meningkatnya hasil pertanian karena penguatan
kelembagaan juga adanya peningkatan peran partisipatif dari masyarakat. Sedangkan
pada kebijakan pengembangan karakteristik ekonomi memberikan dampak negatif,
berupa menurunnya tingkat produksi padi, karena berpindahnya komoditas para
petani dari padi menjadi sayuran. Untuk mempertajam hasil evaluasi Masterplan
Kawasan Agropolitan di Ciwidey, bisa ditambahkan metode analisis yang bersifat
kuantitatif seperti contoh pada jurnal yang berjudul “Pengembangan Kawasan
Agropolitan di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta”. Pada jurnal
utama, telah diketahui dampak yang terjadi pada masing-masing karakteristik yang
ada, akan tetapi alangkah akan lebih bernilai evaluasi yang dilakukan jika terdapat
angka jelas yang pasti, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi di masa
pengembangan kawasan agropolis di masa mendatang.
8|Perencanaan Wilayah
E. Lesson Learned
Agropolitan merupakan adalah kota pusat pertanian dengan pengembangan di
berbagai aspek yang mendukung terciptanya pusat pelayanan berbasis aktivitas
pertanian. Adanya konsep pengembangan ini memicu pertumbuhan fasilitas-fasilitas,
dan aktivitas-aktivitas yang menunjang terciptanya pusat kota pertanian di segala
aspeknya. Pengembangan konsep ini didukung dengan adanya UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pertanian No. 50 tahun 2012
tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Dalam pengembangan
Kawasan Pertanian, penyebab gagal nya implementasi konsep agropolitan
diantaranya kurangnya koordinasi dari pemerintah dalam implementasi program dan
dukungan kebijakan keuangan.
Dalam penelitian jurnal utama ini, dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
Masterplan Kawasan Agropolitan di Ciwidey yang mulai diterapkan dari tahun 2008
hingga tahun 2012. Evaluasi dilakukan dengan cara Logic Models. Logic Models
merupakan suatu alat evaluasi yang menceritakan alur kerja secara runtut. Dengan
adanya evaluasi logic models ini dapat memberikan pemahaman secara runtut suatu
input hingga impact nya yang terjadi.
Dalam jurnal pembanding dijelaskan evaluasi terhadap implementasi dari
pengembangan kawasan agropolitan fase II di Kabupaten Kulon Progo. Dalam proses
penilaiannya, dilakukan secara kuantitatif. Dengan cara ini, diketahui sejauh mana
keberhasilan dari kawasan agropolitan fase II Kabupaten Kulon Progo dalam
mengembangkan konsep agropolitan ini.
Dengan adanya penilaian Logic Models yang cenderung kualitatif dan dibahas
secara runtut, maka dapat meningkatkan pemahaman pembaca akan pola pikir dari
rencana kawasan agropolitan tersebut. Proses evaluasi ini akan menjadi lebih bernilai
jika lebih diketahui tingkat kebehasilannya dalam bentuk angka, sehingga proses
evaluasi berjalan dengan maksimal. Hasil evaluasi dapat dijadikan patokan bagi
pengembangan di tahap selanjutnya.
9|Perencanaan Wilayah
F. Daftar Pustaka
10| P e r e n c a n a a n W i l a y a h