Anda di halaman 1dari 51

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PEMERIKSAAN HEPATITIS B SURFACE ANTIGEN


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANGKINANG KOTA
TAHUN 2018 - 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk menyelesaikan Program Studi


Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang

OLEH :

NORA AMELIA DIRMI


NIM: 1813453272

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PADANG
2019

i
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PEMERIKSAAN HEPATITIS B SURFACE ANTIGEN


PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANGKINANG KOTA
TAHUN 2018 - 2019

OLEH :

NORA AMELIA DIRMI


NIM: 1813453272

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PADANG
2019

ii
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HEPATITIS B SURFACE


ANTIGEN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BANGKINANG KOTA
TAHUN 2018 - 2019

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Pendidikan


Diploma Tiga Teknologi Laboratoriun Medik STIKes Perintis

Oleh :

Nora Amelia Dirmi


Nim: 1813453266

PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(Renowati, S.SiT., M.Biomed) (Dra. Suriani, MSi)


NIDN : 1001077301 NIDN : 1020116503

Mengetahui

Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik


STIKes Perintis Padang

(Endang Suriani, SKM., M.Kes)


NIDN: 1005107604

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah diajukan dan tekah dipertahankan di depan sidang
Komprehenshif Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Tiga
Teknologi Leboratorium Medik STIKes Perintis dan diterima sebagai syarat untuk
memenuhi gelar Ahli Madya Analis Kesehatan.
Yang berlangsung pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Juni 2019

Pembimbing I Pembimbing II

(Renowati, S.SiT., M.Biomed) (Dra. Suriani, MSi)


NIDN : 1001077301 NIDN : 1020116503

Mengetahui

Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik


STIKes Perintis Padang

(Endang Suriani,SKM,M.Kes)
NIDN: 1005057604

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah telah diajukan dan dipertahankan di depan siding


Komprehensip Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Tiga
Teknologi Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang dan diterima Sebagai
syarat untuk memenuhi gelar Ahli Madya Analis Kesehatan.
Yang Berlangsung pada :

Hari : Jumat
Tanggal : 28 Juni 2019

Dewan Penguji

1. dr. Tofrizal, Sp.PA., M.Biomed., PhD : ( )


NIDN : 0023086209

2. Renowati, S.SiT., M.Biomed : ( )


NIDN : 1001077301

3. Dra. Suriani, MSi : ( )


NIDN : 1020116503

Mengetahui

Ketua Program Studi Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik


STIKes Perintis Padang

(Endang Suriani, SKM., M.Kes)


NIDN: 1005107604

iii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung dan
Maha Tinggi. Atas taqdirMu daya bias menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk
masa depanku, dalam meraih cita-cita saya.
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk, Ayahanda…terima kasaih atas
kasih saying yang berlimpah dari mulai saya lahur, hingga saya sudah sebesar ini.
Lalu teruntuk Bunda, terima kasih juga atas limpahan doa yang tak berkesudahan.
Serta segala hal yang telah Bunda lakukan, semua yang terbaik.
Terima kasih selanjutnya untuk kakak-kakak saya yang luar biasa, dalam memberi
dukungan dan doa yang tampa henti. Kalian adalah tempat saya berlari ketika saya
merasa tidak ada yang memahami diluar rumah.
Terima kasih juga yang tak terhinga untuk para dosen pembimbing, Bapak/Ibu
yang dengan sabar melayani saya selama ini. Terima kasih juga untuk semua
pihak yang mendukung keberhasilan karya tulis ilmiah saya yang tidak bias saya
sebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih ini saya persembahkan juga untuk seluruh teman-teman saya
di Diploma Tiga Teknologi Laboratorium Medik angkatan 2018. Terima kasih
untuk memori yang kita rajut setiap harinya, atas tawa yang setiap hari kita miliki,
dan atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah selama 1 tahun ini
menjadi lebih berarti. Semoga saat-saat indah itu akan selalu menjadi kenangan
yang paling indah.
Untuk semua pihak yang saya sebutkan, terima kasih ata semuanya. Semoga tuhan
senantiasa membalas setiap kebaikan kalian. Serta kehidupan kalian semua
jugadimudahkan dan diberkahi selalu oleh Allah SWT.
Saya menyadari bahwa hasil Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,
tetapi saya harap isinya tetap memberi manfaat sebagai ilmu dan pengetahuan
bagi para pembacanya.

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Nora Amelia Dirmi


NIM : 12.01.1.248
Tempat/ tanggal lahir : Kampar, 28 November 1991
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl. Cemara RT/RW 002/001 desa
sawah baru, Kec. Kampa,
Kabupaten Kampar.
No. Handphone : 0821 7496 2133
E-mail : foreheadlover@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1997-2003, SD Negri 001 Kampar
2003-2006, Ponpes Anshar Al-sunnah, Air Tiris
2006-2009, SMK Analis Kesehatan Abdurrab Pekanbaru

PENGALAMAN AKADEMIS
2010-2013 Staf UDD PMI Kabupaten Kampar
2011 s/d Sekarang Staf Analis Puskesmas Bangkinang Kota

v
ABSTRACT

Hepatitis is one the health problems in developing countries, such as


Indonesia. Hepatitis virus type B (HBV) has infected 2 billion people. 240 million
of them diagnosed with with cronic HBV. 600.000 people died every year. In
community health center of UPTD of Bangkinang city, among pregnant woman
who checked their HBsAd in 2016, there were 5 of them with positive. The aim of
this research is to describe the HBsAg's check results of pregnant woman in
community health center of UPTD of Bangkinang city year 2019.This research
designed with cross sectional design which see the overview of HBsAg's check
results on pregnant woman in community health center of Bangkinang city.
Researched samples in this research are medical record data of pregnant woman
who came in community health center of Bangkinang city in 2019 and checked
their HBsAg. The sampling technique used was the Total Sampling. analysis used
was univariat analysis. Data collection tools used in this research were checklist
sheet ( √ ) which consist of 2 items, positive and negative. The inspection method
is the imunochromatography method. The check results of HBsAg, there are 10%
of pregnant woman with positive result and 40% negative. The pregnant woman
with positive of Hepatitis type B declared as infected with hepatitis B virus type.
The public expected to maintain their health and aware of the risk of exposure to
type B hepatitis virus, especially for the pregnant women.

Bibliography : 17 (2009 - 2018)


Keywords : HbsAg examination

vi
ABSTRAK
Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Virus Hepatitis B (HBV) telah
menginfeksi sebanyak 2 milyar orang. 240 juta diantaranya mengidap HBV
kronik. 600.000 orang minggal dunia setiap tahunnya. di UPTD Puskesmas
Bangkinang Kota pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg pada
tahun 2018, terdapat 5 orang ibu hamil yang positif hasil pemeriksaan HBsAg.
Tujuan Penelitian ini untuk menggambarkan hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu
hamil di UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2019. Jenis penelitian ini
dengan metode deskriptif desain cross sectional yaitu melihat gambaran hasil
pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di Puskesmas Bangkinang Kota yang
dilakukan pada bulan februari – juni 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah
data rekam medik ibu hamil yang datang ke Puskesmas Bangkinang Kota Tahun
2019 dan melakukan pemeriksaan HBsAg. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Total Sampling sebanyak 49 orang, Analisa yang digunakan adalah
analisis univariat. Alat pengumpulan data yang di gunakan pada penelitian ini
adalah lembar cheklist ( √ ) yang terdiri dari 2 item yaitu positif dan negative.
Dengan metode pemeriksaan adalah metode Imunochromatografi. Hasil penelitian
pada pemeriksaan HBsAg terdapat 10% ibu hamil dengan hasil pemeriksaan
positif, dan yang hasil pemeriksaan negatif terdapat 44 ibu hamil. Ibu hamil yang
positif hepatitis B dinyatakan bahwa telah terinfeksi virus hepatitis B.

Daftar Pustaka : 17 (2009 – 2018)


Kata Kunci : Pemeriksaan HBsAg

vii
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Alllah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karuniaNYA, sehigga penulis dapat menyelesaikan
pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul adalah “Gambaran Hasil
Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen Pada Ibu Hamil Di Puskesmas
Bangkinang Kota Tahun 2018-2019 ”.

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
ujian jenjang Pendidikan Diploma III Teknologi Laboratorium Medik pada
STIKes Perintis Padang

Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat


bimbingan, dukungan, bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak
maka pada kesempatan ini penulis ucapkan terimahkasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S. Kp., M.Biomed selaku ketua STIKes Perintis


Padang
2. Ibu Endang Suriani, SKM., M.Kes selaku ketua Program Studi Diploma III
Analis Kesehatan STIKes Perintis Padang
3. Ibuk Renowati, S.SIT., M.Biomed selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penulisan Karya Ilmiah ini.
4. Ibuk Dra. Suraini, MSi selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan
Karya Ilmiah ini.
5. Bapak dr. Tofrizal, Sp.PA., M.Biomed., PhD yang telah memberikan
Kritikan, saran dan masukan bagi penulis.
6. Dosen dan seluruh staf Program Studi Diploma III Ahli Teknologi
Laboratorium Medik STIKes Perintis Padang
7. Teman – teman yang selalu berjuang bersama, yang menjalani suka duka
bersama

viii
Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan maanfaat
bagi orang lain terutama bagi peneliti sendiri sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Akhir kata peneliti hanya bisa berdoa semoga Allah SWT dapat membalas
segala amal kebaikan kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses penulisan
dan semoga kedepannya Karya Tulis Ilmiah ini dapat sangat bermanfaat, Amin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Pekanbaru, Juni 2019

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................


LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti ..................................................................... 4
1.5.2 Bagi Petugas kesehatan .................................................... 4
1.5.3 Bagi Masyarakat ............................................................... 4

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1 Hepatitis
2.1.1 Defenisi ........................................................................... 5
2.1.2 Struktur Virus .................................................................... 5
2.1.3 Epidemiologi ..................................................................... 6
2.1.4 Etiologi .............................................................................. 7
2.1.5 Patogenesis ........................................................................ 7
2.1.6 Respon Imun Virus Hepatitis B ........................................ 8
2.1.7 Perjalanan Infeksi .............................................................. 9
2.1.8 Pola Penularan ................................................................... 11
2.1.9 Pencegahan dan Pengobatan ............................................. 12

x
2.2 HBsAg
2.2.1 Defenisi ............................................................................. 13
2.2.2 Metode Pemeriksaan HBsAg ............................................ 13
2.2.3 Kegunaan terdeteksi Hepatitis B ....................................... 14
2.3 Mekanisme penularan hepatitis B Pada Ibu hamil ..................... 15

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................ 17
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 17
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................. 17
3.4 Persiapan Penelitian .................................................................... 17
3.5 Prosedur penelitian ..................................................................... 18
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa data ................................. 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil penelitian ........................................................................... 20
4.2 Pembahasan ................................................................................. 23

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 26
5.2 Saran ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Puskesmas


Bangkinang kota ................................................................................. 20
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan Ibu Hamil di
Puskesmas Bangkinang kota .............................................................. 21
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di
Puskesmas Bangkinang kota .............................................................. 21
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di
Puskesmas Bangkinang kota .............................................................. 22
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alamat Ibu Hamil di Puskesmas
Bangkinang kota ................................................................................. 22

DAFTAR SINGKATAN

xii
APC : Antigen Processing Cell atau Antigen Presenting Cell
ALT : Alanina Aminotransferase
ELISA : Enzym Linked Immuno Sorbent Assay
HBsAg : Hepatitis B Surface Antigen
HLA : Human Leucocyte Antigen
RIA : Radio Immuno Assay
RPHA : Reverse Passive Hemagglutination

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data ...................................................... 29
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 30
Lampiran 3 Tabel Cheklist penelitian ............................................................ 31
Lampiran 4 Dokumentasi penelitian .............................................................. 33

xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Struktur Virus HBsAg ................................................................ 6

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Di dunia, Virus Hepatitis
B (HBV) telah menginfeksi sebanyak 2 milyar orang. 240 juta diantaranya
mengidap HBV kronik. 600.000 orang minggal dunia setiap tahunnya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan Prevalensi HbsAg,
endemisitas hepatitis suatu wilayah atau Negara dapat dikategorikan rendah
(<2%), sedang rendah (2-4%), sedang tinggi (5-7%) dan tinggi 8%. Hasil
riset yang dilakukan, berdasarkan endemisitas Indonesia merupakan Negara
dengan endemisitas tinggi (khususnya Hepatitis B), terbesar kedua di Asia-
Pacifik setelah Myanmar. Diperkirakan sebanyak 28 juta orang terinfeksi
Hepatitis B dan C. 14 juta diantaranya berpotensi menjadi kronik. 14 juta
diantara yang kronik tersebut, berpotensi untuk menjadi sirosis dan kanker
hati.
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di
Indonesia, yang terdiri dari hepatitis A,B,C,D, dan E. Virus hepatitis B telah
menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang
diantaranya menjadi pengidap hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita
hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 jt orang. Sebanyak 1,5 juta
penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis (Kemenkes,
2014).
Penyakit hepatitis B adalah infeksi hati menular yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Bagi sebagian orang, penyakit ini bisa menjadi kronis dan
bisa berlangsung selama lebih dari enam bulan. Total orang dengan hepatitis
B di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan
Riskesda 2017, sebanyak 7,1 persen penduduk Indonesia mengidap infeksi
ini. Bahkan dikutip dari laman Depkes, diketahui bahwa setiap tahun

1
2

diperkirakan terdapat 150 ribu bayi yang 95 persennya berpotensi


mengalami hepatitis kronis pada 30 tahun ke depan (Lika Aprilia, 2018).
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi atau inflamasi pada hepatosit
yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV) yang dapat menyebabkan
perdangan hati akut atau menahun (Wijayanti, 2016). Menurut Handojo
(2014) dalam Lulun Permatasari (2018), penularan HBV dapat terjadi
melalui pola vertikal dan horizontal. Pada pola vertikal terjadi pada ibu
hamil dengan HBsAg posotif pada anak yang dilahirkan pada saat
persalinan (penularan peranatal). Pada pola horizontal infeksi HBV dapat
melalui luka dikulit atau selaput lindir, misalnya melalui suntikan, transfusi
darah, alat operasi, tusuk jarum, pembuatan tatoo, tindik, luka pada selaput
lendir, mulut, hidung, dan genitalia (hubungan intim).
Mengetahui adanya virus hepatitis B dalam tubuh di perlukan
pemeriksaan HBsAg. HBsAg merupakan salah satu jenis antigen yang
terdapat pada bagian pembungkus dari virus hepatitis B yang dapat
terdeteksi pada cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan HBsAg dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu RIA (Radio Immuno Assay),
ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay), RPHA (Reverse Passive
Hemagglutination) dan imuno-chromatografi (Wijayanti, 2016).
Infeksi virus Hepatitis B pada ibu hamil trimester ketiga merupakan
masalah yang cukup serius. Karena tingginya penularan Hepatitis B secara
vertikal yaitu dari ibu ke anaknya saat melahirkan, yaitu sekitar 90% ibu
yang mengidap hepatitis B atau hasil HBsAg positif akan menurunkan
infeksi HBV pada anaknya dan kemungkinan besar akan menjadi karier
HBV. Persalinan ibu yang positif HBsAg juga merupakan risiko terjadinya
penularan Hepatitis B secara horizontal. Pemeriksaan HBsAg pada ibu
hamil sebelum melakukan persalinan merupakan skrining adanya penularan
Hepatitis B secara vertikal. Risiko penularan Hepatitis B dengan hasil
pemeriksaan HBsAg positif, berbahaya terhadap janin yang dikandung ibu
karena dapat mengancam keselamatan ibu dan bayinya. Selain berbahaya
terhadap ibu dan bayinya, bahaya penularan infeksi Hepatitis B juga dapat
3

mengancam tenaga medis yang menolong ibu saat proses persalinan (Radji,
2015).
Menurut survey awal yang telah dilakukan peneliti di UPTD
Puskesmas Bangkinang Kota pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
HBsAg pada tahun 2018, terdapat 4 orang ibu hamil yang positif hasil
pemeriksaan HBsAgnya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui gambaran hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu
hamil di UPTD Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2019

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada peneltian ini adalah Bagaimanakah gambaran
hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di UPTD Puskesmas Bangkinang
Kota Tahun 2019 ?

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah melalui beberapa uraian diatas,
maka dalam hal ini permasalahan yang dikaji perlu dibatasi. Pembatasan
masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian agar
diperoleh kesimpulan yang benar dan mendalam pada aspek yang diteliti.
Cakupan masalah dibatasi pada hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Menentukan gambaran pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di UPTD
Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2019.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Menentukan distribusi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg bedasarkan
umur pada ibu hamil .
b. Menentukan distribusi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg berdasarkan
usia kehamilan ibu hamil.
c. Menentukan distribusi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg berdasarkan
pendidikan pada ibu hamil
4

d. Menentukan distribusi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg berdasarkan


pekerjaan pada ibu hamil
e. Menentukan distribusi frekuensi hasil pemeriksaan HBsAg berdasarkan
alamat pada ibu hamil

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam
pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) pada serum pasien
1.5.2 Manfaat Bagi Petugas Kesehatan
Meningkatkan kewaspadaan dan selalu bersikap aseptis sebelum dan
sesudah melakukan tindakan medis.
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberi pengetahuan tentang betapa pentingnya pemeriksaan
laboratorium, khususnya pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil untuk tes
skrining penyakit Hepatitis B agar dapat mencegah penularan virus hepatitis
B pada bayinya sejak dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hepatitis
2.1.1 Defenisi
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. Sekitar sepertiga
dari populasi dunia atau lebih dari 2 miliar orang, telah terinfeksi dengan v
irus hepatitis B. Deteksi virus Hepatitis B dalam tubuh dapat dilakukan
dengan pemeriksaan dengan pemeriksaan HBsAg secara imunologis dengan
menggunakan metode yang efektif dean efisien yaitu HBsAg Rapid skrining
test dengan metode imunochromatografi (Wijayanti, 2016).
2.1.2 Struktur Virus
Struktur virus Hepatitis B terdiri dari HBsAg, HBcAg, HbeAg. DNA
polymerase, dan DNA HBV seperti yang terdapat pada gambar 2.1 yaitu
sebagai berikut :

Gambar 2.1
Struktur Virus HBsAg

Virus hepatitis digolongkan dalam famili yang berbedabeda. Salah


satuya adalah virus hepatitis B yang termasuk ke dalam Genus

5
6

Hedapnavirus dan famili Hepadnaviridae. Virus hepatitis B berbentuk sferik


plomorfik dengan diameter 42 nanometer (nm). Genom virus terdiri dari
DNA untai ganda parsial, yang mengandung sekitar 3200 pasang basa.
Lapisan luarnya terdiri dari antigen HbsAg yang membungkus partikel inti
(core). Pada inti terdapat DNA polimerase virus, antigen inti (HbcAg) dan
antigen e (HbeAg) (Radji, 2015).
Adanya HBsAg dalam serum pasien menandakan positif hepatitis B.
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan pada jaringan hati. Secara
popular dikenal dengan istilah penyakit hati, sakit liver, atau sakit kuning.
Peradangan hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel, jaringan, bahkan
semua bagian organ hati. Hepatitis dapat terjadi karena penyakit yang
memang menyerang sel-sel hati atau penyakit lain yang menyebabkan
komplikasi pada hati (Radji, 2015).
2.1.3 Epidemiologi
Tingginya prevalensi HBV dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
1. faktor geografik, dimana umumnya prevalensi HBV lebih tinggi
didaerah tropik dibandingkan dengan di daerah beriklim sedang dan
lebih tinggi pada penduduk di daerah urban dibandingkan dengan
penduduk di daerah rural. Pengaruh etnik terhadap prevalensi HBV
dapat dilihat pada penduduk etnik Cina di USA, dimana didapatkan
prevalensi pengidap kronik HBV lebih tinggi dibandingkan dengan
golongan penduduk kulit putih di USA. Keadaan yang sama juga
terdapat di New Zealand dimana prevalensi pengidap HBV lebih
tinggi pada penduduk Maori dibandingkan dengan golongan kulit
putih yang berasal dari Eropa.
2. Faktor genetik yaitu Human Leucocyte Antigen (HLA) nampaknya
juga ada hubungannya dengan tingginya pengidap HB. Disamping itu
pada penelitian di Cina didapatkan pengidap HBsAg positif lebih
banyak didapatkan pada keluarga dengan anggota keluarga 6-10
dibandingkan dengan anggota keluarganya kurang dari jumlah itu.
7

Di Indonesia prevalensi pengidap HBV bervariasi di tiap daerah atau


pulau dan berkisar antara 3-20%. sedangkan dari donor darah di seluruh
Indonesia didapatkan prevalensi berkisar antara 3-17%. Penelitian serologik
infeksi HBV yang dilakukan di berbagai daerah di Bali didapatkan hasil
prevalensi HBsAg berkisar antara 1,5-17,2% (Surya dkk, 2016).
2.1.4 Etiologi
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa
menyebabkan kondisi akut dan kronis pada pasien. Hepatitis B termasuk
penyakit yang sangat mudah menular. Penularan hepatitis B dapat melalui
kontak dengan darah atau cairan tubuh lain penderita (allodokter, 2017).
Partikel HBV paling banyak terdapat di dalam hati dan serum, tetapi
bisa terdapat pada semua cairan yang dihasilkan oleh tubuh manusia. HBV
Bisa terdapat pada air liur, airmata, air mani, air susu ibu, disamping juga
bisa terdapat pada cairan asites, pleura, serebrospinal dan lendir vagina,
tetapi sumber yang infeksius adalah berasal dari air mani, disamping liur
disamping dari serum (Surya dkk, 2016).
2.1.5 Patogenesis
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis B. Virus
Hepatitis B mula-mula melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Virus
melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati. Asam nukleat
HBV akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes
dan berintegrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah DNA HBV
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus
Hepatitis B dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan
hati yang kronis disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap
infeksi (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
8

2.1.6 Respon Imun Virus Hepatitis B


Secara umum jika virus masuk ke dalam tubuh, maka sistem
kekebalan tubuh alamiah akan bekerja, sel lekosit akan menghasilkan alfa
interferon yang akan mengaktifkan sel NK dan macrophage atau Antigen
Processing Cell atau Antigen PresentingCell (APC). APC akan menangkap
virus, kemudian memproses dan memunculkan fragmen proteinnya bersama
dengan MHC kelas II, kemudian berikatan dan mengaktifkan T-helper cell
(Th ) dengan mengeluarkan IL.1 Sel Th yang telah diaktifkan (Th 2) akan
mengaktifkan sel B dengan batuan BCGF (B Cell Growth Factor) dan
BCDF (B Cell Diff erentiation Factor) di mana sel B ini akan merangsang
sel plasma untuk membentuk antibodi terhadap virus. Sel Th 1 akan
mengeluarkan IL 2 untuk merangsang pembentukan sel T sitotoksik (Tc)
yang akan berikan dengan MHC I dan menyebabkan lisis sel yang
mengandung virus. Pada infeksi HBV peptide yang dimunculkan sebagai
epitop pada MHC II ialah peptide pre-S1, pre-S2, S dan HBc. Sedangkan
pada MHC I adalah peptide HBc dan HBe. Jadi lisis sel hati akan terjadi
karena sel Tc menempel sel hati pada MHC I yang memunculkan peptide
HBc dan HBe (Surya,dkk 2016).
2.1.7 Perjalanan Infeksi
Jika partikel HBV masuk ke tubuh host (pasien) maka akan
menimbulkan tiga kemungkinan yaitu ; tubuh pasien akan mengeleminasi
HBV sehingga tidak terjadi infeksi HBV, mengalami infeksi HBV akut di
mana sebagian kecil bisa menjadi hepatitis fulminan dan sebagian lagi
mengalami infeksi HBV kronik. Keadaan di atas tergantung dari faktor
individu atau host, faktor HBV terutama jumlah HBV yang menginfeksi dan
cara penularan (Surya,dkk 2016).
1. Infeksi VHB Akut
Masa tunas VHB berkisar antara 6 minggu sampai 6 bulan dan masa
akut infeksi VHB umumnya berlangsung 1-3 bulan. Gejala klinik
bervariasi mulai dari infeksi VHB akut tanpa ikterus, dengan ikterus dan
9

hepatitis fulminan yang umumnya berakhir dengan kematian. Perjalanan


penyakit infeksi VHB akut dapat dibagi menjadi :
a) fase prodromal : berlangsung 3-4 hari, kadang-kadang sampai 2-3
minggu, di mana penderita merasa tidak enak badan, tidak ada
nafsu makan, mual, badan meriang, kepala sakit dan perut sebelah
kanan merasa tidak enak atau sakit
b) fase ikterik : penderita tampak kuning, kencing seperti the pekat,
kotoran putih seperti dempul, temperature menurun, kadang-
kadang ada bradikari, nafsu makan muncul kembali, kadang-
kadang badan dirasakan gatal dan akan hilang dalam beberapa hari.
Hati teraba pada 70% penderita dengan tepi licin, tumpul
spleenomegali didapatkan pada 20% penderita.
c) fase penyembuhan : penderita masih merasakan rasa malas dan
lemah yang kadang-kadang ada sampai beberapa minggu. Pada
masa ini warna kencing dan kotoran kembali normal.
2. Infeksi VHB Kronik
Infeksi VHB dikatakan termasuk infeksi VHB kronik, jika terdapat
peradangan pada hati dengan HBsAg yang selalu positif dalam waktu 6
bulan atau lebih. Biasanya akan disertai dengan meningkatnya kadar
alanina aminotransferase (ALT). Jika respon imun pasien tidak memadai
maka kerusakan pada sel hati akan berlanjut dan terjadi hepatitis kronik,
SH dan KHP. Kemungkinan terjadinya infeksi VHB kronik setelah
infeksi VHB akut bervariasi tergantung umur individu waktu terjadinya
infeksi, di mana infeksi pada bayi akan mengakibatkan 90% bayi akan
mengalami infeksi VHB kronik sedangkan infeksi pada orang dewasa
didahului oleh infeksi VHB akut dengan gejala yang biasanya jelas dan
terjadi infeksi VHB akut hanya sebesar 1-2%. Kerusakan hati yang
ditimbulkan oleh infeksi VHB kronik bervariasi mulai dari tidak terjadi
kerusakan, asymptomatic carrier (pengidap sehat VHB), kerusakan
ringan pada hepatitis kronik persisten dan kerusakan berat pada hepatitis
kronik aktif (Surya,dkk 2016).
10

3. Gambaran Serologik Infeksi VHB


Jika terjadi infeksi VHB maka petanda serologik pertama yang
muncul ialah HBsAg, yang muncul pada masa tunas, kemudian disertai
dengan munculnya HBeAg, DNA polymerase, DNA-VHB. Puncak titer
petanda serologik tersebut terjadi bersamaan dengan meningkatnya kadar
tranminase dan mulai timbulnya gejala klinik. Setelah gejala klinik
muncul, maka kadar petanda serologik tersebut akan menurunkan dan
menjadi negarif. Yang paling awal kadarnya menurun ialah DNA-VHB,
HBeAg kemudian disusul oleh HBsAg. Lamanya HBsAg positif dalam
darah sangat tergantung dari tingginya titer. Makin tinggi titer HBsAg
pada awal penyakit, makin lama HBsAG bertahan dalam darah. Lamanya
HBsAg positif berkisar 1-15 minggu setelah gejala klinik. Pada 8 minggu
setelah permulaan penyakit 50% penderita sudah HBsAG negatif, sedang
pada 12 minggu 90% HBsAg negatif. Bila 6 bulan setelah permulaan
penyakit penderita masih HBsAg positif maka dapat dipastikan bahwa
penderita telah terjun kearah kronik (Surya, dkk.2016).
2.1.8 Pola Penularan
Ada dua macam cara penularan hepatitis B yaitu secara vertical dan
secara horizontal.
1. Secara vertical, terjadi dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada
bayi yang dilahirkan yaitu pada saat persalinan atau segera setelah
persalinan.
2. Secara horizontal, dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang
tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfuse darah, penggunaan pisau
cukur dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan
penderita (Harti, 2013).
Secara garis besar penularan HBV terjadi hanya dua hal yaitu; karena
pencemaran oleh darah atau cairan tubuh dari seorang pengidap HBV,
sedangkan penularan dapat terjadi melalui empat cara yaitu :
1. Parenteral melalui transfusi darah yang mengandung HBV. Pada
sekitar tahun 1980 dimana uji saring HBsAg pada donor belum
11

dilakukan dengan baik, hepatitis pasca transfusi dilaporkan 14-65%,


dimana 22% disebabkan oleh HBV dan setelah skrining darah
dilakukan dengan metode yang lebih peka (RIA) maka hepatitis pasca
transfusi menurun menjadi 0,6%. Saat ini skrining darah donor juga
dilakukan dengan anti-HBc disamping HBsAg, sehingga memberikan
hasil yang lebih memuaskan karena pada window period anti HBc
positif meskipun HBsAg atau anti HBs masih negatif (Alter dan Seef,
1993).
2. Tusukan melalui kulit (percutaneous exposure). Cara ini terjadi
melalui tusukan jarum di bawah kulit dengan jarum yang pernah
dipakai pengidap HBV seperti pada pasien ketagihan obat, akupuntur,
membuat tatto, tindik kuping, memakai pisau cukur, sikat gigi dan
lainnya.
3. Melalui hubungan seksual, karenaHBV juga terdapat pada cairan
sperma, lendir vagina dan air liur. Dengan pemeriksaan PCR pada
lendir servik didapatkan adanya genom HBV pada 21% pasien yang
diperiksa
4. Penularan HBV dari ibu ke bayi yang baru dilahirkan. Cara ini disebut
penularan HBV vertikal dan merupakan cara penularan yang paling
penting daerah endemik berat HBV (Surya, dkk 2016).
2.1.9 Pencegahan dan Pengobatan
Salah satu cara yang paling tepat untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas adalah pencegahan infeksi VHB dengan vaksinasi hepatitis B,
karena belum ada pengobatan yang efektif untuk penyakit hati kronik dan
KHP. Di Negara yang sedang berkembang, infeksi VHB adalah endemik
dan usaha pencegahan infeksi harus diusahakan sedini mungkin pada masa
anak, karena infeksi yang terjadi pada anak akan berdampak pada hampir
seluruh populasi dan 10-20% anak tersebut akan menjadi pengidap kronik.
a. Pencegahan Infeksi Perinatal
Proporsi terjadinya infeksi VHB yang menjadi pengidap, ada
hubungan dengan umur pada waktu terjadinya penularan, dimana
12

penularan yang terjadi pada bayi 90% akan menjadi pengidap dan
hanya 5% jika penularan terjadi pada dewasa. Karena itu maka
imunisasi harus diberikan pada waktu bayi baru lahir atau sedini
mungkin setelah lahir. Ibu dengan HBsAg positif sangat infeksius
sehingga 90% bayi yang lahir dari ibu ini akan tertular pada saat atau
tidak begitu lama setelah persalinan, dengan risiko terjadinya
pengidap kronik.
Pengobatan Hepatitis B akut meliputi istirahat yang cukup,
minum banyak cairan, melakukan perawatan intensif pada kasus
fulminan, menghindari konsumsi alkohol dan obat penawar rasa sakit,
dan menghindari transplantasi hati karena dapat mengalami
komplikasi akibat kemungkinan reinfeksi cangkok hati. Memberikan
imunisasi pasif dengan immunoglobulin hepatitis B yang diberikan
segera setelah paparan HBV karena memberikan perlindungan cepat
tetapi dalam jangka waktu yang pendek. Sedangkan pengobatan
hepatitis B kronik dapat berupa peningkatan sistem imun. Obat-obatan
nukleotida antivirus yang memiliki aktifitas terhadap HBV
diantaranya adalah lamivudin, adefovir dipivoksil, interferon-α,
tenofovir, asiklovir, famsiklovir, gansiklovir, zadaksin, kolkisin,
interferon-β dan interferon-µ (Radji, 2015).

2.2 HBsAg
2.2.1 Defenisi
HBsAg merupakan komponen antigenik HBV, tetapi tidak infeksius
dan tersusun atas protein, karbohidrat dan dua lapis lipid. Selubung
(envelope) protein tersusun atas tiga macam protein dimana masing-masing
protein dapat merangsang terjadinya antibodi spesifik. Karena itu dikenal
tiga macam antigen pada HBsAG yaitu antigen S, antigen pre-S2 dan
antigen pre-S1 yang masing-masing terdapat pada mayor atau small protein,
middle protein dan large protein. Pemurnian HBsAg menunjukkan bahwa
HBsAg ada yang berbentuk bulat, mengandung protein S dan sedikit protein
13

pre-S, sedangkan HBsAg yang berbentuk filament sebagian besar terdiri


dari S protein. Virion mengandung semua polipeptida HBsAg dalam jumlah
yang hampir sama. Setelah terjadinya infeksi HBV, maka penderita akan
membentuk antibodi yaitu anti-pre S1, antipre S2 dan anti-S. Ini
menunjukkan bahwa semua antigen HBsAg diekpresikan pada permulaan
infeksi (Surya, dkk 2016).
2.2.2 Metode Pemeriksaan HBsAg
Pemeriksaan HBsAg dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan metode :
1. Imunochromatografi
Prinsip pemeriksaan metode ini adalah bereaksinya
imunochromatografi yang menggunakan membrane berwarna untuk
mendeteksi HBsAg dalam serum, membrane dilapisi dengan anti-HBs
pada daerah test (T) dapat bereaksi secara kapilaritas sehingga
membentuk garis merah.
2. ELISA (Enzym Linked Immuno Sorbent Assay)
Prinsip pemeriksaan metode ini ialah untuk penemtuan HBsAg
yang terdapat dalam serum/plasma akan di ikat oelh anti-HBs yang
dilapiskan pada dinding sumur dari lempengan mikrotitrasi. Setelah
bagian serum yang tak terikat dibuang, dan dicuci, ditambahkan
konjugat, yaitu antibody anti-HBs berlabel enzim yang akan terikat
pada epitop kedua dari HBsAg dalam serum.
3. Enzym Immonuassay (EIA)
Prinsip metode ini adalah yang berdasarkan prinsip sandwich
untuk mendeteksi antigen permukaan virus hepatitis B.
2.2.3 Kegunaannya Terdeteksi Hepatitis B
Ibu hamil sangat penting untuk melakukan pemeriksaan laboratorim
khususnya pemeriksaan HBsAg di awal ANC (Ante Natal Care) yang
bertujuan untuk mempromosikan dan menjaga kesehatan ibu baik fisik
maupun mental, mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis
selama kehamilan, mengembangkan persiapan persalinan dan kesiapan
14

menghadapi komplikasi yang terjadi, dan membantu menyiapkan ibu untuk


menjalani nifas, serta dapat melakukan penanganan terhadap ibu yang
mengidap HBsAg positif (Kusmiyati, dkk., 2009).
Pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil dilakukan sebagai skrining
terhadap penyakit Hepatitis B, terutama sebagai penanganan terhadap ibu
yang melahirkan, terhadap bayinya, dan terhadap tenaga medis yang
membantu proses persalinan. Sebelum melakukan persalinan, pemeriksaan
HBsAg dapat menginformasikan pada ibu hamil dan tenaga medis agar
bersikap aseptis pada saat melakukan persalinan. Beberapa faktor penyebab
ibu hamil mengidap hepatitis B adalah tertular dari kontak seksual,
menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi virus hepatitis B, atau
pernah mendapatkan transfusi darah yang tidak mendapatkan skrining
hepatitis B secara ketat. Penularan virus Hepatitis B dari ibu kepada
janinnya dapat terjadi pada saat proses persalinan, yaitu melalui darah dan
secret vagina. Proses persalinan secara caesar dianjurkan untuk pasien
HBsAg positif untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B, dan
melakukan terapi dengan menggunakan kombinasi dari antibodi pasif dan
aktif melakukan imunisasi dengan vaksin Hepatitis B pada bayi baru lahir
(Firda, 2013).

2.3 Mekanisme Penularan Hepatitis B Pada Ibu Hamil


Infeksi HBV in-utero pada dasarnya terjadi karena masuknya HBV
dari ibu ke bayi di dalam kandungan, melalui robekan kecil plasenta yang
menyebabkan terjadinya microtransfusion darah ibu yang mengandung
partikel Dane ke bayi. Jika hasil pemeriksaan PCR pada bayi harike-0
positif, berarti ada genom HBV yang masuk ke bayi, tetapi ada dua
kemungkinan yang bisa menimbulkan hasil PCR hari ke-0 positif, yaitu;
1. Genom HBV dari ibu masuk ke bayi pada saat mulainya persalinan
atau hanya beberapa jam sebelum anak lahir. Karena sistem imun
tubuh, atau vaksinasi yang diberikan segera setelah bayi lahir,
disamping genom HBV yang masuk ke tubuh bayi hanya sedikit,
15

maka HBV dapat dieliminasi atau terjadi infeksi HBV yang disebut
dengan penularan perinatal.
2. Genom HBV masuk ke tubuh bayi pada trimester I, II, II atau lebih
dari 7 hari sebelum terjadinya persalinan, sehingga HBV telah masuk
dan mengadakan replikasi di dalam hati bayi. Menurut Wong (1984),
terjadinya robekan kecil, atau microtransfusion, karena kontraksi
uterus yang cukup kuat pada kehamilan trimester II atau III. Dari hasil
penelitian pada ibu melahirkan yang pernah mengalami gejala
persalinan prematur dan abortus, mendapatkan bahwa bayi yang
mengalami keadaan seperti di atas lebih dari enam minggu sebelum
persalinan itu, bayi mengalami penularan HBV in-utero. Sedangkan
yang mengalami kontraksi uterus hanya satu minggu sebelum
persalinan tidak terjadi penularan in-utero. Keadaan ini dapat
diterangkan karena persalinan akan berlangsung dalam waktu 6-8 jam
pada multipara dan 12-16 jam pada primipara dimana akan terjadi
kontraksi uterus lebih dari 100 kali. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadi robekan plasenta atau terganggunya barier plasenta dan darah
ibu dengan genome HBV masuk ke dalam sirkulasi darah anak.
Kontraksi uterus menyebabkan pecahnya pili plasenta pada persalinan
dan keadaan ini merupakan cara penting untuk terjadinya infeksi HBV
in-utero (Surya dkk, 2016).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian deskriptif Analitik dengan desain cross sectional
yaitu melihat gambaran hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil di
Puskesmas Bangkinang Kota.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari – Juni tahun 2019
bertempat di Poli KIA Puskesmas Bangkinang Kota.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua data ibu hamil yang
datang berkunjung ke puskesmas Bangkinang Kota tahun 2019.
3.3.2 Sampel
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah data rekam medik ibu
hamil yang datang ke Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 2019 dan
melakukan pemeriksaan HBsAg. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini sebanyak 49 orang ibu hamil.

3.4 Persiapan Penelitian


3.4.1 Persiapan Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cebtrifuge, mikropipet
100ul, tabung reaksi dan tabung reaksi.
3.4.2 Persiapan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah strip HbsAg,
yellow tip, cup serum, masker, handscoon, serum darah, dan alkohol swab.

16
17

3.5 Prosedur Penelitian


3.5.1 Persiapan Pemeriksaan HBsAg
Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode Imunochromatografi.
Prinsip Kerja
Prinsip pemeriksaan metode ini adalah bereaksinya
Imunochromatografi yang menggunakan membran berwarna untuk
mendeteksi HBsAg dalam serum, membran dilapisi dengan anti-HBs pada
daerah test (T) dapat bereaksi secara kapilaritas sehingga membentuk garis
merah.
Proses Pemeriksaan
Cara Kerja
Sampel di cetrifuge dengan cara memasukkan sampel darah vena
kedalam tabung reaksi dan di putar di centrifuge selama 15 menit dengan
kecepatan 3000rpm. Serum yang diperoleh dijadikan sebagai bahan untuk
pemeriksaan. Setelah menyiapkan alat dan bahan, pipet serum sebanyak
200ul menggunakan mikropipet dan dimasukkan kedalam cup sampel.
Keluarkan strip HbsAg dari bungkusnya dan celupkan strip kedalam serum,
tunggu hasilnya selama 15 menit.
Interpretasi Hasil
Positif (+) : terbentuk dua garis merah pada area kontrol (C) dan test (T).
Negatif (-) : terbentuk satu garis merah pada area kontrol (C).
Invalid : tidak terbentuk garis dan hanya satu garis pada area test.

3.6 Teknik Pengolahan dan Anilsa Data


Dalam teknik pengolahan data dilakukan secara manual dan dianalisis
menggunakan rumus distribusi frekuensi serta disajikan dalam bentuk
tabulasi data.
Analisis Univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi
18

dan persentase dari tiap variabel, sehingga diketahui variasi dari masing-
masing variabel.
Dengan rumus :

𝑓
P=𝑁X 100

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Telah dilakukan penelitian deskriptif pada ibu hamil di puskesmas
Bangkinang Kota pada bulan Mei tahun 2019. Sampel dalam penelitian ini
adalah data hasil pemeriksaan HBsAg ibu hamil.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Ibu Hamil di


Puskesmas Bangkinang Kota
HbsAg
Umur
Reaktif Non Reaktif
(Tahun)
Frekuensi % Frekuensi %
20 – 25 1 20 7 16
26 – 30 1 20 19 43
31 – 35 2 40 10 23
>35 1 20 8 18
5 100% 44 100%
Sumber : data sekunder 2019
Dari data Tabel 4.1 distribusi frekuensi umur ibu hamil dapat dlihat bahwa
interval umur 20-25 tahun dengan hasil pemeriksaan HBsAg Reaktif
sebanyak 1 orang (20%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 7 orang (16%),
interval umur 26-30 tahun hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 1 orang
(20%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 19 orang (43%), interval umur
31-35 tahun hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 2 orang (40%) dan hasil
pemeriksaan Non Reaktif 10 orang (23%), dan umur diatas 35 tahun hasil
pemeriksaan Reaktif sebanyak 1 orang (20%) dan hasil pemeriksaan Non
Reaktif 8 orang (18%).

19
20

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia kehamilan Ibu


Hamil di Puskesmas Bangkinang Kota
HBsAg
Usia Kehamilan
Reaktif Non Reaktif
(minggu)
Frekuensi % Frekuensi %
24-28 3 60 19 43
29-32 0 0 21 48
33-36 2 40 4 9
5 100% 44 100%
Sumber : data sekunder 2019
Dari data Tabel 4.2 distribusi frekuensi usia kehamilan dapat dlihat bahwa
interval 24-28 minggu dengan hasil pemeriksaan HBsAg Reaktif sebanyak 3
orang (60%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 19 orang (43%), interval
29-32 minggu dan pemeriksaan rekatif tidak ada dan hasil pemeriksaan Non
Reaktif 21 orang (48%), interval 33-36 minggu hasil pemeriksaan Reaktif
sebanyak 2 orang (40%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 4 orang (9%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu Hamil di


Puskesmas Bangkinang Kota
HBsAg
Tingkat
Reaktif Non Reaktif
Pendidikan
Frekuensi % Frekuensi %
SMP 2 40 7 16
SMA 3 60 26 59
D.III 0 0 4 9
S1 0 0 7 16
5 100% 44 100%
Sumber : data sekunder 2019
Dari data Tabel 4.3 distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil dapat dlihat
bahwa pendidikan SMP dengan hasil pemeriksaan HBsAg Reaktif
sebanyak 2 orang (40%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 7 orang (16%),
pendidikan SMA hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 3 orang (60%) dan
hasil pemeriksaan Non Reaktif 26 orang (59%), pendidikan D.III hasil
pemeriksaan Reaktif tidak ada dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 4 orang
(9%), dan pendidikan S1 hasil pemeriksaan Reaktif tidak ada dan hasil
pemeriksaan Non Reaktif 7 orang (16%).
21

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan Ibu Hamil di


Puskesmas Bangkinang Kota
HBsAg
Jenis Pekerjaan Reaktif Non Reaktif
Frekuensi % Frekuensi %
IRT 4 80 32 73
PNS 0 0 3 7
Honorer 1 20 9 20
5 100% 44 100%
Sumber : data sekunder 2019
Dari data Tabel 4.4 distribusi frekuensi pekerjaan ibu hamil dapat dlihat
bahwa pekerjaan IRT dengan hasil pemeriksaan HBsAg Reaktif sebanyak 4
orang (80%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 32 orang (73%), pekerjaan
PNS hasil pemeriksaan Reaktif tidak ada dan hasil pemeriksaan Non Reaktif
3 orang (7%), pekerjaan Honorer hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 1
orang (20%) dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 9 orang (20%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alamat Ibu Hamil di


Puskesmas Bangkinang Kota
HBsAg
Alamat Reaktif Non Reaktif
Frekuensi % Frekuensi %
Desa Ridan 0 0 12 27
Desa Kumantan 2 20 9 20
Kel.Langgini 3 60 10 23
Kel.Bangkinang 0 0 13 30
5 100% 44 100%
Sumber : data sekunder 2019
Dari data Tabel 4.4 distribusi frekuensi alamat ibu hamil dapat dlihat bahwa
di desa ridan ibu hamil dengan hasil pemeriksaan HBsAg Reaktif tidak ada
dan hasil pemeriksaan Non Reaktif 12 orang (27%), di desa kumantan ibu
hamil dengan hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 2 orang (20%) dan hasil
pemeriksaan Non Reaktif 9 orang (20%), di kelurahan langgini ibu hamil
dengan hasil pemeriksaan Reaktif sebanyak 3 orang (60%) dan hasil
pemeriksaan Non Reaktif 10 orang (23%), di kelurahan bangkinang ibu
hamil dengan hasil pemeriksaan Reaktif tidak ada dan hasil pemeriksaan
Non Reaktif 13 orang (30%).
22

4.2 Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Gambaran Hasil
Pemeriksaan HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) Pada ibu Hamil di
Puskesmas Bangkinang kota yang dilakukan pada bulan Februari – Juni
tahun 2019 bertempat di Poli KIA Puskesmas Bangkinang Kota, tujuan
penelitian ini untuk menentukan hasil pemeriksaan HBsAg pada ibu hamil
di UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2019.
Pada penelitian ini yaitu pemeriksaan HBsAg pada pasien suspect
hepatitis B, yang datang untuk melakukan pemeriksaan tersebut sesuai
dengan keluhan yang dirasakan pasien dan dirujuk oleh dokter untuk
melakukan pemeriksaan HBsAg. Pada pemeriksaan ini sampel yang
digunakan adalah darah vena dari pasein tersebut kemudian disentrifuge
selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Darah yang disentrifuge akan
membentuk serum, kemudian dilakukan pemeriksaan menggunakan strip
HBsAg. Pemeriksaan HBsAg ini dilkakukan dengan menggunakan metode
immonuchromatografy dengan melihat adanya garis merah pada area control
(C) dan area test (T).
Pada Tabel 4.1 distribusi frekuensi berdasarkan umur ibu hamil
menunjukkan pasien yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
Reaktif terbanyak pada umur 31-35 tahun dengan jumlah 2 (40%) ibu
hamil, dan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
Non Reaktif terbanya pada rentang umur 26 – 30 tahun sebanyak 19 (43%)
ibu hamil. Menurut Radji (2015), Virus hepatitis B dapat menyerang semua
golongan umur. Infeksi tersering adalah terjadi pada bayi dan anak - anak
yang akan berisiko menjadi kronis. Kejadian hepatitis kronis pada bayi
sekitar 90%, pada anak usia sekolah sekitar 23 - 26 %, sedangkan pada
orang dewasa sekitar 3 – 10 %. Hal ini berkaitan dengan keberadaan
antibodi di dalam tubuh untuk mencegah terjadinya hepatitis B kronis.
Pada Tabel 4.2 distribusi frekuensi berdasarkan usia kehamilan
menunjukkan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
23

reaktif terbanyak pada usia kehamilan 24 -28 minggu sebanyak 3(60%) ibu
hamil, dan yang melakukan pemeriksaan dengan hasil Non Reaktif paling
banyak pada usia kehamilan 29-32 minggu sebanyak 21(48%) orang ibu
hamil.
Sekitar 90% wanita hamil dengan infeksi hepatitis B akut akan
“mewarisi” virus tersebut ke bayi mereka. Sekitar 10-20% wanita dengan
infeksi hepatitis B kronis akan menularkannya. Ibu hamil dengan hepatitis B
lebih rentan mengalami ketuban pecah dini, diabetes gestasional, dan
mengalami perdarahan berat pada akhir kehamilan. Ada juga peningkatan
risiko komplikasi persalinan seperti plasenta abrupsio dan kematian bayi
saat lahir (Ajeng, 2017).
Pada Tabel 4.3 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan ibu hamil
menunjukkan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
reaktif terbanyak pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 3(60%) ibu hamil,
dan yang melakukan pemeriksaan dengan hasil Non Reaktif paling banyak
pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 26(59%) orang ibu hamil.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan menanamkan rasa kognitif
sebagai penalaran untuk berbuat dan bersikap mengembangkan perilaku
baru sebagai upaya menangani, merawat dan mencegah penularan penyakit.
Menurut Aguslina Siregar (2003) dalam Lulun Permata Sari (2018),
seorang wanita atau ibu hamil yang terinfeksi virus hepatitis B tersebut
dapat terjadi karena persoalan sanitasi dan juga nutrisi yang kurang baik,
dan dapat juga terjadi karena penularan pada masa remaja disebabkan
karena aktivitas seksual, suntikan yang tidak steril yang telah terkontaminasi
virus hepatitis B yang dapat terjadi ketika melakukan tes darah dirumah
sakit, dan pernah menerima donor darah. Virus hepatitis B yang masuk
kedalam tubuh pasien akan menimbulkan penyakit hepatitis B akut apabila
kondisi ini tidak ditangani maka virus akan terus berkembang dan merusak
24

sel-sel. Sehingga akan menyebabkan gejala menjadi hepatitis B kronis dan


beresiko terjadinya kerusakan hati, kanker hati dan sirosis hati. Pada bayi
yang tertular virus hepatitis B dari ibunya akan mengalami asfiksia, berat
badan lahir rendah, pertumbuhannya akan lambat,. selain itu bayi tersebut
dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada tumbuh kembang
selanjutnya.
Pada Tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu hamil
menunjukkan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
reaktif terbanyak pada kategori IRT sebanyak 4 (80%) ibu hamil, dan yang
melakukan pemeriksaan dengan hasil Non Reaktif paling banyak pada
Kategori IRT sebanyak 32 (73%) orang ibu hamil.
Menurut Menurut Radji (2015) dalam Kiki Kania Puspa Nuraeni
(2016), Kelompok risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi virus hepatitis B
adalah dokter bedah, dokter gigi, petugas kamar operasi, perawat, bidan, dan
petugas laboratorium yang dimana mereka sering kontak dengan penderita
hepatitis B dan spesimen penderita.
Pada Tabel 4.5 distribusi frekuensi berdasarkan Alamat ibu hamil
menunjukkan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan HBsAg dengan hasil
reaktif terbanyak pada Kelurahan Langgini sebanyak 3 (60%) ibu hamil, dan
yang melakukan pemeriksaan dengan hasil Non Reaktif paling banyak pada
kelurahan Bangkinang sebanyak 13 (30%) orang ibu hamil.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian “Gambaran Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen
Pada Ibu Hamil di Puskesmas Bangkinang Kota sebanyak 49 sampel yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2019 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan umur ibu hamil dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan
HBsAg Reaktif terbanyak pada rentang umur 31- 35 tahun sebanyak 2
(40%) ibu hamil dan hasil pemeriksaan HBsAg Non Reaktif terbanyak
pada rentang umur 26- 30 tahun sebanyak 19 (43%) ibu hamil.
2. Berdasarkan Usia Kehamilan dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan
HB sAg Reaktif terbanyak pada rentang usia kehamilan 24-28 minggu
sebanyak 3 (60%) ibu hamil dan hasil pemeriksaan HBsAg Non
Reaktif terbanyak pada rentang usia kehamilan 29- 32 minggu
sebanyak 21 (48%) ibu hamil.
3. Berdasarkan pendidikan ibu hamil dapat dilihat bahwa hasil
pemeriksaan HBsAg Reaktif terbanyak pada tingkat pendidikan SMA
sebanyak 3 (60%) ibu hamil dan hasil pemeriksaan HBsAg Non
Reaktif terbanyak pada tingkat pendidikan SMA sebanyak 26 (59%)
ibu hamil.
4. Berdasarkan pekerjaan ibu hamil dapat dilihat bahwa hasil
pemeriksaan HBsAg Reaktif terbanyak pada kategori pekerjaan IRT
sebanyak 4 (80%) ibu hamil dan hasil pemeriksaan HBsAg Non
Reaktif terbanyak pada kategori pekerjaan IRT sebanyak 32 (73%) ibu
hamil.
5. Berdasarkan pekerjaan ibu hamil dapat dilihat bahwa hasil
pemeriksaan HBsAg Reaktif terbanyak di kelurahn langgini sebanyak
3 (60%) ibu hamil dan hasil pemeriksaan HBsAg Non Reaktif
terbanyak di kelurahan Bangkinang sebanyak 13 (30%) ibu hamil.

25
26

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarankan bagi peneliti
berikutnya untuk pemeriksaan HBsAg pada calon ibu hamil, agar lebih
mengetahui secara ini adanya hepatitis B secara dini.
27

DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Quamila. (2017). https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hepatitis/dampak-


hepatitis-saat-hamil/ Direview tanggal: Agustus 15, 2017

Firda, Yani T. (2013) Panduan Klinis Kehamilan Dan Persalinan. Yogjakarta : D-


Medika (Anggota IKAPI)
Harti, Agnes Sri. 2013. Imunologi Dasar Dan Imunologi Klinis. Surabaya :
Airlangga University Press
Hidayat. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta
: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2014. Info Datin. Situasi dan Analisi Hepatitis

Kiki Kania Puspa Nuraeni. 2016. Gambaran Hasil Pemeriksaan Hbsag Pada Ibu
Hamil Trimester 3 Di Uptd Puskesmas Ciamis Tahun 2016. Ciamis :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis

Kusmiyati, Yuni., Puji, Heni W., Sujiyatini.(2009). Perawatan Ibu Hamil (Asuhan
Ibu Hamil). Yogyakarta : Fitramaya.
Lika Aprilia Samiadi. 2018. https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hepatitis/
penyakit-hepatitis-b-gejala-hepatitis-b/

Lulun Permatasari. 2018. Gambaran Hasil HBsAg (Hepatitis B suface Antigen )


pada pasien Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
Kendari : Politeknik Kesehatan Kemenkes kendari

Mustofa, S & Kurniawaty, E. 2013. Manajemen Gangguan Saluran Cerna


Panduan Bagi Dokter Umum. Lampung : Anugrah Utama Raharja.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Prof.Dr.dr.IGP Surya,Sp.OG(K), dr.RyanSaktika Mulyana,M.Biomed,SpOG,


dr.Endang Sriwidiyanti,M.Biomed,SpOG. 2016. Kehamilan dengan
Hepatitis B. Jakarta : CV. Sagung Seto

Radji, Maksum. 2015. Imunologi dan Virologi Cetakan kedua (edisi revisi).
Jakarta : PT. ISFI Penerbitan

Rekam Medik Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2018 - 2019

27
28

Sacher, Ronald A. & Mc. Pherson, A. Richard (2012). Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11. (dr. Brahma U. Pendit & dr. Dewi
Wulandari dari penerjemah). Jakarta : Penerbit Buku EGC
Widodo, Pudji. 2014. Rule-Based Classifier Untuk Mendeteksi Penyakit Liver.
Jurnal Bianglala Informatika.
Wijayanti, Ika Budi. 2016. Efektivitas Hbsag-Rapid Screening Test Untuk Deteksi
Dini Hepatitis B. Jurnal Kesmadaska.

https://www.alodokter.com/hepatitis-b/penyebab. Diakses pada tanggal 10 Maret


2017

28
29

Lampiran I Surat Izin Penelitian

29
30

Lampiran 2 Surat Balasan

30
31

Lampiran 3 Data

HASIL PEMERIKSAAN
NO KODE UMUR USIA CONTROL ( C ) TEST (T)
SAMPEL KEHAMILAN Ada Tidak Ada Tidak
Garis Ada Garis Ada
Merah garis Merah garis
Merah Merah
1 A1 34 28 mgg √ √
2 A2 23 28 mgg √ √
3 A3 24 32 mgg √ √
4 A4 23 32 mgg √ √
5 A5 25 28 mgg √ √
6 A6 25 28 mgg √ √
7 A7 26 32 mgg √ √
8 A8 30 28 mgg √ √
9 A9 30 33 mgg √ √
10 A10 31 34 mgg √ √
11 A11 32 30 mgg √ √
12 A12 31 30 mgg √ √
13 A13 29 31 mgg √ √
14 A14 29 27 mgg √ √
15 A15 29 27 mgg √ √
16 A16 35 34 mgg √ √
17 A17 35 33 mgg √ √
18 A18 34 33 mgg √ √
19 A19 36 32 mgg √ √
20 A20 37 28 mgg √ √
21 A21 35 28 mgg √ √
22 A22 34 28 mgg √ √
23 A23 40 30mgg √ √
24 A24 40 30 mgg √ √
25 A24 41 31 mgg √ √
26 A26 32 29 mgg √ √
27 A27 42 33 mgg √ √
28 A28 42 30 mgg √ √
29 A29 37 30 mgg √ √
30 A30 38 29 mgg √ √
31 A31 29 28 mgg √ √
32 A32 30 28 mgg √ √
33 A33 28 29 mgg √ √
34 A34 28 30 mgg √ √
35 A35 27 31 mgg √ √
36 A36 29 30 mgg √ √
37 A37 29 28 mgg √ √
38 A38 30 26 mgg √ √
39 A39 31 27 mgg √ √
40 A40 31 26 mgg √ √
41 A41 25 27 mgg √ √

31
32

42 A42 26 27 mgg √ √
43 A43 26 27 mgg √ √
44 A44 28 26 mgg √ √
45 A45 28 27 mgg √ √
46 A46 24 29 mgg √ √
47 A47 24 30 mgg √ √
48 A48 29 29 mgg √ √
49 A49 30 27 mgg √ √
Jumlah 45 5 44
Persentase 100% 10,2% 89,8%

32
33

Lampiran 4 Dokumentasi

Pemeriksaan HbsAg di desa Kumantan

Pemeriksaan HbsAg di desa Ridan Permai

33
34

Pemeriksaan HbsAg di Kelurahan Langgini

Pemeriksaan HbsAg di Kelurahan Bangkinang

34

Anda mungkin juga menyukai