Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PESTISIDA

DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Anizar , M.Kes

DISUSUN OLEH :

Alvin Setiawan (190403105)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK INDUSTRI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya

sehingga makalah ini yang membahas tentang “Pestisida“ dapat terselesaiakan. Penyusunan

makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Kimia Industri.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan .

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen

danseluruh pembaca makalah ini agar dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan makalah

selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis

khususnya dalam rangka menunjang pengetahuan mengenai pestisida.

Medan, November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Pengertian Pestisida...............................................................................................................6

2.2 Bahan Baku Pestisida.............................................................................................................7

2.3. Jenis-jenis Pestisida.............................................................................................................11

2.4 Proses Pembuatan Pestisida.................................................................................................14

2.5 Dampak Penggunaan Pestisida............................................................................................18

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................22

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................22

3.2 Saran................................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan

berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi

artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga (insektisida), fungi

atau cendawan, nematode, dan lain-lain hama pengganggu tanaman. Untuk itulah

kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi. Tanpa adanya pestisida bias

diramalkan bahwa produksi tanaman tidak bisa mencapai optimum, apalagi selama ini

pemberantasan secara biologis, yaitu dengan musuh alami belum bias menyaingi

pemberantasan secara kimia yaitu denan pestisida.

Mengingat peranannya yang sangat besar, perdagangan pestisida semakin lama

semakin semakin ramai. Tetapi yang sering menjadi masalah adalah sifat racunnya. Racun

pestisida dapat meracuni manusia, ternak, serangga penyerbuk, musuh alami serangga hama,

tanaman, serta lingkungan bisa terpolusi. Bahkan pemakain dosis yang tidak tepat dapat

membuat hama menjadi kebal.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapunrumusan masalah sebagai berikut:


1. Apa pengertian dari pestisida?
2. Apa bahan baku pestisida?
3. Apa jenis-jenis pestisida?
4. Bagaimana proses pembuatan pestisida?
5. Apa dampak positif dan negatif pengolahan pestisida?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah datas, maka tujua dari oembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa pengertian dari pestisida
2. Mengetahui apa bahan baku pestisida
3. Mengetahui apa jenis-jenis pestisida
4. Mengetahui bagaimana proses pembuatan pestisida
5. Mengetahui dampak positif dan negatif pengolahan pestisida

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia (bahan kimia, campuran bahan kimia atau bahan-bahan lain)

bersifat racun dan bioaktif yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai

hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida (Inggris = Pesticide) berasal dari kata pest

yang berarti organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau

racun.

Berikut ini pengertian dan dafinisi pestisida dari beberapa sumber buku:

1. Menurut USEPA (United States Environmental Protection Agency), pestisida merupakan

zat atau campuran yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau

memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman dan mikro-organisme pengganggu

(Zulkanain, 2010).

2. Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida

merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah gangguan OPT

diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri,

jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman (Kardinan, 2000).

Pengertian pestisida menurut Permentan No. 24 Tahun 2011 adalah semua bahan kimia, binatang

maupun tumbuhan dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk:

3
1. Mengendalikan atau memberantas hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman,

bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu seperti gulma.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak.

6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada

manusia dan binatang-binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman,

tanah, dan air.

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah

tangga, bangunan, dan alat pengangkutan.

2.2 Bahan Baku Pestisida

Bagian tumbuhan yang diambil untuk bahan pestisida organik biasanya mengandung zat aktif

dari kelompok metabolit sekunder seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia lainnya.

Bahan aktif ini bisa mempengaruhi hama dengan berbagai cara seperti penghalau (repellent),

penghambat makan (anti feedant), penghambat pertumbuhan (growth regulator), penarik

(attractant) dan sebagai racun mematikan. Sedangkan, pestisida organik yang terbuat dari bagian

hewan biasanya berasal dari urin. Beberapa mikroorganisme juga diketahui bisa mengendalikan

hama yang bisa dipakai untuk membuat pestisida. Berikut ini beberapa bahan yang sering

digunakan untuk membuat pestisida organik:

Jenis Tanaman Bagian yang digunakan Hama/Penyakit yang

4
dikendalikan
Adas Biji Kutu (beras, sereal, palawija)
Alang-alang Rimpang Antraknosa pada buncis
Babandotan Seluruh tanaman Nematode pada kentang
Bawang-bawangan Umbi Busuk batang pada panili
Bengkoang Biji Ulat pada kubis
Lalat buahKutu aphids pada

Brotowali batang cabe


Cabe buah Hama tikus pada tanaman hias
Cengkeh bunga Phytopthora pada lada
Daun wangi Daun Lalat buah, bactrocera dorsalis
Gadung Umbi Tikus/rodentisida
Ulat Plutella xylostella pada

Jahe Rimpang kubis


Jambu mete Kulit Ulat jambu mete
Jambu biji Daun Antraknosa
Namatoda pada nilam dan jahe,

Lalat penggerek daun pada

Jarak Buah dan daun tanaman terung-terungan


Jengkol Buah Walangsangit pada cabe
Jeruk nipis Daun Busuk hitam pada anggrek
Kacang babi Biji Ulat pucuk
Kayu manis Daun Pestisida organic
Kemangi Daun Busuk hitam pada anggrek
Kencur Rimpang Phytoptora pada lada
Acubung Bunga Kutu, ulat tanah
Kenikir Bunga Walangsangit
Kunyit Rimpang Phytoptora pada lada

5
Hama gudang, Antraknosa pada

Lada Biji, daun cabe


Lengkuas Rimpang AntraknosaSemut pada lada
Antraknosa pada buncis dan

cabe, Phytoptora pada

tembakau, Belatung, Pengisap

polong pada kedelai, Hama

Mimba DaunBiji pengetam pada kelapa


Mindi Daun Ulat penggerek
Kutu daun pada krisanUlat

tanah, Walangsangit, wereng

Mahoni Biji coklat


Spodoptera litura pada kedelai

Pacar cina Daun dan kubis


Pahitan/kipahit Daun Serangga Tribolium castaneum
Patah tulang Daun Molusca
Pandan Daun Walangsangit
Piretrum Bunga Hama gudang
Saga Biji Hama gudang sitophilus sp
Selasih Daun Lalat buah ( dacus correctus)
Sembung Daun Keong emas
Sereh Batang, daun Herbisida organic
Antraknosa pada cabeTMV

Sirih DaunAbu pada tembakau, Hama gudang


Srikaya Biji Thrips pada sedap malam, Kutu

daun pada kedelai, kacang

6
panjang, jagung, kapas,

tembakau
Sirsak Biji, daun Wereng coklat pada padi
Ulat grayak pada famili terung-

terungan (tomat, cabe, paprika,

Tembakau Daun, batang terung), Walangsangit


Ulat grayak Spodoptera

litura pada kedelai, Penggerek

Tembelekan Biji polong


Tuba akar Keong mas, Hama gudang

2.3. Jenis-jenis Pestisida

Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi empat jenis, yaitu:


1. Pestisida Kontak, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad

terkena sasaran. Contoh: Gramoxone, Diazinon, Folidol dan BHC.


2. Pestisida Fumigan, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran

terkena uap atau gas. Contoh: Methyl bromide, Gammexane dan Karbondisulfida.
3. Pestisida Sistemik, yaitu pestisida yang dapat ditranslokasi melalui tanaman. Hama akan

mati apabila menghisap atau memakan jaringan tanaman. Contoh: Furadan, Curater dan

Dimecron.
4. Pestisida Lambung, yaitu pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran

memakan pestisida. Contoh: Parathion dan Klerat.

Berdasarkan kandungan struktur kimia di dalamnya, pestisida dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu:
1. Golongan Organofosfat. Jenis pestisida ini mengandung unsur-unsur phosphat,

carbon,dan hidrogen. Pestisida ini terdiri dari satu gugus atau lebih fosfor yang terkait

7
pada molekul organik. Organophosphat dibuat dari suatu molekul organik yang

direaksikan dengan fosforilat. Contoh: Parathion, Malathion dan Tetra Ethyl Pyro

Phosphat (TEPP). Di Indonesia yang paling banyak dipakai adalah Diazinon dan

Dursband.
2. Golongan Karbamat. Karbamat adalah jenis pestisida yang mengandung gugus

karbamat. Contoh pestisida yang mengandung gugus karbamat adalah Sevin, Baygon dan

Isolan. Sevin dibuat dari alpha napthol yang dikondensasi dengan fosgen dan direaksikan

dengan metilamin.
3. Golongan Organochlorin. Organochlor adalah pestisida yang mengandung unsur-unsur

karbon, hydrogen dan chlorine. Atom-atom chlor dalam komposisinya terikat pada atom

hidrokarbon, misal DDT (Dichloro Diphenil Trichloretane), yang dibuat dengan

mengkondensasi klorobenzen dan klorat (trichloro asetal dehida). Contah: Aldrin,

Chlordane, DDT, Dieldrin, Endosulfan.

Berdasarkan target sasaran yang dibunuh, pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa

jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.

Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.

Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.


2. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut, berfungsi untuk

membunuh algae. Contohnya Dimanin.


3. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai

pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol untuk burung kakaktua.


4. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani bakron, berfungsi untuk

membunuh bakteri. Contohnya Agrept, Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol

Streptomycin.

8
5. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang artinya jamur,

berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. Dapat bersifat fungitoksik (membunuh

cendawan) atau fungistatik (menekan pertumbuhan cendawan). Contohnya Benlate,

Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB 21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.
6. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk

membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45

Pg.
7. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh,

berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC, Thiodan,

Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron.


8. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek,

berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.


9. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang,

berfungsi untuk membunuh nematoda. Contohnya Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik

10 G, Vydate.
10. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. J.

Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh

kutu atau tuma.


11. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan.

Contohnya Sqousin untuk Cypirinidae, Chemish 5 EC.


12. Predisida, berasal dari kata Yunani Praeda berarti pemangsa, berfungsi sebagai

pembunuh predator.
13. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk

membunuh binatang pengerat. Contohnya Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus

RB, Ratilan, Ratak, Gisorin. N.


14. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi

untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20

WP, Lindamul 10 EC, Difusol CB.

9
15. Silvisida, berasal dari kata latin silva berarti hutan, berfungsi untuk membunuh pohon

atau pembersih pohon.


16. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya

Fenthion, Dipel (Thuricide).

2.4 Proses Pembuatan Pestisida

Ada berbagai cara atau resep untuk membuat pestisida organik. Hingga saat ini tidak ada

standardisasi pembuatan pestisida organik. Resep-resep pestisida organik biasanya didapatkan

dari pengalaman para petani, kearifan lokal masyarakat, hasil percobaan para praktisi dan

berdasarkan penelitian ilmiah. Berikut ini beberapa cara membuat pestisida organik yang sering

digunakan para petani untuk mengendalikan hama dan penyakit.

a. Pengendali serangga penghisap (kepik dan kutu-kutuan)

Siapkan bahan-bahan berikut, daun surian 1 kg, daun tembakau 1kg, daun lagundi 1 kg, daun

titonia 1 kg, air kelapa sebanyak 2 liter, gambir 0,5 ons, garam dapur 1 ons dan air panas 500 ml.

Kemudian siapkan penumbuk dari batu. Tumbuk daun tembakau, daun surian daun lagundi dan

daun titania, aduk hingga rata. Apabila sudah lembut, rendam dalam air kelapa dan aduk-aduk.

Kemudian ekstrak campuran tersebut dengan cara diperas dengan kain. Saring kembali hasil

perasan dan tambahkan garam lalu kocek larutan. Siapkan cairan gambir dengan cara melarutkan

setengah ons gambir dalam 500 ml air panas, lalu saring dengan kain halus. Langkah terakhir

campurkan larutan daun-daunan dan larutan gambir. Masukkan dalam botol atau jerigen plastik.

Ramuan pestisida organik siap untuk digunakan.

Cara menggunakan pestisida organik ini adalah dengan mengencerkan 500 ml larutan dalam 10

liter air bersih. Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Lakukan

10
penyemprotan pada pucuk tanaman terlebih dahulu kemudian permukaan atas dan bawah daun.

Frekuensi penyemprotan dianjurkan dua kali seminggu hingga populasi larva atau kutu

berkurang dan tidak membahayakan lagi.

b. Pengendali ulat pemakan daun

Siapkan bahan-bahan yang diperlukan antara lain, air kelapa 2 liter, ragi tape 1 butir, bawang

putih 4 ons, deterjen 0,5 ons dan kapur tohor 4 ons. Langkah pertama adalah tumbuk bawang

putih hingga halus. Kemudian larutkan deterjen kedalam air kelapa dan aduk hingga merata.

Setelah itu, masukan hasil tumbukan bawang putih, ragi tape dan kapur tohor. Saring campuran

tersebut dengan kain halus. Langkah terakhir, fermentasikan cairan selama 20 hari dalam wadah

tertutup. Pestisida organik pengusir ulat daun siap digunakan.

Cara penggunaan, encerkan larutan pestisida organik sebanyak 500 ml dengan 10 liter air bersih.

Aduk hingga rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Frekuensi penggunaan sebanyak 2

kali seminggu, lakukan terus sampai serangan ulat menurun sampai taraf aman.

c. Pengendali penyakit cendawan atau jamur

Siapkan bahan-bahan berikut, daun dakinggang gajah 5 ons, lengkuas 3 ons, jahe 3 ons, bawang

putih 3 ons dan ekstrak titonia 3 liter. Tumbuk daun galinggang gajah, kemudian parut jahe dan

lengkuas. Siapkan larutan daun titonia dengan cara menumbuk daun titonia hingga halus dan

campurkan dengan 3 liter air, kemudian saring dengan kain halus. Setelah itu, masukkan bahan-

bahan yang telah ditumbuk dan diparut ke dalam larutan titonia, aduk hingga merata. Saring dan

peras campuran tersebut. Pestisida organik pengendali cendawan atau jamur siap digunakan.

Penggunaan, encerkan 500 ml pestisida organik ini dengan 10 liter air, aduk hingga rata dan

masukkan kedalam tangki semprotan. Penyemprotan dilakuan pada seluruh bagian tanaman

11
seperti pucuk, daun dan batang. Frekuensi penggunaan yang dianjurkan 2 kali dalam seminggu

hingga serangan melemah.

d. Pengendali penyakit yang disebabkan bakteri

Siapkan bahan-bahan berikut, daun sirih satu ikat, kunyit 2 ons, bawang putih 3 ons dan ekstrak

daun titonia 3 liter. Tumbuk bahan-bahan tersebut satu per satu atau secara bersamaan. Rendam

dalam ekstrak daun titonia selama beberapa menit, kemudian saring dengan kain halus. Pestisida

pengusir bakteri siap digunakan. Cara penggunaannya dengan mengencerkan 500 ml larutan

dalam 10 liter air. Frekuensi penggunaan 2 kali dalam seminggu.

e. Pengendali serangga penghisap, kepik dan kutu-kutuan dari daun inggu

Siapkan daun inggu 1,5 kg, bunga tahi ayam 1,5 kg, gambir 0,5 ons, air kelapa 3 liter dan air

bersih panas 500 ml. Daun inggu dan bunga tahi ayam ditumbuk hingga halus dan rendam dalam

air kelapa. Peras dan saring campuran tersebut. Lalu siapkan larutan gambir dengan air panas

yang sudah disaring. Camprkan dual larutan tersebut, pestisida organik daun inggu siap

digunakan.

Cara penggunaan, 1 liter pestisida organik diencerkan dengan 10 liter air bersih. Aduk hingga

rata dan masukkan dalam tangki penyemprot. Semprot seluruh bagian tanaman, frekuensi

penyemprotan seminggu dua kali.

f. Pengendali antraknosa pada tanaman cabe

Siapkan daun galinggang gajah 2,5 ons; daun tembakau 2,5 ons; daun thitonia 2,5 ons; daun

lagundi 2,5 ons; garam 1 ons dan gambir 3 buah. Tumbuk halus daun galinggang,

tembakau,thitonia dan daun lagun. Kemudian masukan kedalam ember yang berisi 1 liter air

bersih, lalu tambahkan garam dan biarkan selama satu malam. Setelah itu saring larutan tersebut

dan peras airnya sampai kering. Cairkan tiga buah gambir dengan satu gelas air panas dan

12
campurkan kedalam larutan, aduk hingga merata. Pestisida organik untuk mengendalikan

antraknosa yang biasa menyerang tanaman cabe siap digunakan.

Cara menggunakannya, masukkan larutan di atas ke dalam tangki semprot 15 liter. Penuhkan

dengan air bersih dan aduk-aduk. Penggunaan pestisida organik ini sebiknya dilakukan sejak

tanaman cabe mulai berbuah, semprotkan seminggu sekali. Kemudian amati tanaman, apabila

ada buah cabe yang terserang antraknosa segera dipetik dan dibuang keluar lahan. Hendaknya

penyemprotan dilakukan pagi atau sore hari. Air semprotan harus berbentuk kabut biar merata

dan teknik penyemprotan dilakukan dari bawah ke atas. Pada musim hujan kita bisa

menambahkan garam sebanyak 2,5 ons lagi pada larutan.

Berdasarkan pengalaman, pestisida organik ini bisa mengendalikan serangan antraknosa sampai

80 %. Ramuan tidak tahan lama dan masih bisa dipakai selagi aromanya masih khas. Apabila

aromanya sudah berubah maka kemampuannya pun sudah menurun. Sebaiknya dibuat setiap kali

kita akan memakai.

2.5 Dampak Penggunaan Pestisida

Berikut ini akan diuraikan beberapa dampak negatif penggunaan pestisida yang berhubungan

dengan lingkungan dan ekosistem:

a. Punahnya Spesies

Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan

kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka,

ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan

pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada

13
pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi

hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.

b. Peledakan Hama

Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan

hama akan berkembang tanpa kendali.

c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai

makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan

lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi terganggu.

d. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan

tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga

dapat menurunkan kesuburan tanah.

Kerusakan tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan tanah

dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman tanah, kelebihan

garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah

atau lahan adalah : (1) pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara

berlebihan untuk kepentingan domestik, (2) penggunaan lahan untuk kawasan

peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing), dan (3) aktivitas pertanian dalam

penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan (Hakim, 2002).

14
Dampak Positif penggunaan pestisida:

a. Dapat diaplikasikan dengan mudah

b. dapat diaplikasikan hampir di setiap waktu dan setiap tempat.

c. Hasilnya dapat dirasakan dalam waktu singkat

d. Dapat diaplikasikan dalam areal yang luas dalam waktu singkat

e. Mudah diperoleh dan memberikan keuntungan ekonomi terutama jangka pendek.

Secara Spesifik Bahaya Pestisida Bagi Manusia :

• Kulit

Hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian atau langsung pada kulit. Ketika

petani memegang tanaman yang baru saja disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau

pakaian, ketika petani mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga

mencuci pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara

keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.

• Pernafasan

Hal ini paling sering terjadi pada petani yang menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang

ada di dekat tempat penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak

berbau.

• Mulut

15
Hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara sengaja ataupun tidak, ketika seseorang

makan atau minum air yang telah tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci

tangan terlebih dahulu setelah berurusan dengan pestisida.

• Sistem Syaraf

Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan syaraf.

Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut neurotoksin. Beberapa gejala dari

penyakit pada otak yang disebabkan oleh pestisida adalah masalah ingatan yang gawat, sulit

berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.

• Hati / Liver

Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia beracun, maka

hati itu sendiri sering kali di rusak oleh pestisida. Hal ini dapat menyebabkan hepatitis.

• Perut

Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak

orang yang bekerja dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan.

Orang-orang yang menelan pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut

dan tubuh secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.

• Sistem Kekebalan

Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah reaksi yang

diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi dalam mengakibatkan

reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk derajat penggunaan pestisida yang

16
berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh

manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan

kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih

mudah terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin

sulit untuk disembuhkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan

berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh,

jadi artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga

(insektisida), fungi atau cendawan, nematode, dan lain-lain hama pengganggu

tanaman. Untuk itulah kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi.

17
Tanpa adanya pestisida bias diramalkan bahwa produksi tanaman tidak bisa mencapai

optimum, apalagi selama ini pemberantasan secara biologis, yaitu dengan musuh

alami belum bias menyaingi pemberantasan secara kimia yaitu denan pestisida.

2. Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obat nya baik, namun

karena penggunaannya tidak betul, maka menyebabkan sia-sianya penggunaan

pestisida. Dalam penggunaan pestisida kita harus mengetahui, yaitu dosis,

konsentrasi, alat semprot, ukuran doplet, parikel, molekul serta memilih pestisida

yang baik dan juga menyimpan pestisida dengan benar.

3. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua pestisida mengenai

sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai sasaran sedangkan 80

persen lainnya jatuh ke tanah. Akumulasi residu pestisida tersebut mengakibatkan

pencemaran lahan pertanian. Dampak penggunaan pestisida yang berhubungan

dengan lingkungan dan ekosistem, yaitu punahnya spesies, peledakan hama, ganggun

keseimbangan lingkungan, dan kesuburan tanah berkurang.

3.2 Saran

Pestisida adalah subtansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau menendalikan

berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest = hama dan cida = pembunuh, jadi

artinya pembunuh hama. Pestisida adalah racu untuk membunuh serangga (insektisida),

fungi atau cendawan, nematode, dan lain-lain hama pengganggu tanaman. Untuk itulah

kehadirannya di dunia pertanian tidak bias dihindari lagi. Jadi menurut kami pestisida

18
merupakan suatu hasil senyawa kimia yang sangat berguna bagi kita dalam pertanian

tetapi kita harus menggunakannya dengan benar dan sesuai dengan aturan pakainya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wudianto, Rini 1992. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya

Wudianto, Rini 1993. Petuinjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya

Sudarmo, Subiyakto 1990. Pestisida Tanaman. Yogyakarta: Kanisius

20

Anda mungkin juga menyukai