Abstrak— Indonesia memiliki keanekaragaman fauna yang didukung dengan banyaknya hewan endemik yang berasal dari Indonesia sendiri.
Untuk menjaga kelestarian dan mempertahankannya, dibuatlah tempat pelestarian seperti Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang
memiliki banyak tipe ekosistem yang baik bagi kehidupan fauna khususnya bagi mamalia. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui
keanekaragaman jenis mamalia yang terdapat di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Metode yang digunakan pada pengamatan ini
adalah metode survey dengan teknik jelajah jalur untuk mengetahui frekuensi kehadiran dan kelimpahan mamalia di Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Hasil dari frekuensi kehadiran mamalian yang paling banyak adalah Tupai Kekes _(Tupaia javanica)_ sebanyak 0,28. Dan
spesies mamalia yang paling banyak ditemukan berdasarkan kelimpahannya adalah Owa Jawa _(Hylobates moloch)_ yaitu sebesar 0,35%.
Kata kunci—Taman Nasional Gunung Halimun salak, Mamalia, Owa Jawa, Bajing
Jejak yang di
Nama Lokal Nama Latin Nilai Frekuensi
tinggalkan
Tupai Kekes Tupaia javanica Feses 1
Musang Luwak Paradoxurus Feses 2
hermaphroditus
Babi Hutan Sus scrofa Gesekan tubuh 1
padabatang pohon
Tringgiling Manis javanica Lubang galian 1
Jejak yang di
Nama Lokal Nama Latin Nilai Frekuensi
tinggalkan
Tupai Kekes Tupaia javanica Feses 1
Musang Luwak Paradoxurus Feses 2
hermaphroditus
Babi Hutan Sus scrofa Gesekan tubuh 1
padabatang pohon
Tringgiling Manis javanica Lubang galian 1
Gambar.6 Grafik Kolom Kelimpahan Mammalia Temuan Tak Langsung
Berdasarakan data di tabel 3.2 dapat diketahui Hal ini dapat terjadi
bahwa pada pengmatan mammalia di Kawasan Taman karena perbedaan
Nasional Gunung Halimun Salak, dapat dilihat bahwa frekuensi
frekuensi keterdapatan mammalia jenis Owa, Surili, Lutung, perjumpaan dengan
bajing, dan Musang memiliki nilai frekuensi yang sama, owa jawa yang dapat
yaitu sebesar 0,14. Sedangkan pada mammalia jenis Tupai disebabkan oleh
memiliki nilai frekuensi yang berbeda, yaitu sebesar 0,28. ketersediaan pohon
Pada tabel 3.3 dapat dilihat bahwa hasil nilai pakan dan pohon tidur pada
persen kelimpahan mammalia yang ditemukan beragam. jalur penelitian. Owa Jawa
Nilai tertinggi yaitu 35%, dengan jenis mammalia yaitu banyak ditemukan dengan kedaan pohon sangat tinggi
Owa Jawa dengan jumlah jenis individu sebanyak 8 ekor dengan tajuk yang agak rapat dan kanopi yang saling
dan nilai terendah sebesar 0,04 % ditunjukan oleh bersambungan sebagai areal pergerakan dan sumber
mammalia jenis Bajing dan Musang, dengan jumlah jenis kehidupanya yang arboreal. (Yumarni, 2011). Owa jawa
individu sebanyak 1 ekor. Jenis Surili memiliki nilai persen (Hylobates moloch) ketika ditemukan perilaku yang
sebesar 26% dengan jumlah jenis individu sebanyak 6 ekor. dilakukan owa jawa adalah sedang duduk dan
Lutung memiliki nilai persen sebesar 0,22% dengan jumlah bergelantungan dari satu phon ke pohon lainnya. Owa jawa
jenis individu sebanyak 5 ekor, dan pada jenis tupai melakukan sebagian besar aktivitas hariannya pada lapisan
memiliki nilai persen sebesar 0,13% dengan jumlah jenis atas kanopi dengan ketinggian 20-30 m di atas permukaan
individu sebanyak 3 ekor. Nilai persen kelimpahan yang tanah. Lapisan atas kanopi yang menerima banyak sinar
didapat dari setiap jenis mammalia diperoleh dengan dibagi matahari memiliki buah yang melimpah sebagai makan owa
dengan jumlah individu seluruh jenis mammalia yang jawa. (Supriatna, Wahyono, 2000). Dari dua jalur penelitian
ditemukan di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun terdapat 2 plot yang sering dijumpai spesies tersebut.
Salak, yaitu sejumlah 23 ekor. Sedangkan nilai kelimpahan jenis mamalia terendah adalah
Pada tabel yang telah dibuat bahwa hasil kelimpahan Bajing (Callosciurus notatus) dan kotoran musang luwak
peemuan jenis mamalia di TNGHS ditemukan sebanyak 6 (Paradoxurus hermaphroditus).
jenis kelompok mamalia dengan 23 individu, baik melalui
pengamatan langsung dan tidak langsung. Berdasarkan hasil
pengamatan, untuk mengetahui kelimpahan dari suatu
spesies kita perlu mencari terlebih dahulu nilai
frekuensinya. Nilai frekuensi jenis mamalia tertinggi adalah
Tupai Kekes (Tupaia javanica), karena tupai kekes
ditemukan di 2 plot. Sedangkan nilai kelimpahan tertinggi
adalah Owa Jawa (Hylobates moloch) yang ditemukan
sebanyak 8 spesies, karena saat pengamatan kami selalu
bertemu langsung dan ditemukan banyak jumlah individu
Owa Jawa. Hasil penelitian ini lebih kecil dibandingkan Gambar 3.1 Owa Jawa (Hylobates moloch)
dengan hasil penelitian Renaldi et al. (2008) yang Sumber [Dokumentasii Pribadi]
menemukan 11 spesies Owa Jawa di koridor TNGHS.
lingkungan yang baik dan mendukung kehidupan Tupai
Kekes (Tupaia javanica).
Tabel 3.2 juga menunjukkan bahwa kelompok owa jawa
menjadi spesies yang frekuensi penemuan yang paling kecil
yakni 0.14. Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa
kondisi ini kemungkinan terjadi karena fragmentasi hutan di
lokasi tersebut yang mengakibatkan terjadinya kelompok-
kelompok hutan yang luasannya kecil dan terputusnya tajuk
pohon yang satu dengan yang lain, sehingga luas habitat
Gambar 3.2 feses Musang (Paradoxurus hermaphrodites) menjadi sempit dan bahkan tidak memenuhi syarat lagi
Sumber [Dokumentasi Pribadi] sebagai habitat owa jawa. Menurut (Yumarni,et.al. 2011) hal
ini dapat terjadi karena perbedaan kualitas dan kuantitas
Tabel 3.3 memperlihatkan bahwa Hasil frekuensi habitat pada lokasi-lokasi tersebut. Semakin baik kualitas
penemuan saat pengamatan kelompok mamalia TNGHS, habitat, maka akan semakin banyak jumlah kelompok owa
ditemukan 6 jenis kelompok mamalia dengan 23 individu. jawa yang bisa mendiami lokasi tersebut. Sesuai dengan
Hasil penelitian frekuensi penemuan terbesar di dapati pada pendapat Alikodra dalam Yumarni.et.al (2011) bahwa
pada spesies Tupai Kekes (Tupaia javanica) yakni sebesar kualitas dan kuantitas habitat, akan menentukan keberadaan
0.28. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya pohon pakan satwaliar. Semakin baik faktor-faktor lingkungan yang
pada jalur penelitan serta dapat disebabkan faktor-faktor mendukung kehidupan owa jawa.