Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya
adalahmengangkut oksigen yang diperlukanoleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah
jugamenyuplai jaringantubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme,dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang
bertujuanmempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari
sistemendokrin juga diedarkan melalui darah. Darah merupakan alat transportasi
atau alat pengangkutan yang paling utamaalam tubuh kita. Darah terdiri dari
elemen-elemen dan berbentuk plasma yang jumlahnya setara.
Elemen-elemen itu terdiri dari sel darah merah (eritrosit), seldarah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Trombosit berperan penting dalam
pembentukan bekuan darah (Tarwoto, 2008)Darah memiliki komposisi yang
terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma)dan 45% sel-sel darah. Terdapat tiga
macam sel darah, yaitu sel darah merah(eritrosit), sel darah putih (leukosit),
dan keping darah (trombosit).
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a. Apa itu Thrombois?
b. Pada Thrombosis terjadi kelainan yang disebut sebagai Thrombosis Vena.
Apa itu Trhombosis Vena?
c. Bagaimana Thrombosis Vena dapat terjadi? dan,
d. Bagaimana cara menanggulanginya?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui lebih luas tentang Thrombosis.
b. Sebagai pengetahuan tentang adanya kelainan Thrombosis Vena.
c. Mengetahui faktor penyebab terjadinya Thrombosis Vena.
d. Dapat memahami cara mengatasi atau penanggulangan Thrombosis Vena.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Thrombosis
Trombosit merupakan elemen terkecil dalam struktur darah,
merupakansel darah yang berperan penting dalam hemostasis, karena granula
trombosit mengandung faktor pembekuan darah adenenosinetrifosfat (ADP) dan
adenosinetrifosfat (ATP), serotonin, katekolamin, dan kalsium. Trombosit
melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak(luka) dengan membentuk
plug trombosit (Rukman, 2010).
Morfologi trombosit berbentuk bulat atau oval, berukuran 1-4,
tidak berinti, sitoplasma biru dengan granula ungu kemerahan. Nilai normal
trombosit adalah 250.000/mm3 (atau sekitar 250x109/L) dengan kisaran antara
150.000hingga 400.000/ mm 3 (Maha, 2010).
Pemeriksaan trombosit termasuk salah satu pemeriksaan hematologi yang
banyak diminta dilaboratorium klinik. Disebabkan oleh makin meningkatnya
kebutuhan akan data tersebut dalam upaya membantu menegakkan diagnosis.
Meningkatnya permintaan pemeriksaan hitung trombosit, maka pemeriksaan
hitung sel cara manual tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Walaupun
demikian, hitung trombosit secara manual masih dipertahankan. Disebabkan
hitung trombosit secara manual masih merupakan metode rujukan. Keuntungan
lain ialah hitung secara manual adalah dapat dilakukan dilaboratorium yang
tidak ada aliran listrik dan juga karena harga sebuah alat hitung otomatis cukup
mahal (Gandasoebrata, 2010).

2.2 Thrombosis Vena


Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah kondisi
keka terjadi penggumpalan darah pada satu atau lebih pembuluh darah vena dalam.
Umumnya DVT terjadi di paha atau bes, tapi bisa juga terbentuk di bagian tubuh
yang lain. DVT bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan di tungkai yang
dapat mengakibatkan komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu kondisi saat
gumpalan darah masuk ke aliran darah dan menyumbat pembuluh darah arteri di
paru-paru.

2.2.1 Penyebab Terjadinya Thrombosis Vena


DVT adalah penyakit yang dapat terjadi akibat 3 faktor, yaitu
gangguan aliran darah (stasis vena), kerusakan pembuluh darah, atau
kondisi di mana darah mudah menggumpal (hiperkoagulabilitas). Segala
kondisi atau kejadian yang dapat mengakibatkan terjadinya 1 dari ketiga
faktor tersebut, berisiko menimbulkan DVT. Timbulnya 2 atau 3 faktor
sekaligus, makin meningkatkan risiko mbulnya DVT. Beberapa kondisi
tersebut, antara lain:
a. Stasis vena. Stasis vena adalah kondisi terganggu atau melambatnya
aliran darah pada vena, yang dapat disebabkan oleh:
o Prosedur bedah yang membius pasien selama 1 hingga 1,5 jam.
o Operasi daerah panggul atau tungkai, seper operasi pengganan
panggul.
o Perjalanan panjang dengan mobil, kereta atau pesawat, sehingga
tungkai dak banyak bergerak, terutama perjalanan lebih dari 4 jam.
o Penyakit atau cedera yang menyebabkan tubuh tidak bergerak
dalam waktu lebih dari 3 hari. Misalnya, patah tulang atau stroke.
Gagal jantung. Terdapat varises. Polisitemia vera.
o Vaskulis.
o Pemasangan kateter vena sentral (CVC).
o Obat-obatan kemoterapi.
o Pengguna NAPZA jenis sunk.
o Sepsis.
b. Hiperkoagulabilitas. Hiperkoagulabilitas merupakan suatu kondisi di
mana darah lebih mudah untuk menggumpal atau membeku. Kondisi
ini dapat diakibatkan kelainan genek yang diturunkan atau didapat.
Berikut ini merupakan penyebab hiperkoagulabilitas akibat kelainan
genek, antara lain:
o Kekurangan protein pengencer darah alami, seper protein S
(defisiensi protein S), protein C (defisiensi protein C), anthrombin
III (defisiensi ATIII).
o Faktor V Leiden.
o Mutasi gen prothrombin.
o Kadar homosistein nggi ( h y p e r h o m o c y s t ein e mia ).
o Meningkatnya kadar fibrinogen atau disfungsi fibrinogen
(disfibrinogenemia).
o Kelebihan faktor pembekuan VIII, IX dan XI.
o Kelainan sistem fibrinolisis, seperti hipoplasminogenemia,
displasminogenemia dan meningkatnya kadar plasminogen
acvator inhibitor (PAI-1).

Hiperkoagulabilitas yang terjadi karena disebabkan oleh


suatu kondisi yang didapat, seperti:
o Kanker.
o Obesitas.
o Kehamilan.
o Konsumsi terapi penggan hormon.
o Konsumsi pil KB.
o Sindrom anfosfolipid.
o Sindrom nefrok (terlalu banyak protein dalam urine).
o Penggunaan obat untuk mengatasi kanker, seperti thalidomide.
o Diabetes.
o Lupus.

2.2.2 Gejala Deep Vein Thrombosis


Pada beberapa kasus, DVT dapat terjadi tanpa menunjukkan gejala.
Namun, dapat muncul gejala berupa:
o Tungkai terasa hangat.
o Nyeri yang semakin memburuk saat menekuk kaki.
o Bengkak pada salah satu tungkai, terutama di betis.
o Kram yang biasanya bermula di betis, terutama di malam hari.
o Perubahan warna kaki menjadi pucat, merah, atau lebih gelap.

2.2.3 Diagnosis Deep Vein Thrombosis


Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada area yang sakit dan bengkak.
Kemudian, dokter akan melakukan serangkaian tes penunjang seperti:
1) Tes D-Dimer. Tes ini untuk mendeteksi gumpalan darah yang sudah
terurai dan memasuki aliran darah. Semakin banyak gumpalan darah
yang sudah terurai ditemukan di dalam darah, semakin besar
kemungkinan terdapat penggumpalan darah.
2) Venografi. Tes dilakukan dengan menyunkkan zat pewarna (kontras)
pada pembuluh darah vena pasien, kemudian dilakukan pencitraan
dengan foto Rontgen untuk mengetahui letak aliran darah yang
terhambat akibat penggumpalan darah. Tes venografi dilakukan jika
pemeriksaan D-Dimer dan USG Doppler belum dapat memaskan DVT.

2.3 Pengobatan Deep Vein Thrombosis


Pengobatan untuk pasien DVT adalah dengan pemberian obat
ankoagulan. Masyarakat menganggap ankoagulan adalah obat untuk
mengencerkan darah, namun sebenarnya obat ini mengubah protein dalam darah
untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah. Obat ini juga berfungsi mencegah
gumpalan darah semakin membesar dan menyebar ke aliran darah.
Jenis obat ankoagulan yang umumnya digunakan untuk mengoba DVT
adalah heparin dan warfarin. Dokter akan memberikan heparin terlebih dulu,
melalui sunkan ke bawah lemak atau melalui pembuluh darah. Bila pasien lebih
memilih obat dalam bentuk tablet, warfarin dapat diberikan. Namun perlu diingat,
warfarin dak langsung bekerja setelah dikonsumsi, sehingga perlu diberikan terapi
lain yang dilakukan secara bersamaan. Pasien dapat mengonsumsi ankoagulan 3-6
bulan untuk mencegah gumpalan darah terbentuk kembali.
Warfarin merupakan obat yang sering dipengaruhi oleh makanan atau
obat lain dalam bekerja, sehingga pasien perlu melakukan tes darah (INR) secara
run untuk memantau waktu pembekuan darah, agar dosis warfarin dapat
disesuaikan. Dosis warfarin yang terlalu rendah dak bisa mencegah penggumpalan
darah. Sebaliknya, dosis warfarin yang terlalu nggi bisa menyebabkan pasien
mengalami perdarahan. Penng untuk diingat, warfarin dak direkomendasikan pada
wanita hamil, karena bisa menyebabkan cacat lahir.
Obat ankoagulan lain yang direkomendasikan untuk pasien DVT adalah
rivaroxaban, apixaban, dabigatran, dan fondaparinux.
Jika gumpalan darah besar, berisiko mbul emboli paru, atau mbul DVT di
lengan, dokter dapat memberikan obat trombolik. Namun, prosedur ini bisa
membuat pasien lebih berisiko mengalami perdarahan otak.
Jika pemberian obat ankoagulan dak diperbolehkan, dokter akan
menempatkan filter pada pembuluh darah balik utama ( v e n a c a v a ), yang
letaknya di rongga perut. Filter tersebut berfungsi untuk mencegah gumpalan
darah memasuki paru-paru. Perlu diingat, pemasangan filter dalam jangka panjang
bisa menyebabkan DVT. Sebaiknya filter segera dilepas setelah risiko terjadinya
penggumpalan darah berkurang.
Pasien juga bisa mengunakan stoking kompresi di bawah atau di atas
lutut untuk mencegah pembengkakan akibat DVT. Meski dak bisa mengurangi
DVT yang sudah terjadi, penggunaan stoking bisa mengurangi risiko terbentuknya
gumpalan darah baru. Dokter akan menyarankan pasien agar mengenakan stoking
kompresi ap hari.
Olahraga kaki sederhana dengan menggerakan punggung kaki ke atas,
serta mengangkat tungkai keka israhat, sehingga kaki lebih nggi dari panggul
dapat membantu mengurangi pembengkakan pada tungkai dan mencegah
komplikasi DVT.

2.4 Komplikasi Deep Vein Thrombosis


Orang dengan DVT berisiko mengalami emboli paru, yaitu penyumbatan
pembuluh darah arteri di paru-paru akibat gumpalan darah yang lepas dari tungkai.
Gejala dak akan terasa atau terlihat jika gumpalan darahnya kecil. Namun jika
gumpalan darahnya berukuran besar, penderita bisa merasakan nyeri dada dan
sulit bernapas, bahkan bisa mengalami gagal jantung.
2.5 Pencegahan Deep Vein Thrombosis
Beberapa ndakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya DVT,
antara lain:
o Bila ingin menjalani operasi dan pasien run mengonsumsi pil KB atau terapi
penggan hormon, perlu menghenkan obat tersebut 4 minggu sebelum
operasi. Tergantung dari faktor risiko lainnya, dokter juga dapat
memberikan obat ankoagulan atau stoking kompresi untuk mencegah DVT
akibat prosedur operasi.
o Bila melakukan perjalanan panjang yang mengharuskan duduk dalam waktu
lama, dapat lakukan gerakan kaki sederhana seper menekuk punggung kaki
ke atas, atau sesekali bangun dari tempat duduk untuk jalan (bila
memungkinkan), serta banyak minum air puh untuk mencegah dehidrasi.
o Berhenti merokok.
o Makan makanan dengan gizi seimbang.
o Olahraga teratur.
o Mempertahankan berat badan ideal.

Anda mungkin juga menyukai