Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS

PETERNAKAN ITIK PETELUR DI DESA PENDEM


DUSUN SEKAR PUTIH

Kelompok :

Syehabuddin Armadani 105050113111078

Iswandi 105050113111062

Yudianto 105050113111070

Prendis Betha Nanda 105050113111087

M. Wiji Prasetyo 105050113111092

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013
SELAMAT BERTUGAS

TOLONG DIKEARJAKAN SECARA MAKSIMAL SAYA TUNGGU JAM 8


HARUS SUDAH DIKUMPULAKAN KE

armadani_5@yahoo.com

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unggas merupakan komoditi ternak yang paling potensial untuk dikembangkan di


Indonesia. Hal ini disebabkan karena iklim dan letak geografis Indonesia yang baik dalam
budidaya perunggasan. Itik merupakan ternak unggas air yang sering dibudidayakan oleh
masyarakat khususnya pedesaan. Alasan dari kebanyakan peternak adalah biaya relatif
murah, kemampuan produksi yang baik serta tahan penyakit.
Itik sendiri terbagi menjadi 2 bagian yakni itik petelur dan itik pedaging. Itik
petelur merupakan unggas yang mampu berproduksi bagus serta relatif tahan penyakit
dibandingkan dengan unggas petelur lain.
Ilmu tentang pemanfaatan limbah juga sangat penting dalam perjalanan budidaya
itik petelur maupun unggas lain. Pemeliharaan ternak secara terpadu serta menyeluruh dari
sistem hulu hilir mampu menghasilkan income yang lebih besar dibandingkan dengan
bergerak pada satu sistem usaha saja, serta penerapan zero waste system dapat memberikan
keuntungan yang lebih besar.
Namun selama ini sistem peternakan itik masih berpola tradisional dan sangat
sederhana tanpa diimbangi ketrampilan beternak yang memadai bagi para peternaknya.
Sehingga hasil produksinya itik kurang maksimal. Ternak itik merupakan sumber protein
hewani yang tinggi dan dianggap murah biaya produksinya, relatif tahan terhadap
penyakit, tahan terhadap stres, dan perubahan iklim yang drastis jika dibanding dengan
ternak unggas yang lain.
Dalam upaya peningkatan penghasilan peternak itik melalui peningkatan produksi,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif, selain melalui seleksi juga harus didukung oleh
pengelolaan reproduksi yang baik dan manajemen pemeliharaan yang baik pula.
Untuk itu perlu adanya kajian lebih dalam mengenai bagaimana pemeliharaan
ternak itik yang baik dari hulu hingga hilir sehingga dapat membantu masyarakat dalam
meningkatkan produksi itik sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeliharaan ternak itik petelur dikalangan peternak tradisional


serta bagaimana cara pemeliharaan ternak itik petelur yang benar dan bagaimanan
manajemen usaha peternakan itik petelur dari hulu hingga hilir sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan peternak.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui sistem pemeliharaan ternak itik petelur pada masyarakat umum
serta dapat mengevaluasi bagaimana cara pemeliharaan itik petelur yang benar dari hulu
hingga hilir, sehingga dapat meningkatkan produksi peternakan dan meningkatan
penghasilan peternak.

1.4 Manfaat

1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana cara pemeliharaan itik petelur secara benar.
2. Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk usaha peternakan itik petelur
dengan sistem hulu hilir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Itik Petelur


Cari artikela tentang itik petelur apa aja serta kelebihan masing formatnya kaya ini
Ternak unggas (ayam dan itik) merupakan bagian dari sistem usaha pertanian di
pedesaan. Nilai ekonomi ternak unggas sekarang ini semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya pola hidup masyarakat yang telah mengetahui pentingnya mengkonsumsi
protein yang berasal dari hewan. Umumnya masyarakat di pedesaan hanya melakukan
usaha ternak unggas ayam pedaging atau ayam ras potong yang selama ini menunjukkan
prospek cukup baik, kendati dalam pengelolaannya usaha ternak ayam pedaging harus
dikelola secara cermat, sabar, telaten dan sekaligus memerlukan modal yang besar
terutama dalam penyediaan pakan. Biaya yang dikeluarkan untuk pakan lebih besar
dibandingkan dengan biaya produksi lainnya yaitu sebesar 70%.
Dibandingkan dengan ayam pedaging, usaha itik pedaging lebih menguntungkan.
Hal ini disebabkan dalam pengelolaan itik pedaging lebih praktis dengan pemeliharaan
sederhana dan modal yang lebih kecil khususnya dalam penyediaan pakan. Untuk itik
pedaging dapat diberikan pakan yang diolah sendiri dengan menggunakan bahan baku
lokal yang berasal dari daerah sekitarnya. Usaha itik pedaging atau itik potong peluangnya
masih terbuka luas, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya peternak yang memelihara itik
secara intensif,padahal permintaan daging itik di tingkat konsumen cukup tinggi meskipun
daging itik yang dikonsumsi masyarakat umumnya berasal dari itik petelur apkir yang
dagingnya terasa alot dan sering berbau amis.
Dalam budidaya itik tipe pedaging, dibutuhkan perencanaan atau manajemen yang
baik, terutama dalam tata laksana pemeliharaan, seperti; pemilihan bentuk kandang, jenis
pakan,dan bibit. Disamping itu agar keuntungan yang didapatkan maksimal hal lain yang
mutlak perlu diperhatikan adalah jenis itik pedaging itu sendiri.
Terdapat beberapa jenis itik petelur yang berkembang di Indonesia, antara lain: Itik
Alabio, Itik Magelang, Itik Mojosari, Itik MA (Mojosari Alabio), Itik Cihateup, Itik Tegal,
Itik Bali, dan lain-lain. Masing-masing jenis itik tersebut diberi nama sesuai dengan daerah
utama pengembangannya dan mempunyai keunggulan tersendiri.
A. Jenis Itik Petelur
1. Itik Alabio
Itik Alabio merupakan itik lokal unggul dwi fungsi yaitu mempunyai kapasitas produksi
telur yang tinggi dan potensial sebagai penghasil daging. Itik ini telah lama diusahakan di
Kalimantan Selatan, terutama di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Hulu Sungai
Tengah (HST), dan Hulu Sungai Utara (HSU).
Ciri-ciri Itik Alabio diantaranya:
- Warna bulu coklat dengan bintik-bintik putih di seluruh badan
- Terdapat garis putih di sekitar mata
- Warna bulu pada itik jantan cenderung gelap dan terdapatbeberapa helai bulu suri
berwarna hijau kebiruan mengkilap pada sayap
- Warna paruh dan kaki kuning terang
- Bobot badan betina umur 6 bulan 1,60 kg dan jantan 1,75 kg
- Produksi telur rata-rata 220-250 butir/ekor/tahun
- Itik Alabio jantan yang dipelihara sebagai penghasil daging memiliki bobot badan
yang lebih tinggi dibandingkan Itik Bali dan Tegal.
Itik Alabio (Sumber: Balitnak, 2010)
2. Itik Magelang
Itik Magelang atau sering juga disebut Itik Kalung atau Plontang berasal dari daerah
Sempu, Ngadirejo, Kec. Secang, Magelang, Jawa Tengah. Penyebarannya meliputi
Magelang, Ambarawa, dan Temanggung. Itik ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Pada itik jantan terdapat bulu putih yang melingkar sempurna di sekitar leher
setebal 1-2 cm berbentuk seperti kalung
- Warna bulu dada, punggung dan paha didominasi warna coklat tua dan muda
Ujung sayap putih (plontang)
- Kaki hitam kecoklatan
- Warna paruh hitam
- Produksi telur 131 butir/ekor/tahun
3. Itik Mojosari
Itik Mojosari adalah salah satu itik petelur unggul lokal yang berasal dari
Kecamatan Mojokerto, Jawa Timur. Itik Mojosari tersebar di wilayah Indonesia
dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai usaha komersial, baik pada lingkungan
tradisional maupun intensif. Itik Mojosari terdiri dari dua jenis yaitu Mojosari
Coklat dan Mojasari Putih. Itik ini berproduksi lebih tinggi dibandingkan Itik
Tegal, telurnya cukup besar, rasanya enak, dan digemari konsumen. Ciri-ciri Itik
Mojosari antara lain:
- Warna bulu kemerahan dengan variasi coklat kehitaman
- Pada itik jantan 1-2 bulu ekor melengkung ke atas
- Warna paruh dan kaki hitam
- Berat badan dewasa rata-rata 1,7 kg
- Produksi telur rata-rata 230-250 butir/tahun
4. Itik Mojosari-Alabio (MA)
Itik ini merupakan hasil persilangan dua bangsa itik petelur unggulan yaitu antara Itik
Mojosari dan Itik Alabio. Keunggulan dari Itik MA antara lain pertumbuhan badan lebih
cepat, umur pertama bertelur lebih pendek, produktivitas telur tinggi, dan konsistensi
produksi lebih cepat. Produktivitas telur Itik MA pada umur 8 bulan mencapai 80% dengan
bobot telur 69,7 gram, dan rataan produksi 253 butir/tahun. Selain itu, itik ini memiliki
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan baru yang cukup bagus.
2.2 Persyaratan Lokasi
Ini ditambah lagi (kasi nama penulis jurnal)
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah letak lokasi lokasi jauh
dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah
dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang
kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan
penggusuran dalam beberapa periode produksi.

Beberapa tipe kandang yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemeliharaan terdiri dari :

1. Kandang sistem terkurung atau postal


Lantai kandang ini terbuat dari tanah yang dipadatkan dan pada bagian atas
dilapisi sekam/serbuk gergaji yang dicampur dengan serbuk kapur. Seluruh ruangan
kandang dinaungi atap dengan kepadatan dapat mencapai 4 ekor/m2 apabila
pemeliharaan sampai dewasa atau masa produksi.
2. Kandang sistem koloni
Tipe kandang ini merupakan perpaduan atau kombinasi antara terkurung
dengan sistem dilepas. Ciri-ciri kandang sistem koloni antara lain: a) lantai terbuat dari
tanah yang dipadatkan atau disemen dan dialasi dengan litter yang berasal dari sekam,
kulit padi, serutan kayu, atau serbuk gergaji; b) atap kandang menggunakan sistem atap
berlubang; c) tempat umbaran atau pekarangan dipagar setinggi± 75 cm dan dilengkapi
dengan tempat makan dan minum; dan d) dinding terbuat dari bambu atau kayu.
3. Kandang sistem baterai
Kandang ini dibuat berkotak-kotak dimana satu kotak digunakan untuk satu
ekor itik dengan ukuran 45 x 35 x 60 cm. Bahan kotak dapat terbuat dari bambuatau
kawat. Lantai kandang dibuat sedikit miring agar telur dapat dengan mudah
menggelinding keluar. Tempat makan dan minum sebaiknya di luar kotak atau di
bagian depan. Semua kotak atau kandang batere dikumpulkan pada satu tempat beratap
dan dinding yang dipagari dengan anyaman bambu atau kawa.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
a. Persyaratan temperatur kandang ± 39 ° C.
b. Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
c. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata
kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang
4. Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:
a. kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box,
dengan ukuran 1 m 2 mampu menampung 50 ekor DOD
b. kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok
dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok
c. kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei (
satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok)
dengan ukuran setiap meter persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk
30 ekor itik dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).
5. Kondisi kandang dan perlengkapannya
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal
tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan
mungkin perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen.
Pakan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan itik dan
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Meskipun pakan yang diberikan berasal dari bahan
baku lokal (dedak, sagu, jagung, limbah ikan, bungkil kelapa) yang diolah sendiri oleh
peternak. Jumlah pakan yang harus disiapkan sampai panen untuk satu ekor 6 - 7 kg.
Itik umur 1 - 21 hari membutuhkan protein 21% dan pada umur 22 - 60 hari kadar
proteinnya diturunkan hingga15,5 - 16%.
2.3 Penyakit pada Itik
Tambah lagi kalo ada
1. Avian Influenza (AI)
AI merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus. Tanda-tanda umum itik
yang terserang penyakit AI adalah keluar air mata, bersin-bersin, keluar cairan dari
hidung, dan pembengkakan mucus dan menyebabkan kotoran pada mata. Penyakit ini
dapat menular daru satu ternak ke ternak lain dan tidak ada pengobatannya. Vaksin AI
sudah tersedia di pasaran namun efektivitas dari vaksin tersebut masih terus dilakukan
penelitian.
2. Duck Cholera
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocidadan sangat
merugikan peternak karena dapat menyebabkan kematian yang tinggi pada itik dara
dan petelur. Anak itik berumur 4 minggu ke atas sangat peka terhadap penyakit ini.
Anak itik yang terserang penyakit ini memiliki gejala-gejala diarhea dan biasanya
disertai dengan sesak napas. Itik yang terjangkit penyakit duck cholera harus segera
dipisahkan. Penyakit Duck cholera dapat diobati dengan preparat sulfa dan antibiotik.
Selain itu, penyakit ini bisa dicegah dengan sanitasi dan manajemen yang baik.
3. Salmonellosis
Penyakit Salmonellosis disebabkan oleh beberapa tipe salmonella. Itik yang
terserang penyakit ini menunjukkan tanda-tanda tidak bergairah, dehidrasi yang disertai
diare, kehilangan keseimbangan, kepala gemetar dan terputar. Ciri spesifik penyakit ini
yaitu tampak pada caecum (usus) yang membengkak dan ada tonjolan, mucosa
(selaput) di sekitar rectum membengkak dan terdapat cairan keputih-putihan. Itik yang
sudah sembuh biasanya pertumbuhannnya terhambat dan terdapat luka-luka pada
ususnya. Walaupun itik sudah sembuh, tetapi masih dapat mengeluarkan bibit penyakit
ke itik lain melalui kotorannya, sehingga harus dipisahkan dari kelompok.

Itik jawa dipilih sebagai itik pedaging karena mempunyai beberapa keunggulan
diantaranya :
a. Tahan terhadap serangan penyakit, kematian anak itik biasanya hanya disebabkan
oleh terjepit di kandang atau basah tersiram air minum.
b. Mortalitas hanya 2 - 5%
c. Lama pemeliharaan selama 2 – 2,5 bulan dengan bobot badan saat panen mencapai
2 –2,5 kg per ekor.
d. Berdaging tebal, warna coklat muda dengan tekstur lembut dan bercita rasa gurih.

2.4 Replacement stock


Ternak pengganti (replacement stock) dipilih dari keturunannya dan dilakukan
sebagai berikut Llon bibit betina dipilih 25 % terbaik untuk replacement, 10 % untuk
pengembangan populasi kawasan, 60 % dijual ke luar kawasan sebagai bibit dan 5 % dijual
sebagai ternak afkir. Kemudian calon bibit jantan dipilih 10 % terbaik pada umur sapih dan
calon bibit betina 25 % terbaik untuk dimasukan pada uji performans. (Abubakar, 2012)
sistem pengadaan bibit itik di sebagian besar daerah sentra produksi itik masih
tergantung pada pedagang penjual DOD yang mengambil dari peternak yang khusus
menghasilkan DOD secara tradisional. (Sumanto, 2007)

2.5 Biaya Produksi


Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus di keluarkan untuk
memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga merupakan pengeluaran yang di lakukan
perusahaan untuk mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di
gunakan untuk menghasilkan suatu produk. (Anonymous, 2012)
Kajian terhadap aspek finansial dalam usaha tersebut akan difokuskan pada
perhitungan antara biaya da hasil produksi. Komponen biaya yang dimaksud meliputi
pakan, DOD, itik siap telur, tenaga kerja, depresiasi kandang dan peralatan. (Sumanto,
2007)
2.6 Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi kelayakan sangat
diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para investor yang selaku
pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang memberikan fasilitas tata
peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu
berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat
keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit
yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan
manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan
kesempatan kerja, dan lain lain. (Sudarman, 2010). Salah satu faktor yang perlu untuk
diperhatikan karena biaya yang dikeluarkan besar dan sangat berpengaruh terhadap
produksi dan kelayakan usaha. (Rohaeini, 2005).
BAB III

PEMBAHASAN

Data Peternakan

TUGAS KITA ADALAH MEMBANDINGKAN INI DENGAN LITERATUR

1. Data perusahaan peternakan


- Nama perusahaan peternakan : -
- Nama pemilik usaha peternakan : Pak Samar
- Alamat Usaha Peternakan : Jl. Suwaluan No. 87, Ds. Sekar Putih, Desa Pendem
- Jenis ternak yang diusahakan : itik petelur strain Camble
- Popuilasi ternak : 300 ekor
- Tanggal awal usaha : April 2012
- Sejarah usaha : bantuan dari pemerintah lewat Gapoktan
- Luas kandang : 8m x 6m
- Kelayakan letak usaha peternakan : kurang sehat karena terlalu dekat dengan
pemukiman serta sulitnya sumber air, namun dekat dengan jalan utama.
2. Data produksi
- Ternak pemeliharaan : itik camble berjumlah 300 ekor umur 9 bulan mortalitas
5% sistem pemeliharaan litter
- Kandang : 1 kandang, ukuran 8m x 6m,bentuk kandang persegi panjang dengan
tipe atap monitor, arah kandang menghadap matahari
- Pakan : konsentrat, bekatul, jagung 2 x sehari
- Tatalaksana :
o Vaksinasi : -
o Debeaking : -
o Molting : 1
o Repalcement : -
o Afkir : -
- Produksi : jumlah produksi telur 240 butir
3. Penanganan limbah (kotoran) : dibuang atau dibuat kompos
4. Biaya produksi (harga)
- Pembelian pullet : 55.000
- Harga pakan : konsentrat 340.000, jagung 6000, bekatul 2000/kg
- Harga telur/ kg : setiap butir 1300
5. Pemasaran : dimbil tengkulak dengan harga 1300-1350
6. Perhitungan kelayakan usaha
Petelur : FCR, KP, HDP, IOFC

2.2 Manajemen Pangan

Untuk mencapai produksi yang optimum dan keberhasilan usaha peternakan itik,
maka pemberian pakan yang murah dan dan memenuhi kebutuhan zat gizi sangat
diperlukan. Kebutuhan gizi itik dapat dipenuhi dari berbagai campuran bahan pakan.
Pemilihan bahan pakan sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan kadar protein dan
energi yang diperlukan oleh ternak. Kebutuhan beberapa zat gizi untuk itik petelur
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Beberapa Zat Gizi untuk Itik Petelur

Jumlah pakan yang diberikan pada ternak sangat bervariasi karena tergantung pada
jenis itik, kualitas pakan, dan ukuran badan itik. Angka perkiraan kebutuhan pakan itik
petelur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Pakan Itik Petelur sesuai Tahapan Pertumbuhan


Pakan untuk anak itik biasanya mulai diberikan pada saat anak itik berumur 2 atau
3 hari karena sebelumnya masih memiliki cadangan makanan dalam tubuh. Pakan yang
diberikan untuk anak itik pada satu minggu pertama sebanyak 3-4 g/ekor. Pakan dapat
berbentuk mash atau crumble yang diletakkan di atas tempat pakan. Bentuk dan tempat
pakan sebaiknya memanjang sehingga dapat menampung anak itik dalam jumlah banyak.
Pemberian pakan anak itik sebaiknya dilakukan sebelum pemberian minum agar pakan
tidak basah terkena air minum.

Air minum untuk anak itik harus selalu tersedia dalam kondisi bersih dan diberikan
dekat dengan tempat pakan. Tempat minum sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga
aman dan anak itik tidak dapat masuk ke dalam tempat minum. Bagian bawah tempat
minum dapat diberi tempat penampungan air yang tercecer. Itik yang bermain-main di
dalam tempat air harus segera dikeluarkan dan apabila bulunya terlalu basah perlu
dikeringkan agar tidak sakit.

Pembatasan jumlah pakan merupakan cara terbaik yang perlu dilakukan untuk
mencegah kegemukan. Beberapa peternak memberikan sekitar 75-80% dari kebutuhan
pakan normal sehari atau mengurangi kualitas pakan dengan mempertinggi kandungan
serat kasar. Selain itu, cara lain yang sangat membantu dalam mencegah kegemukan
adalah penyediaan halaman yang dapat digunakan itik untuk bergerak secara leluasa pada
siang hari.

2.3 Penanganan Hasil

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai