Anda di halaman 1dari 13

INTERDEPENDENSI INDONESIA DENGAN SINGAPURA

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Perspektif Global PKn
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed.

Disusun oleh:
Indria Febrianti 1704266
Mochamad Aria Ramadhan 1701569
Nisa Amalia R 1703908
Siti Imaniarti R 1705775
Ziyan Ikrimah A M 1705532

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
LATAR BELAKANG
Hubungan bilateral Indonesia Singapura telah menunjukkan peningkatan di
berbagai bidang kerjasama terutama hubungan kerjasama politik, hubungan
kerjasama ekonomi dan hubungan kerjasama sosial budaya. Selain itu kunjungan
antara sesama pejabat Pemerintah maupun swasta di kedua negara telah
memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan hubungan kerjasama dan
peningkatan investasi di kedua negara.
Hubungan diplomatik Indonesia-Singapura dilakukan secara resmi pada
bulan September 1967, yang dilanjutkan dengan pembukaan kedutaan besar
masing-masing negara. Secara politik, pada dasarnya hubungan Indonesia–
Singapura mengalami fluktuasi didasarkan isu permasalahan menyangkut
kepentingan nasional masing-masing negara, namun demikian kedua negara
memiliki fondasi dasar yang kuat untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan
kedua negara yang lebih konstruktif, pragmatis dan strategis.
Penandatanganan Perjanjian Ekstradisi dan Perjanjian Kerja Sama Pertahanan
antara kedua negara di Bali tanggal 27 April 2007 salah satu koridor hukum bagi
palaksanaan dan peningkatan hubungan bilateral kedua negara, meskipun masih
diperlukan pendekatan-pendekatan pada teknis pelaksanaannya.
Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura tersebut di atas
telah menjadi landasan dasar bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia-
Singapura yang lebih mengikat, salah satunya melalui kunjungan antara Kepala
Negara/Kepala Pemerintahan kedua negara yang menghasilkan kespakatan-
kesepakatan susbtansial untuk meningkatkan dan mengambangakan hubungan
kerjasama bilateral kedua negara. Berkenaan dengan hal tersebut, kiranya
Departemen/ instansi di Indonesia yang terkait dengan kerjasama Indonesia-
Singapura melakukan langkah-langkah koordinasi yang lebih intensif untuk dapat
menyiapkan dan merumuskan evaluasi komprehensif kerjasama Indonesia-
Singapura dan merumuskan posisi dasar kerjasama Indonesia-Singapura pada isu-
isu aktual yang menjadi pokok perhatian kedua negara. Sehingga
mekanisme retreat bilateral Indonesia-Singapura enam bulan mendatang akan
memenuhi target dan tujuan sesuai dengan keinginan untuk meningkatkan
hubungan kerjasama bilateral kedua negara yang saling menguntungkan.

1
HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA DENGAN SINGAPURA

I. Hubungan Bilateral Dalam Bidang Politik


Sejak tampilnya pemerintahan baru di Indonesia dan Singapura pada
semester ke-2 tahun 2004, hubungan bilateral Indonesia-Singapura
mengindikasikan perkembangan yang lebih positif dan konstruktif. Saling
kunjung antar Kepala Pemerintahan kedua negara dan pejabat tinggi lainnya
juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Indikasi positif ini juga telah
mendorong pengembangan sektor-sektor kerjasama baru yang saling
menguntungkan dan kemajuan upaya penyelesaian outstanding issues.
Pernyataan PM Lee Hsien Loong di Parlemen pada 19 Januari 2005 dan
pernyataan Menlu George Yeo di Parlemen pada 18 Januari 2005, 17 Oktober
2005 dan 2 Maret 2006 mengindikasikan pentingnya kedudukan Indonesia bagi
Singapura dan kemajuan dalam hubungan bilateral Indonesia-Singapura,
khususnya menyangkut upaya penyelesaian outstanding issues.
Pada pertemuan informal Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan PM
Singapura Lee Hsien Loong di Bali, 3-4 Oktober 2005 memenuhi usulan PM
Singapura, kedua kepala pemerintahan ini sepakat memparalelkan perundingan
3 perjanjian kerjasama yaitu perjanjian kerjasama pertahanan, perjanjian
ekstradisi dan perjanjian counter-terrorism.
Kunjungan kenegaraan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke
Singapura 15-16 Pebruari 2005, kunjungan kerja Presiden RI ke Singapura pada
6-7 Agustus 2006 dan pertemuan informal Presiden RI dengan PM Lee Hsien
Loong di sela-sela Pertemuan Tahunan Forbes Global CEO Conference ke-6 di
Singapura pada 4 September 2006 telah memantapkan pengertian bersama
kedua negara untuk mengembangkan jalinan hubungan bilateral dengan
spektrum elemen substansi seluas mungkin, sementara secara simultan
memajukan pembicaraan mengenai penyelesaian berbagai outstanding issues.
Peran menonjol Pemerintah dan masyarakat Singapura dalam memberikan
bantuan kemanusiaan kepada korban bencana alam gempa bumi dan Tsunami
di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam Aceh pada 26 Desember
2004, bencana gempa dasar laut di dekat Pulau Nias dan Pulau Simeleu Maret

2
2005, bencana gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah dan tsunami di
Pangandaran 2006 tersebut telah berpengaruh positif terhadap persepsi publik
tertentu Indonesia terhadap Singapura, dan merupakan faktor positif lain bagi
perkembangan hubungan baik kedua negara.
1. Akses Konsuler
Fungsi Konsuler menangani berbagai masalah terkait WNI dan BHI
di luar negeri di Singapura yang memerlukan bantuan kekonsuleran.
Bantuan kekonsuleran tersebut dapat diberikan melalui akses konsuler.
Dengan adanya akses konsuler tersebut, KBRI Singapura selalu menerima
pemberitahuan dari Pemerintah Singapura baik melalui Kemlu dan duty
officer Kemlu di luar jam dan hari kerja dan atau melalui instansi terkait
lainnya setelah dikoordinasikan dengan Kemlu setempat. Dengan demikian,
WNI di Singapura dapat segera mendapatkan perlindungan atau bantuan
konsuler dari KBRI Singapura sebagai wakil dari Pemerintah Indonesia di
Singapura ketika masalah mereka ditangani oleh aparat terkait di Singapura.
2. Pelayanan Publik
Dalam aktifitas harian, Fungsi Konsuler memberikan pelayanan
maksimal kepada WNI secara terus menerus berupa bantuan hukum bagi
WNI yang menghadapi masalah hukum di Singapura, maupun bantuan
lainnya seperti pelayanan dokumen kelahiran, kematian, pernikahan, klaim
asuransi, dan pindah kewarganegaraan. Khusus untuk hal-hal darurat, KBRI
Singapura dapat diakses 24 jam dan 7 hari seminggu. Hal-hal darurat
tersebut meliputi: hal-hal yang berkaitan dengan: keselamatan jiwa,
kematian WNI, dan kepentingan negara. Selain dari tiga hal tersebut,
pelayanan publik dilaksanakan dalam aktifitas normal harian dengan
memanfaatkan akses konsuler yang tersedia.
3. Imigrasi
KBRI Singapura menjalankan fungsi keimigrasian berupa
pelayanan paspor bagi WNI penduduk Singapura dan visa bagi WNA yang
akan ke Indonesia, serta kerjasama dengan counterpart yaitu Singapore
Immigration & Checkpoints Authority (ICA). Letak geografis kedua negara
yang sangat berdekatan dan hubungan di berbagai bidang terutama

3
perdagangan, industri dan pariwisata, menyebabkan lalu lintas orang antar
kedua negara untuk berbagai keperluan juga sangat tinggi.
Jumlah WNI penduduk Singapura diperkirakan lebih dari 100 ribu
orang dengan prosentase terbesar adalah PLRT (sekitar 60 – 70 %),
selebihnya adalah Ibu rumah tangga, karyawan, pelajar dan mahasiswa, dan
manajemen atau eksekutif swasta. Pelayanan paspor dan dokumen
perjalanan bagi WNI rata-rata 1.000 per bulan, dengan perolehan PNBP
secara rata-rata hampir SGD 1 Juta per tahun. Sedangkan pelayanan visa
bagi WNA yang akan ke Indonesia per bulan rata-rata 5.000 visa, dengan
perolehan PNBP berkisar SGD 7 Juta per tahun. Telah diberikannya fasilitas
Visa on Arrival bagi sejumlah negara, dengan kecenderungan jumlah negara
yang memperoleh fasilitas tersebut akan bertambah, berpotensi menurunnya
jumlah pelayanan visa dan juga perolehan PNBP nya.
Wilayah Barelang, Belakang Padang, Bintan dan Karimun telah
ditetapkan oleh Menteri Kehakiman sejak 1998 sebagai wilayah khusus di
bidang keimigrasian dengan pemberian kemudahan dalam penerbitan visa
oleh KBRI Singapura dan KJRI Johor dan pemberian izin masuk di wilayah
tersebut serta penggunaan teknologi smart card dalam pemeriksaan
keimigrasian bagi frequent travelers antara wilayah tersebut dengan
Singapura, dan saat ini dikembangkan dalam kerangka SEZ (special
economic zones). Kerjasama keimigrasian antara Indonesia dan Singapura
telah terjalin cukup lama dan secara intens terus ditingkatkan. Pada April
2006 lalu telah dilaksanakan pertemuan antara Direktorat Jenderal Imigrasi
dan Singapore Immigration & Checkpoints Authority (ICA) yang membahas
berbagai kegiatan kerjasama antar kedua lembaga dalam berbagai aspek
keimigrasian terutama menyangkut lalu lintas orang antar kedua negara.
Pada Juli 2006 telah diadakan kunjungan kerja beberapa pejabat ICA ke
Karimun, Batam dan Bintan.
4. Kasus Berat Dengan Ancaman Hukuman Mati
Sejak tahun 2003, KBRI Singapura telah terlibat dalam penanganan
berbagai kasus berat termasuk kasus pidana pembunuhan dengan ancaman
hukuman berat (capital punishment - pasal 302 Penal Code of Singapore)

4
yang dilakukan oleh 7 PLRT Indonesia (7 kasus). Dari 7 kasus tersebut, 6
kasus telah diselesaikan sementara 1 kasus masih dalam proses persidangan.
KBRI Singapura telah berhasil mendukung diloloskannya enam
PLRT Indonesia di Singapura yang melakukan pelanggaran Pasal 302 Code
Penal Singapura yaitu pembunuhan dengan ancaman hukuman gantung /
mati. Keenam PLRT tersebut masing-masing adalah PLRT Sundarti
Supriyanto (seumur hidup), PLRT Purwanti Parji (seumur hidup), dan
PLRT Sumiyati Kariyo Dikromo (7 tahun), PLRT Juminem (seumur hidup),
PLRT Siti Aminah (7 tahun) dan PLRT Rohana (10 tahun).
PLRT Indonesia juga tercatat sebagai korban tindak kekerasan
majikan terhadap mereka dan untuk itu mereka yang menjadi korban telah
ditampung dalam shelter KBRI oleh kepolisian setempat dengan status
sebagai saksi korban.
5. Pengelolaan Penampungan PLRT Indonesia
Selain itu, KBRI Singapura juga memberikan perlindungan bagi
WNI di Singapura dengan menyiapkan penampungan sementara / shelter
bagi PLRT Indonesia di Singapura yang memiliki permasalahan dengan
pekerjaan maupun majikan dan atau hukum setempat, seperti: gaji tidak
dibayarkan, penganiayaan fisik, penganiayaan mental, pelecehan seksual,
atau hubungan yang tidak harmonis dengan majikan yang disebabkan
berbagai hal seperti tidak dapat bekerja sesuai dengan harapan majikan,
tidak mengerti bahasa/budaya, beban kerja yang berat, tidak cukup makan
dan istirahat dan hambatan pelaksanaan hak sipil lainnya. Shelter yang
tersedia hanya diperuntukan untuk PLRT Indonesia saja. Kapasitas shelter
sekitar 60 orang dan dapat diisi penuh sampai 80 orang.

II. Hubungan Bilateral Dalam Bidang Ekonomi


1. Hubungan Ekonomi Bilateral
Pada dasarnya kedua negara memiliki tingkat komplementaritas
ekonomi yang tinggi. Di satu sisi, Singapura mempunyai keunggulan di
sektor knowledge, networking, financial resources dan technological

5
advance. Sementara Indonesia memiliki sumber daya alam dan mineral
yang melimpah serta tersedianya tenaga kerja yang kompetitif.
Sebagai negara yang wilayahnya kecil, pasar domestiknya sangat
terbatas dan sumber daya alamnya langka, Singapura sangat
menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Oleh
karena itu pula Singapura sangat berkepentingan terhadap sistem
perdagangan internasional yang terbuka dan bebas di bawah naungan WTO.
Guna mengamankan kepentingannya, Singapura tidak hanya mengandalkan
pada proses negosiasi multilateral, sejak 1999 Singapura telah mulai
menjajagi bentuk-bentuk pengaturan perdagangan bilateral. Belakangan
dengan tersendatnya proses negosiasi di WTO, Singapura semakin gencar
menempuh langkah-langkah bilateral dan regional yang diyakini dapat
mengakselerasi proses liberalisasi perdagangan dan memperkuat sistem
perdagangan multilateral. Pada dasarnya hubungan bilateral Indonesia-
Singapura memiliki fondasi yang sangat kuat yang dibuktikan dengan telah
ditandatanganinya berbagai Kesepakatan ataupun Perjanjian antara kedua
negara. Selain itu, untuk fondasi kerjasama ekonomi khususnya antara
Singapura dengan Batam dan Riau, kedua negara memiliki Legal
Framework yang kokoh dengan ditandatanganinya beberapa Persetujuan
antara lain:
 Basic Agreement on Economic and Technical Cooperation yang
ditandatangani di Singapura 29 Agustus 1974;
 Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik RI-Singapura (1977);
 Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik untuk Pengembangan Pulau
Batam (31 Oktober 1980);
 Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda/P3B (1990);
 Persetujuan Kerjasama Ekonomi dalam rangka Pengembangan Propinsi
Riau (28 Agustus 1990);
 Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan Penanaman Modal (P4M/IGA)
ditandatangani pada 16 Februari 2005. Indonesia meratifikasi pada
Februari 2006;

6
 Framework Agreement on Economic Cooperation in the Island of Batam,
Bintan and Karimun (SEZ’s), 25 Juni 2006.
Pemberdayaan sektor swasta juga sudah kembali meningkat yang
ditandai dengan cukup tingginya kegiatan kunjungan antara para pelaku
usaha kedua negara. Sebagai hasilnya, semakin meningkatnya transaksi
perdagangan dan investasi kedua negara. Sesuai dengan data dari
International Enterprise Singapore Indonesia merupakan mitra dagang
terbesar ke-5 Singapura dengan total nilai perdagangan mencapai S$ 54
milyar (2005) yang mengalami peningkatan cukup signifikan
dibandingkan tahun 2004 yang mencapai nilai S$ 30,1 milyar. Ekspor
Indonesia ke Singapura mencapai S$ 16,4 milyar sementara impornya
mencapai S$ 13,7 milyar
2. Bea & Cukai
Dalam rangka program pengembangan Special Economi Zone
(SEZ) di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun, DJBC dan Singapore
Customs memprakarsai kerjasama kepabeanan dalam bentuk ”Joint
Customs Study Team” (JCST). Tujuan JCST tersebut adalah untuk
membandingkan dan menyerasikan sistim dan prosedur kepabeanan untuk
pelaksanaan SEZ. Pokok pembahasan dalam JCST ini antara lain: Trade
Documentation, Cargo Clearance, Post Clearance Audit dan Risk
Management.
3. Tenaga Kerja Indonesia
Tenaga kerja Indonesia di Singapura sebagian besar masih tergolong
pada unskilled labor yaitu Penata Laksana Rumah Tangga, dengan
perkiraan jumlah mencapai sekitar 50.000 orang. Meskipun Singapura
masih ketergantungan pada tenaga kerja asing (TKA) mengingat relatif
kecilnya jumlah penduduk dan jumlah angkatan kerja, namun tenaga skilled
ataupun semi-skilled dari Indonesia masih belum dapat memanfaatkan
peluang-peluang yang cukup besar di Singapura. Pemerintah Singapura
masih lebih mengutamakan tenaga kerja kasar (unskilled labor) dari
Malaysia, Bangladesh, China, India, yang notabene merupakan bagian dari
struktur penduduk Singapura. Upaya KBRI Singapura selama ini untuk

7
mendatangkan tenaga kerja terampil bekerja di Singapura telah mencapai
tahap realisasi dengan tibanya 14 (empat belas) tenaga perawat Indonesia di
Singapura pada November 2002 untuk bekerja di rumah sakit Gleneagles,
Mount Elizabeth serta East Shore.
Sementara para pekerja magang Indonesia di bidang hotel dan
restoran masih terus berjalan. Perkembangan jumlahnya tidak terlalu
fluktuatif dan pada tahun 2004 berjumlah sekitar 500 orang. Pendataan
mengenai jumlah pekerja magang Indonesia di Singapura belum dapat
dilakukan secara akurat mengingat tidak semua agen penyalurnya mau
melaporkan kedatangan para trainee tersebut, meskipun KBRI sudah
menghimbau mereka. Tidak adanya ketentuan bagi mereka untuk
melaporkan para trainee Indonesia menjadi salah satu kendala bagi
penyusunan statistik trainee yang tepat. Upaya-upaya lain yang telah
dijajaki antara lain adalah kemungkinan pekerja di sektor jasa kesehatan
(radiolog dan healthcare assistant), operator alat-alat berat di bidang
konstruksi, mekanik serta arsitek.

III. Hubungan Bilateral Dalam Bidang Fungsi Sosial & Budaya


1. Perbaikan Citra
Dalam upaya meningkatkan citra Indonesia di Singapura, KBRI
Singapura pada 2006 secara berkala telah melakukan pendekatan dan
penggalangan terhadap media massa, termasuk redaktur, wartawan dan
kalangan pers pada umumnya. KBRI Singapura senantiasa melakukan
pembinaan dan menjalin hubungan dengan media setempat secara
konsisten, baik melalui pertemuan formal maupun informal. Pembinaan
tersebut dimaksudkan untuk mengajak media Singapura untuk turut
membangun image positif mengenai Indonesia serta hubungan Indonesia
– Singapura sehingga tercipta pemahaman masyarakat yang obyektif.
Kepala Perwakilan RI juga senantiasa memenuhi undangan untuk
wawancara langsung, baik di TV, Radio dan media cetak mengenai
berbagai isu. KBRI Singapura beberapa kali juga telah memberikan

8
counter information terhadap berbagai pemberitaan mengenai Indonesia
yang tidak sesuai dengan kenyataannya.
Kebijakan KBRI Singapura dalam hal memperbaiki citra Indonesia
juga melibatkan masyarakat / pelajar Indonesia di Singapura untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Salah satunya adalah KBRI telah
membantu dalam upaya membentuk suatu wadah perhimpunan
mahasiswa Indonesia di Singapura yang selama ini sempat vakum. Suatu
payung organisasi mahasiswa tersebut berhasil didirikan pada Maret 2006
dengan nama Perhimpunan Pelajar Indonesia di Singapura (PPI
Singapura). Keterlibatan mahasiswa dan pemuda ataupun kelompok
masyarakat lainnya dalam upaya mempromosikan Indonesia telah banyak
dilakukan secara rutin pada berbagai kesempatan. Dalam hal ini, KBRI
Singapura telah menyiapkan segala fasilitas dan tempat latihan dan telah
dimanfaatkan secara berkala.
2. Seni & Budaya
Disamping itu juga dilakukan koordinasi sosial budaya dan kesenian
untuk memperkenalkan seni budaya Indonesia di Singapura dalam bentuk
misi kesenian dan studi banding dari Indonesia. Kegiatan ini dilakukan
melalui kerjasama dengan lembaga pendidikan, lembaga pariwisata,
organisasi masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya, baik yang ada di
Indonesia maupun di Singapura. Dengan memfasilitasi pembentukan
Indonesia Singapore Friendship Association (ISFA), KBRI Singapura
telah membantu upaya peningkatkan kerjasama people-to-people contact
di bidang sosial dan kebudayaan antara kedua negara.
3. Pendidikan
KBRI Singapura juga bertugas mengelola dan membina Sekolah
Indonesia Singapura (SIS) yang jumlah muridnya lebih kurang 140 orang
siswa, dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan tingkat Lanjutan
Atas. Kepala Sekolah dan sebagian para guru adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) Dep. Pendidikan Nasional namun sebagian guru adalah non-PNS.
Pembinaan yang dilakukan, tidak hanya terhadap Kepala Sekolah dan para
guru tetapi juga terhadap murid agar kegiatan belajar mengajar dapat

9
terlaksana secara baik dan benar. Disamping itu, pembinaan tersebut
dimaksudkan juga agar SIS dapat bersaing dan menjalin kerjasama
dengan sekolah-sekolah lokal sehingga perlu peningkatan kualitas
pendidikan serta pengajaran. KBRI Singapura juga telah mengesahkan
pembentukan Komite Sekolah yang bertugas sebagai forum para orang
tua untuk memantau dan sekaligus memberikan masukan bagi
peningkatan kegiatan SIS. Pada tahun pertengahan 2006, beberapa guru
PNS telah selesai masa tugasnya dan pengganti mereka telah tiba.
Dalam rangka pengembangan kerjasama di bidang pendidikan
antara Indonesia dengan Singapura, telah ditandatangani Memorandum of
Understanding (MoU) pada 24 Juni 2005, yang meliputi kerjasama
perguruan tinggi kedua negara (linkages antara National University of
Singapore – NUS, Nanyang Technological University – NTU, dan
Singapore Management University – SMU dengan beberapa universitas
terkemuka di Indonesia), program sekolah kembar (kegiatan bersama
seperti perkemahan, proyek dan pertukaran kunjungan), dan pelatihan
bagi para pengajar. Selain itu, di bidang pendidikan, KBRI Singapura juga
senantiasa memfasilitasi beberapa kunjungan sekolah dan perguruan
tinggi Indonesia ke Singapura untuk melakukan studi banding dan
kerjasama khususnya pelatihan dan pertukaran pelajar dan guru.
4. Pariwisata
Di bidang pariwisata dapat dikatakan bahwa wisatawan Singapura
merupakan yang terbanyak, yakni 1.066.461 (21,32%) dari 5 juta
wistawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2005.
Begitupun sebaliknya, pada tahun yang sama, jumlah wisatawan
Indonesia juga merupakan yang terbanyak, yakni 1.813.444 (20,27%) dari
total 8,9 juta wisatawan asing yang berkunjung ke Singapura. Berbagai
upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan
tersebut adalah kerjasama resiprokal pembebasan visa masuk Indonesia –
Singapura, kerjasama dengan maskapai Singapore Airlines untuk
mempromosikan Indonesia, pendirian kantor cabang Singapore Tourism
Board di Jakarta, pembentukan Tim Koordinasi Kerjasama Ekonomi Sub

10
Regional yang memiliki salah satu fungsi utama untuk meningkatkan
kerjasama dibidang pariwisata antara negara anggota ASEAN, dan upaya
KBRI Singapura bekerjasama dengan berbagai pihak guna mengundang
ketertarikan warga Singapura untuk berkunjung ke Singapura melalui
travel dialogue, misi kesenian dan road show.

IV. Hubungan Bilateral Dalam Bidang Pertahanan & Keamanan


1. Kerjasama Pertahanan
Kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Singapura sudah
berlangsung cukup lama dan berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dengan
adanya Komite/Badan kerja sama antar kedua Angkatan Bersenjata
meliputi bidang-bidang operasi, bidang pendidikan dan latihan dan bidang
logistik serta kelompok kerjasama yang dibentuk untuk menangani suatu
program/proyek yang sedang dilaksanakan oleh kedua Angkatan
Bersenjata.
2. Selat Malaka
Selat Malaka yang terletak diantara samudera India dan samudera
Pasifik merupakan salah satu jalur komunikasi dan transportasi laut yang
sangat vital, karena itu memegang peranan yang sangat penting dan
hampir 72% dari kapal tanker di dunia dan lebih dari 500 kapal berlayar
melewati selat ini setiap harinya. Karena posisinya yang sangat strategis,
maka hal ini dapat dijadikan peluang oleh beberapa kelompok untuk
memasukkan barang-barang secara illegal ke penjuru dunia dan juga
menimbulkan terjadinya perompakan laut yang sangat membahayakan
kehidupan manusia. Untuk itu, pengamanan Selat Malaka menjadi fokus
perhatian Negara pantai yang pada tanggal 20 Juli 2004 di Batam
diresmikan “Malsindo Trilateral Coordinated Patrol” yang merupakan
kegiatan patroli terkoordinasi tiga negara antara Malaysia-Singapura-
Indonesia. Peresmiannya saat itu dihadiri oleh Panglima TNI Jenderal
Endriartono Sutarto, Panglima Tentera Di Raja Malaysia General Tan Sri
Zahidi dan Chief of Defence Force Singapore LG Ng Yat Chung
didampingi oleh para Kepala Staf Angkatan Laut ketiga negara.

11
Pentingnya kerjasama baik secara regional maupun internasional
untuk menjaga keamanan dunia dari ancaman serta gangguan yang tidak
hanya datang dari para teroris tetapi juga ancaman keamanan negara
seperti penyelundupan manusia secara illegal, penjualan obat-obatan
terlarang, penjualan senjata api secara illegal, money laundering serta
perompakan laut. Kerjasama yang dilakukan berdasarkan keadilan, saling
menghormati, saling menguntungkan tanpa harus mengorbankan
kepentingan nasional masing-masing negara.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan
hubungan kerjasama antara ketiga negara khususnya kerjasama antara
TNI, ATM dan SAF serta dapat menciptakan kestabilan, kedamaian dan
kemakmuran diwilayah regional serta keamanan dunia. Tahap pertama
yang dilaksanakan adalah dengan terus menerus melakukan komunikasi
selama 24 jam antara ketiga Angkatan Laut masing-masing
negara terutama tentang lalu lintas laut yang melalui Selat Malaka
maupun Selat Singapura dan dilanjutkan dengan patroli udara tiga negara
(Eyes in the Sky / EiS).

12

Anda mungkin juga menyukai