Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah

persalinan. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun

secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti

keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi

dan psikologi karena proses persalinan (Flourisa. et al. 2016).

Masa nifas adalah periode minggu pertama setelah kelahiran. Walaupun

merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan,

nifas ditandai dengan banyak perubahan fisiologis. (Thiel de Bocanegra. et al.

2014).

World Health Organization menganjurkan untuk mengatur jarak kehamilan

minimal 24 bulan dari persalinan sebelumnya agar menurunkan risiko kematian

maupun kesakitan pada ibu dan anak serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak

juga untuk menjamin terpenuhinya nutrisi bagi ibu dan menjaga perkembangan

psikologis anak (World Health Organization, 2015).

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,

angka kematian Ibu di Indonesia menunjukkan 248 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain di

ASEAN seperti di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per

1
100.000 kelahiran hidup, dan Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,

2015).

Salah satu program untuk menurunkan Angka Kematian Ibu adalah

program Keluarga Berencana (KB). Program Keluarga Berencana berperan dalam

menurunkan angka kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan

usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan. Pelayanan KB Pasca Persalinan

merupakan salah satu program strategis untuk menurunkan kehamilan yang tidak

direncanakan. Tujuan pelayanan KB Pasca Persalinan adalah untuk mengatur

interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran, dan menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, Sehingga setiap keluarga dapat merencanakan

kehamilan yang aman, sehat dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Inti

Mujiati, 2013).

Namun dalam masa pasca melahirkan atau masa nifas tidak semua jenis

kontrasepsi bisa digunakan, perlu memperhatikan beberapa hal untuk dapat

menggunakan kontrasepsi seperti kondisi ibu saat melahirkan dan pemberian ASI

eksklusif pada bayi.

Tujuan penulisan refrat ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui

tentang kontrasepsi pasca persalinan agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam

menambah wawasan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi yaitu usaha pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding

rahim Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen. KB Pasca

Persalinan adalah penggunaan alat kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42

hari setelah melahirkan. Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan antara lain

termasuk kembalinya fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan

yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidak tersediaan kontrasepsi. KB

Pasca Keguguran adalah penggunaan kontrasepsi pasca keguguran (Flourisa

Juliaan S. dan Maria Anggraeni, 2015).

2. Korelasi KB Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain

di ASEAN seperti di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei

Darusalam 33 per 100.000 kelahiran hidup, dan Filipina 112 per 100.000 kelahiran

hidup (Depkes RI, 2015).

Penyebab kematian pada ibu di indonesia sangat beragam, penyebab

langsung kematian ibu diantaranya pendarahan, eklamsia, infeksi, partus lama dan

abortus. Sedangkan penyebab tidak langsung yang berperan cukup besar dalam

kematian ibu yakni ibu hamil dan melahirkan pada usia rawan lebih dari 35 tahun,

terlalu banyak melahirkan anak, terlalu dini atau terlalu rapat waktu melahirkan

3
anak, jadi penerapan kontrasepsi Pasca Persalinan sangat penting karena

kembalinya kesuburan pada ibu setelah melahirkan tidak dapat diketahui secara

pasti dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid.

Sehingga hubungan KB dengan angka kematian ibu yaitu dapat

menurunkan angka kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan

usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan. Oleh karena itu sangat penting untuk

menggunakan kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan Sehingga dengan

menggunakan kontrasepsi pasca persalinan dapat menurunkan angka mortalitas

pada ibu (Depkes RI 2015).

3. Keuntungan Kontrasepsi Pasca Persalinan

Pada kondisi ibu yang mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat

fisiologis penggunaan kontrasepsi pasca persalinan mempunyai manfaat dalam

mengatur waktu kehamilan dan memberikan jarak yang optimal untuk persalinan

selanjutnya. Dalam menurunkan risiko terhadap ibu dan bayi, WHO menyarankan

untuk mengatur jarak kehamilan minimal 24 bulan dari persalinan sebelumnya agar

dapat menurunkan risiko kematian maupun kesakitan ibu dan anak. Jarak

kehamilan 6 bulan atau kurang berkaitan dengan meningkatnya risiko kematian dan

kesakitan ibu sedangkan jarak kehamilan 18 bulan atau kurang meningkatkan risiko

kematian maupun kesakitan bayi, perinatal dan neonatal seperti berat badan lahir

rendah, intra uterine growth retardation dan persalinan preterm. (Inti Mujiati, 2013).

Komplikasi yang serius dan lebih dari setengah kematian ibu terjadi pada

masa pasca persalinan,. Penggunaan kontrasepsi pasca persalinan bisa

4
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan anak (Sitorus Friska M. dan

Siahaan Julia M. 2018).

4. Masa Nifas

Post partum (puerperium) adalah sesudah persalinan dan kelahiran bayi,

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pulih seperti semula.

Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak

perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidaknyamanan

pada awal post partum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis

bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik.

Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu pertama setelah kelahiran.

Lama periode nifas ini tidak pasti, antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa

yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan

banyak perubahan fisiologis.

Pada masa post partum ibu mengalami adanya perubahan-perubahan pada

tubuh terutama pada ibu yang meliputi di antara: sistem reproduksi yaitu adanya

pengerutan pada dinding rahim (involusi), lokea, perubahan serviks, vulva, vagina

dan perinium., dan pada sistem pencernaan, terdapat adanya pembatasan pada

asupan nutrisi dan cairan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit serta akan menimbulkan keterlambatan pemulihan fungsi tubuh

5
5. Metode Kontrasepsi Yang Boleh Digunakan Pasca Persalinan

Dalam melakukan kontrasepsi pasca persalinan, secara umum harus

memperhatikan apakah ibu ingin punya anak lagi atau tidak dan apakah ibu

menyusui setelah melahirkan, metode pemberian kontrasepsi pada ibu pasca

melahirkan dalah sebagai berikut:

Tabel II.1 Metode Pemakaian Kontrasepsi Pasca Melahirkan Untuk Ibu


Menyusui

Tabel II.2 Metode Pemakaian Kontrasepsi Pasca Melahirkan Untuk Ibu


Tidak Menyusui

5.1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/IUD

a. Definisi:

6
IUD (Intra Uterine Device) adalah atau Alat Kontrasepsi Dalam

Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel

dipasang dalam rahim. yang teknik pemasangan di insersikan ke dalam

rongga rahim, yang diberi benang pada ujungnya yang berguna untuk

pemeriksaan atau kontrol (Yuhedi dan Kurniawati, 2013).

7
Gambar II. 1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

b. Cara Kerja:

Intra uterine devices (IUD) merupakan benda asing yang dimasukkan

ke dalam rahim. Menyebabkan Timbulnya reaksi radang lokal yang non

spesifik di dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi

terganggu. Di samping itu, dengan munculnya leukosit PMN, makrofag,

foreign body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang dapat

mengakibatkan lisis dari spermatozoa atau ovum dan blastokista. Selain itu

IUD juga menimbulkan Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang

menyebabkan terhambatnya implantasi. Pada IUD yang mengandung logam

misalnya tembaga, ion yang dilepaskan oleh logam akan menganggu gerakan

spermatozoa dan mengurangi kemampuan melakukan konsepsi.

c. Keuntungan

1) Efektivitas tinggi

2) Efektif segera setelah pemasangan

3) Metode jangka panjang

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Tidak ada efek samping hormonal

6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8
7) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

d. Keterbatasan

1) Tidak mencegah infeksi menular seksual

2) Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis

3) Tidak dapat melepas akdr sendiri

4) Kemungkinan akdr keluar dari uterus tanpa diketahui

5) Harus memeriksa posisi benang akdr rutin

e. Efek Samping

1) Siklus haid berubah

2) Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak

3) Sakit pada saat haid

4) Perforasi dinding uterus (sangat jarang, apabila pemasangannya benar)

f. Jenis Pemasangan IUD

IUD merupakan pilihan kontrasepsi yang tepat digunakan pada masa

pasca persalinan tanpa melihat status menyusui ibu karena tidak

mempengaruhi kadar hormonal

1) Pemasangan Post Plasenta

Pemasangan IUD dalam 10 menit setelah lahirnya plasenta pada

persalinan pervaginam. Pemasangan bisa dilakukan dengan

menggunakan ringed forceps atau secara manual. Pada saat ini serviks

masih berdilatasi sehingga memungkinkan untuk penggunaan tangan

atau forsep.

2) Pemasangan Segera Pasca Persalinan

9
Pemasangan IUD pada masa ini dilakukan setelah periode post

plasenta sampai 48 jam pasca persalinan. Teknik pemasangan IUD pada

saat ini masih bisa dengan menggunakan ringed forsep, karena serviks

masih berdilatasi. Penggunaan inserter IUD interval sebaiknya tidak

digunakan, karena kemungkinan terjadinya perforasi yang lebih tinggi.

3) Pemasangan IUD Transcesaria

Pemasangan IUD pada transcesaria dilakukan sebelum

penjahitan insisi uterus. Pemasangan dilakukan dengan meletakkan IUD

pada fundus uteri secara manual atau dengan menggunakan alat. Tidak

di anjurkan Pemasangan IUD setelah 48 jam sampai 4 minggu pasca

persalinan karena angka kejadian ekspulsi lebih tinggi dibandingkan

dengan pemasangan segera pasca persalinan

5.2. Implan Progestin

Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin

yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri. Pemasangan

kontrasepsi ini bisa dilakukan segera pasca persalinan baik pada ibu yang

menyusui atau tidak menyusui anaknya.

a. Jenis

1) Implanon dan Nexplanon, terdiri dari 1 batang dengan panjang kira-kira

40 mm, diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg Etonogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun

2) Jadelle dan Indoplan, terdiri dari 2 batang berisi 75mg Levonorgestrel

dengan lama kerjanya 3 tahun

10
3) Sino-implant, terdiri dari 2 batang berisi, setiap batang mengandung

75mg Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

b. Cara Kerja

kontrasepsi Implant progestin dapat menjadikan lendir serviks kental

untuk penetrasi sperma setra mengganggu siklus haid, serta pelepasan sel

telur dan pencegahan ovulasi yang disebabkan gangguan pada sekresi

hormone LH oleh kelenjar hipofisis

c. Keuntungan

Keuntungan Kontrasepsi

1) Sangat efektif (kegagalan 0,2 -1,0 kehamilan per 100 perempua

2) Daya guna tinggi

3) Perlindungan jangka panjang (sampai 3 tahun)

4) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

5) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

6) Bebas dari pengaruh estrogen

7) Tidak menggangu hubungan seksual

8) Tidak mengganggu ASI

Non kontrasepsi

1) Mengurangi nyeri haid

2) Mengurangi jumlah darah haid

3) Mengurang/memperbaiki anemia

4) Melindungi terjadinya kanker endometrium

d. Keterbatasan:

11
1) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan

pencabutan

2) Tidak mencegah IMS

3) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi, akan

tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan

4) Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberkulosis atau obat

eplepsi

5) Tejadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi

e. Efek samping:

1) Sakit kepala, nyeri payudara

2) Amenorhea

3) Perasaan mual

4) Perdarahan bercak ringan

5) Infeksi pada daerah insisi

6) Penambahan berat badan

5.3. Kontrasepsi Mantap (Metode Operasi Wanita/MOW)

a. Definisi

Metode kontrasepsi mantap bagi seorang wanita bila tidak ingin

hamil lagi dengan mengikat atau memotong dan bisa juga memasang cincin

disaluran tuba, sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

Kontrasepsi ini dapat dilakukan setelah melahirkan sampai 48 jam atau

dalam 6 minggu setelah melahirkan.

b. Keuntungan

12
Kontrasepsi

1) Efektivitas tinggi

2) Tidak mengganggu proses menyusui

3) Tidak tergantung pada faktor senggama

4) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang

5) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Non Kontasepsi

1) Berkurangnya resiko kanker ovarium

c. Keterbatasan

1) Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi

2) Rasa sakit/tidak nyaman dalam jangka waktu pendek

3) Tidak melindungi diri dari IMS, Hepatitis, dan HIV/Aids

d. Efek samping

1) Rasa sakit/tidak nyaman dalam jangka waktu pendek setelah tindakan

2) Resiko komplikasi kecil

5.4. Kontrasepsi Pil Progestin

a. Definisi

Pil progestin merupakan pil yang mengandung progestin dengan dosis

yang sangat rendah seperti dosis hormon progesteron alami dalam tubuh

wanita. Pil ini tidak mengandung estrogen sehingga dapat digunakan dalam

kondisi menyusui sehingga dapat digunakan segera setelah melahirkan baik

pada ibu yang menyusui anaknya maupun tidak menyusui.

b. Keuntungan

13
1) Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5

kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama)

2) Tidak diperlukan pemeriksaan panggul

3) Tidak mempengaruhi ASI

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan

6) Mudah digunakan dan nyaman

7) Efek samping kecil

c. Keterbatasan

1) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama. Bila lupa satu pil

saja, kegagalan menjadi lebih besa

2) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi risiko ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan minipil

3) Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat

tuberkulosis atau obat epilepsi

d. Cara Kerja

kontrasepsi Implant progestin dapat menjadikan lendir serviks kental

untuk penetrasi sperma setra mengganggu siklus haid, serta pelepasan sel

telur dan pencegahan ovulasi yang disebabkan gangguan pada sekresi

hormone LH oleh kelenjar hipofisis

e. Efek samping

1) Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting,

amenorhea)

2) Peningkatan/penurunan berat badan

14
3) Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala dermatitis atau jerawat

4) Hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka) tetapi sangat

jarang terjadi

5.5. Kondom

a. Definisi

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai

bahan, diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi

hewani) sebagai salah satu metode kontrasepsi atau alat untuk mencegah

kehamilan dan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.

Kondom dapat digunakan kapanpun saat berhungunan seksual.

Gambar II.2. Alat Kontrasepsi Kondom

b. Cara Kerja

Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis

sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi

perempuan.

c. Keuntungan

15
Kontrasepsi:

1) Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar

2) Tidak menggangu produksi ASI

3) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

4) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

5) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya

harus ditunda

Non Kontrasepsi:

1) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi

bahan karsinogen eksogen pada serviks)

2) Mencegah penularan microorganisme (IMS termasuk HBV dan

HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain.

3) Mencegah ejakulasi dini

4) Mencegah imuno infertilitas

d. Keterbatasan

1) Efektivitas tidak terlalu tinggi

2) Cara penggunaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kontrasepsi

3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)

4) Bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi

5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.

2.5.6 Metode Amenore Laktasi (MAL)

16
a. Definisi

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan

ataupun minuman apapun lainnya.

b. Syarat

Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila

pemberian lebih dari 8 kali sehari

c. Cara kerja

Penundaan/penekanan pada ovulasi masa laktasi/menyusui, hormon

yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui,

maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotropin melepas hormon

inhibitor. Hormon penghambat dapat mengurangi kadar esterogen, sehingga

ovulasi tidak terjadi.

d. Keuntungan

1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca melahirkan)

2) Tidak mengganggu senggama

3) Tidak ada efek samping secara sistematik

4) Tidak perlu pengawasan medis

5) Tidak perlu alat atau obat

6) Tanpa biaya

e. Keterbatasan

1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera menyusui

dalam 30 menit pasca melahirkan.

17
2) Efektivitasnya tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6

bulan.

3) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

7. Diafragma

a. Definisi

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari karet

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan

menutupi serviks. Cara kerjanya yaitu menekan sperma agar tidak

mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas.

Penggunaan kontrasepsi ini biasanya dipakai 6 minggu pasca melahirkan

agar tidak menggganggu penyembuhan luka bekas persalinan.

b. Keuntungan

1) Tidak mengganggu reproduksi ASI

2) Tidak mengganggu kesehatan pengguna

3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6

jam sebelumnya

c. Kerugian

1) Pemasangannya membutuhkan keterampilan

2) Untuk pemakaian¸ perlu instruksi dan cara pemasangan oleh tenaga

klinik yang terlatih

3) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra

d. Keterbatasan

1) Keberhasilan bergantung pada kepatuhan penggunaan

18
2) Pada beberapa penggunaan menyebabkan infeksi saluran uretra

8. Injeksi Progestin

a. Definisi

Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan tidak

mengandung hormone esterogen. Injeksi progestin dapat diberikan 6

minggu setelah persalinan pada ibu yang menyusui anaknya dan dapat

diberikan segera setelah melahirkan pada ibu yang tidak menyusui anaknya.

terdapat 2 jenis kontrasepsi injeksi yang hanya mengandung progestin yaitu:

1) Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA, yang

diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular di daerah

bokong

2) Depo noretisteron enanatat mengandung 200 mg noretindron enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular

b. Keuntungan:

1) Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun

pertama).

2) Pencegahan kehamilan jangka panjang

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

5) Tidak mempengaruhi ASI

6) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

c. Keterbatasan:

19
1) Pasien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus

kembali sesuai jadwal suntikan)

2) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut

3) Tidak mencegah IMS

d. Efek Samping:

1) Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau memanjang,

perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan bercak spotting,

2) Tidak haid sama sekali

3) Peningkatan berat badan

4) Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada penggunaan

jangka panjang

5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat.

9. Kontrasepsi Hormon Kombinasi

a. Definisi

Metode kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon

mengandung hormon estrogen dan progesteron, sehingga baru boleh

diberikan setelah 6 bulan setelah melahirkan untuk ibu yang menyusui

anaknya dan 3 minggu untuk ibu yang tidak menyusui anaknya.

Untuk ibu yang mempunyai penyakit jantung tidak di anjurkan

untuk menggunakan KB hormonal karena penggunaan pil KB yang

mengandung kadar estrogen sintesis akan meningkatkan kadar lemak dalam

20
darah yang akan berujung dengan terbentuknya plak atau arterosklerosis

pada pembuluh darah. Keadaan ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot

jantung menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja

jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah

kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung

berkurang (Hermawatirisa, 2014).

Pemakaian kontrasepsi suntik kombinasi untuk ibu yang menderita

penyakit diabetes mellitus akan menyebabkan meningkatnya kadar glukosa

darah dimana kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan

progesteron. Namun hormon yang paling berpengaruh adalah hormon

estrogen dimana hormon tersebut menghasilkan kadar glukosa darah dan

menekan (supresi) respon insulin terhadap peningkatan tersebut, sehingga

kerja kontrasepsi suntik berlawanan dengan kerja insulin, hal ini

menyebabkan kerja pankreas semakin berat dan tidak dapat bekerja secara

optimal untuk memproduksi insulin sehingga menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah (Rahayu, Sundari, & Widiyani, 2015).

b. Cara Kerja

1) Mencegah Ovulasi

2) Mencegah Implantasi

3) Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma

4) Pergerakan tuba terganggu sehingga trasportasi telur akan tergannggu

c. Jenis Kontrasepsi Hormonal Kombinasi

a) Kontrasepsi Pil

Jenis:

21
1) Monofasik: Kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dalam dosis yang sama dan 7 tablet tanpa

hormon aktif

2) Bifasik: Kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet

tanpa hormon aktif

3) Trifasik: kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif

estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet

tanpa hormon aktif

Keuntungan:

1) Efektivitas yang tinggi

2) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

3) Tidak mengganggu hubungan seksual

4) Mudah dihentikan setiap saat

5) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan

6) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat

7) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga monopause

Keterbatasan:

1) Membosankan karena harus digunakan setiap hari

2) Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui

3) Tidak mencegah IMS

Efek Samping:

1) Mual terutama pada 3 bulan pertama

2) Perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama

22
3) Sakit kepala

4) Nyeri payudara

5) Berat badan naik

6) Dapat menimbulan depresi atau perubahan suasana hati

7) Meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan

b) Injeksi/Suntik

Jenis:

1) 25mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5mg Estradiol

Sipionat yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali

2) 50mg Noretindron enantat dan 5mg Estradiol Valerat yang

diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali

Keuntungan:

Keuntungan kontrasepsi

1) Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama

tahun pertama penggunaan)

2) Resiko terhadap kesehatan kecil

3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

4) Tidak diperlukan melakukan pemeriksaan dalam

5) Efek samping sangat kecil

Keuntungan non kontrasepsi

1) Mengurangi jumlah pendarahan

2) Mengurangi nyeri saat haid

3) Mencegah anemia

23
4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker

endometrium

5) Mencegah kehamilan ektopik

Kerugian:

1) Pola haid tidak teratur, pendarahan bercak sampai 10 hari

2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan

3) Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan. Harus kembali ke

dokter setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan

4) Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat

epilepsi atau obat tuberculosis

5) Dapat terjadi efek samping yang sangat serius seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru-paru atau otak, dan bisa

terjadi tumor hati.

6) Penambahan berat badan

7) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah

penghentian pemakaian

Keterbatasan:

1) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

2) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenore

3) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

4) Diabetes Melitus disertai komplikasi

Efek Samping

1) Pola haid tidak teratur, pendarahan bercak sampai 10 hari

24
2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti ini

akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga

3) Dapat terjadi efek samping yang sangat serius seperti serangan

jantung, stroke, bekuan darah pada paru-paru atau otak, dan bisa

terjadi tumor hati.

4) Penambahan berat badan

25
BAB III
KESIMPULAN

Masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah

persalinan. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun

secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan Proses ini dimulai setelah

selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti

keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi

dan psikologi karena proses persalinan.

Tidak semua jenis kontrasepsi dapat digunakan pada masa pasca persalinan

atau pada masa nifas, dalam menentukan jenis kontrasepsi yang akan digunakan

pada masa nifas perlu memperhatikan beberapa hal seperti apakah ibu ingin punya

anak lagi dan apakah ibu menyusui atau tidak.

Metode kontrasepsi yang dapat digunakan pada saat pasca persalinan adalah

sebagai berikut:

1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD

2. Implan Progestin

3. Kontrasepsi Mantap/Metode Operasi Wanita

4. Pil Progestin

5. Kondom

6. Diafragma

7. MAL (Metode Amenore Laktasi)

Pilihan yang paling disarankan untuk kontrasepsi pasca persalinan adalah

IUD, karena pemakaian kontrasepsi IUD (AKDR) bisa di gunakan pada ibu yang

menyusui anaknya dan tidak menyusui anaknya. Serta dengan keuntungan yang di

26
dapat dari penggunaan IUD antara lain: efektifitasnya yang tinggi, metode

pemakaian jangka panjang lalu tidak ada efek samping hormonal, Tidak

mempengaruhi volume produksi ASI dan dapat digunakan sampai menopause, 1

tahun atau lebih setelah haid terakhir (Pinem, 2009).

27
Daftar Pustaka

Abrar J, Ariadi, Roza K. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemilihan

Kontrasepsi di Puskesmas Padang Pasir Padang. 2016. Jurnal Kesehatan

Andalas. 2016;5(1).

Agustina dan Nawati. 2017. Determinan Perilaku Penggunaan Kontrasepsi Pasca

Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka Kota Bogor. Jurnal

Kesehatan. Volume VIII, Nomor 2, Agustus 2017, Hlm 170-177.

Flourisa Juliaan S. dan Maria Anggraeni. 2015. Penggunaan Kontrasepsi Pada

Wanita Pasca Melahirkan Dan Pasca Keguguran, Sdki 2012. Jurnal

Review.

Hermawati, Risa, Asri Candra Dewi. (2014). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:

FMedia.

Inti Mujiati, 2013, Situasi KB di Indonesia, Buletin, Data dan Informasi Kesehatan,

Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca

Persalinan di Fasilitas Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Oesman Hadriah. 2017. Pola Pemakaian Kontrasepsi Dan Pemanfaatan Kartu

Badan Penyelengara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Dalam Pelayanan

Keluarga Berencana di Indonesia. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 8(1),

2017: 15-29

Pinem, S., (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans Info

Media.

28
Rahayu, S., Sundari, S., & Widiyani, E. 2015. Hubungan Lama Pemakaian

Kontrasepsi Suntik Kombinasi Dengan Kadar Glukosa Darah DI BPM “E”

Kecamatan Purwosari, Pasuruan. The Southeast Asian Journal of

Midwifery Vol. 1, No.1,, 10-15.

Sitorus Friska M. dan Siahaan Julia M. 2018. Pelayanan Keluarga Berencana Pasca

Persalinan Dalam Upaya Mendukung Percepatan Penurunan Angka

Kematian Ibu. Midwifery Journal. Vol. 3 No. 2 Juli 2018, Hal. 114-119.

Thiel de Bocanegra H, Chang R, Howell M, et al. 2014. Interpregnancy intervals:

impact of postpartum contraceptive effectiveness and coverage. Am J

Obstet Gynecol. 2014;210:31.1-8.

Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.

Jakarta: EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai