Kelompok P3:
Agmira Cahya Rahimasari 175040100111004
Dessy Saidah 175040100111099
Trias Indah Kusumaningrum 175040100111140
Dzahaby Razan 175040100111151
Hafilda Sabila 175040101111116
Nisa Hutasoit 175040101111140
Faishal Hafizh 175040107111007
Yanuar Wahyu Cristian 175040107111038
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi pengertian daya dukung lahan (Moniaga, 2011). Analisis daya dukung
lahan pertanian perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan lahan sebagai
menyediakan pangan bagi pemenuhan kebutuhan penduduk di suatu daerah dan
waktu tertentu, sehingga dilakukannya kunjungan lapang ke Desa Mulyoagung
untuk mengetahui daya dukung lahan yang ada di desa tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui daya dukung terutama pada lahan persawahan yang ada di Desa
Mulyoagung
2. Meningkatkan pemahaman mengenai aspek daya dukung
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Padi
2.3.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman Padi adalah sejenis tumbuhan yang sangat mudah ditemukan, di
Indonesia padi merupakan sumber makanan pokok, yang termasuk kedalam genus
Oryza Sativa yang meliputi kurang lebih 25 spesies, yang tersebar di daerah tropis
dan sub tropis, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut BPTP
(2009) Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor
pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan
curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun.
2.3.2. Teknik Budidaya
Menurut BPTP (2009) terdapat beberapa teknik budidaya yang perlu
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu:
a.Varietas Unggul
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan
kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk
memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia berbagai varietas
unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai
produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contohnya
varietas unggul baru yang dapat dikembangkan di Provinsi Aceh antara lain
varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang, Cigeulis, Ciliwung, Cibogo,
dan Bondoyudo.
b. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat.
Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
Merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator
telur. Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai
terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke
dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.
Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur
dalam 1 It air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 It air),
masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2
5
dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong
(legowo 4 : 1).
Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik
20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau
25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam
pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10
cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.
f. Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air
dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan
kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida
apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma secara manual dengan
menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan
pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan
apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan
pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian
dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak
menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian
hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan
kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih
tepat.
7
BAB III
METODOLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berikut merupakan hasil wawancara fieldtrip mandiri di Desa
Mulyoagung, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada lahan sawah
milik Bapak Sarwi :
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah
Desa Mulyoagung adalah merupakan salah satu dari 10 Desa yang ada di
Kecamatan Dau dan berbatasan dengan Kota Malang, Kabupaten Malang dan
Kota Batu.
4.1.2 Hasil
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 bertempat di
desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Petani yang
diwawancarai adalah bapak Sarwi. Lahan yang dimiliki oleh Bapak Sarwi
memiliki luas sebesar 2500 m2 . Bapak Sarwi menggunakan lahan yang dimiliki
dengan cara dibudidaya dengan tanaman padi. Sistem pengairan yang digunakan
adalah irigasi teknis dengan sumber air sungai yang asalnya dari aliran Dam
Kadut. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan adalah Sungai dan
pepohonan jeruk, pohon akasia dan sebagainya.
Berikut merupakan uraian tentang sistem tanam monokultur Padi yang
digunakan :
Bibit yang digunakan berasal dari subsidi pemerintah
Bibit padi yang diberikan biasanya berasal dari varietas Cibogo, Ciherang
dan Hibrida.
Berikut ini merupakan spesifikasi dari masing- masing varietas padi
Cibogo dan Ciherang yang disebutkan diatas menurut Balitbang Pertanian (2019)
:
a) Bibit Cibogo
Komoditas: Padi Sawah Irigasi
Tahun: 2003
Kisaran Hasil: 7 s/d 8,1 ton/ha gabah kering giling
Rasa Nasi: Pulen
Umur: 115 s/d 125 hari
9
b) Bibit Ciherang
Komoditas: Padi Sawah Irigasi
Tahun: 2000
Anakan Produktif: 14-17 batang
Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian
Anjuran:
di bawah 500 m dpl
IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1-
Asal Persilangan:
///IR64/////IR64
Bentuk Gabah: Panjang ramping
Bobot: 1000 butir = 27-28 gr
Dilepas Tahun: 2000
Golongan: Cere
Hasil: 5 -8,5 t/ha
10
dukung lahan juga menjelaskan hubungan antara luas lahan dan jumlah penduduk,
nilai daya dukung lahan diperoleh dari pembagian luas panen tanaman pangan per
kapita, tanaman pangan yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman padi
dengan luas lahan untuk swasembada pangan.
Tanaman padi yang dibudidayakan oleh Bapak Sarwi hasil panennya
belum mencapai hasil yang maksimal,hal ini dikarenakan Bapak Sarwi tidak
menggunakan rotasi tanaman dalam penanamannya. Penggunaan rotasi tanaman
akan dapat meningkatkan produksi tanaman, hal tersebut menurut Thirdyawati., et
al (2013) dengan menggunakan rotasi tanaman dapat memperbaiki kandungan
unsur hara serta dapat menurunkan patogen penyebab penyakit dan meningkatkan
jumlah mikroba yang ada dalam tanah sehingga dapat menyuburkan tanah. Selain
itu Bapak Sarwi juga menjeaskan dulunya pernah menggunakan rotasi tanaman,
yaitu Pak Coy dan Bawang, namun tidak terus berlangsung karena modal yang
dibutuhkan justru lebih banyak dibandingkan padi.
Sistem pertanian yang dilakukan Bapak Sarwi saat ini terdapat sistem
yaitu pertanian konvensional. Mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem
pertanian secara konvensional pada beberapa komoditas tanaman pangan,
perkebunan dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mungara dkk, (2013)
bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang dilakukan oleh
sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini dengan menggunakan jarak tanam
20cmx 20cm.
Varietas tanaman padi yang dilakukan oleh Bapak Sarwi adalah
tergantung pemerintah karna asal benih warga sekitar adalah dari pemerintah,
misalnya yaitu benih hibrida, ciherang, dan cibogo. Peningkatan hasil produski
padi sangat dipengaruhi oleh varietas benih yang digunakan. Aplikasi pupuk juga
sangat mempngaruhi hasil produksi padi, dimana Bapak Sarwi menggunakan
pupuk Phonska dan Urea. Hasil panen yang tinggi dapat dicapai apabila aplikasi
pupuk NPK dikombinasikan dengan bahan atau pupuk organik (Sulaeman et al.,
2017). Bapak Sarwi juga mengandalkan kotoran ternak yaitu ternak sapi untuk
memproduksi pupuk kandang yang akan diaplikasikan pada lahan sawah miliknya
yang dilakukan hanya pada 1 minggu sebelum tanam. Urea, Phonska merupakan
beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal
12
yang paling penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat
jenis, dosis, tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Pengairan dilakukan dengan menggunakan irigasi yaitu memanfaatkan
Sungai Dam Kadut. Sistem pengairan pada tanaman padi lahan sawah dilakukan
secara intensif secara teratur dengan air yang digunakan harus dijaga kualitas
airnya. Pemanfaatan musim kemarau dengan menanam padi sesuai dengan syarat
tumbuh padi yang membutuhkan sinar matahari yang lebih banyak juga dibarengi
dengan memanfaatkan irigasi Sungai Dam Kadut. Pada lahan Bapak Sarwi
terdapat hama yaitu tikus dan burung. Penanggulangan terhadap hama tanaman
dilakukan dengan menggunakan umpan pengobatan atau jaring ketika hama
meyerang tanaman.
13
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, R. D., & Harini, R. 2012. Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian
di Kawasan Pertanian (Kasus Kecamatan Minggir dan Moyudan). Jurnal
Bumi Indonesia, 1(3).
Asda Rauf, Amelias Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Legowo Usahatani Padi
Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di
Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Vol.2 No.2
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Bekerjasama dengan
BPTP NAD. 2009. Budidaya Tanaman Padi. Nangroe Aceh Darussalam.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD.
Charina, A. Kusumo, R. A. B. Sadeli, A. H. Deliana, Y. 2018. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Petani Dalam Menerapkan Standar Operasional
Prosedur (Sop) Sistem Pertanian Organik Di Kabupaten Bandung Barat.
Jurnal Penyuluhan. 14 (1): 68-76.
Dardak, H. 2005. Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang sebagai
Upaya Perwujudan Ruang Hidup yang Nyaman, Produktif, dan
Berkelanjutan. Makalah Seminar Nasional “Save Our Land for Better
Environment”. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 10
Desember 2005.
Kemeterian pertanian. 2015. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PERTANIAN Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Diakses pada 27 Oktober 2019 di
http://www1.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf
Lusianti, H. 2014. Studi Korelasi Pengetahuan Dengan Sikap Petani Terhadap
Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas Jawatengah. Purwokerto. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Moniaga, V. R. . (2011). Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. Jurnal Agri
SosioEkonomie, 7(2), 61–68.
15
LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI
Wawancara Petani
17
LAMPIRAN 2
KUISIONER
b.Pupuk N (kgha-1)
b. Pupuk N (kgha-1)
b. c. Pupuk P (ha-1)
d. Pupuk K (kgha-1)
Jenis:
a. Tadah hujan b. Irigasi teknis c. Campuran
Sumber irigasi : ………………………………
Kualitas air (kejernihan, debit): ………………………………..
6. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan: ……………….
20
7. Integrasi tanaman-ternak
Jenis ternak : ………………………………………….
Jumlah ternak : ………………………………………….
Dampak positif : ………………………………………….
Dampak negatif : ………………………………………….
8. Isilah tabel di bawah ini dengan mengisi nama tanaman dan produktivitas di
periode waktu dalam satu tahun untuk mengetahui pola tanam dalam satu tahun
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12