Anda di halaman 1dari 23

i

TUGAS PRAKTIKUM PERTANIAN BERLANJUT


ASPEK BUDIDAYA TANAMAN
“Aspek Daya Dukung Lahan Sawah”

Kelompok P3:
Agmira Cahya Rahimasari 175040100111004
Dessy Saidah 175040100111099
Trias Indah Kusumaningrum 175040100111140
Dzahaby Razan 175040100111151
Hafilda Sabila 175040101111116
Nisa Hutasoit 175040101111140
Faishal Hafizh 175040107111007
Yanuar Wahyu Cristian 175040107111038

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
2.1 Pertanian Berlanjut .................................................................................................. 3
2.2 Daya Dukung Lahan .................................................................................................. 3
2.3 Padi ........................................................................................................................... 4
2.3.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi .......................................................................... 4
2.3.2. Teknik Budidaya ............................................................................................... 4
BAB III .................................................................................................................................. 7
METODOLOGI...................................................................................................................... 7
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................................. 7
3.2 Metode ..................................................................................................................... 7
3.2.1 Pengumpulan Data ............................................................................................. 7
3.2.2 Metode Analisis Data ......................................................................................... 7
BAB IV.................................................................................................................................. 8
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................... 8
4.1 Hasil .......................................................................................................................... 8
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah ................................................................................ 8
4.1.2 Hasil ................................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 10
BAB V................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sektor pertanian masih menjadi sektor penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan dalam
kontribusi sektor pertanian dalam penyedia bahan pangan dan bahan baku
industri, penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja,
sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan
bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca
(Kementrian Pertanian, 2015).
Salah satu unsur penting dalam memproduksi pangan adalah ketersediaan
lahan karena lahan merupakan faktor produksi utama untuk memproduksi pangan.
Lahan merupakan sumber daya ekonomi yang ketersediaannya relatif tetap, tetapi
kebutuhannya terus meningkat akibat kebutuhan pembangunan. Di samping itu,
lahan juga memiliki karakteristik yang spesifik (topografi, kemiringan, tekstur
tanah, kandungan kimia, dsb.) sehingga kesesuaian pemanfaatannya akan sangat
tergantung pada kebutuhan kegiatan ekonomi yang dikembangkan. Oleh karena
itu, pemanfaatan lahan perlu diarahkan pada kegiatan yang paling sesuai dengan
sifat fisiknya serta dikelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang
terus berkembang (Dardak, 2005 dalam Irawan dan Ening, 2014).
Penggunaan lahan pertanian di Indonesia yang paling dominan adalah
lahan persawahan. Hasil produksi sawah berupa padi merupakan bahan pangan
pokok yang di konsumsi di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya penduduk di Indonesia, kebutuhan akan beras semakin meningkat
namun luasan lahan yang digunakan sebagai produksi semakin menurun akibat
dari aktifitas pembangunan seperti pemukiman, perkantoran, dll. Akibatnya
kemampuan lahan pertanian untuk memenuhi kebutukan pangan bagi penduduk
semakin berkurang
Kemampuan lahan adalah mutu lahan yang dinilai secara menyeluruh
dengan pengertian merupakan suatu pengenal majemuk lahan dan nilai
kemampuan lahan berbeda untuk penggunaan yang berbeda. Dalam kaitannya
dalam pemenuhan kebutuhan manusia, maka kemampuan lahan terjabarkan
2

menjadi pengertian daya dukung lahan (Moniaga, 2011). Analisis daya dukung
lahan pertanian perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan lahan sebagai
menyediakan pangan bagi pemenuhan kebutuhan penduduk di suatu daerah dan
waktu tertentu, sehingga dilakukannya kunjungan lapang ke Desa Mulyoagung
untuk mengetahui daya dukung lahan yang ada di desa tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui daya dukung terutama pada lahan persawahan yang ada di Desa
Mulyoagung
2. Meningkatkan pemahaman mengenai aspek daya dukung
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertanian Berlanjut


Pertanian berlanjut adalah suatu praktik pertanian yang menuntut petani
untuk melakukan usahatani dengan memperhatikan aspek lingkungannya (Charina
et al, 2018). Sedangkan menurut FAO dalam Lusianti (2014) pertanian berlanjut
merupakan suatu pengelolaan sumber daya alam yang berorientasi pada
perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan untuk menjamin
pemenuhan dan pemuasan kebutuhan secara berkelanjutan bagi generasi sekarang
dan mendatang. Jadi dapat disimpulkan bahwa pertanian berlanjut merupakan
pertanian yang dilakukan secara berkelanjutan tanpa merusak lingkungan.
2.2 Daya Dukung Lahan
Daya dukung erat kaitannya dengan keseimbangan ketersediaan (supply)
dan kebutuhan atau permintaan (demand). Suplai umumnya terbatas, sedangkan
demand tidak terbatas (Muta'ali, 2015). Ruggiero, Verdiani dan Sasso (2012)
memandang suplai sebagai kapasitas, sedangkan kebutuhan sebagai tekanan.
Lebih lanjut, daya dukung lingkungan dinilai sebagai perbandingan antara tekanan
lingkungan dari aktivitas manusia dan kapasitas lingkungan itu sendiri. Degradasi
lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia terjadi akibat pemanfaatan
lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan lingkungan.
Sementara itu menurut Moniaga (2011) daya dukung lahan yang dimaksud
adalah kemampuan lahan pada suatu satuan lahan untuk mendukung kebutuhan-
kebutuhan manusia dalam bentuk penggunaan lahan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia terutama bahan makanan. Arini & Harini (2012)
menyatakan penurunan daya dukung lahan juga dipengaruhi oleh jumlah
penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase
jumlah petani dan luas lahan untuk hidup layak. Untuk menunjang kehidupannya,
manusia tidak hanya membutuhkan lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian
tetapi juga membutuhkan lahan untuk dijadikan permukiman dan aktivitas sosial
ekonomi yang lain. Semakin tinggi jumlah penduduk akan menyebabkan
kebutuhan lahan untuk permukiman juga semakin tinggi, hal ini akan
menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lahan.
4

2.3 Padi
2.3.1. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman Padi adalah sejenis tumbuhan yang sangat mudah ditemukan, di
Indonesia padi merupakan sumber makanan pokok, yang termasuk kedalam genus
Oryza Sativa yang meliputi kurang lebih 25 spesies, yang tersebar di daerah tropis
dan sub tropis, seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut BPTP
(2009) Pada lahan basah (sawah irigasi), curah hujan bukan merupakan faktor
pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan kering tanaman padi membutuhkan
curah hujan yang optimum >1.600 mm/tahun.
2.3.2. Teknik Budidaya
Menurut BPTP (2009) terdapat beberapa teknik budidaya yang perlu
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, yaitu:
a.Varietas Unggul
Gunakan VUB (varietas unggul baru) yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang baik, hasil tinggi dan
kualitas baik serta rasa nasi diterima pasar. Tanam VUB secara bergantian untuk
memutus siklus hidup hama dan penyakit. Saat ini telah tersedia berbagai varietas
unggul yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi wilayah, mempunyai
produktivitas tinggi, dan sesuai permintaan konsumen. Sebagai Contohnya
varietas unggul baru yang dapat dikembangkan di Provinsi Aceh antara lain
varietas Mekongga, Mira 1, Batang Gadis, Ciherang, Cigeulis, Ciliwung, Cibogo,
dan Bondoyudo.
b. Benih Bermutu
Benih bermutu adalah benih dengan vigor tinggi dan bersertifikat.
Pemilihan benih bermutu dilakukan dengan cara:
 Merendam benih dalam larutan garam dengan menggunakan indikator
telur. Telur diletakkan didasar air dan masukkan garam sampai telur mulai
terangkat kepermukaan, kemudian telur diambil dan benih dimasukkan ke
dalam air garam, selanjutnya benih yang mengambang dibuang.
 Dapat juga dengan cara membuat larutan garam dapur (30 gr garam dapur
dalam 1 It air) atau larutan pupuk ZA (1 kg pupuk ZA dalam 2,7 It air),
masukkan benih ke dalam larutan garam atau pupuk ZA (Volume larutan 2
5

kali volume benih), kemudian diaduk-aduk dan benih yang mengambang


dibuang. Keuntungan menggunakan benih bermutu:
1. Benih tumbuh cepat dan serempak
2. Jika disemaikan akan menghasilkan bibit yang tegar dan sehat
3. Pada saat ditanam pindah, bibit tumbuh lebih cepat
4. Jumlah tanaman optimum, sehingga akan memberikan hasil yang tinggi
c. Persemaian
Untuk keperluan penanaman seluas 1 ha, benih yang dibutuhkan sebanyak ±
20 kg. Benih bernas (yang tenggelam) dibilas dengan air bersih dan kemudian
direndam dalam air selama 24 jam. Selanjutnya diperam dalam karung selama 48
jam dan dijaga kelembabannya dengan cara membasahi karung dengan air. Untuk
benih hibrida langsung direndam dalam air dan selanjutnya diperam. Luas
persemaian sebaiknya 400 m2/ha (4% dari luas tanam). Lebar bedengan
pembibitan 1,0-1,2 m dan diberi campuran pupuk kandang, serbuk kayu dan abu
sebanyak 2 kg/m2. Penambahan ini memudahkan pencabutan bibit padi sehingga
kerusakan akar bisa dikurangi. Antar bedengan dibuat parit sedalam 25-30 cm.
d. Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna (2 kali bajak dan 1 kali
garu) atau minimal atau tanpa olah tanah sesuai keperluan dan kondisi. Faktor
yang menentukan adalah kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur tanah. Dua
minggu sebelum pengolahan tanah taburkan bahan organik secara merata di atas
hamparan sawah. Bahan organik yang digunakan dapat berupa pupuk kandang
sebanyak 2 ton/ha atau kompos jerami sebanyak 5 ton/ha.
e. Penanaman
Tanam bibit muda <21 HSS (hari setelah sebar), sebanyak 1-3 bibit/rumpun.
Bibit lebih muda (14 HSS) dengan 1 bibit/rumpun akan menghasilkan anakan
lebih banyak, hanya pada daerah endemis keong mas gunakan benih 18 HSS
dengan 3 bibit/rumpun. Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 14 HST
(hari setelah tanam). Pada saat bibit ditanam, tanah dalam kondisi jenuh air.
Penanaman disarankan dengan sistem jejer legowo 2 : 1 atau 4 : 1 (40x(20x10) cm
atau (50x(25x12,5) cm, karena populasi lebih banyak dan produksinya lebih tinggi
dibanding dengan sistem jejer tegel. Cara tanam berselang seling 2 baris tanam
6

dan 1 baris kosong (legowo 2 : 1) atau 4 baris tanam dan satu baris kosong
(legowo 4 : 1).
Pengaturan jarak tanam dilakukan dengan caplak, dengan lebar antar titik
20-25 cm. Setelah dilakukan caplak silang dan membentuk tegel (20 X 20 cm atau
25 X 25 cm), pada setiap baris ke tiga dikosongkan dan calon bibitnya ditanam
pada barisan ganda yang akan membentuk jarak tanam dalam barisan hanya 10
cm. Kekurangan bibit untuk baris berikutnya diambilkan bibit dari persemaian.
f. Pengendalian Gulma Secara Terpadu
Gulma dikendalikan dengan cara pengolahan tanah sempurna, mengatur air
dipetakan sawah, menggunakan benih padi bersertifikat, hanya menggunakan
kompos sisa tanaman dan kompos pupuk kandang, dan menggunakan herbisida
apabila infestasi gulma sudah tinggi. Pengendalian gulma secara manual dengan
menggunakan kosrok (landak) sangat dianjurkan, karena cara ini sinergis dengan
pengelolaan lainnya. Pengendalian gulma secara manual hanya efektif dilakukan
apabila kondisi air di petakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air.
g. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian hama dan penyakit terpadu (PHT) merupakan pendekatan
pengendalian yang memperhitungkan faktor ekologi sehingga pengendalian
dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan alami dan tidak
menimbulkan kerugian besar. PHT merupakan paduan berbagai cara pengendalian
hama dan penyakit, diantaranya melakukan monitoring populasi hama dan
kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi pengendalian dapat lebih
tepat.
7

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktikum pertanian berlanjut aspek budidaya pertanian dilakukan pada
hari Rabu, 16 Oktober. Praktikum dilakukan di Desa Mulyoagung, Kecamatan
Dau, Kabupaten Malang. Praktikum dilakukan dengan wawancara bersama bapak
Sarwi selaku pemilik lahan sawah padi.
3.2 Metode
3.2.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam praktikum pertanian
berlanjut aspek budidaya pertanian ini adalah dengan mengumpulkan data primer.
Data primer yang dimaksud ialah data yang diperoleh berdasarkan observasi,
diskusi dan wawancara. Pengambilan data primer dilakukan untuk menghimpun
data dalam penyusunan laporan pertanian berlanjut. Wawancara dilakukan secara
langsung dengan pemilik lahan sawah padi yang bernama bapak Sarwi.
3.2.2 Metode Analisis Data
Analisis data yang dilakukan yaitu menggunakan metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah sebuah cara untuk menentukan pada aspek pemahaman
secara mendalam pada suatu permasalahan. Sehingga dalam praktikum pertanian
berlanjut aspek budidaya pertanian, analisis dilakukan dengan
menginterpretasikan data-data yang diperoleh dari wawancara kemudian
memberikan uraian dan penafsiran terhadap data-data tersebut.
8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berikut merupakan hasil wawancara fieldtrip mandiri di Desa
Mulyoagung, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang pada lahan sawah
milik Bapak Sarwi :
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah
Desa Mulyoagung adalah merupakan salah satu dari 10 Desa yang ada di
Kecamatan Dau dan berbatasan dengan Kota Malang, Kabupaten Malang dan
Kota Batu.
4.1.2 Hasil
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 bertempat di
desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Petani yang
diwawancarai adalah bapak Sarwi. Lahan yang dimiliki oleh Bapak Sarwi
memiliki luas sebesar 2500 m2 . Bapak Sarwi menggunakan lahan yang dimiliki
dengan cara dibudidaya dengan tanaman padi. Sistem pengairan yang digunakan
adalah irigasi teknis dengan sumber air sungai yang asalnya dari aliran Dam
Kadut. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan adalah Sungai dan
pepohonan jeruk, pohon akasia dan sebagainya.
Berikut merupakan uraian tentang sistem tanam monokultur Padi yang
digunakan :
 Bibit yang digunakan berasal dari subsidi pemerintah
Bibit padi yang diberikan biasanya berasal dari varietas Cibogo, Ciherang
dan Hibrida.
Berikut ini merupakan spesifikasi dari masing- masing varietas padi
Cibogo dan Ciherang yang disebutkan diatas menurut Balitbang Pertanian (2019)
:
a) Bibit Cibogo
Komoditas: Padi Sawah Irigasi
Tahun: 2003
Kisaran Hasil: 7 s/d 8,1 ton/ha gabah kering giling
Rasa Nasi: Pulen
Umur: 115 s/d 125 hari
9

Umur tanaman : 115 – 125 hari,


Bentuk tanaman : Tegak,
Tinggi tanaman : 100 – 120 cm,
Anakan produktif : 12 – 19 batang,
Warna kaki : Hijau tua,
Warna batang : Hijau muda,
Warna telinga daun : Tidak berwarna,
Warna lidah daun : Tidak berwarna,
Warna daun : Hijau,
Muka daun : Kasar pada bagian permukaan sebelah bawah,
Posisi daun : Tegak (lebih tegak dari Konawe),
Daun bendera : Tegak panjang (menutup malai),
Bentuk gabah : Panjang ramping,
Warna gabah : Kuning bersih,
Kerontokan : Agak tahan,
Kerebahan : Sedang,
Tekstur nasi : Pulen,
Keterangan:
Kadar amilosa : 24 %,
Indeks glikemik : 58,
Bobot 1000 butir : 28 g,
Rata-rata hasil : 7,0 t/ha,
Potensi hasil : 8,1 t/ha,
Ketahanan terhadap
Hama : • Tahan wereng coklat biotipe 2, agak tahan
wereng coklat biotipe 3,
Penyakit : • Agak tahan tehadap hawar daun bakteri
strain IV, rentan terhadap penyakit tungro,
Sifat khusus : • Rendemen giling dan rendemen beras
kepala, dan keterawangan lebih tinggi dari
IR64.
Anjuran tanam : Baik ditanam pada lahan sawah sampai 800
meter di atas permukaan laut yang tidak
endemik hama wereng coklat dan penyakit
virus tungro.
Status: Komersial

b) Bibit Ciherang
Komoditas: Padi Sawah Irigasi
Tahun: 2000
Anakan Produktif: 14-17 batang
Cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian
Anjuran:
di bawah 500 m dpl
IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131-3-1-
Asal Persilangan:
///IR64/////IR64
Bentuk Gabah: Panjang ramping
Bobot: 1000 butir = 27-28 gr
Dilepas Tahun: 2000
Golongan: Cere
Hasil: 5 -8,5 t/ha
10

Nomor Pedigri: S3383-Id-Pn-41-3-1


Tahan Hama: Wereng coklat biotipe 2 dan 3
Tahan Penyakit: Bakteri Hawar Daun (HDB) strain III dan IV
Tekstur Nasi: Pulen
Tinggi Tanaman: 107-115 cm
Umur Tanaman: 116-125 hari
Warna Gabah: Kuning bersih
Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3.
Keterangan: Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV. Baik ditanam
di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 5000 m dpl.
Status: Komersial

 Pupuk kimia yang digunakan juga berasal dari subsidi pemerintah


Pupuk yang digunakan berasal dari jenis urea, phonska, dan ZA. Terlalu banyak
menggunakan pupuk urea dapat menyebabkan penyakit potong leher pada
tanaman padi. Dosis yang sesuai berada pada kisaran urea 2 kw/ha, Phonska 1
kw/ha, dan ZA 1 kw/ha.
 Selain itu, juga digunakan pupuk Organik
Pupuk organik yang digunakan berasal dari kotoran hewan ternak, yang kemudian
dijadikan pupuk Kandang. Kotoran hewan ternak yang digunakan berasal dari
kotoran sapi. Pupuk organik ini didapatkan dari warga sekitar yang memiliki
hewan ternak.
 Musim memiliki pengaruh dalam hasil panen yang didapat
Musim hujan merupakan musim yang memiliki hasil panen terbanyak, dengan
luasan 1000 meter persegi, didapatkan hasil panen sebesar 8 ton.
Kendala yang dialami oleh Bapak Sarwi dalam melakukan kegiatan
pertanian utamanya pada gangguan yang diakibatkan oleh hama. Hama yang
mengganggu antara lain adalah tikus dan burung. Selama ini, pembasmian hama
yang dilakukan oleh petani menggunakan metode jarring atau umpan pengobatan.
4.2 Pembahasan
Analisis daya dukung lahan digunakan untuk mengetahui kondisi suatu
wilayah. Menurut Manik (2016) Daya dukung adalah suatu ukuran jumlah
individu dari suatus pesies yang dapat didukung oleh lingkungan tertentu. Jadi
daya dukung lahan dapat dikatakan sebagai kemampuan suatu lahan untuk
memenuhi atau mendukung kelangsungan hidup makhluk hidup disana. Daya
11

dukung lahan juga menjelaskan hubungan antara luas lahan dan jumlah penduduk,
nilai daya dukung lahan diperoleh dari pembagian luas panen tanaman pangan per
kapita, tanaman pangan yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman padi
dengan luas lahan untuk swasembada pangan.
Tanaman padi yang dibudidayakan oleh Bapak Sarwi hasil panennya
belum mencapai hasil yang maksimal,hal ini dikarenakan Bapak Sarwi tidak
menggunakan rotasi tanaman dalam penanamannya. Penggunaan rotasi tanaman
akan dapat meningkatkan produksi tanaman, hal tersebut menurut Thirdyawati., et
al (2013) dengan menggunakan rotasi tanaman dapat memperbaiki kandungan
unsur hara serta dapat menurunkan patogen penyebab penyakit dan meningkatkan
jumlah mikroba yang ada dalam tanah sehingga dapat menyuburkan tanah. Selain
itu Bapak Sarwi juga menjeaskan dulunya pernah menggunakan rotasi tanaman,
yaitu Pak Coy dan Bawang, namun tidak terus berlangsung karena modal yang
dibutuhkan justru lebih banyak dibandingkan padi.
Sistem pertanian yang dilakukan Bapak Sarwi saat ini terdapat sistem
yaitu pertanian konvensional. Mayoritas petani di Indonesia menggunakan sistem
pertanian secara konvensional pada beberapa komoditas tanaman pangan,
perkebunan dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Mungara dkk, (2013)
bahwa pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang dilakukan oleh
sebagian besar petani di seluruh dunia saat ini dengan menggunakan jarak tanam
20cmx 20cm.
Varietas tanaman padi yang dilakukan oleh Bapak Sarwi adalah
tergantung pemerintah karna asal benih warga sekitar adalah dari pemerintah,
misalnya yaitu benih hibrida, ciherang, dan cibogo. Peningkatan hasil produski
padi sangat dipengaruhi oleh varietas benih yang digunakan. Aplikasi pupuk juga
sangat mempngaruhi hasil produksi padi, dimana Bapak Sarwi menggunakan
pupuk Phonska dan Urea. Hasil panen yang tinggi dapat dicapai apabila aplikasi
pupuk NPK dikombinasikan dengan bahan atau pupuk organik (Sulaeman et al.,
2017). Bapak Sarwi juga mengandalkan kotoran ternak yaitu ternak sapi untuk
memproduksi pupuk kandang yang akan diaplikasikan pada lahan sawah miliknya
yang dilakukan hanya pada 1 minggu sebelum tanam. Urea, Phonska merupakan
beberapa jenis pupuk yang digunakan dalam menyuplai unsur hara tanaman. Hal
12

yang paling penting dalam pemupukan adalah menerapkan 5 tepat, yaitu tepat
jenis, dosis, tempat, cara, dan tepat waktu (Rauf dan Murtisari, 2014).
Pengairan dilakukan dengan menggunakan irigasi yaitu memanfaatkan
Sungai Dam Kadut. Sistem pengairan pada tanaman padi lahan sawah dilakukan
secara intensif secara teratur dengan air yang digunakan harus dijaga kualitas
airnya. Pemanfaatan musim kemarau dengan menanam padi sesuai dengan syarat
tumbuh padi yang membutuhkan sinar matahari yang lebih banyak juga dibarengi
dengan memanfaatkan irigasi Sungai Dam Kadut. Pada lahan Bapak Sarwi
terdapat hama yaitu tikus dan burung. Penanggulangan terhadap hama tanaman
dilakukan dengan menggunakan umpan pengobatan atau jaring ketika hama
meyerang tanaman.
13

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan lapang yang telah dilakukan, diketahui bahwa Bapak


Sarwi merupakan seorang petani di Desa Mulyoagung. Pada lahan sawah, Bapak
Sarwi menanam tanaman padi dengan luas lahan yang dikelola 2.500 m2. Dalam
usahatani yang dijalankannya beliau menggunakan pupuk organik dan anorganik.
Bibit yang digunakan berasal dari subsidipemerintah. Pada musim hujan, Bapak
Sarwi dapat menghasilkan panen sebesar 8 ton/1ha. Kendala yang dihadapi adalah
hama tikus dan burung, pengendalian yang dilakukan selama ini menggunakan
metode jaring atau umpan pengobatan. Bapak Sarwi dalam menjalankan usahatani
selalu memperhatikan kesuburan tanah yang digarapnya. Penggunaan pupuk
anorganik dalam kegiatan budidaya sudah tepat jenis, waktu, cara, dan dosis.
14

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, R. D., & Harini, R. 2012. Tekanan Penduduk terhadap Lahan Pertanian
di Kawasan Pertanian (Kasus Kecamatan Minggir dan Moyudan). Jurnal
Bumi Indonesia, 1(3).
Asda Rauf, Amelias Murtisari. 2014. Penerapan Sistem Legowo Usahatani Padi
Sawah dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan dan Kelayakan Usaha di
Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo. Prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian. Universitas Negeri Gorontalo. Vol.2 No.2
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Aceh Bekerjasama dengan
BPTP NAD. 2009. Budidaya Tanaman Padi. Nangroe Aceh Darussalam.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NAD.
Charina, A. Kusumo, R. A. B. Sadeli, A. H. Deliana, Y. 2018. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Petani Dalam Menerapkan Standar Operasional
Prosedur (Sop) Sistem Pertanian Organik Di Kabupaten Bandung Barat.
Jurnal Penyuluhan. 14 (1): 68-76.
Dardak, H. 2005. Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang sebagai
Upaya Perwujudan Ruang Hidup yang Nyaman, Produktif, dan
Berkelanjutan. Makalah Seminar Nasional “Save Our Land for Better
Environment”. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor, 10
Desember 2005.
Kemeterian pertanian. 2015. RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PERTANIAN Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Diakses pada 27 Oktober 2019 di
http://www1.pertanian.go.id/file/RENSTRA_2015-2019.pdf
Lusianti, H. 2014. Studi Korelasi Pengetahuan Dengan Sikap Petani Terhadap
Lahan Pertanian Berkelanjutan Di Kecamatan Kembaran Kabupaten
Banyumas Jawatengah. Purwokerto. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Moniaga, V. R. . (2011). Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian. Jurnal Agri
SosioEkonomie, 7(2), 61–68.
15

Muta'ali, L. (2015). Teknik Analisis Regional untuk Perencanaan Wilayah, Tata


Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi
(BPPFG) Universitas Gadjah Mada.
Ruggiero, G., Verdiani, G., & Sasso, S. D. (2012). Evaluation of carrying
capacity and territorial environmental sustainability. Journal of
Agricultural Engineering, 65-71.
Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2017. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Edisi Pertarna. Balai Penelitian Tanah, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Thirdyawati, N.S., Sudaryono dan T. Yulianti. 2013. Pengaruh Rotasi Tanaman
Dan Agen Pengendali Hayati Terhadap Nematode Parasit Tanaman. J.
Biotropika1(5):211-215.
16

LAMPIRAN 1
DOKUMENTASI

Lahan Sawah Bapak Sarwi Lahan Sawah Bapak Sarwi

Lahan Sawah Bapak Sarwi Lahan Sawah Bapak Sarwi

Wawancara Petani
17

LAMPIRAN 2
KUISIONER

Nama petani dan lokasi :


Luas lahan yang dikelola dalam satu hamparan :
Jenis tanah :
Topografi :
Kepemilikan lahan :
Isilah pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengamatan di lapangan atau
wawancara dengan petani!
1. Sistem tanam yang digunakan:
a. Monokultur
b. Tumpangsari
c. Agroforestri
2. Apabila monokultur, isilah tabel di bawah ini:
No. Uraian Keterangan
1 Varietas
2 Asal benih (produksi sendiri atau
beli, bersertifikat atau tidak)
3 Jarak tanam
4 Sistem tanam (jajar legowo, SRI,
konvensional-khusus padi)
5 Jumlah benih/ha
6 Jenis pupuk dan dosis yang
digunakan
a. Pupuk organik (kgha-1)

b.Pupuk N (kgha-1)

c.Pupuk P (nama ha-1)

d.Pupuk K (nama kgha-1)

7 Penggunaan agen hayati


18

8 Penanggulangan HPT dan gulma

9 Jumlah tenaga kerja

10 Umur panen (HST)


11 Cara Panen
12 Produktivitas per ha
13 Harga jual petani
14 Harga pasar
15 Keuntungan petani (Rp/ha)

3. Apabila tumpang sari, isilah tabel di bawah ini!


No Varietas Keterangan
1 Varietas setiap tanaman
2 Asal benih (produksi sendiri atau
beli, bersertifikat atau tidak)
setiap tanaman
3 Jarak tanam setiap tanaman
4 Sistem tanam (jajar legowo, SRI,
konvensional-khusus padi)
5 Jumlah benih/ha setiap tanaman
6 Jenis pupuk dan dosis yang
digunakan
a. Pupuk organik (kgha-1)

b. Pupuk N (kgha-1)

b. c. Pupuk P (ha-1)

d. Pupuk K (kgha-1)

7 Penggunaan agen hayati

8 Umur panen per tanaman (HST)


19

9 Penanggulangan HPT dan gulma


10 Jumlah tenaga kerja
11 Cara panen setiap tanaman
12 Produktivitas per ha per tanaman
13 Harga jual setiap tanaman
14 Harga pasar setiap tanaman
15 Keuntungan total petani (Rp/ha)

4. Apabila agroforestri, isilah tabel di bawah ini!


Komoditas Input dan Produksi Per Frekuensi Harga Jual (Rp)
Pemeliharaan Waktu Panen Panen Per
Tahun

5. Sistem pengairan yang digunakan

Jenis:
a. Tadah hujan b. Irigasi teknis c. Campuran
Sumber irigasi : ………………………………
Kualitas air (kejernihan, debit): ………………………………..
6. Jenis agroekosistem yang berada di sekitar lahan: ……………….
20

7. Integrasi tanaman-ternak
Jenis ternak : ………………………………………….
Jumlah ternak : ………………………………………….
Dampak positif : ………………………………………….
Dampak negatif : ………………………………………….

8. Isilah tabel di bawah ini dengan mengisi nama tanaman dan produktivitas di
periode waktu dalam satu tahun untuk mengetahui pola tanam dalam satu tahun
Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

9. Masalah-masalah utama yang dihadapi (lingkari yang terdapat di lapang dan


isilah keterangan sebagai tingkat masalah - urutkan dari masalah yang dianggap
paling serius dan berdampak paling besar menggagalkan produksi/sulit
ditangani)
No Uraian Keterangan
1 Kekurangan modal
2 Mahalnya tenaga kerja
3 Langkanya ketersediaan pupuk
(harga, ketepatan waktu)
4 Tingginya serangan hama
5 Tingginya serangan patogen
6 Rendahnya harga jual
7 Rendahnya kesuburan tanah
8 Air terkena limbah
21

9 Bencana alam (longsor, banjir dll)


10 Lainnya

10. Kondisi agroklimat


Intensitas cahaya matahari :
Kelembaban :
Suhu :

Anda mungkin juga menyukai