Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ILMU PERIKANAN TERPADU DAN BERKELANJUTAN

MANAJEMEN PELABUHAN PERIKANAN

OLEH :

ANDI RISDA FITRIANTI ABUDARDA


L012191023

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan, wilayah laut Indonesia tidak hanya memiliki sumberdaya
hayati dan non-hayati yang bisa dioptimalkan, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai prasarana
transportasi maritim yang juga tidak kalah penting keberadaannya karena letaknya yang strategis.
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar luas. Dalam
pencapaian menjadi bangsa yang maju, bangsa Indonesia harus meningkatkan
perekonomiannya salah satunya dengan memperkuat bidang perdagangan. Agar mempermudah
perdagangan tersebut dalam pencapaian ke setiap daerah harus dilakukan dengan transportasi.
Transportasi laut merupakan jalur yang sangat mendukung perdagangan tesebut karena melalui
transportasi laut segala barang yang akan diperdagangkan dapat disebarkan ke kota-kota maju
yang berada di pinggir pantai ataupun sungai dalam jumlah besar dan dapat diteruskan ke
daerah-daerah atau kota-kota sekitarnya.
Pelabuhan menurut Pasal 1 UU No.21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, merupakan tempat
yang terdiri dari daratan dan perairan dengan batas-batas tertentu, di mana berlangsung kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi. Kegiatan-kegiatan menyangkut kapal-kapal yang
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang, bongkar muat barang, fasilitas keselamatan
pelayaran, serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pelabuhan
perikanan merupakan pusat pendaratan dan pemasaran hasil tangkapan ikan. Meningkatnya
produksi hasil tangkapan antara lain disebabkan besarnya potensi sumber daya ikan yang ada
di laut, kebiasaan makan ikan, berkembangnya industri perikanan, dan meningkatnya
pendapatan penduduk per kapita. Berbagai alasan tersebut di atas memicu berkembangnya
usaha pemanfaatan sumber daya ikan di laut sehingga membuka peluang untuk meningkatkan
produksi hasil tangkapan yang didaratkan. Peningkatan produksi hasil tangkapan tersebut perlu
kiranya diimbangi juga dengan pengembangan pelabuhan perikanan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.
1. Apa definisi pelabuhan perikanan dan apa saja jenis pelabuhan perikanan?
2. Apa fungsi pelabuhan perikanan?
3. Apa saja fasilitas pelabuhan perikanan?
4. Bagaimana sistem pengelolaan pelabuhan perikanan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi pelabuhan perikanan
2. Mengetahui fungsi pelabuhan perikanan
3. Mengetahui fasilitas pelabuhan perikanan.
4. Mengetahui sistem pengelolaan pelabuhan perikanan.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
1. Definisi
Pelabuhan perikanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45
Tahun 2009 adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis
perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau
bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di
sekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Keberadaan pelabuhan perikanan
diperlukan untuk memperlancar aktivitas perikanan tangkap mulai saat pendaratan sampai
pada pemasarannya. Oleh karena itu, keterpaduan antara fasilitas dan aktivitas di
pelabuhan perikanan mutlak diperlukan guna memperoleh hasil yang optimal.
2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan
Adapun klasifikasi pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut.
a. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Untuk kriteria PPS, kapal perikanan umumnya beroperasi di perairan Indonesia, Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dan laut lepas dengan kolam perairan yang dapat
menampung kapal perikanan paling sedikit 100 unit atau jumlah keseluruhan paling
sedikit 6000 GT, sehingga dibutuhkan daya dukung sumber daya manusia berupa
nelayan paling sedikit 2.300 orang yang terlibat dalam aktivitas di pelabuhan perikanan.
b. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Untuk kriteria PPN, kapal perikanan umumnya beroperasi di perairan Indonesia dan
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dengan kolam perairan yang dapat
menampung kapal perikanan paling sedikit 75 unit atau jumlah keseluruhan paling
sedikit 2.250 GT, dibutuhkan daya dukung sumber daya manusia berupa nelayan
paling sedikit 825 orang yang terlibat dalam aktivitas di pelabuhan perikanan.
c. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Untuk kriteria PPP, kapal perikanan umumnya beroperasi di perairan Indonesia dengan
kolam perairan yang dapat menampung kapal perikanan paling sedikit 30 unit atau
jumlah keseluruhan paling sedikit 300 GT, dibutuhkan daya dukung sumber daya
manusia berupa nelayan paling sedikit 210 orang yang terlibat dalam aktivitas di
pelabuhan perikanan.
d. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Untuk kriteria PPI, kapal perikanan umumnya beroperasi di perairan Indonesia dengan
kolam perairan yang dapat menampung kapal perikanan paling sedikit 15 unit atau
jumlah keseluruhan paling sedikit 75 GT, dibutuhkan daya dukung sumber daya
manusia berupa nelayan paling sedikit 75 orang yang terlibat dalam aktivitas di
pelabuhan perikanan.
B. Fungsi Pelabuhan Perikanan
Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi sebagai berikut.
1. Pemerintahan
a) pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
b) pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;
c) tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;
d) pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
e) tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;
f) pelaksanaan kesyahbandaran;
g) tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan;
h) publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas
kapal perikanan;
i) tempat publikasi hasil penelitian kelautan dan perikanan;
j) pemantauan wilayah pesisir;
k) pengendalian lingkungan;
l) kepabeanan; dan/atau
m) keimigrasian
2. Pengusahaan
a) pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;
b) pelayanan bongkar muat ikan;
c) pelayanan pengolahan hasil perikanan;
d) pemasaran dan distribusi ikan;
e) pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan;
f) pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan;
g) pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan;
h) wisata bahari; dan/atau
i) penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
C. Fasilitas Pelabuhan Perikanan
Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk
meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan.
Fasilitas-fasilitas ini tidak harus ada seketika semuanya di suatu pelabuhan namun, dapat
disediakan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan
tersebut.
1. Fasilitas pokok
Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar yang diperlukan
oleh suatu pelabuhan perikanan guna melindungi tempat tersebut dari gangguan alam,
tempat tambat labuh dan bongkar muat sehingga, kapal aman keluar masuk. Fasilitas-
fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari:
a. Dermaga merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan
untuk keperluan di laut. Tipe dermaga ada tiga yaitu wharf/quay, bulkhead/quaywall,
dan pier/jetty.
b. Kolam pelabuhan adalah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan
bersandar di dermaga. Menurut Murdiyanto (2004) kolam pelabuhan menurut
fungsinya terbagi dua yaitu berupa:
 Alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke
dermaga (navigational channels);
 Kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin).
c. Breakwater adalah struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk
melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.
Ditinjau dari bentuk bangunannya, breakwater terdiri atas beberapa tipe antara lain tipe
timbunan dan tipe dinding tegak.
d. Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi untuk memberikan peringatan
atau tanda terhadap bahaya yang tersembunyi, misalnya batu karang di suatu perairan
dan memberikan petunjuk pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika
kapal akan merapat dan membuang jangkar. Alat bantu yang biasa digunakan adalah:
 Pelampung dan channel markers, digunakan terutama untuk memberi tanda pada
pantai bagi kapal yang akan keluar masuk pelabuhan dan alur pelayaran;
 Lampu navigasi, diletakkan untuk memberitahukan suatu bangunan kelautan
antara lain pier, warf, breakwater;
 Mercusuar, merupakan bangunan menara yang tinggi dengan lampu di atasnya
yang berfungsi untuk membimbing kapal sepanjang perjalannya mendekati
pelabuhan akan bahaya-bahaya seperti adanya karang dan pendangkalan;
 Instalasi lampu jajar atau suar penuntun, berfungsi khusus untuk memberikan
petunjuk bagi kapal agar berlayar dengan aman, terutama pada daerah sempit
yang berbahaya, seperti belokan pada alur pelayaran maupun pintu masuk
pelabuhan.
2. Fasilitas fungsional
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), merupakan tempat untuk melelang ikan hasil
tangkapan, dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen
perusahaan perikanan). Keberadaan TPI di daerah produksi baik di pusat pendaratan ikan
maupun di pelabuhan perikanan adalah sangat penting.
a. Slipway atau docking merupakan suatu landasan dengan kelandaian tertentu yang
dibangun di pantai untuk meluncurkan ke laut ataupun menaikkan kapal dari dan ke
daratan. Alat ini biasanya digunakan untuk membangun dan mereparasi kapal. Slipway
digunakan untuk membangun atau merawat kapal dibawah tonase kotor sekitar 1000
GT, untuk kapalkapal yang lebih besar digunakan galangan kapal jenis yang lain.
b. Sarana logistik yang meliputi pabrik es, persediaan air tawar, bahan bakar serta
perbekalan untuk melaut. Pengadaan pabrik es di sini bertujuan untuk menghasilkan es
yang digunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi penangkapan, di
TPI dan selama pengangkutan ke pasar atau ke pabrik.
c. Tangki air tawar dan tangki pengisian bahan bakar merupakan bagian dari fasilitas
perbekalan. Pelabuhan perikanan berfungsi sebagai awal dari kegiatan distribusi dan
pengolahan ikan, sehingga untuk memenuhi fungsi ini, pelabuhan perikanan dilengkapi
dengan fasilitas pelelangan, tempat untuk usaha pengepakan ikan basah, pengolahan,
gudang dingin, dan gudang beku. Tersedia pula lapangan parkir yang cukup luas untuk
memperlancar pengiriman.
d. Sarana handling atau processing ikan yang meliputi tempat pernyortiran, pengepakan,
penjemuran, pengasinan, pemindangan, dan lain-lain.
e. Sarana untuk perbaikan/perawatan yang meliputi galangan kapal. Docking yard tempat
penjemuran dan perbaikan alat tangkap serta perbengkelan.
f. Sarana untuk kru kapal yang meliputi tempat mandi umum, balai pengobatan,
gedung/balai pertemuan nelayan dan tempat untuk beristirahat untuk nelayan atau kru
kapal.
g. Sarana komunikasi dan navigasi yang meliputi telepon, handphone, fax, telegram,
radio/SSB, dan juga Buoy.
3. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan
pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan.
a. Fasilitas kesejahteraan: MCK, poliklinik, mess, kantin/warung, dan musholla
b. Fasilitas administrasi: Kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar
dan kantor beacukai.
4. Pengelolaan Pelabuhan Perikanan
Dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan khususnya Pasal 21 menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan
yang telah beroperasi harus membentuk lembaga pengelola pelabuhan perikanan. Lembaga
pengelola pelabuhan perikanan dapat berupa:
a) Unit Pelaksana Teknis Kementerian, untuk pelabuhan perikanan yang dibangun oleh
Pemerintah.
b) Unit Pelaksana Teknis Daerah, untuk pelabuhan perikanan yang dibangun oleh
Pemerintah Daerah.
c) Unit pengelola pelabuhan perikanan untuk pelabuhan perikanan yang tidak dibangun
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.
Pasal 22 menyatakan bahwa lembaga pengelola pelabuhan perikanan baik yang
dibangun oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dipimpin oleh kepala pelabuhan. Lembaga
pengelola pelabuhan perikanan yang dibangun oleh swasta dipimpin oleh kepala pelabuhan
yang ditetapkan oleh pemilik dan penetapannya disampaikan ke Direktur Jenderal. Pada
pelabuhan perikanan yang dibangun oleh swasta, fungsi pemerintahan dapat dilakukan oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Pelabuhan Perikanan biasanya diselenggarakan Kepala Pelabuhan yang berfungsi
sebagai otoritas pelabuhan perikanan (Fishing Port Authority). Otoritas pelabuhan berfungsi
untuk mengkoordinasikan seluruh instansi/unit usaha yang ada di pelabuhan perikanan.
Otoritas pelabuhan juga berhak mengatur regulasi penyelenggaraan pelabuhan perikanan.
Dinas Kelautan dan Perikanan Banten (2007) mengungkapkan beberapa prinsip
pengelolaan pelabuhan perikanan sebagai berikut :
1. Keberlanjutan (Sustainability)
Keberlanjutan dapat diartikan bahwa setiap kegiatan pelabuhan perikanan yang
dilakukan harus dapat memberikan manfaat keapda stakeholdernya (pemerintah,
perusahaan swasta dan masyarakat). Keberlanjutan pelayanan pelabuhan perikanan harus
dilihat sebagai sistem yang terdiri dari prasarana dan sarana, operasi dan pemeliharaan,
pengelolaan, dan pelayanan kepada masyarakat.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan agar pelabuhan perikanan dapat
berkelanjutan antara lain :
a. Keberlanjutan aspek pembiayaan
Keberlanjutan aspek pembiayaan mengandung pengertian bahwa pendapatan
yang dihasilkan dari pelayanan/jasa fasilitas dan aktifitasnya disamping mampu untuk
membiayai kembali kegiatan operasionalnya, juga memeberikan keuntungan yang
cukup signifikan. Sehingga pelabuhan perikanan tidak menjadi beban anggaran negara
tetapi justru memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan negara.
b. Keberlanjutan aspek teknik
keberlanjutan aspek teknik memberikan pengertian bahwa fasilitas-fasilitas yang
dibangun harus layak secara teknik pembangunannya. Fasilitas-fasilitas tersebut
mempunyai umur operasional dan kesesuaian dengan rencana yang dibuat
sebelumnya.
c. Keberlanjutan operasional
Pelabuhan perikanan harus memenuhi target-target pencapaian operasional
tertentu pada selling waktu tertentu sesuai dengan klasifikasi dan kriteria pelabuhan
perikanan tersebut. Tingkat operasional yang dimaksud diantaranya adalah: jumlah
produksi hasil tangkapan yang didaratkan, jumlah kapal yang berkunjung dan atau
mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuha perikanan, jumlah kebutuhan melaut
(BBM, es dan air tawar) yang disalurkan, peningkatan pemanfaatan kawasan industri
yang tercermin dari jumlah pperusahaan yang beroperasi di pelabuhan perikanan
tersebut, dan lain-lain.
d. Keberlanjutan aspek lingkungan
Adanya pelabuhan perikanan di suatu wilayah sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap kualitas dan keseimbangan lingkungan yang ada. Kualitas lingkungan yang
diperkirakan akan terpengaruh diantaranya adalah aspek fisika dan kimia lingkungan
(iklim, kualitas udara, hidrologi, hidrooseanografi, tanah dan lahan), aspek-aspek social
ekonomi lingkungan (mata pencaharian, kependudukan, transportasi, ketertiban
masyarakat, dll). Namun demikian, dampak negative dari pengoperasian pelabuhan
perikanan tersebut diupayakan seminimal mungkin, sebaiknya dampak positif yang perlu
terus dikembangkan.
e. Keberlanjutan aspek kelembagaan
Kelembagaan pengelola pelabuhan perikanan diharapkan mampu melaksanakan
tugas-tugas operasional pelabuhan perikanan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan
operasional pelabuhan perikanan dan tuntutan masyarakat pengguna.
f. Keberlanjutan sosial
Keberadaan pelabuhan perikanan dapat diterima oleh masyarakat dimana
pelabuhan perikanan tersebut berada. Hal ini diharapkan dapat berimplikasi pada tingkat
partisipasi masyarakat dalam aktifitas-aktifitas kepelabuhanan. Keberlanjutan social
dapat dilihat dari minimnya jumlah konflik antar kelompok masyarakat akibat adanya
pelabuhan perikanan dan aktivitasnya.
2. Penggunaan Efektif dan Efisien
Penggunaan prasarana dan sarana pelabuhan perikanan dikatakan efektif apabila
prasarana dan sarana yang tersedia tepat tujuan, tepat sasaran, dan layak dipergunakan
dilihat dari aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pengembangan kapasitas dan
perubahan perilaku masyarakat pengguna.
a. Tepat tujuan
prasarana pelabuhan perikanan dapat berfungsi sebagaimana yang dituntut
oleh UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan yang menyatakan fungsi pelabuhan
perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya yang meliputi :
1) pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;
2) pelayanan bongkar muat;
3) pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
4) pemasaran dan distribusi ikan;
5) pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;
6) tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan;
7) pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
8) tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan;
9) pelaksanaan kesyahbandaran;
10) tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan;
11) publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas
kapal perikanan;
12) tempat publikasi hasil riset kelautan dan perikanan;
13) pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan/atau
14) pengendalian lingkungan.
b. Tepat sasaran
Pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna.
Masyarakat pengguna pelabuhan perikanan mencakup nelayan, pedagang,
pengusaha, pihak pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan
pelayanan pelabuhan perikanan. Diharapkan adanya pelabuhan perikanan,
masyarakat perikanan mendapatkan nilai lebih dari kegiatan di pelabuhan perikanan.
3. Kemudahan Akses (Accessibility)
Pelabuhan perikanan merupakan salah satu lembaga pelayanan kepada
masyarakat. Oleh karena itu tingkat keberhasilan pelabuhan perikanan dan layanan yang
diberikan pelabuhan perikanan. Hal ini juga mencakup tingkat kepuasan masyarakat
pengguna terhadap fasilitas dan pelayanan manajemen pelabuhan perikanan.
4. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan berkaitan dengan suatu kondisi bahwa prasarana pelabuhan
perikanan bermanfaat bagi setiap anggota masyarakat pengguna tanpa membedakan
strata social, suku, agama, dan ras maupun daerah asal. Pelabuhan perikanan
diperuntukkan bagi semua pelaku yang bergerak di dunia perikanan. Mekanisme pasar
dan keunggulan fasilitas dan pelayanan yang diberikan pihak pelabuhan perikanan
merupakan daya Tarik yang menyebabkan nelayan dan para pengguna lainnya untuk
beraktifitas di pelabuhan perikanan tersebut termasuk juga dengan para pelaku dari luar
wilayah pelabuhan perikanan, meskipun memerlukan pengaturan tertentu seperti
pengaturan keimigrasian dan kepabeanan bagi nelaya-nelayan dari luar negeri maupun
pengaturan bagi nelayan andon (nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di
laut dengan daerah penangkapan ikan yang berpindah-pindah sehingga nelayan tersebut
berpangkalan, berbasis sementara waktu atau dalam waktu yang relative lama di
pelabuhan perikanan di luar daerah asal nelayan tersebut).
5. Kepuasan pengguna (Customer satisfaction)
Pada awalnya konsep kepuasan pengguna diterapkan di perusahaan-perusahaan
swasta dimana pengguna merupakan inti dari adanya suatu perusahaan. Namun demikian,
konsep ini kemudian juga dapat dikembangkan untuk lembaga-lembaga pemerintah.
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja suatu produk dan
harapan-harapannya. Berdasarkan definisi tersebut berarti kepuasan merupakan fungsi
dari kesan akan kinerja dan harapan. Bila kinerja suatu produk lebih tinggi dibanding
harapan berarti pelanggan merasa puas, atau sebaliknya.
Dalam konteks pelabuhan perikanan yang dimaksud dengan pengguna adalah para
pihak yang terlibat/beraktifitas di pelabuhan perikanan seperti nelayan, pedagang,
pengolah dan lain-lain. Sedangkan produk yang diberikan berupa jasa pelayanan mulai pra
penangkapan (penyediaan kebutuhan melaut), penangkapan (kemudahan, keamanan, dan
kenyamanan bongkar muat hasil tangkapan), perbaikan, pegolahan dan pemasaran.
Kepuasan pengguna perlu senantiasa dipantau dan diukur untuk melihat sejauh mana
efektifitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan pengelola pelabuhan perikanan.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten, 2007. Kajian Pembentukan Pelabuhan dan
Perikanan Pantai Provinsi Banten. Banten.

Murdiyanto, B, 2004. Pelabuhan perikanan, Fungsi, Fasilitas, Panduan Operasional, Antrian


Kapal. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB.
Bogor.

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2012 Tentang
Kepelabuhanan Perikanan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai