Disusun oleh:
Kelompok 12
Penulis
1
BAB II DAFTAR I
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
B. Klasifikasi..................................................................................................4
C. Etiologi.......................................................................................................5
D. Patofisiologi...............................................................................................6
E. Manifestasi Klinis......................................................................................6
F. Komplikasi.................................................................................................7
G. Penatalaksanaan.........................................................................................8
H. Pencegahaan.............................................................................................13
A. Pengkajian................................................................................................14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................15
C. Interverensi Keperawatan........................................................................16
BAB IV PENUTUP...............................................................................................19
A. Simpulan..................................................................................................19
B. Saran........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
2
BAB III Y
PENDAHULUAN
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik
dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut
sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%)
terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga
abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada
penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra
Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi
yang memakai progestin dan tindakan aborsi.
Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi
dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di
tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan
masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya
angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara
tepat dan cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua
wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya
kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang
cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
2
BAB IV
PEMBAHASAN
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan
“berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi
abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di
tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri,
tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono
Prawiroharjho, 2005)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar
rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya
implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)
Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat
kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat
juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars
interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984.
FK UNPAD)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di
luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Kehamilan ektopik terganggu (KET)
adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat
mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin.
3
Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama
kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada
saluran telur. Dengan demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil
yang berulang-ulang kemudian embrio yang melekat pada saluran telur tersebut
akan lepas secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat
dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan
mengakibatkan saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
Berdasarkan tempat implantasinya kehamilan ektopik :
1. Pars interstisial tuba
2. Pars ismika tuba
3. Pars ampuralis tuba
4. Kehamilan infundibulum tuba
5. Kehamilan abdominal primer atau sekunder
B. Klasifikasi
2.Uterus
a. Kanalis servikalis
b. Divertikulum
c. Kornu
d. Tanduk rudimenter
3.Ovarium
4.Intraligamenter
5.Abdominal
a. Primer
b. Sekunder
4
6.Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
C. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam
bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab
kehamilan ektopik terganggu:
1. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke
dalam kavum uteri, antara lain:
a. Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi
silia lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
b. Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen
c. Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium
asesorius dan hipoplasi. Namun ini jarang terjadi
d. Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang
kegagalan usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi
e. Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya
benjolan pada adneksia
f.Penggunaan IUD
2. Faktor Fungsional
a. Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus
mulleri yang abnormal
b. Refluks menstruasi
c. Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon
estrogen dan progesterone
5
D. Patofisiologi
Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampula tuba (lokasi
tersering, ismust, fimbriae, pars interstisialis, kornu uteri, ovarium, rongga
abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada
sel kolumnar tuba maupun secara intercolumnar. Pada keadaan yang pertama,
zigot melekat pada ujungatau sisi jonjot, endosalping yang relative sedikit
mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian di reabsorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel diantara dua jonjot. Zigot
yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang
menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah
menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak
integritas pembuluh darah di tempat tersebut.
Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya tersebut di
pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat
implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopikpun mengalami
hipertropi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-
tanda kehamilan seperti tanda hegar dan Chadwick pun ditemukan.
Endometriumpun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel
epitel endometriummenjadi hipertropik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular
dan sitoplasmanya bervakuola. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi
Arias-Stella. Karena tempat pada implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal
untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan akan terkompromi.
Kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan direabsorbsi
b. Abortus kedalam lumen tuba
c. Ruptur dinding tuba.
E. Manifestasi Klinis
6
yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus
selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan
vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue,
nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi
diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat
dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran
uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik
harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau
folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan,
kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri
di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak
sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi
sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam
keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun
sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
F. Komplikasi
7
G. Penatalaksanaan
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar
β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung gestasi
dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi
methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
9
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
10
kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian
bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi
setelah nyeri perut bagian bawah. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu :
1. Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada
perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis
tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri
tekan.
2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin
ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat
diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor
di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang
menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu
kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel
darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik
terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut.
Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus
diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila
leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi
pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi
20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan
berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan
kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi
dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic
gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative.
4. Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya :
a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi
b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic
c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan
cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak
d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan
dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan
11
e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan
pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan
:
1) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan
membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk
2) Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau
yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya
hematokel retrouterina.
3) Ultrasonografi : berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik.
Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus
yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat
pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini
masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan
intrauterine pada kasus uternus bikornis.
4) Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic
terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur
diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat
kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai
keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum.
Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi
alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan
laparotomi.
H. Pencegahaan
12
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Gadar
Airway: Kaji kepatenan jalan nafas dengan look, listen, feel serta kaji suara
nafas apakah snoring, gurgling, stridor, wheezing atau ronchi.
Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas cepat/lambat.
Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan dinding dada simetris/asimetris,
pola nafas teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi
nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
Circulation : pada pasien KET tampak pucat, akral dingin, tekanan darah
mungkin menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau
kesakitan karena nyeri
Disability : pada pasien kemungkinan terjadi syncope, pasien tampak lemah.
2. Anamnesis dan gejala klinis
a. Riwayat terlambat haid
b. Gejala dan tanda kehamilan muda
c. Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
d. Terdapat aminore
e. Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh
abdomen, terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
f. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
3. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi
1) Mulut : bibir pucat
2) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi,
simetris
3) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
4) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
5) Ekstremitas : dingin
b. Palpasi
1) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
2) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas
menonjol.
c. Auskultasi
1) Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)
13
d. Perkusi
1) Ekstremitas : reflek patella + / +
5. Pemeriksaan khusus:
a. Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
b. Kavum douglas menonjol dan nyeri
c. Mungkin tersa tumor di samping uterus
d. Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
e. Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uteris kanan dan kiri
B. Diagnosa Keperawatan
C. Interverensi Keperawatan
14
Kriteria hasil: ibu menunjukan kestabilan/ perbaikan keseimbangn cairan yang di
buktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta frekuensi berat jenis urine adekuat.
N
Rencana Inervensi Rasional
o
1 Lakukan pendekatan kepada pasienPasien dan keluarga lebih kooperatif
dan keluarga.
2 Berikan penjelasan mengenaipasien mengerti tentang keadaan dirinya
kondisi pasien saat ini dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
3 Observasi TTV dan observasiparameter deteksi dini adanya
tanda akut abdoment. komplikasiyang terjadi.
4 Pantau input dan output cairan Untuk mengetahui kesaimbangan cairan
dalam tubuh
5 Pemeriksa kadar Hb mengetahui kadar Hb klien sehubungan
dengan perdarahan.
6 Lakukan kolaborasi dengan timmelaksanakan fungsi independent.
medis untuk penanganan lebih
lanjut.
15
berlebihan.
16
4 Berikannarkotik atau sedativeMeningkatkan kenyamanan, menurunkan
berikut obat-obat praoperatifkomplikasi pembedahan
bila prosedur pembedahan
diindikasikan.
5 Siapkan untuk prosedur bedahTingkatkan terhadap penyimpangan dasar
bila terdapat indikasi akan menghilangkan nyeri.
17
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
BAB VII
DAFTAR PUSTAKA