Disusun Oleh :
Psikologi B
FAKULTAS PSIKOLOGI
PENDAHULUAN
2. Manfaat
1. Untuk mengetahui pengertian stres menurut para ahli beserta aspeknya
2. Untuk mengetahui pergolongan stres pada remaja
3. Untuk mengetahui adanya stres yang dialami oleh remaja yang bermasalah
3. Tujuan
1. Untuk memenuhi syarat penilaian mata kuliah observasi dan wawancara
2. Untuk mengetahui dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh remaja bermasalah
3. Untuk mengetahui strategi remaja dalam mengatasi stres
BAB II
A. Stress
1. Pengertian Stres menurut para ahli
Taylor, dkk (2009) mendefinisikan stres sebagai respon individu terhadap suatu
kejadian atau keadaan yang menyakitkan, mengancam dan menekan yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologis, emosi, kemampuan berpikir dan tingkah laku individu.
Hal ini disebabkan oleh naluri tubuh untuk melindungi diri dari tekanan emosi, tekanan fisik,
situasi ekstrim atau bahaya yang mengancam. Stres juga muncul sebagai reaksi alami tubuh
terhadap ketegangan, tekanan dan perubahan dalam kehidupan.
Lazarus & Folkman (1984) mengartikan stres secara luas sebagai hubungan antara
seseorang dengan lingkungannya yang dinilai melebihi kemampuan dan mengancam
hidupnya. Stres adalah proses transaksional yang terjadi ketika suatu peristiwa dianggap
berhubungan dengan kesejahteraan individu, memiliki potensi bahaya atau kerugian, dan
membutuhkan upaya psikologis, fisiologis, dan/atau perilaku untuk mengelola keadaan dan
hasilnya.
Sarafino & Smith (2014) stres adalah hubungan individu dengan lingkungannya yang
membuat individu melihat adanya kesenjangan antara tuntutan situasi dengan sumber daya
biologis, psikologis, maupun sosial yang dimiliki. Looker dan Gregson (2005)
mendefinisikan stres sebagai keadaan yang dialami ketika ada ketidaksesuaian antara
tuntutan-tuntutan yang diterima dengan kemampuan untuk mengatasi. Santrock (2003) stres
adalah respon individu terhadap keadaan dan kejadian tertentu, yang dapat mengancam dan
mengganggu kemampuan penguasaan dirinya.
Berdasarkan definisi yang telah dituliskan di atas, dapat disimpulkan bahwa stres
adalah reaksi individu terhadap suatu keadaan yang menyakitkan, mengancam dan menekan
yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis, emosi, kemampuan berpikir dan tingkah laku
individu.
2. Penggolongan Stres
Eustress (good stress) merupakan stress yang menimbulkan stimulasi dan kegairahan,
sehingga memiliki efek yang bermanfaat bagi individu yang mengalaminya.
Distress, merupakan stress yang memunculkan efek yang membahayakan bagi
individu yang mengalaminya, seperti tuntutan yang tidak menyenangkan atau
berlebihan yang menguras energy individu sehingga membuatnya menjadi lebih
mudah jatuh sakit.
Hyperstress, yaitu stress yang berdampak luar biasa bagi yang mengalaminya.
Meskipun dapat bersifat positif atau negatif tetapi stress ini tetap saja membuat kita
terbatasi kemampuan adaptasinya. Contohnya adalah stress akibat serangan teroris.
Hypostress, merupakan stress yang muncul karena kurangnya stimulasi. Contohnya,
stres karena bosan atau karena pekerjaan yang rutin.
3. Aspek-aspek Stres
Sarafino dan Smith (2014) membagi aspek-aspek stres menjadi dua, yaitu:
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres yaitu berupa gejala fisik seperti detak jantung dan pernapasan
meningkat dan tidak teratur, badan bergetar, gugup, cemas, gelisah, sakit kepala, gangguan
tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, dan produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Psikososial
Aspek psikososial stres yaitu gejala psikis dan tingkah laku, antara lain:
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres
cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi.
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami
stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih, dan depresi.
iii. Gejala Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif
sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal. Gejala tingkah laku yang
muncul adalah sulit bekerja sama, kurang peduli, mudah memusuhi, mudah tersinggung,
mudah curiga terhadap orang lain.
Rahman (2009) membagi gejala-gejala stres menjadi empat bagian sebagai berikut:
Gejala fisik adalah gejala stres yang berkaitan dengan kondisi dan fungsi tubuh,
seperti sakit kepala, sulit tidur, kelelahan.
Gejala emosional, berkaitan dengan keadaan psikis atau mental, misalnya;
gelisah, cemas, sedih, merasa suasana hati berubah-ubah, gugup, dan mudah
tersinggung.
Gejala intelektual, berkaitan dengan pola pikir seseorang atau fungsi intelek,
misal; susah berkonsentrasi atau kurang fokus, sulit mengambil keputusan, mudah
lupa, pikiran kacau, dan daya ingat menurun.
Gejala interpersonal adalah gejala stres yang mempengaruhi hubungan individu
dengan orang lain di dalam maupun di luar rumah, misal; kehilangan kepercayaan
kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, atau menyerang orang dengan
kata-kata.
Dari pemaparan aspek-aspek stres menurut tokoh Sarafino & Smith (2014) di atas,
dapat disimpulkan bahwa stres dapat dilihat apabila individu memenuhi aspek biologis dan
psikosial yang mencakup gejala kognisi, emosi, dan perilaku. Tokoh lain, Rahman (2009)
menyampaikan bahwa stres dapat dilihat melalui gejala fisik, emosional, intelektual, dan
interpersonal. Berdasarkan pemaparan aspek-aspek stres menurut Sarafino & Smith dan
Rahman, peneliti memilih menggunakan aspek menurut Sarafino & Smith (2014) sebagai alat
ukur dalam mengetahui stres yang terjadi pada individu karena aspek tersebut sudah sering
digunakan sebagai patokan alat ukur dalam penelitian terdahulu serta memiliki penjelasan
yang lebih lengkap sehingga memudahkan peneliti dalam menyusun skala psikologis.
BAB III
A. Definisi Operasional
Gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar
atau ketegangan yang dialami remaja
B. Guide Observasi
No Aspek Perilaku yang bisa diamati
Identitas subjek I
Nama : AF
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Pendidikan : SMA (saat ini sedang menjalani pendidikan S1)
Subjek : AF
A. Hasil subjek AF
Berdasarkan hasil wawancara, subjek mengalami keadaan stress yang disebabkan oleh
trauma fisik dan takut akan ditinggalkan. Awalnya subjek mengalami gangguan tersebut
ketika subjek berasa di kelas 2 SD, saat itu subjek ditinggal pergi oleh ibunya dan mengalami
didikan keras dari ayahnya untuk bersikap mendiri dan disiplin. Tidak hanya itu, subjek juga
mengalami trauma akibat bullying oleh teman-teman semasa sekolahnya sejak SD hingga
SMA. Saat SMP subjek dituduh mencuri handphone milik temannya, subjek merasa tertekan
akan hal itu karena itu bukan kesalahannya. Menurut penuturan Ayahnya, subjek adalah anak
pendiam sejak ditinggal oleh ibunya dan subjek mengalami kesulitan tidur setiap malam sejak
SMP.
Sejak subjek mengalami insomnia, subjek lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya
semasa SMP. Ayahnya banyak memberi buku yang diinginkan subjek, saat itu subjek
menghabiskan waktu di kamarnya seharian. Terkadang sesekali membolos sekolah untuk
menghindari permasalahan yang dihadapi subjek di sekolah, dan masuk sekolah saat subjek
merasa lebih baik. Prestasi subjek dibilang cukup baik, subjek pernah menduduki peringkat
10 besar semasa SMP nya selama 3 tahun.
Saat SMA, subjek merasa tertekan saat mengetahui ayahnya berutang pada bank. Sejak
saat itu subjek sering menyalahkan ibunya karena meninggalkan subjek dan ayahnya. Setiap
malam subjek merindukan ibunya, disamping itu subjek juga membenci ibunya karena ibu
subjek belum menemui subjek sejak meninggalkannya di saat subjek masih kelas 2 SD
sampai sekarang.
Ayah subjek mengatakan pernah membawa subjek ke psikiater saat SMA karena
kekhawatirannya subjek yang sering mengalami insomnia, maag, rambut subjek juga sering
mengalami kerontokan, prestasi belajar subjek juga menurun, terkadang subjek mengalami
frustasi dan memecahkan barang-barang di kamarnya. Saat itu subjek terdiagnosis anxietas
dan depresi yang disebabkan stress dan trauma masa lalunya, sejak saat itu subjek rutin
meminum obatnya dan menjalani terapi kelompok.
Idetintas subjek II
Nama : IL
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20 tahun
Pendidikan : SMK
Subjek : IL
Subjek : IL
Subjek : IL
A. Hasil subjek IL
Berdasarkan hasil wawancara, subjek pernah mengalami trauma fisik yang dilakukan oleh
kakak tirinya. Awal mula subjek mengalami gangguan ketika subjek masih SD kelas 6, saat
itu subjek sendirian dan disusul oleh kakak tiri dan teman-teman kakaknya yang sedang
perjalanan pulang dari sekolah. Subjek sering dijadikan bahan bullying mereka, dan
kakaknya sering tidak mempedulikan subjek, sehingga subjek merasa tertekan. Sejak saat itu
subjek sering lebih banyak diam dan menghindari makan malam bersama keluarga. Menurut
perkataan ibunya, subjek sering dibandingkan dengan kakak tirinya oleh kakeknya sehingga
subjek mengalami frustasi dan sering menyalahkan dirinya. Subjek jarang bercerita kepada
ibunya dan lebih memilih memendam sendiri stress dan masalah yang dialaminya. Ayah
subjek bersikap acuh tak acuh kepada subjek sehingga subjek beranggapan keluarganya
sudah tidak mempedulikan subjek.
Saat SMK subjek mendaftarkan sekolah di luar kota untuk menghindari keluarganya, sejak
saat itu subjek mengalami perubahan sikapnya. Subjek menjadi lebih aktif daripada
sebelumnya, dan bahkan subjek mengikuti organisasi di sekolahnya. Namun saat pertengahan
pendidikan subjek diminta dihentikan oleh ayah tirinya, dan meminta subjek untuk pindah
sekolah di kotanya bermaksud menghemat anggaran keuangannya dan menyuruh subjek
membantu bisnis restoran ayah tirinya menurut perkataan teman dekatnya, saat itu subjek
memiliki keinginan untuk pemberontak karena merasa iri dan frustrasi sebab kakak tirinya
bebas berkuliah luar kota namun tidak dilakukan demi ibunya, subjek merasa tertekan.
Sejak saat itu keadaan subjek kembali menurun hingga merasa stress, mudah tersinggung,
marah dan suasana hati subjek mudah berubah, dan sering memecahkan barang-barangnya.
Saat itu subjek juga sering bertengkar oleh ayah tirinya dan tidak akur dengan keluarganya.
Orang yang dipercayai subjek adalah ibu dan adiknya. Menurut penuturan adiknya, subjek
memiliki sifat penyayang dan baik hati, namun mudah tertekan dan terpaksa untuk menerima
keadaan demi ibunya.
B. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data yang didapatkan. Hasil dari
penganalis data yang telah didapatkan, bahwa remaja rentan mengalami stres. Masa remaja
adalah masa peralihan, peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih–lebih sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekasnya pada apa yang akan terjadi sekarang dan akan datang.
Pada masa remaja, individu mengalami berbagai hal baru seperti perubahan fisik, tekanan
dari sekolah terkait ujian dan nilai, berselisih paham dengan teman, hingga masalah finansial
yang dapat menyebabkan stres pada remaja.
Stres dapat dilihat melalui aspek biologis dan aspek psikososial (gejala kognisi, emosi,
tingkah laku). Aspek biologis berkaitan dengan perubahan pada kondisi fisik dan
metabolisme tubuh. Individu yang mengalami stres akan memunculkan detak jantung dan
pernapasan meningkat dan tidak teratur, gugup, cemas, gelisah, sakit kepala, dan gangguan
tidur (Sarafino dan Smith, 2014). Saat stres, hormon kortisol dalam tubuh meningkat yang
mempengaruhi tekanan darah individu dan membuat individu menjadi mudah marah dan
cemas. Peningkatan hormon kortisol ini menuntut tubuh untuk menyediakan hormon
penyeimbang yang akan memunculkan perasaan tenang yaitu hormon serotonin, dopamin,
dan noradrenalin (Arora, 2008).
Aspek psikososial terbagi menjadi gejala psikis (kognisi dan emosi) dan tingkah laku.
Gejala psikis berkaitan dengan perasaan sedih, marah, tidak bahagia, dan bosan (Sarafino &
Smith, 2014). Pada saat stres, individu cenderung memunculkan perilaku acuh, gelisah,
memusuhi, dan kurang peduli pada sesama (Cohen & Spacapan dalam Sarafino & Smith,
2014).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek stres berupa aspek biologis dan
aspek psikososial (gejala kognisi, emosi, dan tingkah laku) dapat memengaruhi perilaku
remaja bermasalah. Tidak dicapainya kebahagiaan oleh seseorang remaja tidak dengan
sendirinya akan mengalami masalah yang serius.
Aspek-aspek yang dialami subjek tersebut dialami pada saat subjek di masa remaja dan
bertahan hingga kini. Kedua subjek tersebut mengikuti terapi kelompok guna mengatasi
stress yang dialaminya.
BAB V
Kesimpulan
aspek stres berupa aspek biologis dan aspek psikososial (gejala kognisi, emosi, dan
tingkah laku) dapat memengaruhi perilaku remaja bermasalah. Tidak dicapainya kebahagiaan
oleh seseorang remaja tidak dengan sendirinya akan mengalami masalah yang serius.
Aspek-aspek yang dialami subjek tersebut dialami pada saat subjek di masa remaja dan
bertahan hingga kini. Kedua subjek tersebut mengikuti terapi kelompok guna mengatasi
stress yang dialaminya.
Daftar Pustaka
Mahardika, Nur. 2017. Buku Ajar Kesehatan Mental. Kudus: Badan Penerbit Universitas
Muria Kudus