Anda di halaman 1dari 4

EPISTEMOLOGI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

OLEH

KADEK AYU FEBRIANTINI PRADNYAWATI

1612531040

ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016/201
Epistemologi Administrasi Negara
Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan itu. Karena sebagian orang bayak membicarakan bagaimana mereka mendapat
pengetahuan itu. Hal-hal semacam inilah yang di bahas dalam epistemology khususnya
epistemology Ilmu Administrasi Negara.
Sasaran utama materi epistemologi sebenarnya dapat dikatakan berorientasi pada
pertanyaan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana untuk mengetahuinya, dan bagaimana
membedakan antara satu dengan yang lainnya.
Ilmu administrasi Negara pada awalnya hanya sebagai seni bukan sebagai ilmu(sebelum
tahun 1886). Administrasi negara sebagai seni pada hakekatnya timbul bersama-sama dengan
lahirnya peradaban manusia, jelas pada saat itu manusia berbudaya yaitu dengan
mengembangkan ciptanya/akal pikiranya, rasanya/seninya, karsanya/kehendaknya dan yang
penting adanya kerja sama atara dua orang atau lebih yang merupakan faktor administrasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Bukti-bukti sejarah menimbulkan dengan jelas bahwa pada fase prasejarah(seni)
administrasi negara sudah berkembang dengan baik. Meskipun mungkin secara tidak sadar,
masyarakat telah menjalankan sebagian prinsip-prinsi administrasi negara itu.
Ilmu administrasi negara hadir dengan melewati beberapa zaman seperti mesir kuno,
romawi kuno, yunani kuno hingga setelah tahun 1886.
Untuk mengetahui administrasi negara sebagai ilmu maka administrasi negara memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :
Ø Organisasi
Ø Manajemen
Ø Komunikasi
Ø Kepegawaian
Ø Keuangan
Ø Perbekalan
Ø Tata Usaha
Ø Human Relation
Dan yang terpenting pengetahuan dapat di peroleh dengan mendengar dan pengalaman sendiri
dan orang lain.
Teori Administrasi Negara
Bailey (dalam Darwin,1997) menjelaskan empat macam teori yang secara keseluruhan dapat
memberikan kontribusi terhadap praktek administrasi negara, yaitu :

 Teori Deskriptif – eksplanatif


 Teori Normatif
 Teori Asumtif
 Teori Instrumental

 Teori Deskriptif Eksplanatif


Teori deskriptif-eksplanatif memberikan penjelasan secara abstrak realitas administrasi
negara baik dalam bentuk konsep, proposisi, atau hukum (dalil). Misalnya, konsep hirarki
dari organisasi formal. Konsep ini menjelaskan ciri umum dari organisasi formal yaitu
adanya penjenjangan dalam struktur organisasi.
Pada dasarnya teori deskriptif–eksplanatif menjawab dua pertanyaan dasar : apa dan
mengapa (apa berhubungan dengan apa).

 Teori Normatif
Teori normatif bertujuan menjelaskan situasi administrasi masa mendatang secara
prospektif. Termasuk dalam teori ini adalah pernyataan atau penjelasan-penjelasan yang
bersifat utopia yaitu suatu cita-cita yang sangat idealistis.
Teori normatif juga dapat dikembangkan dengan merumuskan kriteria-kriteria normatif
yang lebih spesifik seperti efisiensi, efektivitas, responsivitas, akutabilitas, demokrasi,
dan sebagainya. Teori normatif memberikan rekomendasi ke arah mana suatu realitas
harus dikembangkan atau perlu dirubah dengan menawarkan kriteria-kriteria normatif
tertentu. Namun teori normatif tetaplah penting karena kemajuan administrasi negara
akan lebih terarah bila terlebih dahulu ditentukan kriteria yang tepat untuk mengukur
kemajuan tersebut.
 Teori Asumtif
Teori asumtif menekankan pada prakondisi atau anggapan adanya suatu realitas sosial
dibalik teori atau proposisi yang hendak dibangun. Menurut Bailey teori administrasi
lemah dalam menyatakan asumsi-asumsi dasar tentang sifat manusia dan institusi. Tanpa
asumsi yang jelas membuat teori menjadi utopis atau ahistoris karena tidak jelas dasar
berpijaknya.

 Teori Instrumental
Pertanyaan pokok yang dijawab dalam teori ini adalah ’bagaimana’ dan ’kapan’. Teori
instrumental merupakan tindak lanjut dari proposisi “jika – karena”. Misalnya teori
tentang kebijakan, bagaimana kebijakan dijalankan dan kapan waktunya.

Anda mungkin juga menyukai