Farmakokinetik : Distribusi bGranisetron secara luas terdistribusi dengan volume distribusi rata-rata
kurang lebih 3 l/kg; pengikatan protein plasma kurang lebih 65%.
Metabolisme Granisetron dengan cepat dan luas dimetabolisme di hati, secara normal dengan N-
demethylation dan oksidasi cincin aromatik yang diikuti dengan konjugasi.
Eliminasi Bersihan terutama melalui metabolisme oleh hati. Ekskresi urin granisetron unchanged kurang
lebih 12% dari dosis dimana jumlah metabolitnya sekitar 47% dari dosis. Sisanya diekskresikan melalui
feses sebagai metabolit. Rata-rata waktu paruh plasma pada pasien kurang lebih 9 jam, dengan variasi
antar subjek yang luas. Bersihan granisetron tidak dipengaruhi oleh gangguan ginjal, tapi lebih rendah
pada pasien usia lanjut dan pada pasien dengan gangguan hati.
Farmakodinamik :
Indikasi : Penanggulangan mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi serta operasi.
Interaksi : fenitoin, karbamazepin dan rifampisin: meningkatkan metabolisme ondansetron, tramadol:
ondansetron menurunkan efek tramadol, rifampisin: meningkatkan metabolisme ondansetron.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap ondansetron.
Efek samping : Sakit kepala, konstipasi, rasa panas pada epigastrium, sedasi dan diare.
Dosis : Pencegahan mual dan muntah pasca bedah:
4 mg/i.m. sebagai dosis tunggal atau injeksi i.v. secara perlahan.
Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi.
Dewasa
Kemoterapi yang sangat emetogenik, misalnya cisplatin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansetron
i.v. secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan
infus 1 mg ondansetron/jam selama terus-menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg i.v.
secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam. Atau bisa juga diikuti dengan
pemberian 8 mg peroral 2 kali sehari selama kurang dari 5 hari.
Kemoterapi yang kurang emetogenik, misalnya siklospamid. Injeksi i.v. 8 mg ondansetron secara lambat
atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali
sehari selama kurang dari 5 hari.
Anak-anak > 4 tahun:
5 mg/ml secara i.v. selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan memberikan 4
mg peroral tiap 12 jam selama kurang dari 5 hari.
Usia lanjut:
Ondansetron dapat ditoleransi dengan baik pada penderita usia diatas 65 tahun tanpa mengubah dosis,
frekuensi, ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi ginjal:
Tidak memerlukan penyesuaian dosis harian, frekuensi ataupun cara pemberian.
Penderita dengan gangguan fungsi hati:
Dosis total harian tidak boleh lebih dari 8 mg.
Farmakokinetik :
Farmakodinamik : Mekanisme kerja obat ini sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Meskipun
demikian yang saat ini sudah diketahui adalah bahwa Ondansetron bekerja sebagai antagonis selektif dan
bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3, dengan cara menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga
menekan terjadinya refleks muntah.
Pemberian sitostatika (kemoterapi) dan radiasi dapat menyebabkan pelepasan 5HT dalam usus halus yang
merupakan awal terjadinya refleks muntah karena terjadi aktivasi aferen-aferen vagal melalui reseptor 5
HT3. Aktivasi aferen-aferen vagal juga dapat menyebabkan pelepasan 5HT pada daerah psotrema otak
yang terdapat di dasar ventrikel 4. Hal ini merangsang terjadinya efek muntah melalui mekanisme sentral.
Jadi efek ondansentron dalam pengelolaan mual muntah yang disebabkan sitostatika (kemoterapi) dan
radioterapi bekerja sebagai antagonis reseptor 5HT3 pada neuron-neuron yang terdapat pada sistem syaraf
pusat dan sistem syaraf tepi.
c. Tropisetron (
Efek samping : konstipasi, diare, nyeri abdomen, nyeri kepala, pusing, lesu, reaksi hipersensitivitas.
Dosis : injeksi intravena lambat atau infus intravena 5 mg sesaat menjelang kemoterapi, kemudian 5 mg
oral tiap pagi sedikitnya 1 jam sebelum makan selama 5 hari;
ANAK: tidak dianjurkan.
Farmakokinetik :
Farmakodinamik :
Farmakodinamik :