Disusun Oleh :
Yenne Purnamaning Tyas
P17212195047
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali seperti pra
hamil yang dimulai setelah partus selesai atau sampai kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat kandungan pulih kembali seperti semula. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono,2008 : 237)
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
(Ibrahim, Cristina, 1996)
Masa nifas atau masa puerpurium mulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Saifuddin, 2006)
B. Periode Nifas
a. Periode Immediate Postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran loche, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode Early Postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periose Late Postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB.
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
a. Perubahan Fisik
1. Uterus
Secara berangsur – angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir
uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-
ototnya. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari
berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari
ini uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak
teraba dari luar. Setelah 6 minggu tercapainya lagi ukurannya yang
normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat
plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Endometrium
Timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis, di tempat implantasi
plasenta. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. (Sarwono,2007:237-238)
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra
atau lochea cruenta, terdiri atas darah segar bercampur sisa-sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
a. Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban, sel-sel dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan
mekonium.
b. Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi,
padahari ke 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah
berbau busuk.
f. Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya. (Mochtar, Rustam,
1998 : 116)
5. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen
dan kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula
darah menurun pada masa puerperium. Kadar estrogen dan
progesteron menurun setelah plasenta keluar. Kadar terendahnya
dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan
dengan pembengkakan dan dieresis cairan ekstraseluler berlebih
yang terakumulasi selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui
estrogen meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan
lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post partum hari
ke- 17. (Bobak, 2004:496)
6. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh
darah yang besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak. Bila pembuluh darah yang besar,
tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan diganti oleh
pembuluh-pembuluh yang kiri.
7. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama,
tetapi biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang
asthenis menjadi diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga
sebagian dari dinding perut di garis tengah terdiri dari peritoneum,
fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah dan menonjol kalau berdiri
atau mengejan.
k. Keluhan Penderita
Keluhan penderita setelah melahirkan perlu mendapat perhatian
agar kelainan-kelainan yang menimbulkan gejala-gejala keluhan
tersebut dapat lekas diawasi. Keluhan-keluhan penderita harus
mendapat pertolongan secepat mungkin, sebaiknya keluhan
penderita disampaikan pada dokter agar mendapat pemeriksaan dan
pengobatan yang cepat.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PX POST NATAL CARE (PNC)
A. Pengkajian Data
Tanggal......... Jam........ Tempat.......
Data Subyektif
1. Biodata
Untuk mengetahui umur pasien, menentukan konseling dan resiko
2. Keluhan Utama
Telah melahirkan anak ke ... pada jam .... perut terasa mengeras dan
lemas.
3. Riwayat Haid
Siklus haid :
Lama :
Banyaknya :
4. Riwayat Perkawinan
Mengetahui status pernikahan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak/sedang menderita penyakit kronis, menular serta menahun
seperti DM, jantung, TBC, anemia, inveksi lain khususnya saluran
reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang dapat
mengganggu proses nifas.
6. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Tidak/sedang menderita penyakit kronis, menular serta menahun
seperti DM, jantung, TBC, anemia, inveksi lain khususnya saluran
reproduksi, cacat bawaan / didapat kecelakaan dll yang dapat
mengganggu proses nifas.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ada / tidak ada yang menderita penyakit kronis,
menular, menurun, menahun, seperti jantung, DM, HT, malaria, PMS.
8. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
9. Riwayat Kehamilan, Persalinan Sekarang
a. Kehamilan
Untuk mengetahui adakah keluhan yang dirasakan oleh ibu
selama kehamilannya, periksa hamil kemana dan berapa kali,
apakah ibu juga mengikuti senam hamil maupun perawatan
payudara.
b. Persalinan
Untuk mengetahui ibu melahirkan tanggal berapa, jam berapa
dengan jenis persalinan spontan B kepala / bokong,
hidup/mati, BB, PB, jenis kehamilan, AS, kelainan kongenital,
plasenta lahir lengkap/tidak, adakah perdarahan, episiotomi/tidak.
c. Nifas
Untuk mengetahui kondisi ibu, TFU, UC, lochea, perdarahan,
luka epis/tidak
10. Riwayat KB
Pada umumnya ibu diperbolehkan KB pada 40 hari post partum
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Nutrisi
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup (4 sehat 5 sempurna). Minum
sedikitnya 3 liter tiap hari, hendaknya minum tiap kali menyusui.
b. Istirahat
Istirahat cukup, tidur terlentang selama 8 jam pasca
persalinan boleh miring ke kiri dan ke kanan untuk mencegah
terjadinya trombosit serta kelelahan.
c. Aktivitas
Mobilitas dilakukan setelah 2 jam PP (primi)
Mobilitas dilakukan sebelum 2 jam PP (multi)
d. Eliminasi
BAB : Segera secepatnya setelah melahirkan
BAK : Harus dilakukan 3-4 hari setelah melahirkan
e. Kebersihan
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air mengalir
(dari arah depan ke belakang / dari vulva ke anus)
f. Seksual
Boleh dilakukan setelah masa nifas selesai, atau 40 hari post
partum
g. Pola rekresi
Kegiatan yang dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu
h. Pola kebersihan lain
Minum jamu-jamuan dapat mengakibatkan bayi mencret, ASI
tidak keluar.
12. Data Psikologis
Taking in (ketergantungan)
a. Timbul pada hari ke-3 sampai dengan 4 – 5 masa nifas
b. Ibu siap menerima peran baru dan belajar semua hal-hal
baru
c. Butuh sistem pendukung
d. Mekanisme pertahanan diri penting
e. Merupakan waktu terbaik untuk memberikan health
education/penyuluhan
Letting go (ketidak tergantungan)
a. Terjadi pada minggu ke5-8 masa nifas
b. Keluarga telah menyesuaikan diri dengan peran baru dan
anggota baru
c. Tubuh telah mulai sembuh
d. Mampu menerima tanggung jawab dan mandiri
13. Sosial dan Budaya
a. Bagaimana keadaan rumah tangganya harmonis / tidak, hubungan
ibu suami dan keluarga serta orang lain baik / tidak
b. Ada / tidak ada kebiasaan selamatan mitos, tingkepan, ada /
tidak budaya pantang makan makanan tertentu.
14. Data Spiritual
Agama yang dianut, apakah melaksanakan ibadah / berdoa dengan
baik. (Ibrahim, Cristian.1996)
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik sampai lemah
Kesadaran umum : Composmentis / Somnolen
Postur tubuh : Skoliosis / Lordosis
Cara berjalan : Lurus, bentuk kaki o / x
Tinggi badan : Tidak kurang dari 145 cm
Berat badan : Cenderung turun
Tekanan darah :100/60 – 130/60 mmHg (kenaikan sistol
tidak lebih dari 30 mmHg, distole tidak lebih
dari 15 mmHg)
Nadi : 70 – 90 x/menit
Suhu : 36 – 37o C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : bersih, tidak berketombe, rambut tidak
rontok.
Wajah : hiperpigmentasi muka, tidak pucat,
terdapat cloasma gravidarum
Mata : Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak icterus (kuning)
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, penciuman normal
Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada
gangguan pendengaran
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak kering, gigi tidak
lubang, tidak ada caries gigi
Leher : tidak ada benjolan kelenjar tiroid, tidak
ada bendungan jugularis.
Ketiak : tidak berjalan abnormal, tidak ada luka
Payudara : Puting susu menonjol/datar/tenggelam,
hypervaskularisasi areola mammae,
payudara membesar, hipervaskularisasi
pembuluh darah, colustrum sudah keluar atau
belum
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,
hiperpigmentasi, striegravidarum, tidak ada
benjolan abnormal
Genetalia : Bersih, tidak ada tumor dan condiloma,
tidak oedema dan varises, terdapat luka
perneum atau tidak, lochea rubra
Anus : tidak ada hemorrhoid, anus bersih.
Ekstremitas : Tidak oedema / varises pada ekstremitas
atas dan bawah
b. Palpasi
Payudara : ASI (+)
Perut : TFU dibawah pusat turun 1 jari / hari
Ekstremitas : Oedema, jika ibu terlalu banyak berdiri
c. Auskultasi : Normal
d. Perkusi : Normal
3. Terapi
4. Data Bayi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
kontraksi uterus, distensi abdomen, luka episiotomy
2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum
berpengalaman menyusui, pembengkakan payudara, lecet putting susu,
kurangnya produksi ASI.
3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung
kemih, perubahan-perubahan jumlah / frekuensi berkemih.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan sistem kekebalan tubuh.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih (perdarahan)
6. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan
dengan kecemasan hospitalisasi, waktu perawatan bayi.
C. Intervensi Keperawatan
Dx. 1 : Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,
kontraksi uterus, distensi abdomen, luka episiotomy
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1. Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2. Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa
nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang
dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat
duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perineum
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri
berkurang
Dx. 2 : Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum
berpengalaman menyusui, pembengkakan payudara, lecet putting susu,
kurangnya produksi ASI.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat
mencapai kepuasan menyusui
Kriteria Hasil : ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat
ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui
sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar
memberikan intervensi yang tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting
yang dapat merusak dan mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat memperlancar
pengeluaran asi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik