Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh:

1. Willy Ferdiana
2. Sendra Notty
3. Virginia Afasedanya
4. Thomas Aryadi
5. Polce Takoy

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA TAHUN 2019
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya
orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi
dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil
yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sehingga mungkin terjadi suatu
gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain
(Azizah,2010)
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan
berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alasan untuk memilih menarik diri,
curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui
di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu
belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan
yang lain (Stuart & Laraia 2006). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai
latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Stuart &
Laraia 2006).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan
oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien
dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan
kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi
dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan resiko perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan resiko perilaku
kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh
karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung (Sumirta, 2013).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai
terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri
dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung
dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu
mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) klien dengan resiko perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien
yang mampu mengontrol dirinya dari resiki perilaku kekerasan sehingga saat TAK
klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
B. PENGERTIAN
1. TAK
Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin, diarahkan oleh seorang terapis/petugas kesehatan yang telah terlatih.
2. Perilaku Kekerasan
 Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua
yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak
kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah.
(Berkowitz, 1993)
 Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
a. Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.
Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan
orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin
akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang
marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan
untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
 Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
 Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Strees dapat menyebabkan
 Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan
marah diantaranya sebagai berikut :
a. Perubahan Fisioligik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan
meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b. Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah
tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c. Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.
 Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti
meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam
sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

C. METODE TAK
Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah
metode:
1. Diskusi dan Tanya Jawab
2. Melengkapi jadwal harian
3. Bermain peran / simulasi
4. Dinamika kelompok

D. TUJUAN
1. SESI 1
a. Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
 Klien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
 Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan gejala marah ).
 Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan ).
 Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. SESI 2
a. Tujuan Umum
 Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
 Klien dapat mengontrol resiko perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien
 Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
 Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan. (Keliat, B. A. 2004)
3. SESI 3
a. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan Khusus
 Klien dapat memperkenalkan dirinya.
 Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
 Klien dapat menyalurkan emosinya dan memberikan kesempatan untuk dimengerti
oleh anggota kelompok lainnya.
 Klien dapat menyalurkan emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota
kelompok lainnya.
 Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
 Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.
E. Kriteria Klien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a) Klien yang tidak terlalu gelisah
b) Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok.
c) Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
d) Klien tenang dan kooperatif
e) Kondisi fisik dalam keadaan baik
f) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
F. Waktu Pelaksanaan
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : Selasa, 19 November 2019
Waktu : 11.00-11.30
Tempat : Ruang Merak

G. Nama Peserta dan Ruangan


Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 3 orang, adapun nama-nama
kien yang akan mengikuti TAK yaitu :
1. Abdul
2. Ayep
3. Suhendra

H. Media dan Alat


TAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya
hanya berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :
1. Buku catatan dan pulpen
2. Jadwal kegiatan klien
3. Bantal.
4. Bola mainan

I. Susunan Pelaksana
1. Leader : Willy Ferdiana
2. Co Leader : Sendra Notty
3. Fasilitor :
 Virginia Afasedanya
 Thomas Aryadi
4. Observer :
 Polce Takoy

J. Uraian Tugas Pelaksanaan


a. Leader
Tugas :
1. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi
dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan
perasaannya.
2. Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
3. Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
b. Co Leader
Tugas :
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5. Menutup acara diskusi
c. Fasilitator
Tugas :
1. Mempertahankan kehadiran peserta
2. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam
kelompok.
d. Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3. mengamati dan mencatat
 Jumlah anggota yang hadir
 Siapa yang terlambat
 Daftar hadir
 Siapa yang memberi pendapat atau ide
 Toik diskusi
4. Mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5. memprediksi respon anggota kelompok pada sission berikutnya.

K. Mekanisme Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan persepsi sensori
: perilaku kekerasan
b. Membuat kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik.
 Salam dari terapis kepada klien.
 Perkenalkan nama dan panggilan semua terapis (beri papan nama)
 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama )
b. Orientasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu mengenal suara –
suara yang di dengar.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalakan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti keegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara- suara yang
didengar (perilaku kekerasan ) tentang isinya, waktu terjadinya, dan perasaan klien
pada saat terjadi.
b. Terapis meminta klien menceritakan isii perilaku kekerasan, kapan terjadinya, situasi
yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi perilaku kekerasan. Mulai dari
klien yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
Hasilnya ditulis di whiteboard.
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa
didengar.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien untuuk melaprkan isi, waktu, situasi, dan perasaanya jika
terjadi perilaku kekerasan.
c. Kontrak yang akan dating
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol perilaku kekerasan.
 menyepakati waktu dan tempat.

L. Setting Tempat
Adapun setting tempat yang akan digunakan untuk pertemuan TAK adalah
sebagai berikut
a. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
b. Ruangan nyaman dan tenang.

CO L

P F P F P

Keterangan gambar:
L: Leader
Co: Co-Leader
O: Observer
P: Pasien
F: fasilitator

M. Tata Tertib Kegiatan Dan Program Antisipasi


1. Tata Tertib :
 Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
 Berpakaian rapi dan bersih.
 Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK.
 Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit,
dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta
cadangan.
 Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila
peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk
oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
 Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai.
 Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan terlebih dulu dan
berbicara setelah dipersilahkan.
 TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 09.00 sampai 09.45.
2. Program Antisipasi
 Usahakan dalam keadaan terapeutik.
 Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan
diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
 Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang
telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
 Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
 Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta persetujuan dari peserta
TAK yang lain.
 Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan tujuan, leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
 Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

N. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. ASpek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adlah mengenal isi perilaku kekerasan, waktu terjadinya perilaku kekerasan, situasi
terjadinya perilaku kekerasan, dan perasaan saat terjadinya perilaku kekerasan.

Lampiran Lembar Evaluasi

No. Nama Aspek yang dinilai


Klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Memperagakan
cara yang efektivitas cara menghardik
selama ini cara mengatasi perilaku
digunakan perilaku kekerasan
mengatasi kekerasan
perilaku dengan
kekerasan menghardik.

1.
2.
3.

Petunjuk :
 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
 Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal perilaku kekerasan: isi, waktuu,
situasi, dan perasaan. Beri tanda √ jika klien mampu dan beri tanda X jika klien tidak
mampu.

Perkembangan Klien Dalam TAK


Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : perilaku
kekerasan sesi !. Klein mampu menyebutkan isi perilaku kekerasan ( menyuruh
memukul), waktu ( pukul 9 malam ), situasi ( sedang sendiri), perasaan (jika sedang
geram). Anjurkan klien mengidentifikasi perilaku kekerasan yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC.
Stuar, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5 . Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa : aplikasi Praktik Klinik. Graham Ilmu:Yogyakarta.
Keliat. B. A and Akemat. (2009). “Mode Praktik Keperawatan Profesional Jiwa”. Jakarta:
ECG.Sumirta,Nengah,I.(2013). Relaksasi Nafas dalam Terhadap Pengendalian Marah
Klien dengan Perilaku Kekerasan.http://poltekkes- denpasar.ac.id/files/JURNAL%2
GEMA%20KEPERAWATAN/JUNI%202015/I%20Nengah%20Sumirta.pdf.
Stuart dan Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai