Anda di halaman 1dari 15

1

I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Larva didefenisikan sebagai anak ikan yang baru menetas. Berkaitan

dengan perkembanganna, larva dibedakan menjadi dua tahap yaitu pro (pre) larva

adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan post larva adalah masa

ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya organ-organ baru

(Hermawan, 2014).

Otolith merupakan tulang telinga yang terdapat pada sacculus di daerah

kepala dipakai untuk keseimbangan dan untuk penentuan umur (Pulungan, 2006).

Umur ikan adalah lama hidup suatu ikan mulai dari menetasnya telur

hinggamenjadi dewasa. Pengetahuan mengenai komposisi umur dalam suatu

populasi ataukomunitas ikan dalm suatu perairan merupakan hal yang sangat

penting, terutama jika dihubungkan dengan produksi dan pengelolaan ikan

sebagai sumber daya dari suatu perairan. Beberapa usaha yang dilakukan di

Indonesia untuk memajukan dan mengembangkan perikanan adalah dengan

melakukan penelitian tentang umur ikan, dimana penelitian ini merupakan sesuatu

yang sangat penting dalam bidang biologi perikanan. Dengan mengetahui data

umur pada ikan yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat

memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang

kelamin, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan. Melihat

pentingnya mengetahui usia ikan, maka pada praktikum ini akan di pelajari

penentuan usia ikan. Umur ikan dapat menggunakan materi pengamatan sisik

ikan, ataupun metode otolith.


2

Berdasarkan pertimbangan itulah praktikum dilaksanakan agar praktikan

dapat melihat seperti apa bentuk larva ikan, dan dapat melihat seperti apa

penentuan tuan umur dengan melihat bagian keras pada ikan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas

laporan praktikum Biologi Perikanan dan mengetahui ciri-ciri, bentuk dan

perbedaan dari fase pro dan post dari larva serta mengetahi keadaan ikan melalui

otolith ikan tersebut dan penentuan umurnya.

Dan manfaat dari pembuatan laporan praktikum Biologi Perikanan ini

adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang otolith dalam penentuan umur

ikan dan dapat membedakan larva ikan pada fase pro dan post.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Larva menurut Hermawan (2014), didefenisikan sebagai anak ikan yang

baru menetas. Berkaitan dengan perkembangannya, larva dibedakan menjadi dua

tahap yaitu pro (pre) larva adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan
3

post larva adalah masa ketika kantung kuning telur menghilang sampai

terbentuknya organ-organ yang baru.

Cepat lambatnya kuning telur tersebut habis berbeda satu dengan yang

lainya antara individu ikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain

jumlah kuning telur yang dibawa telur itu sendiri, factor fisologis selama periode

embriologi, kondisi lingkungan separti suhu lingkungan, dan sifat dari sepses itu

sendiri. (Dino, 2013).

Penentuan umur suatu ikan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu secara

langsung, cara ini hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya.

Secara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang hidup di perairan

alami. Individu ikan ada yang berumur panjang dan ada yang berumur pendek.

Ikan-ikan yang memiliki umur panjang cendrung sebagai ikan yang primitif,

pergerakan lambat, sebagai penghuni dasar suatu perairan dan memiliki alat

pernafasan tambahan dan tahan terhadap pertumbuhan ekstrim dari oksigen

terlarut, suhu dan salinitas. (Manda, et al, 2017)

Pro larva ialah larva yang masih memiliki kantung kuning telur berbentuk

bundar, bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir

pigment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya,

sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus

masih berupa tabung lurus.Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak

sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa (Manda, dkk, 2017).

Pada larva mengalami masa peralihan antara fas primitif dengan fase

definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara
4

sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive

yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempuran

dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya

(Manda, dkk, 2017).

Anak ikan yang baru menetas disebut larva dimana tubuhnya belum dalam

keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya. Dalam bidang

budidaya, larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling. Semasa

perkembangannya larva terdiri dari masa prolarva dan postlarva (Manda, dkk,

2017).

Larva ikan yang baru keluar dari cangkang (prolarva) yang belum

memiliki bukaan mulut, sirip belum terbentuk sempurna, membawa kuning telur

sebagai cadangan makanan. Lama masanya menjadi prolarva atau sampai habis

kuning telur bervariasi untuk setiap spesies ikan, biasanya sekitar 3-7 hari. Cepat

lambatnya habis makanan berupa kuning telur itu dipengaruhi oleh jumlah kuning

telur yang dibawah telur, faktor fisiologis selama periode embriologi, kondisi

lingkungan seperti suhu perairan dan sifat dari spesies ikan itu sendiri (Manda,

dkk, 2017).

Anak ikan yang baru ditetaskan dinamakan larva, tubuhnya belum dalam

keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan

perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi menjadi 2 tahap yaitu pro

larva dan pra larva. Untuk membedakannya, pro larva masih mempunyai kantung

kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya

belum diketahui. Sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum sempurna
5

bentuknya dan kebanyakan pro larva yang baru keluar dari cangkang telur ini

tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja.

Mulut dan rahang belum berkembang dan usunya masih merupakan tabung yang

lurus. Sistem pernapasan dan peredaran darahnya belum sempurna. Adakalanya

larva ikan yang baru ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning

telurnya masih mengandung minyak. Apabila kuning telurnya sudah habis

dihisap, posisi larva tersebut akan kembali seperti biasa. Larva ikan yang baru

ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan menggerakkan

bagian ekornya ke kiri dan ke kanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena

tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak (Effendie, 2010).

Embrio atau larva ikan ovipar yang baru keluar dari cangkang telur akan

memasuki suatu fase kehidupan yaitu fase larva. Individu ikan yang masih berada

pada fase larva akan mengalami fase/tahap kehidupan yang penuh dengan resiko

atau merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupannya, karena pada masa

larva ini individu ikan masih berada dalam fase peralihan dari bentuk yang

primitif menjadi bentuk yang definitif (Agus, 2016).

Otolith terbentuk dari kalsium karbonat yang mengeras didalam saluran

kanal dari sirkulasi pada tulang ikan yang menonjol, berperan membantu dalam

keseimbangan dan menanggapi bunyi (Asanjaya. 2015).

Sebagian diatom berbeda nyata pada diatom morfologi otolith yang terjadi

diantara ikan-ikan bertulang sejati yang memberi kesan bahwa otolith ini

mempunyai peranan penting untuk pendengaran. Otolith terutama tambahan dari


6

kristalisasi kalsium karbonat, dalm bentuk magnetik dan berserabut. Kolagen

yang mempunyai protein otoline (Agus, 2016).

Pertumbuhan otolith mempunyai permukaan dan endapan material, suatu

proses yang berhubungan dengan masa peredarannya bergantung pada laju dalam

metabolisme kalsium dan pada asam amino sintesis. Hasil tersebut merupakan

formasi tambahan dari pertumbuhan harian dalam otolith tersebut, tersususn

secara kontingen atau penambahan unit dan suatu unit pengawasan (Riski, 2014).

III. METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 19 November 2018,

pukul 13.00 – 15.30 WIB. Dan berlangsung di Laboratorium Biologi Perairan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.


3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah otolith ikan Merah,

dan bibit ikan serta air. Dan alat yang digunakan adalah pensil, pena, penghapus,

mikroskop, penggaris, nampan, tempat larva, crystal bon, batu asah, buku

praktikum dan penuntun praktikum, serbet, dan tisu.


3.3 Metode Praktikum

Metode yang dipergunakan pada praktikum ini adalah metode langsung

dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil

datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
7

3.4 Prosedur Praktikum


Pertama-tama mahasiswa dikumpulkan didepan laboratorium kemudian

diabsen satu per satu dengan menyerahkan laporan minggu kemarin. Setelah itu

pratikan mengambil peralatan yang akan digunakan. Mengasah otolith yang telah

ditempel menggunakan lelehan crystal bon (dilelehkan diatas setrika) di atas objek

glass dengan batu asah yang telah direndam dalam air terlebih dahulu, sampai

otolith menipis. Lalu pratikan mengamati gambar otolith pada mikroskop dan

menggambarnya di buku laporan sementara. Setelah itu gambar tersebut diberi

kesimpulan yang dilihat dari terang atau gelapnya tepi atau inti otolith. Pada larva

pratikan mengamati di bawah mikroskop juga apkaah dia masih berbentuk pro

larva atau post larva. Lalu menggambarkan bibit ikan tersebut. Kemudian pratikan

menulis perbedaan antara pro larva dan post larva dari hasil pengamatan yang

didapat. Terakhir pratikan membuat kesimpulannya. Terakhir, praktikan diberikan

respon tentang materi yang telah dipratikumkan.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Gambar 1. Otolith Ikan Merah (Lutjanus bouton).

Gambar 2. Postlarva ikan Platy Pedang (Xyphophorus helleri)

4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan melalui mikroskop, diketahui bahwa otolith ikan

Merah memiliki pinggiran yang hitam dan inti yang gelap, sehingga memberi

pertanda bahwa ikan tersebut pada fase larva mengalami gangguan fisik seperti

faktor makanan, pertumbuhan dan lingkungan yang berarti dia hidup di perairan

tercemar. Namun, setelah ikan tersebut dewasa dapat kembali normal dengan

dipindahkan ketempat yang lebih baik. Selanjutnya untuk larva ikan kami

mendapatkan larva yang masuk dalam kategori pro larva yang memiliki bentuk

primitive, karena bukaan mulut belum terbuka, bagian organ-organ tubuh belum
9

terbentuk dengan sempurna, dan mempunyai kuning telur sebagai cadangan

makanan.

Pada larva mengalami masa peralihan antara fas primitif dengan fase

definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara

sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive

yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempuran

dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya

(Manda dkk, 2011) .

Pro larva adalah larva yang masih memiliki kantung kuning telur

berbentuk bundar, oval atau oblong, tubuhnya transparan dengan beberapa butir

pigment. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya,

sedangkan sirip perut berupa tonjolan, mulut dan rahang belum berkembang, usus

masih berupa tabung lurus. System pernafasan dan peredaran darah tidak

sempurna, makanan dari kuning telur yang dibawa.

Post larva ialah larva yang mulai kehilangan kantung kuning telur, mata

berpigment, gelembung udara gelap, mulut terbentuk, sirip dada membesar,

sungut absen atau ada, bentuk badan siliender atau pipih maupun bervariasi,

sebagian besar organ telah terbentuk sehingga di akhir post larva secara morfologi

hampir menyerupai bentuk ikan dewasa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
10

Dari hasil pengamatan melalui mikroskop, diketahui bahwa otolith ikan

Merah memiliki pinggiran yang gelap dan inti yang gelap, sehingga memberi

pertanda bahwa ikan tersebut pada fase larva mengalami gangguan fisik seperti

faktor makanan, pertumbuhan dan lingkungan yang berarti ikan tersebut hidup di

perairan tercemar. Selanjutnya untuk larva ikan perbedaan dari pro larva dan post

larva sangat jauh sekali dapat dilihat dari pertumbuhan sempurna organ tubuh dan

kuning telur.
5.2 Saran
Dalam praktikum ini praktikan berharap agar praktikum mata kuliah

biologi perikanan ini dapat terus berjalan dengan baik dan lebih baik lagi, karena

dengan melakukan praktikum praktikan dapat memahami materi kuliah dengan

lebih baik lagi.

Untuk menjaga ketenangan di dalam Laboratorium diharapkan kepada

asisten agar tetap menegakkan disiplin bagi praktikan yang berjalan-jalan atau

main-main selama praktikum berlangsung dan agar pratikum dapat berjalan

dengan lancar dan baik dimasa yang akan datang diharapkan alat yang digunakan

cukup lengkap sehingga memudahkan dalam praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Muhammad. 2016. Penentuan umur Ikan.


11

http://4shareilmu.blogspot.co.id/2011/10/penentuan-umur-ikan.html
(Diakses tanggal 24 November 2018 pukul 22.05)

Asanjaya. 2015. Penentuan Umur Ikan.


http://www.slideshare.net/asanjayamadridista/biologi-perikanan-
penentuan-umur-ikan. (Diakses tanggal 24 November 2018 pukul 20.36)

Dino. 2013. Larva Ikan


http://dinofenderley.blogspot.co.id/2012/05/larva-ikan.html (Diakses
tanggal 25 November 2016 pukul 22.52)

Effendi, M. I. 2010. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara,


Yogyakarta. 163 hal

Hermawan. 2014. Literatur Larva Ikan.


http://rengkiik08.blogspot.co.id/2011/01/literatur-ekoper-larva-ikan-
benthos.html (Diakses tanggal 25 November 2018 pukul 22.52)

Pulungan. 2006. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.


Univesitas Riau: Pekanbaru.

Ridwan, Chaidir, Windarti dan Efizon, 2017. Penuntun Praktikum Biologi


Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
Pekanbaru.

Riski, Anzila. 2014. Otolith.


http://anzilarizkiwahyumuharrama.blogspot.co.id/2011/11/analisis-isi-
saluran-pencernaan-ikan.html (Diakses tanggal 24 November 2018 pukul
23.00)

Taxonomy. Diakses dari www.zipcodezoo.comtanggal 24 November 2018 pukul


22.52 WIB. Effendie, M. I. 2007.

The Effect Of Subjective Fish Scale Ageing On Growth And Recruitment


Analyses: A Case Study From The Uk.Acta Ichthyologica Et Piscatoria
(2006)
12

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat-alat yang digunakan selama praktikum


13

Pensil Pena

Penggaris Penghapus

Nampan Serbet

Buku penuntun pratikum mikroskop


14

Cawan petri object glas

Crystal bond batu asahan

Setrrikaan

Lampiran 2 : Hasil Pengamatan dibawah Mikroskop


15

Otolith Ikan Tambakan Kepala Larva

Badan Larva Ekor Larva

Anda mungkin juga menyukai