Anda di halaman 1dari 7

ANALISA SINTESA

TINDAKAN KEPERAWATAN KOMPRES HANGAT


DI RUANG TULIP
RSUD DR. TJITROWARDOYO PURWOREJO

Disusun Oleh :

FACHRIZA MALIKA RAMADHANI


NIM : P2722019204

PROGRAM PROFESI NERS


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2019
ANALISA SINTESA
TINDAKAN KEPERAWATAN KOMPRES HANGAT PADA An. L
DI RUANG BOUGENVILE RSUD DR. TJITROWARDOYO
PURWOREJO

Hari : Rabu

Tanggal : 30 Oktober 2019

Jam : 06.00 WIB

A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan badannya panas sudah 2 hari.
B. Diagnosa Medis
Infeksi saluran kemih.
C. Diagnosa Keperawatan
Hipertemi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
D. Data Yang mendukung diagnosa keperawatan
DS : Klien mengatakan badannya panas sudah 2 hari
DO : KU : cukup, kesadaran : composmentis
TD : 115/63 mmHg
N : 102x/menit
S : 38 C
RR : 20x/menit

E. Dasar Pemikiran
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang
biasanya terjadi karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu di
atas setting normal yaitu di atas 38C. Namun demikian, panas yang
sesungguhnya adalah bila suhu >38.5C. Hipertermia juga dapat
didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi.
Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu
tubuh. Namun, pada keadaan tertentu, suhu dapat meningkat dengan
cepat hingga pengeluaran keringat tidak memberikan pengaruh yang
cukup. Demam bukan penyakit melainkan gejala suatu penyakit sebagai
reaksi tubuh untuk melawan infeksi atau penyakit, yang bisa disebabkan
oleh infeksi virus atau bakteri. Ketika melawan penyakit atau infeksi
yang masuk, tubuh akan mengeluarkan sejumlah panas ke kulit tubuh.
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu >37,2°C, biasanya disebabkan
oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun,
keganasan, ataupun obat-obatan (Surinah, 2009).
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu
tubuh anak yang mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada
daerah pembuluh darah besar merupakan upaya memberikan rangsangan
pada area preoptik hipotalamus agar menurunkan suhu tubuh. Sinyal
hangat yang dibawa oleh darah ini menuju hipotalamus akan merangsang
area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh sistem efektor.
Sinyal ini akan menyebabkan terjadinya pengeluarn panas tubuh yang
lebih banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah
perifer dan berkeringat (Potter & Perry, 2005).
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kompres air hangat
mampu menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia
(Anisa, 2019). Hasil penelitian Wowor, dkk (2017) juga menunjukkan
bahwa kompres air suhu hangat lebih efektif menurunkan suhu tubuh
anak demam. Menurut Mahdiyah (2015), panas tubuh yang keluar dari
tubuh hilang melalui kulit dipengaruhi oleh perbedaan antara suhu tubuh
dan lingkungan, jumlah permukaan tubuh yang terpapar udara, jenis
pakaian yang dikenakan, serta pemberian kompres. Mekanisme hilangnya
suhu tubuh melalui proses konduksi pada pemberian kompres yang
bekerja sebagai isolator yang efektif terhadap hilangnya panas yang
berlebihan.

F. Prinsip tindakan keperawatan


1. Saling percaya dan klien kooperatif
2. Persiapan diri (perawat) dan persiapan pasien
3. Tindakan sesuai prosedur atau SOP
Tindakan : Memberikan kompres hangat pada pasien
Pemberian kompres hangat menurut Asmadi (2008) adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan alat
a. Kom berisi cairan hangat sesuai kebutuhan (40-460 C)
b. Bak steril berisi pinset dua buah, kasa beberapa potong dengan
ukuran yang sesuai
c. Kasa perban atau kain segitiga
d. Pengalas
e. Sarung tangan bersih di tempatnya
f. Bengkok
2. Prosedur
a. Dekatkan alat-alat ke klien
b. Perhatikan privasi klien
c. Cuci tangan
d. Atur posisi klien yang nyaman
e. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres
f. Sarung tangan bersih di tempatnya
3. Hal yang perlu diperhatikan
a. Kain kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres
dipertahankan tetap hangat
b. Cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai
terbakar
c. Kain kompres harus lebih besar daripada area yang akan
dikompres
4. Prosedur
a. Dekatkan alat-alat ke klien
b. Perhatikan privacy klien
c. Cuci tangan
d. Atur posisi klien yang nyaman
e. Pasang pengalas di bawah daerah yang akan dikompres
f. Kenakan sarung tangan, buang bekas balutan ke dalam
bengkok kosong
g. Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak sterisl,
lalu masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat
h. Kemudian ambil kasa tersebut lalu bentangkan dan letakkan
pada area yang akan dikompres
i. Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu
ditutup/dilapisi dengan kasa kering. Selanjutnya dibalut
dengan kasa perban atau kain segitiga
j. Lakukan perasat ini selam 15-30 menit atau sesuai program
dengan anti balutan kompres tiap 5 menit
k. Lepaskan sarung tangan
l. Atur kembali klien dengan posisi yang nyaman
m. Bereskan alat-alat
n. Cuci tangan
o. Dokumentasi
5. Hal yang perlu diperhatikan
a. Pertahankan kasa tetap hangat
b. Hindarkan kulit jangan sampai terbakar
c. Kain kompres ahrus lebih besar daripada area yang dikompres

G. Analisis tindakan
Klien mengalami demam naik turun selama 2 hari sejak sebelum
masuk rumah sakit dan memerlukan tindakan untuk menurunkan
demam. Tindakan yang dilakukan bisa dengan farmakologi dan non
farmakologi. Terapi nonfarmakologi yang bisa dilakukan yaitu dengan
melakukan kompres hangat. Menurut Mahdiyah (2015), panas tubuh
yang keluar dari tubuh hilang melalui kulit dipengaruhi oleh
perbedaan antara suhu tubuh dan lingkungan, jumlah permukaan
tubuh yang terpapar udara, jenis pakaian yang dikenakan, serta
pemberian kompres. Mekanisme hilangnya suhu tubuh melalui proses
konduksi pada pemberian kompres yang bekerja sebagai isolator yang
efektif terhadap hilangnya panas yang berlebihan. Suhu panas pada
tubuh mengalami penguapan, air sebagai hasilnya menurunkan suhu
karena pada kompres plester yang mengadung hydrogel terdapat gel
pendingin lembar yang menciptakan sensasi dingin pada permukaan
kulit yang panas. Kemampuan teransfer panas yang sangat baik
dimungkinkan oleh struktur yang unik gel yang menyebarkan panas
secara bebas dan mempertahankan efek pendinginan konstan dan
stabil.

Dengan kompres hangat menyebabkan suhu tubuh diluaran


akan terjadi hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa
suhu diluaran cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh,
dengan suhu diluaran hangat akan membuat pembuluh darah tepi dikulit
melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas. Sehingga akan terjadi
perubahan suhu tubuh.

H. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan


1. Monitor KU dan TTV
2. Anjurkan untuk minum banyak
3. Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian terapi obat
antipiretik
I. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S : Klien mengatakan nyaman setelah dikompres
O : KU : cukup, Kesadaran : composmentis
TD : 117/78 mmhg
N : 85 x/menit
S : 37,8 C
RR : 20x/menit
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor KU dan TTV
- Anjurkan untuk minum banyak
- Anjurkan untuk melakukan kompres hangat
-Kolaborasi dengan tenaga medis lain dalam pemberian
terapi obat antipiretik
J. Evaluasi diri
Tindakan kompres hangat telah dilakukan sesuai standar operasional
prosedur yang benar.

K. Daftar pustaka

Surinah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 bulan. Jakarta: PT


Pramedia Pustaka Utama

Anisa, Karunia Dewi. (2019). Efektifitas Kompres Hangat untuk


Menurunkan Suhu Tubuh Pada An.D Dengan Hipertermia.
Semarang: DOI: 10.33485/jiik-wk.v5i2.112

Wowor, Mariana S. (2017). Efektivitas Kompres Air Suhu Hangat


Dengan Kompres Plester Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Demam Usia Pra-Sekolah Di Ruang Anak Rs Bethesda Gmim
Tomohon. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view
/17872/ 17393

Mahdiyah, Dede.(2015).Perbedaaan Efektifitas Kompres Hangat Basah


Dan Plester Kompres Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak
Dengan Demam Typhoid. Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli
2015.http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulya.ac.id/index
.php/dksm/atricle/ view/44/33

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa :
Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC

Clinical Instructure (CI) Mahasiswa

Zuma Apriyantini, S.Kep., Ns Fachriza Malika Ramadhani


NIP. NIM : P27220019204

Anda mungkin juga menyukai