Edisi Pertama
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Purwokerto, 2019
6
12. Jika menggunakan Ruang Skills Lab secara mandiri, harus dengan izin
terlebih dahulu dengan Laboran skills lab.
13. Mahasiswa wajib mengikuti pretest sebelum kegiatan skills lab sesi
terbimbing berlangsung
14. Mahasiswa yang tidak lulus pretes (nilai <70) tetap diperbolehkan
mengikuti sesi terbimbing, dengan konsekuensi diberikan tugas
tambahan oleh instruktur yang bersangkutan.
15. Mahasiswa yang tidak lulus responsi wajib mengikuti remidi responsi
dengan instruktur yang bersangkutan setelah sesi responsi selesai/ di
lain hari sebelum topik berikutnya berlangsung, dengan nilai maksimal
70.
B. Ketentuan Selama Skills lab :
1. Mahasiswa wajib menjaga attitude, ketertiban, ketenangan dan
kebersihan di Ruang Skills Lab.
2. Mahasiswa wajib berperilaku sopan, santun dan saling menghargai
antara Mahasiswa dengan Mahasiswa, Mahasiswa dengan dosen,
Mahasiswa dengan Laboran Skills Lab.
3. Mahasiswa dilarang merokok, makan dan minum selama melaksanakan
kegiatan di area skills lab.
4. Tiap kelompok bergiliran mempelajari tindakan Skills Lab secara
berkelompok dengan alokasi waktu yang telah disepakati.
5. Mahasiswa mendapat bimbingan dari asisten dosen yang bertugas pada
tindakan Skills Lab yang bersangkutan.
C. Alat
1. Perwakilan masing – masing kelompok mahasiswa (maksimal 3 orang)
berkoordinasi dengan laboran skills lab dalam hal peminjaman ruangan
dan alat – alat skills lab 30 menit sebelum skills lab dilaksanakan,
mengisi form peminjaman alat dan bertanggung jawab terhadap
ruangan dan alat – alat yang akan digunakan.
8
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum : Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan perawatan
metode kanguru yang benar, sehingga dapat memberikan bimbingan kepada
ibu/pengganti ibu.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Mengetahui kriteria yang digunakan untuk memilih neonatus yang
sesuai untuk jenis asuhan ini.
2. Memberikan pendidikan kepada ibu mengenai keuntungan PMK dengan
teknik yang benar.
3. Melakukan persiapan alat/bahan
4. Melakukan persiapan ibu/pengganti ibu dengan benar
5. Melakukan persiapan bayi
6. Menempatkan bayi dalam posisi yang benar.
7. Menjaga posisi dengan teknik ikatan yang tepat.
8. Menjelaskan kepada ibu cara melepaskan ikatan untuk persiapan
menyusu
9. Memonitor tanda vital dan oksigenasi neonatus dan mengidentifikasi
tanda stress selama PMK.
B. TINJAUAN TEORI
Keterampilan perawatan metode kanguru (PMK) adalah
keterampilan yang diajarkan agar seseorang dapat mengajarkan /
membimbing ibu atau pengganti ibu yang mempunyai bayi berat lahir
rendah (BBLR) melakukan perawatan dengan metode kanguru.
Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi
prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit
ibu (skin to skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna
10
Gambar 1.
Cara perawatan metode kanguru dan berbagai posisi dalam kegiatan
sehari-hari. Esensi dari PMK menurut PERINASIA :
1. Ada 3 komponen PMK, yaitu : kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu,
pemberian ASI eksklusif, serta interaksi antara ibu dengan bayinya.
11
2. Kontak kulit ibu dengan kulit bayi, dilakukan dengan cara menempelkan
bagian depan bayi langsung pada dada ibu. Untuk mendapatkan rasa
nyaman dan hangat, maka dipasangkan selimut dan topi. PMK idealnya
dimulai saat bayi lahir dan berlangsung sepanjang pagi hingga malam
hari.
3. ASI eksklusif diberikan secara ad libitum, tanpa pemberian makanan
lain. Akan tetapi bila memang ada indikasi tertentu dapat diberikan
nutrisi tambahan.
4. Support apapaun yang diberikan untuk ibu dan bayi berupa pengobatan,
dukungan emosional, ataupun kesejahteraan fisik harus dilakukan tanpa
memisahkan mereka.
PMK dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu dilakukan secara terus
menerus selama 24 jam atau yang disebut juga metode continue dan yang
kedua dilakukan secara selang seling atau intermitten. Idealnya PMK
dilakukan secara continue, akan tetapi pada RS yang tidak memiliki fasilitas
rawat gabung metode intermitten dapat menjadi pilihan. PMK secara
intermitten juga dilakukan sebagai pelengkap pada perawatan konvensional
dengan menggunakan inkubator.
Kemampuan mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan
pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sangatlah rendah. Bayi
baru lahir, terutama dengan kondisi BBLR dapat kehilangan panas tubuh
dengan 4 cara yaitu :
1. Evaporasi : proses kehilangan panas melalui proses penguapan dari kulit
yang basah.
2. Radiasi : proses kehilangan panas melalui pemancaran panas langsung
dari tubuh bayi ke lingkungan sekitarnya yang lebih dingin. Misalnya
ketika bayi baru lahir yang diletakkan pada ruangan ber-AC dengan suhu
yang sangat rendah.
12
Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit
tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi.
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas
tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu
dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi
haruslah dalam posisi ”kodok”, tangan harus dalam posisi fleksi.
Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi
tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada
di setinggi dada bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya
berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan
pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi. Berikut adalah cara
memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru :
a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher
sampai punggung bayi.
b. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari
lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran
napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.
2. Nutrisi dengan pemberian ASI/Kangaroo Nutrition
Dengan melakukan PMK, proses menyusui menjadi lebih berhasil.
Pada PMK, proses menyusui juga menjadi berlangsung lebih lama. PMK
dapat meningkatkan volume ASI yang dihasilkan ibu. Bayi dengan usia
kehamilan 30 minggu dapat memulai proses menyusui. Segera setelah
bayi menunjukkan tanda kesiapan untuk menyusu, dengan
menggerakkan lidah dan mulut, dan keinginan untuk menghisap (seperti
menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu menempatkan bayi pada
posisi melekat yang dirasa cukup baik.
Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti
menghisap adalah pada saat dua jam setelah lahir, ketika bayi bersifat
sangat responsif terhadap rangsangan taktil, suhu dan bau yang berasal
15
dari ibunya. Untuk memulai proses menyusui pilihlah waktu yang tepat
saat bayi bangun dari tidur, atau pada saat sadar atau terbangun. Bantu
ibu untuk duduk dengan nyaman di kursi tidak berlengan dengan bayi
dalam posisi kontak kulit. Untuk pertama kali menyusui, ambil bayi
tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian, tunjukkan
pada ibu cara ini. Lalu letakkan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu
ibu agar bayi berada dalam posisi melekat yang benar.
Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu
menyusu lebih sering, yaitu sekitar 2-3 jam. Meskipun bayi belum dapat
menghisap dengan baik dan lama, anjurkan menyusui terlebih dahulu,
lalu gunakan metode minum yang lain. Lakukan apapun yang
merupakan pilihan terbaik di tempat Anda: biarkan ibu memberikan ASI
pada bayi dengan cara langsung atau dengan menggunakan alat (melalui
gelas atau pipa).
Memberi minum BBLR adalah satu tantangan khusus. Untuk bayi
dengan berat lahir di bawah 1.250 gram beberapa hari pertama belum
dapat minum per oral dan cairan diberikan melalui infus. Pada saat itu,
bayi mendapat perawatan konvensional. Pemberian minum melalui
mulut hendaknya dilakukan segera bila kondisinya memungkinkan dan
bayi mampu melakukannya. Ini biasanya terjadi pada saat bayi mulai
mendapat PMK. Hal ini membantu ibu untuk memproduksi ASI, dan
meningkatan pemberian ASI.
Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu
diberi minum melalui pipa lambung, untuk ASI yang diperas (expressed
breast milk). Ibu dapat melatih bayi untuk menghisap dengan
membiarkan bayi menghisap jarinya ketika bayi masih minum melalui
pipa lambung. Pemberian minum melalui pipa dapat dilakukan saat bayi
berada dalam posisi kanguru.
Pada umumnya bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat
diberi minum melalui gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan
16
satu atau dua kali sehari saat bayi masih diberi minum melalui pipa
nasogastrik. Jika bayi dapat minum melalui gelas dengan baik, maka
pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi. Pada saat pemberian
minum melalui gelas maka bayi dikeluarkan dari posisi kanguru,
dibungkus dengan selimut hangat dan dikembalikan pada posisi kanguru
setelah proses pemberian minum.
Pada umumnya bayi dengan usia kehamilan sekitar 32 minggu
atau lebih, sudah dapat mulai menyusu pada ibu. Mula-mula bayi hanya
akan mencari puting dan menjilatnya atau dia sudah mulai menghisap
sedikit. Lanjutkan pemberian ASI yang diperas melalui gelas atau pipa
untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat semua yang dibutuhkan. Bayi
dengan usia kehamilan 32 minggu sudah bisa menelan, tetapi belum
bisa menghisap sehingga diberikan suplementasi tetesan ASI.
Bayi-bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu atau lebih, dapat
memenuhi semua kebutuhannya langsung dari ASI. Berdasarkan hasil
penelitian refleks hisap dengan EMG (electromyogram), diketahui
bahwa refleks hisap yang efektif baru timbul pada bayi dengan usia
kehamilan 34 minggu. Meskipun demikian, sesekali tambahan minum
ASI perah melalui gelas tetap diperlukan.
Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup,
sebaiknya mendapat zat besi dan suplemen asam folat yang dimulai dari
dua minggu setelah kelahiran sampai setahun usia kronologis.
3. Dukungan/Kangaroo support
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun
emosional. Dukungan dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh
anggota keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan, akan
sangat sulit bagi ibu untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil.
Wanita hamil sebaiknya sudah diberikan informasi dan edukasi tentang
PMK sejak kunjungan antenatal pertama. Saat bayi telah lahir, ibu
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, diantaranya berupa :
17
PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria
dibawah ini :
a. Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada
apnea atau infeksi.
b. Bayi minum dengan baik.
c. Berat bayi selalu bertambah (15g/kg/hari) untuk sekurang-
kurangnya tiga hari berturut-turut.
d. Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk
melakukan follow-up.
e. Bayi dipulangkan jika berat badan telah naik minimum 10g/hari
selama tiga hari, dapat minum dengan baik (minum melalui gelas
atau dari ASI) dan jika kondisi umum telah stabil. Terdapat batasan
berat badan minimum yakni 1.500
f. Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1.800 gram dipantau
setiap minggu dan bayi dengan berat badan >1.800 gram setiap dua
minggu.
Untuk mempermudah penilaian kapan PMK dapat diakhiri, telah
tersedia tabel seperti berikut di bawah ini, dimana pasien dapat
dipulangkan bila jumlah skor total dari penilaian skor pemulangan
penderita > 17.
20
Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas, anjuran berikut ini dapat
berlaku pada keadaan seperti :
a. Dua kali kunjungan ulang per minggu sampai dengan 37 minggu usia
pasca menstruasi.
b. Satu kali kunjungan ulang per minggu setelah 37 minggu.
Pemeriksaan pada kunjungan dapat bervariasi, sesuai dengan
kebutuhan ibu. Pada tiap kali kunjungan untuk melakukan pemantauan,
periksalah hal-hal sebagai berikut :
a. PMK
Lama kontak langsung kulit ibu-bayi, posisi, pakaian, suhu
badan, dukungan untuk ibu dan bayi. Apakah bayi menunjukkan
tanda-tanda intoleransi? Apakah saatnya untuk menyapih bayi dari
PMK (biasanya sekitar 40 minggu dari usia pasca menstruasi, atau
sebelumnya) Jika belum, dorong ibu dan keluarganya untuk
melanjutkan PMK selama mungkin.
b. Pemberian ASI
Apakah memberikan ASI eksklusif? Jika ya, pujilah si ibu dan
dorong ibu untuk meneruskan. Jika tidak, anjurkan ibu untuk
meningkatkan pemberian ASI dan kurangi pemberian makanan atau
cairan lain. Tanyakan dan lihat apakah ada permasalahan dan
berikan dukungan. Jika bayi mengkonsumsi tambahan formula atau
makanan lain, periksa keamanan dan kecukupannya; pastikan
bahwa keluarganya mempunyai persediaannya yang cukup.
c. Pertumbuhan
Timbang bayi dan periksa pertambahan berat badannya
selama periode terakhir. Jika tambahan berat badan mencukupi,
misalnya rata-rata 15 g/kg/hari, pujilah ibu. Jika tidak mencukupi,
tanya dan cari permasalahan, penyebab dan solusi. Semua ini
umumnya berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
22
d. Penyakit
Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan
adanya penyakit, baik yang dilaporkan atau tidak oleh ibu. Tangani
setiap penyakit berdasarkan standar operasional prosedur dan
juklak lokal. Pada kasus dimana menyusui tidak eksklusif, cari tanda-
tanda permasalahan nutrisi atau pencernaan.
e. Obat-obatan
Berikan persedian obat-obatan yang cukup, jika perlu cukup
sampai kunjungan ulang berikutnya.
f. Imunisasi
Pastikan ibu mengikuti jadwal imunisasi setempat.
g. Yang menjadi perhatian ibu
Tanyakan pada ibu permasalahan yang lain, termasuk soal
pribadi, rumah tangga, dan sosial. Cobalah bantu menemukan solusi
terbaik untuk semuanya.
h. Kunjungan ulang berikutnya
Selalu jadwalkan atau pastikan kunjungan berikutnya. Jika
waktu memungkinkan jangan hilangkan kesempatan untuk
memeriksa dan nasehati tentang higiene ibu dan meningkatkan
kewaspadaan ibu terhadap tanda-tanda bahaya yang memerlukan
perawatan segera.
i. Kunjungan ulang khusus
Dorong ibu untuk melakukan kunjungan ini jika hal ini
diperlukan untuk mengatasi permasalahan somatis atau medis
lainnya.
j. Perawatan bayi secara biasa
Anjurkan para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara
biasa (menyapih dari PMK) setelah berat bayi mencapai 2.500 g
atau 40 minggu dari usia pasca menstruasi.
23
Pemantauan awal
Kontak awal bertujuan untuk menilai pertumbuhan (berat badan,
panjang dan lingkar kepala bayi) dan kondisi umum, serta membuat ibu
mengenal penyedia perawatan neonatal terdekat.
Bayi dengan berat :
1. < 1.500 gram : diperlukan pemeriksaan setiap hari di poli rawat jalan
RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat.
2. >1.500 gram : paling lambat dalam 2 hari setelah dipulangkan harus
datang untuk pemeriksaan di RS/sarana kesehatan yang memenuhi
syarat. Perlu dilakukan pemeriksaan 3-4 kali / minggu sampai BB 1.800
gram, kemudian 1x/minggu sampai BB 2.500 gram. Rekomendasi ini
hanya sebagai pedoman dan harus disesuaikan dengan keadaan bayi, ibu
dan keluarga serta sarana kesehatan. Tindak lanjut lebih sering
diperlukan pada daerah yang dingin.
Pemantauan perkembangan dapat dimulai pada usia koreksi 0
minggu (40 minggu dari HPHT), bertujuan untuk mendeteksi gangguan
perkembangan dan memberikan intervensi lebih awal, sehingga angka
keberhasilannya pun akan lebih besar. Anak kembar selalu dijadwalkan
untuk dilakukan pemantauan di poliklinik yang sama dalam hari yang sama.
Beberapa kondisi bayi : Bila ditemukan sindrom/abnormalitas
neurologis pada 1 minggu pertama kehidupan : segera jadwalkan untuk
klinik spesialis yang sesuai dengan diagnosis. Bayi yang lebih besar dengan
masalah minum atau masalah lain yang bermakna (misalnya HIE perbaikan,
abnormalitas jantung) sebaiknya juga dilihat lebih awal di RS oleh dokter.
Pemeriksaan saat kunjungan ulang
1. Melakukan skrining gangguan pertumbuhan :
a. Berat badan dan panjang badan harus ditimbang secara rutin.
Kenaikan BB minimal 15 gram/kg/ hari. Sebaiknya BB dan PB di plot
di kurva pertumbuhan yang sesuai dengan usia gestasi.
24
b. Lingkar kepala dan panjang badan diukur minimal 1 bulan sekali dan
diplot di kurva pertumbuhan lingkar kepala yang sesuai usia gestasi.
c. Pemberian asupan nutrisi harus disesuaikan.
2. Melakukan skrining gangguan perkembangan :
a. Melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dan dilanjutkan dengan Denver II
(pada sarana yang memiliki fasilitas) saat usia koreksi 0 hari.
b. Melakukan dan mengajarkan ibu stimulasi dini perkembangan.
c. Melakukan intervensi pada bayi dengan gangguan perkembangan.
3. Melakukan pemberian imunisasi.
4. Melakukan pemantauan yang lain :
a. Edukasi ibu pasien mengenai pemberian ASI dan tanda kegawatan
pada bayi.
b. Pada sarana yang sudah lengkap dilakukan :
1) Pemantauan ROP (Retinopathy of prematurity).
2) USG kepala pada usia 1, 3, 7 dan 28 hari, kemudian dilanjutkan
setiap 4 minggu sampai usia 3 bulan.
3) Fungsi pendengaran setelah keadaan klinis stabil.
4) Ostepenia of prematurity (dilakukan pemeriksaan kadar alkali
fosfatase, kalsium dan fosfat secara berkala setiap 2 minggu).
5) Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan keadaan bayi.
Perawatan metode kanguru dianggap berhasil jika :
1. Suhu badan bayi stabil dan optimal yaitu 36,5 ºC – 37 ºC.
2. Mampu menyusu.
3. Produksi ASI cukup.
4. Kenaikan berat badan bayi stabil.
5. Bayi tumbuh dan berkembang optimal.
Penerapan PMK
PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/prematur di
beberapa rumah sakit dengan kategori sebagai berikut :
25
1. RS yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan
ini, PMK merupakan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah
inkubator dan perawat tidak memadai.
2. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas, dan tidak mampu
merawat semua bayi BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan
dengan perawatan konvensional dengan menggunakan inkubator.
3. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai. Disini, PMK
bermanfaat untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi
risiko infeksi, meningkatkan ASI dan mempersingkat lama perawatan di
rumah sakit.
Fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam PMK
Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk
melakukan PMK :
1. Bangsal dengan dua atau empat tempat tidur dengan ukuran yang
sesuai bagi ibu untuk tinggal seharian dengan si bayi. Di bangsal ini para
ibu dapat berbagi pengalaman, memperoleh dukungan serta kerjasama,
dan pada saat yang bersamaan si ibu dan bayinya dapat menerima
kunjungan pribadi tanpa mengganggu yang lain. Kamar tersebut harus
dipertahankan kehangatannya untuk si bayi (24-26°C).
2. Kamar mandi dengan fasilitas air bersih, sabun, dan handuk serta
wastafel untuk tempat cuci tangan.
3. Ruangan lain yang berukuran lebih kecil yang dapat digunakan para
petugas untuk konseling dengan ibu. Ruangan ini dapat juga
dipergunakan untuk melakukan evaluasi keadaan si bayi.
4. Support Binder (Ikatan/pembalut penahan bayi agar dapat terus berada
di posisi PMK). Alat ini adalah satu-satunya alat khusus yang digunakan
untuk PMK. Alat ini membantu para ibu untuk menahan bayinya agar
dengan aman terus berada dekat dengan dada ibu. Untuk memulainya,
gunakan secarik bahan kain yang halus, kira-kira sekitar satu meter,
lipatlah secara diagonal, lalu buatlah simpul pengaman, atau dapat juga
26
dikaitkan ke ketiak ibu. Selanjutnya, baju kanguru dari pilihan ibu dapat
menggantikan kain ini. Semua ini untuk memungkinkan para ibu dapat
menggunakan dengan bebas tangan mereka dan agar mereka dapat
bergerak dengan bebas selama melakukan kontak kulit langsung ibu
dengan bayi. Namun demikian, pemakaian baju kanguru ini sebaiknya
disesuaikan dengan kondisi budaya setempat.
5. Pakaian Bayi
Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup
dipakaikan popok atau diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi
tidak dalam posisi kanguru, bayi dapat ditempatkan di tempat tidur yang
hangat dan diberi selimut.
Jika suhu ruangannya adalah 24-26°C, bayi pada posisi kanguru hanya
memakai popok, topi yang hangat, dan kaus kaki. Namun, jika suhu
turun di bawah 22°C, bayi tersebut harus memakai baju tanpa lengan
yang terbuat dari kain katun yang terbuka bagian depannya sehingga
memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit dengan dada dan perut ibu.
Ibu kemudian mengenakan bajunya yang biasa untuk menghangatkan
dirinya dan si bayi.
6. Peralatan dan keperluan lain
a. Sebuah termometer yang dapat membaca suhu rendah (low
reading thermometer) yang cocok digunakan untuk mengukur suhu
badan di bawah 35°C.
b. Timbangan. Idealnya menggunakan timbangan neonatus dengan
interval 10 gram.
c. Peralatan resusitasi dasar dan oksigen, jika mungkin harus tersedia
di setiap ruangan BBLR dirawat.
d. Obat-obatan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah
BBLR boleh ditambahkan sesuai petunjuk pelaksanaan lokal. Obat-
obatan khusus kadang diperlukan tetapi tidak dianjurkan.
e. Alat pengukur panjang badan dan alat pengukur lingkar kepala.
27
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
10. Palingkan kepala bayi ke sisi kanan atau kiri,
1
dengan sedikit tengadah (ekstensi).
11. Amankan posisi bayi dengan kain panjang
1
atau baju Kangaroo.
12. Letakkan tepi pengikat tepat berada di
bawah kuping bayi dan sejajar dengan ketiak
ibu.
Minta ibu untuk menempatkan tepi
kain/selendang pengikat bagian bawah
meliputi bokong bayi (sehingga bayi seperti
duduk diatas gendongan) dan menyusuri
badan ibu, kemudian diikat di pungung
bawah satu kali dengan kuat, dibawa
kedepan melingkari tubuh dan diikat di
bagian depan.
Tepi kain/selendang pengikat bagian atas
ditempatkan di sisi bawah telinga bayi,
usahakan dagu sedikit tengadah, selanjutnya
tali pengikat dibawa menyusuri puncak
ketiak ibu dan disilangkan pada bagian
1
punggung ibu dengan kuat, kemudian
dibawa ke depan melalui pundak ibu dan
dipertemukan dengan ujung tali pengikat
bagian bawah.
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
kuat.
17. Pastikan perut bayi tidak tertekan dan
1
terletak di epigastrium ibu.
18. Mintalah ibu untuk mengawasi napas/warna
kulit/suhu : pegang telapak kaki bayi 1
(dengan punggung tangan).
19. Minta ibu untuk menatap bayinya dengan
kasih sayang.
20. Bila bayi bangun,minta ibu untuk
mengendorkan ikatan kain/selendang dan 1
arahkan kepala bayi untuk dapat menyusu.
21. Bila bayi belum dapat mengisap dan
menelan, minta ibu untuk memberikan ASI
1
perah dengan menggunakan cangkir atau
pipa orogastrik untuk memenuhi kebutuhan.
22. Setelah selesai menyusu, arahkan kepala
bayi pada sisi yang berlawanan, dan eratkan 1
lagi tali pengikat.
23. Minta ibu untuk mengawasi tanda-tanda
1
vital bayi.
24. Minta ibu segera membawa bayi ke rumah
sakit atau dirujuk ke fasilitas pelayanan yang 1
tepat bila ditemukan tanda bahaya.
PROSEDUR PERAWATAN METODE KANGAROO (PELEPASAN)
25. Persilahkan ibu untuk memposisikan diri
senyaman mungkin, dapat dengan duduk
1
atau membungkukkan diri menghadap meja
pemeriksaan.
26. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan
di belakang leher sampai punggung bayi. 1
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
33. Mengakhiri pembicaraan, mengucapkan
1
alhamdulillah dan berjabat tangan.
34. Merapikan alat dan melakukan cuci tangan. 1
Keterangan :
0 : Tidak dapat melakukan ataupun menyebutkan
1 : Hanya bisa menyebutkan
2 : Bisa melakukan dan menyebutkan, tetapi kurang sempurna
3 : Bisa melakukan dan menyebutkan dengan sempurna
* : Lihat Rubrik
Instruktur
dr.............................
31
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penatalaksanaan pada
bayi baru lahir secara benar, sehingga dapat memberikan bimbingan
kepada ibu/pengganti ibu.
2. Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
a. Melakukan persiapan manajemen bayi baru lahir.
b. Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir.
c. Melakukan perawatan tali pusat terhadap bayi baru lahir.
d. Melakukan teknik inisiasi menyusui dini.
e. Melakukan pemberian profilaksis konjungtivitis neonatorum.
f. Melakukan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir.
g. Melakukan penatalaksanaan bayi baru lahir dengan infeksi.
h. Penatalaksanaan bayi baru lahir memiliki tiga tujuan utama yaitu
untuk mendeteksi masalah medis sedini mungkin sehingga dapat
diobati secara tepat, mempermudah adaptasi pada kehidupan
ekstraueri, melindungi bayi baru lahir dari proses bahaya seperti
hipotermi dan infeksi.
B. TINJAUAN TEORI
1. Penilaian Bayi Baru Lahir
Segera setelah bayi baru lahir, letakkan bayi di atas kain
bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera
lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum?
c. Apakah bayi menangis?
d. Apakah tonus otot baik?
32
Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur
mekoneum dan atau tidak menangis atau tidak bernapas atau
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi.
c. Keringkan
d. Nilai warna
Tabel 3.
Anamnesis :
a. Keluhan tentang bayinya
b. Masalah kesehatan pada ibu yang mungkin berdampak pada bayi
(TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C,
sifilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).
c. Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi
jika ada.
d. Warna air ketuban
e. Riwayat bayi buang air kecil dan besar
f. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
Pemeriksaan fisik
Prinsip :
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta
perut.
43
Tabel 4.
44
C. CHECKLIST PENILAIAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
PEMBUKAAN
1. Senyum, membaca basmalah, mengucap salam,
mampu berkomunikasi dengan efektif dan penuh 1
empati.
2. Menanyakan identitas pasien dan melakukan
1
anamnesis singkat.
3. Melakukan informed consent. 1
4. Mempersiapkan alat dan melakukan cuci tangan
1
WHO.
PENILAIAN BAYI BARU LAHIR
5. Segera setelah bayi lahir, letakkan bayi di atas kain
bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah
ibu. Segera lakukan penilaian awal dengan menjawab
4 pertanyaan :
a. Apakah bayi cukup bulan ? 1
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium ?
c. Apakah bayi menangis atau bernapas ?
d. Apakah tonus otot bayi baik ?
6. Keadaan umum bayi dinilai setelah lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Yang dinilai ada 5 poin :
a. Appearance (warna kulit)
b. Pulse rate (frekuensi nadi)
c. Grimace (reaksi rangsangan)
1
d. Activity (tonus otot)
e. Respiratory (pernapasan)
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
8. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini pada bayi yang
1
tidak mengalami kegawatan.
9. Melakukan pemeriksaan antropometri (LK, LL, PB,
BB)
10. Mempertahankan suhu tubuh bayi. Cegah
terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan
tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian
1
selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang
hangat, kering, dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi
dengan topi.
11. Pemberian vitamin K. Semua bayi baru lahir harus
mendapatkan profilaksis vitamin K1 dengan 1 mg 1
dosis tunggal intramuskular di anterolateral paha kiri.
12. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
a. Berikan chloramphenikol 0,5mg% salep atau tetes
mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju ke bagian luar mata. 1
b. Jangan biarkan ujung mulut tabung/salep atau
tabung penetes menyentuh mata bayi.
c. Jangan menghapus salep/tetes mata bayi dan minta
agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
13. Pemberian imunisasi. Imunisasi hepatits B diberikan
sebelum 12 jam setelah lahir di anterolateral paha
kanan. Manfaat pemberian imunisasi hapatitis B untuk 1
mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama
yang ditularkan melalui ibu-bayi.
14. Identifikasi. Peralatan identifikasi bayi baru lahir
harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di
kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang
digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang
halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek
dan tidak mudah lepas. Pada alat identifikasi harus
1
tercantum : nama (bayi, nyonya), tanggal dan jam
lahir, nomor bayi, jenis kelamin. Di setiap tempat tidur
harus di beri tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal dan jam lahir dan nomor identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak
di rekam medik.
15. Pemantauan bayi baru lahir. Tujuan pemantauan
bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi
normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga
dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas
1
kesehatan.
2 jam pertama sesudah lahir meliputi :
a. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b. Bayi tampak aktif atau lunglai
c. Bayi kemerahan atau biru
TANDA INFEKSI DAN KEGAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR
16. a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua
ATAU
b. Bergerak hanya jika dirangsang (gerak kurang atau 1
tidak aktif) ATAU
c. Merintih ATAU
49
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
d. Teraba demam (suhu ketiak > 37.50C) ATAU
e. Teraba dingin (suhu ketiak < 360C ) ATAU
f. Napas cepat ( ≥60 kali /menit ) ATAU
g. Napas lambat ( < 30 kali /menit ) ATAU
h. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
ATAU
i. Nanah yang banyak di mata ATAU
j. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut ATAU
k. Diare ATAU
l. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki
ATAU
m. Perdarahan ATAU
n. Kejang ATAU
PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR DENGAN INFEKSI
17. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dosis
1
rumatan.
18. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas dan periksa juga 1
darah lengkap.
19. Berikan antibiotik ampisilin dan gentamisin sesuai
dengan pedoman yang ada. Tunggu hasil kultur darah
1
dan sensitivitas dan nilai kondisi bayi empat kali
sehari utnuk melihat perkembangannya.
20. Bila bayi tidak dapat menyusu ASI, beri ASI perah
dengan menggunakan salah satu cara alternatif 1
pemberian minum
PENUTUP
21. Jika dokter menangani di luar RS, segera lakukan
rujukan.
1
Jika dokter menangani di RS, segera konsulkan ke
dokter Sp. A.
Keterangan :
0 : Tidak dapat melakukan ataupun menyebutkan
1 : Hanya bisa menyebutkan
2 : Bisa melakukan dan menyebutkan, tetapi kurang sempurna
3 : Bisa melakukan dan menyebutkan dengan sempurna
* : Lihat Rubrik
Instruktur
dr.............................
50
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pemberian makanan
yang untuk bayi, sehingga dapat memberikan bimbingan kepada
ibu/pengganti ibu.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
a. Memberikan pendidikan kepada ibu mengenai pemberian ASI.
b. Memberikan pendidikan kepada ibu mengenai pemberian MP-ASI.
c. Melakukan peresepan makanan untuk bayi yang mudah dipahami
ibu.
B. TINJAUAN TEORI
Sejak lahir sampai usia 2 tahun, bayi mengalami perkembangan otak
yang pesat, demikian pula dengan pertumbuhan linear. Batita perempuan
mencapai 50% tinggi badan dewasa pada usia 18 bulan, sedangkan laki-laki
pada usia 2 tahun. Usia 0-2 tahun juga merupakan masa kritis
perkembangan adipositas. Komposisi tubuh berubah sesuai usia. Perubahan
perlemakan tubuh seiring usia dapat ditunjukkan dengan metode radiografi,
pengukuran tebal lipatan kulit, atau indeks massa tubuh.
Indeks massa tubuh merupakan parameter turunan (surrogate)
perlemakan tubuh yang paling umum digunakan. Seorang anak mengalami
peningkatan IMT yang cepat selama tahun pertama kehidupannya. Setelah 9
sampai 12 bulan, IMT menurun danmencapai titik terendah (nadir) pada usia
5-6 tahun. Selanjutnya terjadi peningkatan IMT selama masa remaja. Titik di
mana perlemakan tubuh (direpresentasikan oleh IMT) kembali meningkat
setelah mencapai titik nadir disebut adiposity rebound.
51
Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun
umumnya ireversibel dan akan berdampak pada kualitas hidup jangka
pendek dan jangka panjang. Stunting akan mempengaruhi perkembangan
otak jangka panjang yang selanjutnya berdampak pada kemampuan kognitif
dan prestasi pendidikan. Selain itu, pertumbuhan linear akan mempengaruhi
daya tahan tubuh serta kapasitas kerja.
Untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia masa depan maka
usaha yang paling efisien adalah mencegah terjadinya malnutrisi dengan
mensosialisasikan praktik pemberian makan yang benar pada 1000 hari
pertama kehidupan yang berbasis bukti. Pola pemberian makan bayi dan
batita dipengaruhi oleh pengalaman ibu, tuntutan keluarga, keadaan sosial
ekonomi serta tradisi budaya.
WHO pada tahun 2003 mengeluarkan rekomendasi tentang praktik
pemberian makan bayi yang benar yaitu :
1. Berikan ASI sesegera mungkin setelah melahirkan (< 1 jam) dan secara
eksklusif selama 6 bulan.
2. Berikan MPASI pada usia genap 6 bulan sambil melanjutkan ASI sampai
24 bulan. MPASI yang baik adalah yang memenuhi persyaratan tepat
waktu, bergizi lengkap, cukup dan seimbang, aman dan diberikan
dengan cara yang benar.
1. Air Susu Ibu
ASI adalah makanan yang ideal untuk bayi sehingga pemberian ASI
eksklusif dianjurkan selama masih mencukupi kebutuhan bayi. Langkah
pertama untuk meningkatkan produksi ASI sehingga pemberian ASI
eksklusif berhasil adalah dengan inisiasi menyusui dini Langkah kedua
adalah posisi dan perlekatan yang benar, serta bayi mengisap secara
efektif (mengisap kuat, perlahan, dalam, disertai jeda di antara
beberapa isapan). Langkah ketiga adalah menilai kecukupan ASI.
Kecukupan ASI dipastikan dengan frekuensi buang air kecil 6-8 kali
52
sehari, durasi menyusu 10-30 menit untuk satu payudara, dan kenaikan
berat badan yang adekuat.
Perlu dijelaskan kepada ibu bahwa frekuensi berkemih dan
defekasi akan bertambah serta berat badan akan turun pada minggu
pertama kehidupan. Penurunan berat badan lebih dari 7% dari berat
lahir mengindikasikan masalah menyusui dan membutuhkan evaluasi
menyusui yang komprehensif. Berat badan yang turun harus sudah
kembali ke berat lahir selambat-lambatnya pada usia 2 minggu.
Frekuensi pemberian ASI lebih tepat ditentukan berdasarkan
tanda lapar (on cue) daripada on demand. Ibu diajarkan mengenali
tanda lapar yaitu bayi membuka mulut, mencari puting susu serta
memasukkan tangannya ke mulut. Jika tidak segera disusui bayi akan
menangis. Kesalahan yang umum terjadi adalah ibu berpikir bahwa
menangis merupakan tanda lapar dan baru menyusui saat bayi telah
menangis. Padahal menangis merupakan tanda lapar yang sudah lanjut
dan saat menangis justru bayi tidak boleh disusui, seharusnya
ditenangkan terlebih dulu sampai menunjukkan tanda lapar dini
kembali.
ASI memiliki komponen imunologis yang dapat melindungi bayi
dari patogen di lingkungan melalui mekanisme spesifik berupa antibodi
(IgA, IgG, dan IgM) dan non-spesifik yang meliputi laktoferin, lisozim,
efek antiviral dan antiprotozoa dari asam lemak bebas dan
monogliserida. Untuk mencegah transmisi virus dan bakteri yang
mungkin terkandung dalam ASI, the Human Milk Banking Association of
North America, the United Kingdom Association for Milk Banking, dan
milk banking nasional lainnya melakukan pasteurisasi Holder (62,5ºC
selama 30 menit) sebagai prosedur rutin. Pasteurisasi Holder
membunuh kontaminasi virus, seperti HIV, HTLV-1, CMV, dan bakteri
yang sering mengontaminasi ASI. Namun, pasteurisasi Holder juga
menghancurkan sel B dan sel T yang terkandung dalam ASI, menurunkan
53
keluarga dengan tekstur yang lebih lunak (modified family food) dapat
diperkenalkan sebelum usia 12 bulan. Pada usia 12 bulan anak dapat
diberikan makanan yang sama dengan makanan yang dimakan anggota
keluarga lain (family food). Pengenalan MPASI yang terlambat
meningkatkan risiko terjadinya dermatitis atopi, asma, rinitis alergi, dan
sensitisasi terhadap makanan dan inhalan tertentu.
ASI eksklusif dapat memenuhi kebutuhan makronutrien dan
mikronutrien bayi sampai usia 6 bulan, setelah itu seorang bayi harus
mendapat MPASI untuk mencukupi kebutuhannya. Sayangnya, kualitas
MPASI seringkali tidak memadai, terutama dalam hal energi, protein,
dan mikronutrien. Pada awal kehidupan bayi mengalami perkembangan
otak, otot dan tulang rangka yang pesat. Sembilan puluh lima persen
otak berkembang pada 3 tahun pertama kehidupan.
Beberapa zat gizi esensial (yang harus diperoleh dari makanan)
misalnya asam amino dan zat besi sangat diperlukan dalam
pembentukan sinaps dan neurotransmitter yang mempengaruhi
kecepatan berpikir. Anemia karena kekurangan zat besi telah terbukti
menurunkan skor IQ 10-15 poin. Kekurangan beberapa zat gizi mikro
misalnya seng, kalium, dan magnesium dapat menurunkan kadar faktor
pertumbuhan (IGF1) yang berdampak stunting (perawakan pendek
akibat kekurangan zat gizi).
Sindrom stunting berdampak jangka pendek yaitu hambatan
perkembangan, penurunan kognitif serta imunitas. Penurunan
kemampuan membakar lemak berdampak jangka panjang yaitu obesitas
dan penyakit degeneratif, antara lain hipertensi, diabetes mellitus tipe
2, dan penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, kekurangan zat gizi yang
terdapat di ASI perlu dipenuhi oleh MPASI.
Dalam upaya pemenuhan zat gizi, terdapat langkah-langkah atau
tahapan yang harus dilakukan secara berurutan. Tahap pertama adalah
memberikan bahan makanan yang tinggi zat gizi yang dibutuhkan.
56
mengonsumsi 85 g hati ayam atau 385 g daging sapi per hari, tetapi
konsumsi hati ayam atau daging sapi sejumlah tersebut menyebabkan
bayi mendapat asupan protein yang melebihi kebutuhan harian.
Penelitian di berbagai negara maju menunjukkan bahwa MPASI
buatan rumah kaya zat besi memiliki akseptabilitas yang rendah pada
usia 6-8 bulan.Hal ini kemungkinan disebabkan keterampilan oromotor
yang baru dilatih belum mampu mengonsumsi tekstur yang kasar. Oleh
sebab itu, pada tahap awal para ahli nutrisi memikirkan untuk
melakukan fortifikasi zat besi dan zat-zat lain yang harus ditambahkan
pada MPASI.
Makanan yang difortifikasi merupakan langkah kedua dalam
upaya pemenuhan kebutuhan zat gizi, diberikan bila konsumsi makanan
sumber zat gizi tidak cukup atau tidak memungkinkan. Di negara maju
penggunaan MPASI fortifikasi buatan pabrik merupakan alternatif untuk
mengatasi risiko defisiensi zat gizi mikro. Berdasarkan Pedoman
Pemberian Makan pada Bayi dan Batita yang dikeluarkan oleh WHO
tahun 2003, maka diterbitkan Codex STAN 074-1981 Rev 2006 untuk
industri yang mengatur komposisi zat gizi, penggunaan bahan tambahan
pangan, serta keamanan MPASI fortifikasi yang diproses oleh industri.
Langkah ketiga untuk mengatasi defisiensi mikronutrien adalah
pemberian suplemen zat gizi dalam bentuk obat. Suplemen sebaiknya
hanya diberikan bila terdapat gejala klinis defisiensi mikronutrien atau
defisiensi mikronutrien terbukti berdasarkan pemeriksaan laboratorium
karena pemberian suplementasi pada populasi yang tidak
membutuhkan dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan, hal ini
terbukti pada program suplementasi besi rutin.
Untuk menjamin kebersihan dan keamanan makanan yang
dikonsumsi oleh anak laksanakan beberapa hal sebagai berikut :
biasakan mencuci tangan sebelum makan, pergunakan alat-alat makan
yang bersih dan steril, masaklah makanan dengan benar, hindari
58
C. CHECKLIST PENILAIAN
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
biskuit, nagasari dan sebagainya.
USIA LEBIH DARI 24 BULAN
20. Berikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3
kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan 1
buah.
21. Berikan juga makanan yang bergizi sebagai selingan 2
1
kali sehari seprti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari.
22. Pemberian makanan selingan dilakukan di antara
1
waktu makan makanan pokok.
PENUTUP
23. Tanyakan apakah ada yang ingin disampaikan atau ada
1
hal yang terlewat.
24. Mengakhiri pembicaraan, mengucapkan alhamdulillah
1
dan berjabat tangan.
25. Merapikan alat dan melakukan cuci tangan. 1
dr.............................
65
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penatalaksanaan
terhadap anak dengan gizi buruk.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
a. Mengetahui kriteria anak dengan gizi buruk dan alur
pemeriksaannya.
b. Melakukan penatalaksananaan terhadap anak dengan gizi buruk di
rawat jalan.
c. Melakukan penatalaksananaan terhadap anak dengan gizi buruk di
rawat inap.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap anak dengan gizi
buruk.
B. TINJAUAN TEORI
Kriteria Gizi Buruk dan Alur Pemeriksaan
1. Kriteria gizi buruk
a. Gizi buruk tanpa komplikasi
1) BB/TB: < -3 SD dan atau;
2) Terlihat sangat kurus dan atau;
3) Adanya Edema dan atau;
4) LILA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan.
b. Gizi Buruk dengan Komplikasi
Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu
atau lebih dari tanda komplikasi medis berikut :
1) Anoreksia
2) Pneumonia berat
66
3) Anemia berat
4) Dehidrasi berat
5) Demam sangat tinggi
6) Penurunan kesadaran
2. Alur pemeriksaan/penemuan kasus
Berikut penjelasan alur pemeriksaan yang dapat di gunakan untuk
menentukan langkah-langkah yang dilakukan dalam menangani
penemuan kasus anak gizi buruk berdasarkan kategori yang telah
ditentukan :
a. Penemuan Anak Gizi Buruk, dapat menggunakan data rutin hasil
penimbangan anak di posyandu, menggunakan hasil pemeriksaan di
fasilitas kesehatan (Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit dan
dokter/bidan praktek swasta), hasil laporan masyarakat (media
massa, LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya) dan skrining
aktif (operasi timbang anak).
b. Penapisan Anak Gizi Buruk, anak yang dibawa oleh orangtuanya
atau anak yang berdasarkan hasil penapisan Lila < 12,5 cm, atau
semua anak yang dirujuk dari posyandu (2T dan BGM) maka
dilakukan pemeriksaan antropometri dan tanda klinis, semua anak
diperiksa tanda-tanda komplikasi (anoreksia, pneumonia berat,
anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, penurunan
kesadaran), semua anak diperiksa nafsu makan dengan cara
tanyakan kepada orang tua apakah anak mau makan/tidak mau
makan minimal dalam 3 hari terakhir berturut-turut.
c. Bila dalam pemeriksaan pada anak didapatkan satu atau lebih tanda
berikut: tampak sangat kurus, edema minimal pada kedua
punggung kaki atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LiLA <
11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan), nafsu makan baik, maka anak
dikategorikan gizi buruk tanpa komplikasi dan perlu diberikan
penanganan secara rawat jalan.
67
Untuk lebih jelasnya alur pemeriksaan atau penemuan kasus dapat dilihat
pada bagan berikut :
3) Pemeriksaan klinis
Dokter melakukan anamnesa untuk mencari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik dan mendiagnosa penyakit, serta menentukan
ada atau tidak penyakit penyerta, tanda klinis atau komplikasi.
4) Pemberian konseling
a) Menyampaikan informasi kepada ibu/pengasuh tentang hasil
penilaian pertumbuhan anak
b) Mewawancarai ibu untuk mencari penyebab kurang gizi
c) Memberi nasihat sesuai penyebab kurang gizi
d) Memberikan anjuran pemberian makan sesuai umur dan
kondisi anak dan cara menyiapkan makan formula,
melaksanakan anjuran makan dan memilih atau mengganti
makanan
5) Pemberian paket obat dan Makanan untuk Pemulihan Gizi
a) Obat
(1) Bila pada saat kunjungan ke puskesmas anak dalam
keadaan sakit, maka oleh tenaga kesehatan anak diperiksa
dan diberikan obat
(2) Vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak gizi buruk
dengan dosis sesuai umur pada saat pertama kali
ditemukan
b) Makanan untuk Pemulihan Gizi
Makanan untuk pemulihan gizi dapat berupa makanan lokal
atau pabrikan
(1) Jenis pemberian ada 3 pilihan : makanan therapeutic atau
gizi siap saji, F100 atau makanan lokal dengan densitas
energi yg sama terutama dari lemak
(minyak/santan/margarin)
(2) Pemberian jenis Makanan untuk pemulihan gizi
disesuaikan masa pemulihan (rehabilitasi) :
71
Pada fase ini anak mulai stabil dan memperbaiki jaringan tubuh
yang rusak (cathup). Diberikan F100, setiap 100 ml F100 mengandung
100 kal dan protein 2,9 gram.
3. Fase Rehabilitasi
Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB< 7 kg diberikan makanan
bayi dan untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan
gizi 150-220 KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak.
Diberikan setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan
pada fase rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberi MP-ASI dan BB ≥ 7 kg
diberi makanan balita. Diberikan makanan formula 135 (F 135) dengan
nilai gizi setiap 100 ml F135 mengandung energi 135 kal dan protein 3,3
gram.
4. Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah)
Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap dikontrol oleh
Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau
kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima,
berikan imunisasi campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan
kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2
minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan bulan ke-6. Tumbuh
kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas pengirim
sampai anak berusia 5 tahun.
Fase tindak lanjut dilakukan di rumah setelah anak dinyatakan
sembuh, bila BB/TB atau BB/PB ≥ -2 SD, tidak ada gejala klinis dan
memenuhi kriteria selera makan sudah baik, makanan yang diberikan
dapat dihabiskan, ada perbaikan kondisi mental, anak sudah dapat
tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan sesuai umurnya,
suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,7 ºC, tidak muntah atau diare,
77
a. Status gizi
Pengukuran BB setiap minggu, pengukuran TB setiap 1 bulan
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
b. Konsumsi makanan
Pengisian formulir catatan harian konsumsi khusus makanan cair
diisi oleh kader/keluarga di posyandu atau saat kunjungan rumah.
Formulir ini dibawa ke Puskesmas 1 minggu sekali.
c. Pemeriksaan Klinis
Diperiksa oleh dokter Puskesmas setiap kali kunjungan.
2. Evaluasi Rawat Jalan
a. Dilakukan selama 6 bulan untuk anak yang mengikuti program
pelayanan anak gizi buruk
b. Evaluasi program satu tahun sekali: mencakup jumlah anak yang
mengikuti program, lulus, Drop Out (DO), dan meninggal.
3. Pemantauan Rawat inap
Pemantauan keadaan klinis dan status gizi anak
a. Selama perawatan di PPG, pemantauan dilakukan oleh petugas
PPG/tim asuhan gizi dengan menggunakan status pasien/formulir
rekam medik.
b. Pasca perawatan di Puskesmas, Puskesmas pembantu dan
Posyandu oleh tenaga kesehatan Puskesmas dan atau kader dengan
menggunakan KMS.
4. Evaluasi Rawat Inap
Evaluasi rawat inap dilakukan secara bertahap yaitu di awal,
pertengahan dan akhir pelaksanaan kegiatan. Penilaian dengan
menggunakan Buku Pemantauan Tatalaksana Anak Gizi Buruk.
Evaluasi dilakukan :
a. Terhadap proses pelaksanaan dan hasil kegiatan PPG. Evaluasi
dilakukan pada saat perawatan (lihat formulir laporan bulanan
pelayanan anak gizi buruk secara rawat inap pada lampiran 14).
81
C. CHECKLIST PENILAIAN
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
TATALAKSANA GIZI BURUK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
PEMBUKAAN
1. Senyum, membaca basmalah, mengucap
salam, mampu berkomunikasi dengan efektif 1
dan penuh empati.
2. Menanyakan identitas pasien dan melakukan
1
anamnesis singkat.
3. Memberikan penjelasan singkat tentang
1
materi apa yang akan disampaikan.
4. Melakukan informed consent. 1
5. Mempersiapkan alat peraga. 1
PENAPISAN KASUS
6. Menarik kesimpulan status gizi dari hasil
pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan
1
fisik lain (gizi baik, gizi kurang, gizi buruk
marasmus, gizi buruk kwarsiorkor).
7. Menentukan kriteria status gizi (gizi buruk
dengan komplikasi, gizi buruk tanpa 1
komplikasi).
8. Menentukan jenis pelayanan pemulihan gizi
1
anak (rawat jalan, rawat inap).
9. Menetukan fase penatalaksanaan gizi buruk
1
(stabilisasi, transisi, rehabilitasi).
PENATALAKSANAAN
10. Menyebutkan 10 langkah penatalaksanaan
1
gizi buruk.
11. Mencegah dan mengatasi komplikasi
(hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, 1
gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi)
12. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro. 1
13. Memberikan makanan sesuai dengan fase
1
(F75, F100, F135)
14. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar. 1
15. Memberikan stimulasi untuk tumbuh
1
kembang.
16. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di
1
rumah.
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
17. Memantau status gizi, konsumsi makanan,
1
serta kondisi klinis.
18. Evaluasi dan pemantauan dilaksanakan 1
83
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
selama 6 bulan, dengan menggunakan Buku
Penatalaksanaan Gizi Buruk versi
Kementerian Kesehatan RI.
PENUTUP
19. Tanyakan apakah ada yang ingin disampaikan
1
atau ada hal yang terlewat.
20. Mengakhiri pembicaraan, mengucapkan
1
alhamdulillah dan berjabat tangan.
21. Merapikan alat dan melakukan cuci tangan. 1
Keterangan :
0 : Tidak dapat melakukan ataupun menyebutkan
1 : Hanya bisa menyebutkan
2 : Bisa melakukan dan menyebutkan, tetapi kurang sempurna
3 : Bisa melakukan dan menyebutkan dengan sempurna
* : Lihat Rubrik
Instruktur
dr.............................
84
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan prosedur diagnostik dan
terapeutik pada kasus penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan prosedur usap/swab
tenggorok pada kasus penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
B. TINJAUAN TEORI
Pasien seringkali datang ke klinik dengan keluhan gangguan pada
tenggorokannya, seperti : nyeri menelan, susah menelan, sakit tenggorokan,
hingga adanya benda asing di tenggorokkan. Maka untuk dapat menegakkan
diagnosis hendaknya seorang dokter memiliki kemampuan dalam melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, serta prosedur diagnostik.
Cara pemeriksaan dalam bidang ilmu THT dikenal dengan istilah
smooth and gentle, karena organ yang menjadi obyek pemeriksaan
sangatlah peka dan sensitif, sehingga terkadang diperlukan prosedur
anastesi untuk menghindari ketidaknyamanan pasien saat dilakukan
pemeriksaan.
Fasilitas ruangan pada bidang THT juga memiliki beberapa persyaratn
tertentu, seperti misalnya :
1. Agak gelap, biasanya ruangan diberi gorden berwarna gelap.
2. Tenang.
3. Pada ruang pemeriksaan sebaiknya tersedia :
a. Meja periksa yang dilengkapi dengan kursi untuk dokter dan pasien.
b. Tempat tidur.
4. Meja THT, untuk meletakkan berbagai peralatan pemeriksaan
Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan mulut (farynx/larynx)
85
1. Lampu kepala
2. Penekan lidanh/tongue spatulla
3. Anestesi Lidokain 2%
4. Cunam
5. Kaca larynx berbagai ukuran
6. Lampu spiritus
2. Pasien dewasa
a. Pasien duduk di kursi pemeriksaan dengan kaki bersilangan dengan
kaki dokter pemeriksa.
2. Serak (hoarseness)
a. Sejak kapan ?
b. Apakah disertai keluhan seperti sesak nafas ataupun batuk ?
c. Adakah riwayat trauma ?
Pemeriksaan bibir dan Rongga Mulut
Apakah ada kelainan di bibir dan rongga mulut, seperti :
1. Bibir pecah-pecah
2. Sariawan
3. Drolling/ngiler
4. Tumor
5. Sulit membuka mulut/trismus
Pemeriksaan Tonsil
1. Besar tonsil
2. Permukaan tonsil :
a. Halus/berbenjol-benjol.
b. Ulserasi.
c. Detritus.
d. Pelebaran kripte.
e. Mikro abses.
f. Tonsil berlobus-lobus.
g. Penebalan arkus
h. Proporsi besaran tonsil kanan dan kiri
i. Pembesaan kelenjar leher
Pemeriksaan Lidah
1. Adakah gangguan pengecapan
2. Adakah kelainan pada lidah, seperti :
a. Parese/paralisis lidah, sehingga deviasi ke salah satu sisi.
b. Atrofi papilla lidah.
c. Abnormalitas warna mukosa lidah.
d. Adanya ulserasi.
88
e. Adakah tumor.
Pemeriksaan Otot Hipoglossus : adakah kelainan saat menelan.
Pemeriksaan Dasar Lidah :
1. Adakah ulkus.
2. Adakah benjolan/tumor → ranula ?
Pemeriksaan Leher
1. Inspeksi leher : simetris/asimetris; tortikolis; limfadenopati
2. Palpasi leher :
a. Adakah tumor atau limfadenopati : single/multiple, ukuran,
konsistensi, permukaan, fiksasi, nyeri tekan, tanda radang, nyeri
saat digerakkan.
b. Tiroid : single/multiple, ukuran, konsistensi, permukaan, fiksasi,
nyeri tekan, tanda radang, nyeri saat digerakkan, disertai
pembesaran limfonodi atau tidak, ikut bergerak saat menelan atau
tidak, adakah suara serak, tanda gangguan hormon tiroid.
Penilaian Suara/Bicara : Serak atau perubahan suara lainnya seperti sengau
dan cadel.
Untuk interpretasi hasil biakan mikroba dari saluran nafas bagian atas harus
dilakukan secara benar, karena mikroba yang merupakan flora normal pada
bagian rongga mulut dan farynx dapat merupakan mikroba yang berpotensi
menjadi patogen pada penderita penyakit berat. Mikroba yang dimaksud
adalah : Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Streptococcus
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria spp., yeast (sel ragi), serta
famili Enterobacteriaceae.
Sebelum tindakan pemeriksaan, pengambilan sampel atau tindakan
terapeutik, selalu lakukan cuci tangan dan kemudian gunakan sarung tangan.
Sebelum melakukan usapan, bersihkan dahulu area usapan dengan
menggunakan kapas kering bila didapatkan mukus/discharge dalam jumlah
banyak. Setelah mendapatkan spesimen dan akan menarik lidi kapas keluar,
89
C. CHECKLIST PENILAIAN
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
PROSEDUR USAP TENGGOROK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
PEMBUKAAN
1. Senyum, membaca basmalah, mengucap
salam, mampu berkomunikasi dengan 1
efektif dan penuh empati.
2. Menanyakan identitas pasien dan
1
melakukan anamnesis singkat.
3. Memberikan penjelasan singkat tentang
1
tindakan apa yang akan dilakukan.
4. Melakukan informed consent. 1
5. Mempersilahkan pasien ke meja
peemriksaan.
6. Mempersiapkan alat dan cuci tangan WHO.
PROSEDUR TINDAKAN
7. Gunakan sinar atau lampu yang terang dan
1
diarahkan pada rongga mulut penderita.
8. Persiapkan mangkuk bengkok di dekat
1
pasien, bila sewaktu-waktu pasien muntah.
9. Penderita diminta menarik nafas dalam
1
sambil membuka mulut.
10. Lidah penderita ditekan perlahan ke arah
bawah menggunakan penekan lidah 1
(spatula lidah/tongue depressor).
11. Masukkan lidi kapas steril secara perlahan
sampai menyentuh dinding posterior 1
pharynx.
12. Penderita diminta untuk mengucapkan
“aaaaah” dengan tujuan agar uvula tertarik 1
ke atas serta mengurangi refleks muntah.
13. Lidi kapas diusapkan pada tonsil, bagian
belakang uvula dan digerakkan ke depan
dan ke belakang pada dinding posterior 1
pharynx untuk mendapatkan jumlah sampel
yang cukup.
14. Lidi kapas dikeluarkan dari rongga mulut
secara hati-hati, jangan sampai menyentuh 1
uvula, mukosa pipi, lidah dan bibir.
CARA PENAMPUNGAN SAMPEL
15. Masukkan lidi kapas ke media dalam
transport Stuart atau tabung steril yang diisi 1
dengan sedikit larutan garam
91
Skor
No. Aspek Keterampilan Yang Dinilai Bobot
0 1 2 3
fisiologis/aquadest steril, agar spesimen
tidak kering.
16. Beri label identitas penderita secara
1
lengkap.
CARA PENGIRIMAN SAMPEL
17. Kirim segera ke laboratorium mikrobiologi,
disertai dengan surat permintaan
1
pemeriksaan yang telah diisi secara
lengkap.
LARANGAN
18. Jangan melakukan usapan tenggorok pada
penderita yang mengalami peradangan
pada daerah epiglottis. Hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya edema pada 1
epiglottis secara akut, sehingga dapat
mengakibatkan obstruksi saluran nafas
pada pasien.
PENUTUP
19. Memberi tahu kepada pasien jika tindakan
telah selesai dan mempersilahkannya 1
kembali ke tempat duduk.
20. Tanyakan apakah ada sesuatu yang ingin
1
disampaikan.
21. Mengakhiri pembicaraan, mengucapkan
1
alhamdulillah dan berjabat tangan.
22. Merapikan alat dan melakukan cuci tangan
1
WHO.
Keterangan :
0 : Tidak dapat melakukan ataupun menyebutkan
1 : Hanya bisa menyebutkan
2 : Bisa melakukan dan menyebutkan, tetapi kurang sempurna
3 : Bisa melakukan dan menyebutkan dengan sempurna
* : Lihat Rubrik
Instruktur
dr.............................
92
DAFTAR PUSTAKA
Holsinger, F.C., Kies, M.S., Weinstock, Y.E., Lewin, J.S., Hajibashi, S.,
Nolen, D.D., Weber, R., Laccourreye, O., 2008, Examination of the Larynx and
Pharynx , N Engl J Med; 358: e2.