Anda di halaman 1dari 10

Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816

Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

APLIKASI PEWARNAAN BAHAN ALAM MANGROVE UNTUK BAHAN


BATIK SEBAGAI DIVERSIFIKASI USAHA DI DESA BINAAN
KABUPATEN SEMARANG

D. Pringgenies, E. Supriyantini, R. Azizah, R. Hartati,


Irwani dan O. K. Radjasa

ABSTRAK

Masyarakat desa Gemawang, Kecamatan Jambu di kabupaten Semarang telah


memulai usaha kecil menengah dalam porduksi batik dengan pewarna bahan alam
indigo. Namun permasalahan yang muncul adalah dominasi warna yang ditemukan
hanya monoton pada warna hijau dan biru. Dari permasalahan tersebut, Tim
Pengabdian Ilmu Kelautan melakukan uji lanjutan modifikasi warna bahan alam
untuk mengaplikasikan bahan alam dari darat dan dari laut yang jarang ditemukan
dalam pemasaran pewarnaan bahan alam. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan
penelitian adalah untuk mendapatkan warna alam yang menarik dan bervariasi dari
tambahan warna tanaman mangrove dalam peningkatan kreatifitas sebagai upaya
perluasan pasar batik di desa Gemawang, Kecamatan jambu Kabupaten Semarang.
Materi penelitian yang digunakan adalah daun dan batang tanaman mangrove yang di
ekstraksi dan selanjutnya hasil ekstraksi dengan menggunakan fiksasi tawas, kapur
dan tunjung dicelupkan pada kain untuk mendapatkan warna yang kuat dan tidak
luntur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pewarnaan dari daun dan batang pada
6 jenis tanaman mangrove yaitu: Sorenasia alba, Rizophora sp, Avecenia sp, Ceripos
decandra, Lumicera sp memperlihatkan warna yang hampir sama, yakni dari warna
coklat muda hingga coklat tua gelap. Hasil pewarnaan alam mangrove
memperlihatkan variasi warna terang, yang berbeda, tidak luntur terjadi pada batang
dan daun jenis Agriceros sp serta batang dan daun jenis Lumicera sp. Warna alam
dari daun mangrove jenis Agriceros sp dengan fiksasi gabungan kapur dan tunjung
tampak warna lebih kuat, dan tidak gelap serta tidak luntur.

Kata kunci: mangrove, warna, pigmen, batik, Gemawang

1
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

PENDAHULUAN warna bahan alam dari mangrove,


Kecamatan Jambu adalah kombinasi ini menjadi yang pertama
wilayah yang potensial untuk di Indonesia.
dikembangkan sebagai upaya Dari permasalahan ini Tim
peningkatan kesejahteraan Pengabdian Ilmu Kelautan melakukan
masyarakatnya. Ada beberapa produk uji lanjutan modifikasi warna bahan
yang sudah dihasilkan dari kecamatan alam untuk mengaplikasikan bahan
Jambu Kabupaten Semarang yakni: alam dari darat dan dari laut yang
produk boga, batik, madu, pupuk, jarang ditemukan dalam pemasaran
bubuk kopi, budidaya jamur, pewarnaan bahan alam. Selanjutnya,
perikanan, pasta Indigo fera vokasi dengan potensi yang ada yakni desa
“NILAWANG” dan lain sebagainya. vokasi pertama di Indonesia maka
Untuk langkah awal dalam memberi peluang bagi masyarakat
pelaksanaan pengabdian lepada untuk memulai produk lain, yakni
masyarakat melalui desa binaan, aplikasi pewarnaan dari tanaman
difokuskan kepada produk batik dari pesisir pantai/laut mangrove yang
bahan pewarna alam. Desa Gemawang akan mendapatkan produksi batik
di Kecamatan Jambu Kabupaten yang sangat unik dan pertama
Semarang sudah memproduksi bahan sehingga secara tidak langsung akan
batik, bahkan batiknya berasal dari menarik wisatawan
bahan warna alam, yaitu dari tanaman Tujuan penelitian adalah untuk
indigo atau Indigofera tinctoria. mendapatkan warna alam yang
Warna alam yang dominan dari menarik dan bervariasi dari tanaman
tanaman indigo adalah warna biru. mangrove dalam meningkatan
Namun, produksi batik indigo ini kreatifitas sebagai upaya perluasan
belum maksimal. Dalam sehari, warga pasar batik dari Desa Gemawang,
baru mampu memproduksi 10 potong Kecamatan Jambu Kabupaten
batik tulis, dan 30 potong batik cap Semarang.
yang dicampur tulis. "Dari seluruh
produksi kain batik itu, baru 10% METODE PEMECAHAN
diolah menjadi baju dan suvenir, MASALAH
sisanya dijual dalam bentuk kain batik.
Permasalahan yang muncul dari Sampling
produksi bahan batik alam di Sampling daun dan batang
kecamatan jambu ádalah karena mangrove dikoleksi dari pantai
dominasi warna biru dan hijau dari Semarang dan sekitarnya. Masing2
bahan alam indigo sehingga kurang daun dan batang mangrove yang
menarik pasar atau konsumen. dikoleksi, langsung dimasukkan dalam
Warna bahan alam indigo kantong plastik yang berukuran 5 kg.
didominasi dengan warna biru dan Kemudian tanaman mangrove
hijau sedang warna mangrove diidentifikasi dengan menggunakan
didominasi dengan warna merah, acuan Setiawan dkk¸ 2002.
oranye, coklat. Bila warna bahan alam Sampel batang dan daun dikeringkan
tanaman indigo dikombinasi dengan di udara terbuka dengan sinar matahari

2
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

secara tidak langsung selama 4 hari. cairan yang bening untuk proses
Selanjutnya sampel diekstraksi. fiksasi.

Pembuatan Zat Warna Alam Proses Pencelupan Warna


Mangrove dengan cara Ekstraksi Sejumlah 10 ml larutan zat
Sampel daun dan batang warna hasil ekstraksi dari daun dan
tanaman mangrove dipotong menjadi batang tanaman mangrove
ukuran sampai 2 cm, kemudian dimasukkan dalam tempat pencelupan.
potongan seberat 500 gr dimasukkan Masukkan bahan tekstil yang telah
dalam panci, tambahkan air dengan dimordanting kedalam larutan zat
perbandingan 1:10. Rebus bahan warna alam dan diproses pencelupan
hingga volume air menjadi selama 15 – 30 menit. Selanjutnya,
setengahnya (Bogoriani, 2010). masukkan bahan kedalam larutan fixer
Sebagai indikasi bahwa pigmen warna bisa yaitu tawas, kapur dan tunjung.
yang ada dalam tumbuhan telah keluar Bahan diproses dalam larutan fixer
ditunjukkan dengan air setelah selama 10 menit. Untuk mengetahui
perebusan menjadi berwarna. Jika perbedaan warna yang dihasilkan oleh
larutan tetap bening berarti tanaman masing – masing larutan fixer maka
tersebut hampir dipastikan tidak proses 3 lembar kain pada larutan zat
mengandung pigmen warna. Saring warna alam setelah itu ambil 1 lembar
dengan kasa penyaring larutan hasil difixer pada larutan tunjung, 1 lembar
proses ekstraksi tersebut untuk pada larutan tawas dan satunya lagi
memisahkan dengan sisa bahan yang pada larutan kapur. Selanjutnya, bilas
diesktrak (ampas). Larutan ekstrak dan cuci bahan lalu keringkan.
hasil penyaringan ini disebut larutan
zat warna alam. Setelah dingin larutan Analisis
siap untuk digunakan. Bahan telah selesai diwarnai
dengan larutan zat warna alam diamati
Fiksasi warna yang dihasilkan dan perbedaan
Fiksasi merupakan proses utk warna pada bahan tekstil setelah
memperkuat warna agar tidak luntur. difixer dengan masing-masing larutan
Fiksasi dapat dilakukan dgn beberapa fixer. Selanjutnaya dilakukan
bahan seperti tawas, kapur (CaCO3) pengujian-pengujian kualitas yang
dan tunjung (FeSO4). Masing-masing diperlukan seperti: ketahanan luntur
bahan mempunyai karakteristik yg warna dan lainnya. Kemudian akan
berbeda terhadap warna. Namun mendapatkan kesimpulan potensi
dengan gabungan dari beberapa fiksasi tanaman yang diproses (diekstrak)
kadang akan mendapatkan warna yang sebagai sumber zat pewarna alam
lebih tajam. Untuk mendapatkan untuk mewarnai bahan tekstil.
masing-masing zat fiksasi yaitu
dengan melarutkan dalam air dan HASIL DAN PEMBAHASAN
dibiarkan sampai larutan mengendap, Dari hasil penelitian diperoleh 6 jenis
kemudian yang digunakan adalah tanaman mangrove yang dapat
digunakan sebagai bahan warna alam

3
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

batik, yaitu: Sorenasia alba, juga gabungan antara fixer dan


Rizophora sp, Avecenia sp, Ceripos tunjung pada daun jenis Lucimera sp.
decandra, Lumicera sp yang masing- Sutara P. K. (2009) menyatakan
masing dengan menggunakan bagian bahwa proses pengolahan tumbuhan
daun dan batangnya kecuali tanaman yang dipakai sebagai pewarna yaitu
mangrove jenis Ceripos decandra ekstrak yang direbus, setelah itu baru
hanya menggunakan bagian daunnya dicelupkan benang atau bahan kain.
saja tanpa batang sedang jenis Berdasarkan hal tersebut, maka hasil
mangrove Lucimera sp hanya celupan warna pada masing-masing
menggunakan larutan fixer tunjung jenis mangrove dan fixer tertera pada
pada daun dan batang serta dilakukan Tabel. 1 berikut.

4
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

Tabel. 1. Hasil Pewarnaan Ekstrak Mangrove Dengan Berbagai Bahan Fiksasi

Bagian Sorenasia alba Rizophora sp Avecenia sp Ceripos decandra Agriceros sp Lumicera sp


tanaman
TA KA TUN TA KA TUN TA KA TUN TA KA TUN TA KA TUN TA KA TUN
WAS PUR JUNG WAS PUR JUNG WAS PUR JUNG WAS PUR JUNG WAS PUR JUNG WAS PUR JUNG

Daun

Batang

5
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari setelah di uji lanjut dengan ketahanan


tanaman mangrove jenis Sorenasia luntur warna maka ditemukan bahwa
alba, Rizophora sp, Avecenia sp, batang dan daun jenis Agriceros sp
Ceripos decandra, Lumicera sp pada (a), dan batang serta daun jenis
bagian daun dan batang Lumicera sp dengan fixer tunjung
memperlihatkan warna yang hampir memiliki warna yang kuat, tidak luntur
dominan, yaitu dari warna coklat dan warna yang tidak gelap seperti
muda sampai coklat tua. Namun yang tertera pada Gambar. 1. berikut.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar. 1. Hasil pewarnaan alam mangrove memperlihatkan variasi warna terang, yang
berbeda, kuat dan tidak luntur pada batang jenis Agriceros sp (a), batang
Lumicera sp (b), daun Agriceros sp (c) dan daun Lumicera sp.

Selanjutnya, berdasarkan hasil memiliki formula dalam


gabungan fiksasi antara kapur dan kreatifitasnya. Disamping itu, serat
tunjung memperlihatkan hasil warna kain juga sangat mempengaruhi hasil
yang kuat, tajam, tidak luntur dan warna celupan pada bahannya. Seperti
tidak gelap seperti yang terlihat pada yang dikatakan oleh Lertaithichai dan
Gambar 2. Ternyata, hasil yang di Suriyapat, 2005) bahwa suatu bahan
dapat harus sering diaplikasikan warna dapat dicampur dengan
dengan menggunakan variasi fiksasi pewarna lainnya untuk memperoleh
yang berbeda ataupun dengan warna tertentu seperti warna hijau dari
gabungan sehingga masing-masing kombinasi kuning dan biru, dan ungu

6
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

dari biru dengan merah seperti yang Warna telah lama dianggap hanya
terdapat pada teori Brewster (Morton, untuk hiasan atau dekorasi. Tetapi jika
J.L., 2012) digunakan secara tepat maka warna
Warna dapat memotivasi, dapat membantu memberikan secara
menggairahkan, menarik perhatian dan visual untuk informasi yang kompleks.
memberikan penekanan. Ini adalah Hal ini dapat menjadikan suatu objek
salah satu bagian dari upaya yang menarik, mencerahkan sehingga
terkoordinasi untuk berkomunikasi membuat suatau nilai tambah.
secara efektif dalam desain informasi.

Gambar. 2. Warna alam dari daun mangrove jenis Agriceros sp dengan fiksasi gabungan
kapur dan tunjung tampak warna lebih kuat, dan tidak gelap serta tidak
luntur.

Zat pewarna berfungsi untuk adalah bahan pewarna alami dan


pewarnaan pada proses model kimia. Bahan pewarna alami didapat
(nyoga). Ditinjau dari sumber dari pengolahan tumbuhan mangrove
diperolehnya zat warna tekstil dan beberapa bahan alami lainnya.
dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : zat Setiap jenis kain memiliki sifat
warna alam dan zat warna sintetis. Zat yang berbeda sehingga hasilnya juga
pewarna alam diperoleh dari alam berbeda. Untuk itu harus mengenal
yaitu berasal dari hewan (lac dyes) sifat kain agar dapat memperoleh hasil
ataupun tumbuhan dapat berasal dari yang diinginkan. Kain mori
akar, batang, daun, kulit dan bunga. (cambrics) adalah kain tenun berwarna
Zat pewarna sintetis adalah zat buatan putih yang terbuat dari kapas. Ada dua
(zat warna kimia). Bahan pewarna jenis kain mori yang sering dijadikan
yang digunakan pada Batik Mangrove kain batik, yaitu kain mori yang telah

7
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

mengalami proses pemutihan sasarannya adalah untuk dikonsumsi


(bleaching) dan kain mori yang belum oleh golongan menengah ke atas dan
diputihkan yang disebut juga kain luar negeri, oleh sebab itu, harga
belacu. Disisi lain, kain jenis katun jualnya lebih tinggi. Terutama di
merupakan serat alam yang ideal negara-negara industri maju zat
untuk dibatik. Lilin malam dapat pewarna alami praktis sudah tidak
diserap dengan baik, begitu juga memiliki nilai ekonomi yang penting
dengan warna celupan akan lagi. Akan tetapi timbulnya gerakan
menghasilkan warna-warni terang. kembali ke alam, ketakutan akan
Bahan katun terasa lebih nyaman bagi pengaruh pencemaran oleh zat
kulit. Selanjutnya, berdasarkan hasil pewarna yang adakalanya berupa
aplikasi tampak bahwa lilin malam ancaman kanker, serta keinginan
dapat melekat dengan baik pada kain menghasilkan atau memiliki suatu
sutera namun memerlukan pengerjaan keunikan, telah membawa nafas baru
yang lebih hati-hati dan cermat karena bagi kebangkitan kembali zat pewarna
serat kainnya halus dan mudah robek. alami. (Wardah dan Setyowati,
Warna yang dihasilkan pada kain 1999:2). Sebetulnya banyak warna
sutera lebih kuat dibandingkan jenis alam yang dapat dipergunakan, seperti
kain lainnya. Zat pewarna celupan yang dikatakan oleh Andayani (2006)
juga dapat diserap dengan baik ke bahwa tumbuhan yang dapat sebagai
serat sutera. Efek pewarnaan batik pewarna tenun antara lain adalah:
seperti efek air, dan retakan dapat jambal (Peltophorum pterocarpum
dihasilkan dengan sempurna. Back), teh (Camelia sinensis OK. Var.
Pewarnaan itu disebabkan karena Assamica (Mart), temu lawak
adanya pigmen. Pigmen yang (Cucurma xanthorrhiza Toxb) sebagai
digunakan sebagai pewarna cat, tinta, penghasil warna coklat, akar
plastik, tekstil, kosmetik, makanan dan mengkudu (Morinda citritolia. L) dan
lain-lain. Pigmen paling banyak daun teruntum (Lumritzeralittore)
digunakan dalam industri dan dalam menghasilkan warna merah dan biji
seni rupa adalah pewarna kering, yang nila (Indogofera tiatectoria) untuk
biasanya serbuk halus. Serbuk warna biru. Namun warna alam
ditambahkan ke bahan netral atau tak tersebut diatas sebagian dapat
berwarna yang berfungsi sebagai dikonsumsi, sehingga dikhawatirkan
pengikat (binder) ((Buchanan, et al., ada persaingan eksploitasi untuk
2002). Namun warna alam, lebih konsumsi dan untuk pewarna bahan
banyak diminati oleh kalangan alam.
konsumen dari mancanegara karena Baru-baru ini, penggunaan
batik atau bahan yang menggunakan pewarna alami di industri tekstil telah
warna alam akan membuat mendapatkan perhatian lebih karena
sipenggunanya lebih nyaman dan signifikan terhadap kepedulian
dijamin tidak menimbulkan alergi. lingkungan pada penggunaan pewarna
Seperti yag dikatakan oleh Lestari dkk, sintetis tertentu yang beracun. Bila
2001 bahwa penggunaan warna alam dilakukan penelitian lanjut tentang
lebih dikaitkan unsur seni sehingga perbedaan waktu pencelupan kain dan

8
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

perbedaan zat fiksaksi yang digunakan Bogoriani, N.W. 2010. Ekstraksi zat
maka diduga akan mendapatkan hasil warna alami campuran biji
yang berbeda pula dalam hal pinang, daun sirih, gambir dan
ketahanan luntur warna pada kain pengaruh penambahan KmnO4
batik. Seperti yang dikatakan Kim dkk terhadap pewarna kayu jenis
(2011) bahwa pigmen warna untuk Albasi. Jurnal Kimia. 4 (2). Juli.
kain sutra dengan pewarna alami dari P. 125-134.
kulit kayu tanaman mangrove yang Kim. H., Yang, J., Han, C. H.,
berwarna merah memperlihatkan hasil Thongtem, S. and Lee, S. W.
yang menarik. Efek dari konsentrasi 2011. Pigmen Printing of
pewarna dan waktu mengukus selama Natural Dye from Red
langkah fiksasi pada kekuatan warna Mangrove Bark on Silk Fabriks
sangat mempengaruhi ketahanan materials. Sicience Forum. Vol.
luntur warna terhadap pencucian dan 69. P. 279-281.
cahaya serta kekakuan kain. Lertaithichai. S dan Suriyapat, P.
2005. Color Theory: Computer
KESIMPULAN DAN SARAN Graphyc and Design. Faculty of
Dari hasil penelitian dapat Information and Communication
disimpulkan bahwa hasil pewarnaan Technology. Silapakorn
dari daun dan batang pada 6 jenis University. Thailand.
tanaman mangrove yaitu: Sorenasia Lestari. K. W., Wijiati, F., Hartono
alba, Rizophora sp, Avecenia sp, dan Sumardi. 2001. Laporan
Ceripos decandra, Lumicera sp Penelitian Pemanfaatan
memperlihatkan warna yang hampir Tumbuh-tumbuhan sebagai zat
sama, yakni dari warna coklat muda warna alam. Balai Besar
hingga coklat tua gelap. Hasil Penelitian dan Pengembangan
pewarnaan alam mangrove Industri. Kerjasama dengan
memperlihatkan variasi warna terang, Batik Yogyakarta.
yang berbeda, tidak luntur pada batang Morton, J.L., 2012. Color Matters
dan daun jenis Agriceros sp serta website, www.colormatters.com/
batang dan daun jenis Lumicera sp. entercolormatters.html
Warna alam dari daun mangrove jenis Setiawan A. D., Susilowati, A. dan
Agriceros sp dengan fiksasi gabungan Sutarno. 2002. Biodiversitas
kapur dan tunjung tampak warna lebih Genetik dan spesies di
kuat, dan tidak gelap serta tidak luntur. Ekosistem Mangrove di Jawa.
Jurusan Biologi. FMIPA. UNS
DAFTAR PUSTAKA SOLO.
Andani. 2006. Citarasa Tinggi Batik Wardah dan Setyowati, 1999.
Alami. www.kabarejogya.com. Keanekaragaman Tumbuhan
Buchanan, B.B., Gruissem. W and Penghasil Bahan Pewarna Alami
Jones, R.L. 2002. Biochemistry di Beberapa Daerah di
and Molecular Biology of Indonesia. Makalah dalam
Plants. John Willey and Sons. Seminar Dekranas. Yogya
Inc. P. 1367.

9
Majalah INFO ISSN : 0852 – 1816
Edisi XV, Nomor 1, Pebruari 2013

10

Anda mungkin juga menyukai