Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas pada anak sampai kini masih merupakan masalah, satu dari sepuluh anak di dunia
ini mengalami obesitas dan peningkatan obesitas pada anak dan remaja saat ini sejajar dengan
orang dewasa (WHO, 2013). Menurut World Health Organization (WHO, 2014), anak-anak dan
remaja yang obesitas berisiko tinggi mengembangkan berbagai masalah kesehatan, dan juga
cenderung menjadi orang dewasa gemuk. Jumlah anak-anak yang kelebihan berat badan atau
obesitas hampir dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta pada tahun 2014.
Hampir setengah dari anak-anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan atau obesitas
pada tahun 2014 tinggal di Asia (mahasiswa, 2015).
National Child Measurement Program (NCMP, 2015), mengukur tinggi dan berat sekitar
satu juta anak sekolah di Inggris setiap tahun, memberikan gambaran rinci tentang prevalensi
obesitas pada anak. Data menunjukkan bahwa 19,8% anak-anak di berusia 10-11 mengalami
obesitas dan 14,3% kelebihan berat badan. Dari anak-anak usia 4-5 tahun, 9,3% mengalami
obesitas dan 12,8% lainnya kelebihan berat badan. Ini berarti sepertiga dari 10-11 tahun dan lebih
dari seperlima dari anak usia 4-5 tahun kelebihan berat badan atau obesitas. 2
Prevalensi anak obesitas baik di negara maju maupun negara berkembang mengalami
peningkatan dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Prevalensi anak obesitas mencapai 13,9%
tahun 2009 di Spanyol dan mencapai 15,3% tahun 2012 di Cina. Menurut World Health
Organization (WHO, 2015), Prevalensi kelebihan berat tubuh dan obesitas di negara-negara maju
seperti Amerika, Eropa, dan Mediterania Timur telah mencapai tingkatan yang sangat tinggi.
Kejadian ini tidak hanya terjadi di negara maju, kenaikan prevalensi kelebihan berat badan dan
obesitas juga terjadi di negara-negara berkembang di Asia Tenggara dan Afrika.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengetian obesitas pada anak?


2. Apa penyebab obesitas pada anak?
3. Bagaimana patofisiologinya?

1
4. Apa gejala klinis obesitas pada anak?
5. Bagaimana mendeteksi obesitas pada anak?
6. Apasaja komplikasi obesitas pada anak?
7. Bagaimana pencegahan obesitas pada anak?
8. Bagaimana penenganan obesitas pada anak?
9. Bagaimana asuhan keperawatan obesitas pada anak?

C. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian, penyebab, patofisiologi, gejala klinis,


komplikasi, pencegahan dan penangan serta asuhan keperawatan obesitas pada anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak secara berlebihan akibat ketidakseimbangan


Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat diseluruh
tubuh (Febriyani & Setiawati, 2014).

Obesitas adalah keadaan patologis yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang
berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Jadi Obesitas adalah salah satu
penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhan.

B. Penyebab

Masukan energy yang melebihi dari kebutuhan tubuh:

1. Pada bayi

a. Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali minum
harus habis.
b. Kebiasaan untuk memberikan minuman atau makanan setiap kali anak menangis.
c. Pemberian makanan tambahan tinngi kalori pada usia yang terlalu dini.
d. Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis, kalorinya
tinggi), sehingga bayi selalu haus atau minta minum.

Obesitas pada bayi umur 1 tahun pertama, sebagian berhubungan dengan berat badan
lahirnya dan cara pemberian makannya. Tetapi sebagian besar obesitas pada usia 6-12 bulan masih
sulit diterangkan penyebabnya.

Faktor-faktor dibawah ini mempengaruhi terjadinya berta badan lahir yang lebih tinggi dari
biasanya, yaitu:

a. Faktor keturunan

3
b. Ibu yang obesitas
c. Pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan
d. Ibu diabetes atau pra diabetes

2. Gangguan emosional

Biasanya pada anak yang lebih besar, dimana makanan bagi anak merupakan pengganti
untuk mencapai kepuasaan dalam mencapai kepuasaan dalam memperoleh kasih sayang.

3. Gaya hidup masa kini

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori tinggi seperti
hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie, dll.

4. Penggunaan kalori yang kurang

Berkurangnya pemakaian energy dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya,
seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih jika menonton TV sambil tidak berhenti makan, maka
kecenderungan menjadi obesitas akan lebih besar.

5. Hormonal

Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus. Penyebab yang jarang dari obesitas adalah
fungsi hipotalamus yang abnormal sehinga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebih) karena
ganguan pada pusat kenyang pada otak.

FAKTOR PREDIPOSISINYA

Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya kelebihan berat badan
pada anak:

a. Pola makan. Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi, makanan tinggi lemak biasanya
tinggi kalori. Minuman bersoda, kudapan, permen dan makanan penutup dapat juga

4
menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan. Makanan dan minuman seperti ini
biasanya memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi.
b. Jarang bergerak. Anak-anak yang jarang bergerak akan lebih mudah mengalami
kenaikan berat badan karena mereka tidak membakar kalori melalui aktivitas fisik.
c. Masalah genetik. Bila anak anda datang dari sebuah keluarga yang rata-rata anggotanya
mengalami kegemukan, dia mungkin secara genetik akan mengalami kelebihan berat
badan, terutama bila berada dalam lingkungan di mana makanan tinggi kalori selalu
tersedia dan aktivitas fisik jarang dilakukan.
d. Faktor psikologis. Ada sebagian anak-anak yang makan terlalu banyak sebagai
pelampiasan bila ada masalah, terutama masalah emosi, seperti stres atau kebosanan.
e. Faktor keluarga/sosial. Kebiasaan orangtua dalam menyiapkan makanan di rumah.
f. Anak cacat, anak aktivitasnya kurang karena problem fisik atau cara mengasuh.

C. Patofisiologi

Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan
lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer)
sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan
hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).

Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses fisiologis,


yaitu: pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi
sekresi hormon. Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal
eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan
adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar
serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan
pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal
pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai
stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin
dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.

5
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat
disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang
anorexigenic centerdi hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga
terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari
asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas
terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu
makan.

D. Gejala Klinis

Berdasarkan distribusi jaringan lemak, dibedakan menjadi:

a. Apple shape body (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian dada dan pinggang)
b. Pear shape body/gynecoid (distribusi jaringan lemak lebih banyak dibagian pinggul dan
paha)

Secara klinis mudah dikenali, karena mempunyai ciri-ciri yang khas, antara lain:

a. Wajah bulat dengan pipi tembem dan dagu rangkap


b. Leher relatif pendek
c. Dada membusung dengan payudara membesar
d. Perut membuncit (pendulous abdomen) dan striae abdomen
e. Pada anak laki-laki: Burried penis, gynaecomastia
f. Pubertas dinigenu valgum (tungkai berbentuk X) dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel dan bergesekan yang dapat menyebabkan laserasi kulit

E. Mendeteksi Anak Obesitas

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan apakah anak Anda memiliki berat
badan berlebih? Secara singkat, BB lebih dapat dilihat dengan memperhatikan KMS anak Anda.
Apabila di atas garis hijau, maka kemungkinan anak Anda memiliki berat badan berlebih.

6
Selanjutnya, lihatlah tinggi badan anak Anda, proporsionalkah? Dari WHO-NCHS, tidak ada
klasifikasi overweight atau obesitas. Sehingga, indikator ini sulit dilihat secara objektif.

Cara yang lain adalah dengan melihat grafik IMT (BMI, Body Mass Index) khusus anak di atas 2
tahun pada grafik di bawah ini

Klasifikasinya adalah:
Persentil >95 : obesitas
Persentil 75-95 : overweight
persentil 25 – 75: normal
persentil <25 : kurang

F. Komplikasi

Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa
bayi maupun pada masa dewasa antara lain:

1. Terhadap kesehatan

Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila
obesitas masih terjadi masa dewasa, maka morbiditas maupum mortalitas akan meningkat.
Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC.
Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respon imunologik
sel T dan aktivitas sel polimorfonnuklear.

2. Saluran pernafasan

Pada bayi obesitas merupakan resiko terjadinyainfeksi saluran pernafasan bagian bawah,
karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan
obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah
yang disebut sindrom chubby puffer. Obstruksi kronis saluran pernafasan dengan hipertrofi dan
adenoid akan mengakibatkan gangguan tidur, gejlala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam
darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek.

7
3. Kulit

Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah atau panas sering disertai miliaria,
maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.

4. Ortopedi

Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti legg-
perthee, gemu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara dll.

5. Efek psikologis

Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasifdan depresif.
Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya. Juga sulit
mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri
sehingga mengisolasi dari pergaulan dengan teman- temannya.

6. Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat mengakibatkan:

a. Hipertensi pada masa adolesensi


b. Hiperlipidemia, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, hipertensi maligna pada dewasa
c. Diabetes
d. Sindrom pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu
gangguan pada jantung dan pernafasan, hipofentilasi.

G. Pencegahan

a. Pencegahan harus sedini mungkin sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASI. Bayi
yang minum ASI jarang yang menjadi obesitas karena komposisi ASI mempunyai
mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi.
b. Memberikan contoh yang baik dengan cara memperhatikan makanan yang anda makan
sehingga anda dapat tetap konsisten menjaga berat badan ideal
c. Aktif dan mengundang anak untuk bergabung menjalankan kebiasaan yang sehat bersama-
sama.

8
d. Harus menyadari, bahwa tekanan yang terlalu besar pada kebiasaan makan dan berat badan
anak anda dapat memberi efek terbalik dimana si anak makan terlalu banyak, atau mungkin
membuat mereka rawan terjangkit kelainan pada pola makan.
e. Tidak perlu menjadi terlalu kritis, anda hanya perlu menekankan pada apa yang baik,
seperti senangnya bisa bermain di luar rumah, berbagai variasi buah segar yang bisa anda
dapatkan sepanjang tahun.
f. Tekankan keuntungan dari banyak beraktivitas selain dari membantu mereka untuk
menjaga berat badan, contohnya, banyak bergerak membuat jantung, paru-paru dan otot-
otot lain menjadi lebih kuat.

H. Penanganan

Anak-anak, tidak seperti orang dewasa, membutuhkan nutrisi dan kalori untuk
perkembangan dan pertumbuhan mereka. Untuk anak-anak di bawah usia 7 tahun yang tidak
memiliki masalah kesehatan lainnya, tujuan penanganan ini adalah untuk menjaga berat badan
bukan mengurangi berat badan. Strategi ini menyebabkan anak-anak tetap menambah tinggi badan
mereka tanpa harus menambah berat badan, sehingga indeks massa tubuh akan terus menurun
seiring dengan bertambahnya waktu sampai pada kisaran normal. Meskipun demikian, untuk anak
yang mengalami obesitas, menjaga berat badan sambil menunggu pertambahan tinggi badan dapat
menjadi sama sulitnya dengan menurunkan berat badan pada orang-orang dewasa.

Metode-metode yang dilakukan untuk menjaga berat badan atau menurunkan berat badan
adalah sama yaitu anak harus makan dengan pola makan yang sehat dan meningkatkan aktivitas
fisiknya. Kesuksesan metode ini sangat bergantung pada komitmen untuk membantu anak
melakukan perubahan ini.

a. Makan dengan Pola Makan yang Sehat

Makanan selalu dibeli oleh para orangtua, mereka juga memasak makanan dan mereka juga
yang menentukan makanan mana yang akan dimakan. Bahkan perubahan sekecil apapun dapat
menyebabkan perubahan besar pada kesehatan anak.

9
a) Bila sedang berbelanja untuk sehari-hari, pilihlah buah dan sayuran dibandingkan makanan
cepat saji. Selalu sediakan kudapan yang sehat. Dan jangan pernah menggunakan makan
sebagai hadiah atau hukuman.
b) Batasi pembelian minuman yang manis, termasuk juga minuman yang memiliki rasa buah.
Minuman seperti ini hanya memberikan sedikit nutrisi dibandingkan dengan kalori tinggi
yang mereka miliki. Minuman ini juga dapat membuat anak anda merasa terlalu kenyang
untuk makan makanan yang lebih sehat.
c) Pilih resep dan metode memasak yang menggunakan lemak sesedikit
mungkin. Contohnya, anda bisa memanggang ayam bukan menggorengnya.
d) Sajikan makanan berwarna-wani di atas meja: sayuran hijau dan kuning, buah aneka warna,
dan roti yang terbuat dari whole-grain. Batasi sajian karbohidrat berwarna putih: beras,
pasta, roti putih dan gula (sebagai makanan penutup).
e) Duduk bersama untuk menikmati makanan sekeluarga. Buat makan bersama sebagai
kebiasaan saat untuk berbagi berita dan cerita. Jangan makan di depan televisi atau
komputer, yang akan menyebabkan anak mengunyah tanpa berpikir.
f) Batasi kebiasaan makan di luar rumah, terutama di restoran cepat saji. Banyak pilihan menu
pada restoran seperti ini yang tinggi lemak dan kalori.
g) Jangan biasakan makan di depan layar, seperti televisi, komputer atau video
game. Kebiasaan ini akan menyebabkan anak makan secara terburu-buru dan menurunkan
kesadaran akan berapa banyak makanan yang telah dimakan.

b. Meningkatkan Aktivitas Fisik

Satu komponen yang sangat penting dalam penurunan berat badan, terutama pada anak-
anak, adalah aktivitas fisik. Untuk meningkatkan tingkat aktivitas anak anda:

a) Batasi waktu santai di depan layar menjadi hanya dua jam dalam sehari. Satu cara
yang jitu untuk meningkatkan aktivitas anak anda adalah dengan membatasi waktu mereka
untuk menonton televisi setiap harinya. Aktivitas diam lainnya (main video games dan
komputer atau bicara di telepon) juga harus dibatasi.
b) Tekankan pada aktivitas bukan olahraga. Aktivitas anak anda tidak harus berupa
program olahraga yang terstruktur, tujuannya hanya agar mereka tetap bergerak. Aktivitas

10
bermain bebas seperti bermain petak-umpet, tarik tambang atau lompat tali dapat menjadi
cara yang jitu untuk membakar kalori dan meningkatkan stamina.
c) Temukan aktivitas yang disukai oleh anak anda. Contohnya, bila anak anda cenderung
berjiwa seni, anda dapat pergi ke alam untuk jalan-jalan dan mengumpulkan daun dan batu-
batuan yang dapat dikoleksi oleh anak-anak. Bila anak anda suka memanjat, anda bisa
pergi ke mencari tempat bermain disektiar rumah anda, dimana anak-anak dapat
melewatkan waktu dengan memanjat alat permainan atau tembok. Bila anak anda suka
membaca, anda bisa mengajaknya jalan kaki atau naik sepeda ke perpustakaan disekitar
rumah anda.
d) Bila anda ingin memiliki anak yang aktif, anda sendiri harus aktif. Gunakan tangga
bukan lift atau eskalator dan parkir mobil anda di tempat yang agak jauh dari toko. Jangan
buat kegiatan olah gerak sebagai hukuman atau kewajiban. Temukan aktivitas yang
menyenangkan yang dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga.
e) Buat pekerjaan rumah tangga sebagai kegiatan keluarga. Siapa yang banyak mencabut
rumput dari kebun sayuran? Siapa yang paling banyak mengumpulkan sampah?

11
I. Asuhan Keperawatan Pada Anak Obesitas

PENGKAJIAN

1. Anamnesis:

 Saat mulainya timbul obesitas: prenatal, early adiposity rebound, remaja


 Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitas endogenous)
 Adanya keluhan: ngorok (snoring), restless sleep, nyeri pinggul
 Riwayat gaya hidup:

a) Pola makan/kebiasaan makan

b) Pola aktifitas fisik: sering menonton televisi

 Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yang disertai dengan resiko seperti
penyakit kardiovaskuler di usia muda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus
tipe II

2. Pemeriksaan fisik:

 Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas

3. Pemeriksaan penunjang: analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi dan tes fungsi
paru (jika ada tanda-tanda kelainan).

4. Pemeriksaan antropometri:

 Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal (BBI). BBI adalah berat
badan menurut tinggi badan ideal. Disebut obesitas bila BB > 120% BB Ideal.

Body Mass Index = BMI

Sebagai bagian dari perawatan anak sehat, dokter akan menghitung index massa tubuh
(Body Mass Index = BMI) dan menentukan dimana posisinya pada tabel pertumbuhan sesuai

12
usia. Indeks masa tubuh menunjukkan bila anak mengalami kelebihan berat untuk usia dan tinggi
badannya. Untuk menghitung index massa tubuh anak anda, bagi beratnya dengan tinggi badannya
yang dipangkat 2, atau BB/TB2 = kg/meter2.

Cara yang lebih mudah untuk mendapatkan indeks massa tubuh adalah dengan
menggunakan kalkulator indeks massa tubuh. Bila telah dietahui indeks massa tubuh anak,
kemudian diplot ke tabel indeks massa tubuh yang sudah baku.

Anak akan dimasukkan dalam salah satu dari 4 kategori berikut:

 BMI – berdasarkan usia dibawah persentil 5 – kekurangan berat


 BMI – berdasarkan usia antara persentil 5-85 – berat normal
 BMI – berdasarkan usia antara persentil 85-95 – memiliki risiko kelebihan berat
 BMI – berdasarkan usia di atas persentil 95 – kelebihan berat

BMI bukanlah pengukuran lemak tubuh yang paling sempurna karena ada beberapa
keadaan dimana penghitungan BMI dapat menimbulkan kesan yang salah. Contohnya, orang yang
sangat berotot seringkali memiliki angka BMI yang tinggi walaupun tidak mengalami kelebihan
berat (karena otot tambahan dapat menambah berat badan seseorang tapi tidak menambah lemak).
Sebagai tambahan, BMI seringkali sulit untuk dijelaskan masa pubertas dimana seorang anak
mengalami periode pertumbuhan yang sangat cepat. Penting untuk diingat bahwa BMI biasanya
adalah indikator yang baik (tapi bukan pengukuran secara langsung) kadar lemak dalam tubuh.
Dokter juga akan memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam penilaian berat
secara keseluruhan. Ini akan membantu untuk menentukan apakah berat badan anak membutuhkan
perhatian medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Setelah pengkajian dari anak atau remaja, beberapa diagnose keperawatan menjadi jelas.
Diagnosa yang menonjol diuraikan di bawah ini: Diagnosa Keperawatan pada anak yang obesitas:

1. Kelebihan berat badan b.d asupan nutrisi yang berlebihan


2. Keterbatasan aktivitas b.d kelebihan berat badan: obesitas

13
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan b.d ketidakseimbangan antara masukan kalori dan
penggunaan energy.

Tujuan dari program penurunan berat badan meliputi:

1. Anak akan mengikuti diet yang memberikan kehilangan berat badan tanpa mengganggu
pertumbuhan, aktivitas normal, atau psikologik kesejahteraan.
2. Anak akan terlibat dalam program latihan rutin.
3. Anak dan keluarga menerima dukungan psikologis
4. Anak dapat melakukan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

INTERVENSI

1. Bantu klien mengembangkan program penurunan berat badan yang aman yang
mempertimbangkan factor ini:

a. Jumlah penurunan yang diinginkan


b. Durasi program
c. Biaya
d. Masalah nutrisi
e. Kesesuaian dengan gaya hidup

Rasional: Tujuan yang realistic meningkatkan peluang keberhasilan. Kesuksesan member klien
nilai tambahan untuk meneruskan program

2. Ajarkan anak dasar- dasar masukan nutrisi seimbang meliputi:

a. Memilih rencana diet yang mendorong masukan tinggi karbohidrat kompleks dan
membatasi masukan lemak
b. Makan lebih banyak ikan dan daging ayam yang mengandunng sedikit lemak dan kalori.

Rasional: Penurunan dan pemeliharaan berat badan jangka panjang yang berhasil dapat dicapai
melalui diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat kompleks.

14
3. Bantu klien dan mengembangkan program latihan yang aman dan realistic dengan
mempertimbangkan factor berikut:

Rasional: Anak mungkin lebih mematuhi program latihan regular yang mudah dan menyenangkan
kemajuan latihan secara bertahap meminimalkan ketidaknyamanan dan cedera, mendorong
kepatuhan.

4. Bahas mulainya program latihan. Intruksikan orang tua dan anak konsul dengan
dokter sebelum memulai, bila ada indikasi.

Rasional: Anak dan orangtua akan lebih terkontrol dalam mengikuti program latihan, sebelum
memulai bila ada indikasi.

5. Tingakatkan kesadaran anak tentang bagaimana berat badan dipengeruhi oleh


kesimbangan antara masukan makanan dan aktivitas. Jelaskan bahwa keberhasilan
penurunan berat badan dan pemeliharaannya bergantung pada pencapaian
keseimbangan antara penurunan masukan kalori dan peningkatan penggunaan
kalori melalui latihan teratur.

Rrasional: Tujuan penurunan berat badan dapat dicapai melalui kombinasi penurunan masukan
kalori dan peningkatan penggunaan kalori dengan latihan. Setiap peningkatan aktivitas fisik akan
meningkatkan haluaran energy dan dan mengurangi kalori pada anak yang mengikuti program diet
penurun kalori.

PENATALAKSANAAN

Prinsipnya adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan
cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup.

1. Menetapkan target penurunan berat badan

Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan:

a. Usia anak: 2-7 tahun dan diatas 7 tahun

15
b. Derajat obesitas
c. Ada tidaknya penyakit penyerta/komplikasi.

Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun tanpa komplikasi, dianjurkan cukup dengan
mempertahankan berat badan. Pada anak obesitas usia dibawah 7 tahun dengan komplikasi dan
usia diatas 7 tahun (dengan/tanpa komplikasi) dianjurkan untuk menurunkan berat badan (diet dan
aktifitas fisik). Target penurunan berat badan dengan kecepatan 0,5-2 kg per bulan, sampai
mencapai berat badan ideal.

2. Pengaturan diet

Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan angka
kecukupan gizi (AKG), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta. Pada obesitas tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan
pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Dapat pula memakai perhitungan kebutuhan kalori
berdasarkan berat badan sebagai berikut:

BB ideal + (BB aktual-BB ideal) X 0,25

Cara pengaturan dietnya adalah sebagai berikut:

a. Pada bayi mengalami obesitas tujuan terapi bukan untun menurunkan berat badannya
seperti pada obesitas dewasa, tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya.
Bayi diberikan diiit sesuai dengan kebutuhan normal untuk pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg
bb/ hari untuk bayi kurang dari 6 bulan dan 90 kkal/kg bb/ hari untuk bayi lebih dari 6
bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselangi dengan air tawar. Tidak
dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah/ tanpa lemak.
b. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus
diperlambat, dengan memberikan diit seimbang 60 kkal/kg bb/hari, atau bisa juga diberi
makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori
tinggi.

16
c. Pada anak usia sekolah (prapubertas) yang obesitas, diit yang diberikansekitar 1200
kkal/hari ata sekitar 60 kkal/kg bb/hari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara
sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Tidak boleh menonton Tv terlalu lama, dan
disertai makan makanan yang berkalori tinggi.
d. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan
yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diit yang diberikan sekitar 850
kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya
500 kkal/hari.

3. Pengaturan aktifitas fisik

Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,


kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang
menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan
untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.

4. Mengubah pola hidup/perilaku

Diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen intervensi, dengan cara:

a. Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta
mencatat perkembangannya.
b. Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
c. Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi
dan mengurangi makanan camilan.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman.
e. Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada umumnya
lezat dan memilih makanan berkalori rendah.

5. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru.

17
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.
Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku
makan dan aktifitas yang mendukung program diet.

6. Konseling problem psikososial, terutama untuk peningkatan rasa percaya diri

7. Terapi intensif

Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai komplikasi
yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet berkalori sangat rendah
(very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.

a. Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal atau
IMT P > 97, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan protein hewani 1,5-2,5
gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari.
Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan pengawasan dokter.
b. Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: mempengaruhi asupan energi dengan
menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; mempengaruhi penyimpanan energi dengan
menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan metformin;
meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum direkomendasikan untuk terapi
obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
c. Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip terapi ini adalah
untuk mengurangi asupan makanan atau memperlambat pengosongan lambung dengan
cara gastric banding, dan mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric
bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian
tentang manfaat dan bahaya terapi ini pada anak.

EVALUASI

Efektivitas intervensi keperawatan ditentukan oleh penilaian ulang terus-menerus


berdasarkan pedoman observasi dan hasil yang diharapkan berikut:

18
a. Menilai berat badan secara berkala (biasanya minggu); membahas anak atau merasa reaksi,
remaja, dan keprihatinan.
b. Meninjau latihan program dengan anak atau remaja.
c. Remaja tentang rencana perawatan dan kemajuan menuju tujuan jangka pendek dan jangka
panjang.

Hasil yang diharapkan

a. Menyebabkan pola makan untuk penurunan berat badan; anak atau remaja mengungkapkan
perasaan dan keprihatinan tentang masalah.
b. Anak atau remaja bergerak dalam exerciser pilihan dan kegiatan secara teratur.
c. Anak atau remaja menunjukkan berat badan stabil (atau berat pemeliharaan pada anak
tumbuh)
d. Anak atau remaja menunjukkan pemahaman tentang pola makan.
e. Anak atau remaja menunjukan rasa percaya dirinya yang lebih baik.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di
atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat
dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m 2, maka anak tersebut
menderita obesitas. Anak yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua menjadi gemuk
atau menjadi obesitas. System metabolism anak berbeda-beda, anak yang kecepatan
metabolismenya lambat akan lebih berisiko menjadi obesitas. Factor-faktor obesitas di antaranya
adalah Faktor genetic, makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan, minuman cepat
saji, serta kurangnya aktivitas fisik.

B. Saran

Obesitas yang dialami oleh anak tidak hanya menimbulkan masalah dalam segi kesehatan
namun juga menjadi masalah psikis. oleh karena itu orang tua harus memiliki kesadaran untuk
menkontrol pola makan ataupun gaya hidup anak mulai dari sejak dini, agar anak tidak mengalami
gangguan secara psikisnya ataupun fisiknya pada saat dia tumbuh dewasa. Orang tua juga harus
memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang dengan baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Febriyani, I., & Setiawati, E. (2014). Hubungan Asupan Sugar-Sweetened Beverages dengan
Status Gizi pada Anak Usia Prasekolah. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/44753/

mahasiswa, U. (2015). OBESITAS PADA ANAK, 1–9.

21

Anda mungkin juga menyukai