PENDAHULUAN
2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.Meskipun dapat menyerang hampir semua organ tubuh, namun
bakteri TB lebih sering menyerang organ paru (80-85%).
2.1.2 Epidemiologi
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia
setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia
sekitar 5,7% dari total jumlah pasien TB dunia, dengan setiap tahun ada 450.000
kasus baru dan 65.000 kematian. Penemuan kasus TB apusan dahak basil tahan asam
(BTA) positif sejumlah 19.797 pada tahun 2011. Berdasarkan WHO Global
Tuberculosis report 2018, diperkirakan insiden TB di Indonesia mencapai 842.000
kasus dengan angka mortalitas 107.000 kasu. Jumlah ini membuat Indonesia berada di
urutan ketiga tertinggi untuk kasus TB setelah India dan Cina.
2.1.3 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 µm dan
panjang 1 – 4 µm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak
cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat,
lilin kompleks trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali
diwarnai, tahan terhadapupaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam –
alkohol.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).
2
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
3
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kavitas sklerotik). Nasib kavitas ini :
Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
baru.
Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kavitas lagi.
Kavitas bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, atau kavitas menyembuh dengan membungkus
diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kavitasyang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).
2.1.5 Klasifikasi
A. Berdasarkan letak anatomi penyakit
Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
Tuberkulosis ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain
paru yaitu pleura, kelenjar getah bening, abdomen, traktus genitourinarius,
kulit, tulang, dan meningen.
4
o Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
External Quality Assurance (EQA).
o Satu spesimen dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan
sugestif TB.
o Satu spesimen dahak meunjukkan BTA positif dan kultur positif.
Tuberkulosis BTA negatif, apabila:
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik
spektrum luas
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakanM.tuberculosis positif
o Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum
diperiksa.
5
d. Kasus Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan) atau penderita dengan hasil BTA negative, gambaran
radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan .
g. Kasus bekas TB adalah pasien dengan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan gambaran radiologik
paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologik
meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan OAT
selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik
pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat adalah penderita yang sudah berobat paling
kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif.
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya Gejala klinik tuberkulosis dapat berupa gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. Gejala
respiratorik dapat berupa batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala sistemik dapat berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia,
dan berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada TBparu, kelainan yang dijumpai bergantung pada luas kerusakan
parenkim paru. Kelainan pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik,
6
suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah dengan pemeriksaan
bakteriologik dengan bahan pemeriksaan berupa dahak dengan cara pengambilan
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) dan kemudian dilakukan pemeriksaan BTA dengan
pewarnaan Ziehl-Nielsen. Kemudian dapat juga dilakukan kultur kuman untuk
identifikasi M.tuberculosis. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thorax PA
maupun pemriksaan rontgen pada posisi lain apabila terdapat
indikasi.Pemeriksaan penunjang lainnyadapat berupa analisis cairan pleura,
pemeriksaan darah, tuberkulin, dan histopatologi jaringan.
2.1.7 Tatalaksana
Tujuan pengobatan TB adalah:
Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas
pasien
Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
Mencegah kekambuhan TB
Mengurangi penularan TB kepada orang lain
Mencegah perkembangan dan penularan resisten obat.
World Health Organization merekomendasikan obat kombinasi dosis tetap
(KDT) untuk mengurangi risiko terjadinya TB resisten obat akibat monoterapi.
Dengan KDT pasien tidak dapat memilih obat yang diminum, jumlah butir obat
yang harus diminum lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien
dan kesalahan resep oleh dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat badan.
7
Harian 3 kali per minggu
Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Isoniazid (H) 5 (6-8) 300 10 (8-12) 900
Pirazinamid (Z) 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol (E) 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin (S) 15 (15-18) 15 (12-18) 1000
8
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : Pelajar
3.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Batuk darah meningkat sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Batuk darah meningkat sejak 4 jam SMRS. Batuk darah bewarna
merah,sebanyak ± 1 sendok makan. Batuk darah dirasakan hilang timbul
dalam 2 minggu batuk darah hanya 3 kali.
Batuk berdahak dirasakan ± 2 minggu yang lalu. Batuk kadang kering dan
kadang berlendir. Dahak berwarna putih dan kehijauan . Dahak sulit untuk
dikleuarkan.
Sesak nafas dirasakan ketika sedang batuk saja sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit tidak menciut. Sesak tidak dipengaruhi oleh emosi,cuaca dan
aktivitas.
Nyeri dada tidak ada.
Demam sejak ± 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam
hilang timbul. Demam tidak disertai dengan menggigil.
Keringat malam disangkal.
Nafsu makan baik.
Badan terasa sering lemas dan cepat lelah.
Penurunan berat badan adadari 48 kg menjadi 44 kg dalam waktu 1 bulan.
BAB dan BAK (+) normal.
9
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat minum OATtidak ada
Riwayat asma disangkal.
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat DM disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat keluarga minum OAT disangkal.
Riwayat keluarga asma disangkal.
Riwayat keluarga hipertensi.
Riwayat DM disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
e. Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Kebiasaan :
Pekerjaan : Pelajar
Kebiasaan :
Merokok :Tidak ada.
Usia :-
Berhenti merokok :-
Jumlah batang/hari :-
Indeks brinkman :-
Alkohol :Tidak ada
Narkoba :Tidak ada
3.3 Pemeriksaan Fisik
10
- TB : 150 cm
11
3.4 Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb : 11,4g/dL
b. Leukosit : 7.700 /mm3
c. Trombosit : 430.000 /mm3
3.5 Diagnosis Kerja
b. Farmakoterapi
- IVFD RL 12 J/K
- Paracetamol tab 3x500 mg
- Asam traneksamat 2 x 25 mg tab
- VIT K 2 x 10 mg tab
- VIT C 2 X 10 mg tab
- Curcuma 3×200 mg tab
3.8 Pemeriksaan Anjuran
1. TCM (tes cepat molekuler)
2. Rontgen foto Thorax PA
3. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas banal
12
Follow Up Senin, 18 November 2019
Anamnesis:
Sesak nafas : Tidak ada
Demam : Tidak ada
Batuk/batuk darah : Ada, batuk berdarah warna kemerahan, dahak sulit
dikeluarkan.
Nyeri dada : Tidak ada
Nafsu makan : Menurun
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 100/60 mmHg, 88 x/menit
Nafas : 20 x /menit
Paru :
Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-)wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada.
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) pada lapang paru atas,
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
Anjuran :
Terapi :
o IVFD RL 12 J/K
13
o Asam traneksamat 2 x 25 mg tab
o VIT K 2 x 10 mg tab
o VIT C 2 X 10 mg tab
o Curcuma 3x200mg (po)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 84 x/menit
Nafas : 20 x /menit
Paru :
Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) pada
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) pada lapang paru atas,
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
Anjuran :
- Tunggu hasil TCM
- Bed resttotal , batasi aktivitas.
14
Terapi :
o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma 3x200mg (po)
o Asam traneksamat 1 x 25 mg tab
o VIT K 1 x 10 mg tab
o VIT C 1 X 10 mg tab
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 80 x/menit
Nafas : 22 x /menit
Paru :
Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) ,wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) minimal pada lapang paru
atas, wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
15
Anjuran :
Terapi :
o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma tab 3x200mg (po)
o Asam traneksamat 1 x 25 mg tab
o VIT K 1 x 10 mg tab
o VIT C 1 X 10 mg tab
o Isoniazid 1x75 mg tab
o Rifampisin 1x150 mg tab
o Pirazinamid 1 x 400 mg tab
o Etambutol 1x 275
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 80 x/menit
Nafas : 22 x /menit
Paru :
16
Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) ,wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) minimal pada lapang paru
atas, wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
Anjuran :
Terapi :
o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma tab 3x200mg (po)
o Ambroxol tab 3x30 mg(po)
o Isoniazid 1x75 mg tab
o Rifampisin 1x150 mg tab
o Pirazinamid 1 x 400 mg tab
o Etambutol 1x 275 mg tab
17
BAB IV
ANALISA KASUS
18
Berdasarkan dar anmnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka pasien diberikan
terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk pemeriksaan anjuran dilakukan pemeriksaan
BTA sputum, rontgen thorax AP,dan kultur kuman banal.
19
DAFTAR PUSTAKA
20