Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB)merupakan penyakit menular yang masih menjadi


permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang
memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TB yang tidak berhasil
disembuhkan terutama di 22 negara dengan beban TB paling tinggi di dunia, World
Health Organization (WHO) melaporkan dalam Global Tuberculosis Report 2011
terdapat perbaikan bermakna TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan
angka kematian akibat TB dalam dua dekade terakhir ini. Insidens TB secara global
dilaporkan menurun dengan laju 2,2% pada tahun 2010-2011. Walaupun dengan
kemajuan yang cukup berarti ini, beban global akibat TB masih tetap besar.
Diperkirakan pada tahun 2011 insidens kasus TB mencapai 8,7 juta (termasuk 1,1 juta
dengan koinfeksi HIV) dan 990 ribu orang meninggal karena TB. Secara global
diperkirakan insidens TB resisten obat adalah 3,7% kasus baru dan 20% kasus dengan
riwayat pengobatan. Sekitar 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia
terjadi di negara berkembang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Penyakit Paru.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami Tuberkulosis Paru serta dapat melakukan
penatalaksanaannya.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis
Sebagai acuan dalam mempelajari dan memahami TB Paru.
1.3.2 Bagi Pembaca
 Meningkatkan pengetahuan mengenai TB Paru.
 Memberikan tatalaksana yang tepat untuk TB Paru
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis complex.Meskipun dapat menyerang hampir semua organ tubuh, namun
bakteri TB lebih sering menyerang organ paru (80-85%).

2.1.2 Epidemiologi
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia
setelah India, Cina, dan Afrika Selatan. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia
sekitar 5,7% dari total jumlah pasien TB dunia, dengan setiap tahun ada 450.000
kasus baru dan 65.000 kematian. Penemuan kasus TB apusan dahak basil tahan asam
(BTA) positif sejumlah 19.797 pada tahun 2011. Berdasarkan WHO Global
Tuberculosis report 2018, diperkirakan insiden TB di Indonesia mencapai 842.000
kasus dengan angka mortalitas 107.000 kasu. Jumlah ini membuat Indonesia berada di
urutan ketiga tertinggi untuk kasus TB setelah India dan Cina.

2.1.3 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 µm dan
panjang 1 – 4 µm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak
cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat,
lilin kompleks trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali
diwarnai, tahan terhadapupaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam –
alkohol.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).

2
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi


A. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan
paru, dimana ia akan membentuk suatu sarang pneumonik, yang disebut sarang primer
atau afek primer. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar
getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan
limfangitis regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan
mengalami salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis
fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara perkontinuitatum, bronkogen, hematogen, dan
limfogen.
B. Tuberkulosis post primer
Dari tuberkulosis primer ini akan muncul bertahun-tahun kemudian tuberkulosis
post-primer, biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai
nama yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainyayang menjadi sumber penularan.
Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Nasib sarang
pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
1. Diresorpsi kembali, dan sembuh kembali dengan tidak meninggalkan
cacat.

3
2. Sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan membungkus diri
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sebaliknya dapat juga sarang tersebut menjadi aktif kembali,
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kavitas bila jaringan keju
dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa).
Kavitas akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas
awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal
(kavitas sklerotik). Nasib kavitas ini :
 Mungkin meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonik
baru.
 Dapat pula memadat dan membungkus diri (encapsulated), dan
disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tapi mungkin pula aktif kembali, mencair lagi dan
menjadi kavitas lagi.
 Kavitas bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut
open healed cavity, atau kavitas menyembuh dengan membungkus
diri, akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kavitasyang terbungkus, dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).

2.1.5 Klasifikasi
A. Berdasarkan letak anatomi penyakit
 Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru.
 Tuberkulosis ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain
paru yaitu pleura, kelenjar getah bening, abdomen, traktus genitourinarius,
kulit, tulang, dan meningen.

B. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi

 Tuberkulosis BTA positif, apabila:

4
o Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
External Quality Assurance (EQA).
o Satu spesimen dahak BTA positif dan didukung hasil pemeriksaan
sugestif TB.
o Satu spesimen dahak meunjukkan BTA positif dan kultur positif.
 Tuberkulosis BTA negatif, apabila:
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan
tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik
spektrum luas
o Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan
biakanM.tuberculosis positif
o Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum
diperiksa.

C. Berdasarkan Riwayat Pengobatannya

Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada


beberapa tipe penderita yaitu :

a. Pasien baru adalah penderita yang belum pernah mendapat


pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari
satu bulan (30 dosis harian)
b. Pasien kambuh (relaps) adalah penderita tuberkulosis yang
sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga
dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan
infeksi sekunder, infeksi jamur, atau TB paru kambuh.
c. Kasus pindahan (Transfer In) Adalah penderita yang sedang
mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah ke
kabupaten lain.

5
d. Kasus Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif
atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan) atau penderita dengan hasil BTA negative, gambaran
radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan .
g. Kasus bekas TB adalah pasien dengan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan gambaran radiologik
paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang
adekuat akan lebih mendukung. Pada kasus dengan gambaran radiologik
meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan OAT
selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik
pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah
d. Kasus lalai berobat adalah penderita yang sudah berobat paling
kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang
kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif.

2.2.6 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik,
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya Gejala klinik tuberkulosis dapat berupa gejala
respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. Gejala
respiratorik dapat berupa batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas, dan nyeri
dada. Gejala sistemik dapat berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia,
dan berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada TBparu, kelainan yang dijumpai bergantung pada luas kerusakan
parenkim paru. Kelainan pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial, amforik,

6
suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah dengan pemeriksaan
bakteriologik dengan bahan pemeriksaan berupa dahak dengan cara pengambilan
Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) dan kemudian dilakukan pemeriksaan BTA dengan
pewarnaan Ziehl-Nielsen. Kemudian dapat juga dilakukan kultur kuman untuk
identifikasi M.tuberculosis. Pemeriksaan radiologi berupa rontgen thorax PA
maupun pemriksaan rontgen pada posisi lain apabila terdapat
indikasi.Pemeriksaan penunjang lainnyadapat berupa analisis cairan pleura,
pemeriksaan darah, tuberkulin, dan histopatologi jaringan.

2.1.7 Tatalaksana
Tujuan pengobatan TB adalah:
 Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas
pasien
 Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan
 Mencegah kekambuhan TB
 Mengurangi penularan TB kepada orang lain
 Mencegah perkembangan dan penularan resisten obat.
World Health Organization merekomendasikan obat kombinasi dosis tetap
(KDT) untuk mengurangi risiko terjadinya TB resisten obat akibat monoterapi.
Dengan KDT pasien tidak dapat memilih obat yang diminum, jumlah butir obat
yang harus diminum lebih sedikit sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien
dan kesalahan resep oleh dokter juga diperkecil karena berdasarkan berat badan.

Tabel 1. Jenis dan Dosis OAT


OAT Dosis Rekomendasi

7
Harian 3 kali per minggu
Dosis Maksimum Dosis Maksimum
(mg/kgBB) (mg) (mg/kgBB) (mg)
Rifampisin (R) 10 (8-12) 600 10 (8-12) 600
Isoniazid (H) 5 (6-8) 300 10 (8-12) 900
Pirazinamid (Z) 25 (20-30) - 35 (30-40) -
Etambutol (E) 15 (15-20) - 30 (25-35) -
Streptomisin (S) 15 (15-18) 15 (12-18) 1000

Tabel 2. Dosis OAT Kombinasi Dosis Tetap


Fase Intensif Fase Lanjutan
2-3 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu
RHZE RH RH
150/75/400/275 150/75 150/150
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5

8
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Feby

Umur : 19 tahun

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal masuk : Senin, 16November 2019

3.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama : Batuk darah meningkat sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
 Batuk darah meningkat sejak 4 jam SMRS. Batuk darah bewarna
merah,sebanyak ± 1 sendok makan. Batuk darah dirasakan hilang timbul
dalam 2 minggu batuk darah hanya 3 kali.
 Batuk berdahak dirasakan ± 2 minggu yang lalu. Batuk kadang kering dan
kadang berlendir. Dahak berwarna putih dan kehijauan . Dahak sulit untuk
dikleuarkan.
 Sesak nafas dirasakan ketika sedang batuk saja sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit tidak menciut. Sesak tidak dipengaruhi oleh emosi,cuaca dan
aktivitas.
 Nyeri dada tidak ada.
 Demam sejak ± 1 minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam
hilang timbul. Demam tidak disertai dengan menggigil.
 Keringat malam disangkal.
 Nafsu makan baik.
 Badan terasa sering lemas dan cepat lelah.
Penurunan berat badan adadari 48 kg menjadi 44 kg dalam waktu 1 bulan.
 BAB dan BAK (+) normal.

9
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat minum OATtidak ada
 Riwayat asma disangkal.
 Riwayat hipertensi tidak ada.
 Riwayat DM disangkal.
 Riwayat penyakit jantung disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat keluarga minum OAT disangkal.
 Riwayat keluarga asma disangkal.
 Riwayat keluarga hipertensi.
 Riwayat DM disangkal.
 Riwayat penyakit jantung disangkal.
e. Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Kebiasaan :
 Pekerjaan : Pelajar
 Kebiasaan :
 Merokok :Tidak ada.
Usia :-
Berhenti merokok :-
Jumlah batang/hari :-
Indeks brinkman :-
 Alkohol :Tidak ada
 Narkoba :Tidak ada
3.3 Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum


- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis cooperatif
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi :86 x/menit
- Napas :19 x/menit
- Suhu : 37,4 ºC
- BB : 44 kg

10
- TB : 150 cm

b. Kepala dan Leher


- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sklera : Ikterik (-/-)
- JVP : 5-2 cmH2O
- KGB : Tidak ada pembesaran KGB.
c. Paru
- Inspeksi : Statis : Hemithoraks kiri dan kanan simetris
Dinamis :Pergerakan dinding dada simetris kiri dan
kanan
- Palpasi : Fremitus taktilsama kiri dan kanan.
- Perkusi : Tidak dilakukan.
- Auskultasi :
Paru kanan :Vesikuler, rhonki(-), wheezing (-), ekspirasi memanjang
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) pada lapang paru atas, wheezing (-),
ekspirasi memanjang (-)
d. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordistampak 1 jari medial linea midlavicularis kiri RIC
V
- Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial di linea midclavicularis
sinistraRIC V.
- Perkusi : tidak dilakukan.
- Auskultasi : Irama reguler , murmur dan gallop tidak ada.
e. Abdomen
- Inspeksi : Perut tidak membuncit, asites dan sikatriks tidak ada.
- Palpasi : Nyeri tekan dan nyeri lepas tidak ada. Hepar dan lien tidak
teraba.
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus normal
f. Ekstremitas
- Akral hangat (+/+)
- Edema (-/-)
- Sianosis (-/-)

11
3.4 Pemeriksaan Laboratorium

a. Hb : 11,4g/dL
b. Leukosit : 7.700 /mm3
c. Trombosit : 430.000 /mm3
3.5 Diagnosis Kerja

- Hemaptoe ec susp Tuberkulosis paru kasus baru

3.6 Diagnosis Banding


- Hemaptoe ec susp Bronkopneumonia
- Hemaptoe ec susp Bronkoekstasi terinfeksi
3.7 Penatalaksanaan
a. Non farmakoterapi
- Bed rest
- Kurangi aktivitas fisik yang berat
- Makan makanan begizi

b. Farmakoterapi
- IVFD RL 12 J/K
- Paracetamol tab 3x500 mg
- Asam traneksamat 2 x 25 mg tab
- VIT K 2 x 10 mg tab
- VIT C 2 X 10 mg tab
- Curcuma 3×200 mg tab
3.8 Pemeriksaan Anjuran
1. TCM (tes cepat molekuler)
2. Rontgen foto Thorax PA
3. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas banal

12
Follow Up Senin, 18 November 2019
Anamnesis:
Sesak nafas : Tidak ada
Demam : Tidak ada
Batuk/batuk darah : Ada, batuk berdarah warna kemerahan, dahak sulit
dikeluarkan.
Nyeri dada : Tidak ada
Nafsu makan : Menurun

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 100/60 mmHg, 88 x/menit
Nafas : 20 x /menit
Paru :
 Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
 Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-)wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada.
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) pada lapang paru atas,
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.

Kesan : Hempatoe ec susp Tuberkulosis paru kasus baru status quo

Anjuran :

- Tunggu hasil TCM


- Bed resttotal , batasi aktivitas.
- Makan makanan bergizi
- Paracetamol Aff

Terapi :

o IVFD RL 12 J/K

13
o Asam traneksamat 2 x 25 mg tab
o VIT K 2 x 10 mg tab
o VIT C 2 X 10 mg tab
o Curcuma 3x200mg (po)

Follow Up Selasa, 19 November 2019


Anamnesis:
Sesak nafas : Tidak ada.
Demam : Tidak ada
Batuk/batuk darah : Batuk berdarah ada tetapi sedikit, warna merah , dahak sulit
dikeluarkan.
Nyeri dada : Tidak ada
Nafsu makan : Menurun

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 84 x/menit
Nafas : 20 x /menit
Paru :
 Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
 Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) pada
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) pada lapang paru atas,
wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.

Kesan : Hemaptoe ec susp tuberkulosis paru kasu baru status quo

Anjuran :
- Tunggu hasil TCM
- Bed resttotal , batasi aktivitas.

14
Terapi :

o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma 3x200mg (po)
o Asam traneksamat 1 x 25 mg tab
o VIT K 1 x 10 mg tab
o VIT C 1 X 10 mg tab

Follow Up Rabu, 20 November 2019


Anamnesis:
Sesak nafas : ada, ketika batuk.
Demam : Tidak ada.
Batuk/batuk darah : Batuk berdarah ada,darahnya sedikit, warna merah, dahak
sulit dikeluarkan.
Nyeri dada : Tidak ada
Nafsu makan : Baik.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 80 x/menit
Nafas : 22 x /menit
Paru :
 Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
 Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) ,wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) minimal pada lapang paru
atas, wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.

Kesan : Hemaptoe ec susp Tuberkulosis paru kasus baru status quo

15
Anjuran :

- Hasil TCM  MTB detected, RIF resistance not detected


- Pemberian OAT dimulai, dan edukasi tentang OAT kepada keluarga atau
pasien.
- Bed resttotal , batasi aktivitas.

Terapi :

o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma tab 3x200mg (po)
o Asam traneksamat 1 x 25 mg tab
o VIT K 1 x 10 mg tab
o VIT C 1 X 10 mg tab
o Isoniazid 1x75 mg tab
o Rifampisin 1x150 mg tab
o Pirazinamid 1 x 400 mg tab
o Etambutol 1x 275

Follow Up Kamis, 21 November 2019


Anamnesis:
Sesak nafas : Tidak ada
Demam : Tidak ada
Batuk/batuk darah : Ada, tetapi tidak ada darah. Berdahak ada berwarna
putih,dahak sulit dikeluarkan.
Nyeri dada : Tidak ada
Nafsu makan : Baik.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis cooperative
TD/Nadi : 110/60 mmHg, 80 x/menit
Nafas : 22 x /menit
Paru :

16
 Inspeksi : Hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis.
 Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan sama
 Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
 Auskultasi : Paru kanan : Vesikuler, rhonki(-) ,wheezing (-), ekspirasi
memanjang tidak ada
Paru kiri : Vesikuler, rhonki (+) minimal pada lapang paru
atas, wheezing (-), ekspirasi memanjang tidak ada.

Kesan : Hemaptoe ec susp Tuberkulosis paru kasus baru dalam


perbaikan.

Anjuran :

- Pengobatan OAT mulai diberikan


- Bed rest total , batasi aktivitas.
- Asam traneksamat aff
- VIT K aff
- V IT C aff

Terapi :

o IVFD RL 12 J/K
o Curcuma tab 3x200mg (po)
o Ambroxol tab 3x30 mg(po)
o Isoniazid 1x75 mg tab
o Rifampisin 1x150 mg tab
o Pirazinamid 1 x 400 mg tab
o Etambutol 1x 275 mg tab

17
BAB IV

ANALISA KASUS

Seorang perempuan usia 19 tahun dirawat di bangsal paru RSUD.M.Natsir Solok


dengan diagnose hemaptoe Suspek TB kasus baru. Keluhan batuk darah sejak 4 jam SMRS.
Riwayat penyakit sekarang batuk darah sejak 4 jam SMRS,batuk darah bercampur dengan
dahak,dengan jumlah ± 1 sendok makan.batuk diraskan hilang timbul dalam 2 minggu batuk
darah hanya 3 kali. Pasien telah dilakukan pemeriksaan dahak pada tanggal 20/11/2019 dan
dinyatakan memiliki TB. Batuk berdahak dirasakan ± 2 minggu yang lalu,batuk kadang
kering dan kadang berlendir,dahak berwarna putih dan kadang ada sedikit darah.dan dahak
sulit untuk dikeluarkan. Nyeri dada tidak ada.Demam sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam hilang timbul. Demam tidak disertai dengan menggigil.
Sesak nafas dirasakan ketika sedang batuk sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit,tidak menciut . sesak tidak dipengaruhi oleh emosi,cuaca ,makanan dan
aktivitas.Keringat malam hari tidak ada.Nafsu makan baik .Badan terasa sering lemas dan
cepat lelah.Penurunan berat badan dari 48 kg menjadi 44 kg dalam waktu 1 bulan.BAB dan
BAK (+) normal.
Dari riwayat penyakit sebelumnya, Ny.F tidak pernah memiliki riwayat meminum
OAT sebelumnya. Pasein tidak memiliki riwayat asma, diabetes mellitis, hipertensi, dan
jantung sebelumnya Pasien tidak merokok , riwayat konsumsi narkoba dan alkohol disangkal.
Dari pemeriksaan fisik di Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos
mentis cooperative, tekanan darah110/70 mmHg, Nadi : 86 x/menit , Napas 22 x/menit, Suhu
37,4 ºC, BB 44kg, dan TB 165cm. Pada pemeriksaan paru didapatkan inspeksi yaitu
hemithoraks kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Pada palpasi
diapatkan fremitus taktil sama kanan dan kiri. Perkusi tidak dilakukan, dan pada auskultasi
didaparkan suara nafas vesikuler dan rhonki pada lapang atas paru kiri dan kanan dan tidak
dijumpai ekspirasi memanjang.

18
Berdasarkan dar anmnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, maka pasien diberikan
terapi farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk pemeriksaan anjuran dilakukan pemeriksaan
BTA sputum, rontgen thorax AP,dan kultur kuman banal.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Editor Tim Kelompok Kerja


Tuberkulosis. Jakarta,2011.
2. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
2011
3. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana
Tuberkulosis. Jakarta : 2013

20

Anda mungkin juga menyukai