Anda di halaman 1dari 9

Tabel Pengamatan Rasa Panas dan Dingin

A. Alat dan Bahan

Alat: Bak air.


Bahan: Air es, air panas, air suhu kamar, dan alcohol.

B. Langkah Kerja
Rasa Panas dan Dingin
1. Sediakan 3 buah bak masing masing berisi:
Air es, air panas 50° C, dan air dengan suhu ± 30° C (suhu kamar).
2. Masukkan telunjuk kanan kedalam air es dan telunjuk kiri kedalam air 50° C.
Catatlah perasaan anda yang dialami.
3. Segera masukkan kedua telunjuk saudara kedalam bak air dengan suhu ± 30° C.
Catatlah perasaan anda yang dialami.
4. Tempatkanlah punggung tangan ±10 cm didepan mulut dan tiuplah kulit punggung
tangan itu perlahan-lahan. Catatlah perasaan anda yang dialami.
5. Basahilah punggung tangan itu dengan air dahulu, kemudian tiuplah seperti
percobaan tersebut diatas. Catatlah perasaan anda yang dialami.
6. Oleskan punggung tangan dengan alcohol dahulu kemudian tiuplah lagi. Rasa yang
bagaimanakah yang anda alami? Jelaskan.

C. Tabel Pengamatan Rasa Panas dan Dingin


Lokasi Media Uraian Rasa
Jari Telunjuk Kanan Air Es Dingin
Jari Telunjuk Kiri Air 50° C Panas
Jari Telunjuk Kanan dan Kiri Air Suhu Kamar Jari Telunjuk Kanan : Dingin
Jari Telunjuk Kiri: Dingin
Punggung Tangan - Normal
Punggung Tangan Air Suhu Kamar Sejuk
Punggung Tangan Alkohol Dingin
Pembahasan tabel
Percobaan pertama pada saat Jari Telunjuk Kanan dimasukkan kedalam air es yang
dirasakan ialah dingin. Lalu pada percobaan kedua Jari Telunjuk Kiri dimasukkan
kedalam air 50° C yang dirasan ialah panas. Percobaan ketiga Jari Telunjuk Kanan dan
Kiri dimasukkan dan yang dirasakan ialah Jari Telunjuk Kanan terasa dingin dan Jari
Telunjuk Kiri juga terasa dingin. Percobaan keempat Punggung Tangan dimasukkan
kedalam air suhu kamar yang dirasakan ialah sejuk. Percobaan kelima Punggung Tangan
dimasukkan kedalam alcohol yang dirasakan ialah dingin.
D. Pertanyaan
1. Pada percobaan dengan alkohol pada kulit mula-mula timbul perasaan dingin dahulu
kemudian disusul dengan perasaan panas. Jelaskan mengapa demikian!
Jawab: Pada percobaan dengan alkohol pada kulit, mula-mula timbul rasa dingin lalu disusul
rasa panas. Rasa dingin ini disebabkan oleh penguapan alkohol, tetapi karena proses
penguapan alkohol berlangsung cepat, maka lama-kelamaan alkohol menguap habis dan
suhu permukaan kulit kembali normal. Saat permukaan kulit kembali ke suhu normal,
merasakan panas karena kulit mengalami kenaikan suhu.
2. Apakah rasa panas dan dingin itu dirasakan terus menerus? Jelaskan mengapa demikian!
Jawab: Tidak. Karena lama-kelamaan alkohol menguap habis dan suhu permukaan kulit
kembali normal.

E. Kesimpulan
Dari hasil percobaan tersebut dapat disimpulkan, bila suatu rangsang tetap diberikan secara
terus-menerus pada suatu reseptor, frekuensi potensial aksi di saraf sensorik lama-kelamaan
akan menurun. Hal ini yang dinamakan dengan adaptasi. Dengan adanya proses adaptasi pada
tubuh seseorang, rasa panas yang dirasakan pada percobaan meniup punggung tangan dengan
mengoleskan alkohol sebelumnya akan hilang dan tidak berlangsung terus-menerus.
Tabel Pengamatan Diskriminasi Ukuran
A. Alat dan Bahan:
Alat: Uang koin (Rp.25, Rp. 50, Rp.100, Rp.200, Rp.500)

B. Langkah Kerja
1. Tutuplah mata probandus dan letakkan tangannya diatas meja dengan telapak
tangannya keatas.
2. Tekanlah pada jari tangan probandus uang koin dengan berbagai macam ukuran.
3. Mintalah probandus untuk menyebutkan jenis koin tersebut.
4. Catat hasil pengamatan pada probandus. Berikan tanda B bila jawaban probandus
benar dan berikan tanda S bila jawaban probandus salah.
5. Ulangi langkah 1-4 sebanyak tiga kali.
6. Lakukan langkah 1-5 pada bagian telapak tangan, lengan bawah, dan kuduk.

C. Tabel Pengamatan Diskriminasi Ukuran


No Jenis dan Diameter Koin (cm) Jari Tangan Telapak Lengan Kuduk
Tangan Bawah

I II III I II III I II III I II III


1. Koin Rp. 25 S B B B B B S B S S S S
2. Koin Rp. 50 S B B B B S S S S S S S
3. Koin Rp. 100 S B B S S S S S B S S S
4. Koin Rp. 200 S S S B S B S S S S S S
5. Koin Rp. 500 S B B S S B S S S S B S
Total Jawaban Benar 8 8 2 1
Pembahasan Tabel
Pada percobaan pertama dijari tangan total jawaban yang benar berjumlah 8. Pada
percobaan kedua ditelapak tangan total jawaban yang benar berjumlah 8. Pada percobaan
ketiga dilengan bawah total jawaban yang benar berjumlah 2. Pada percobaan keempat
dikuduk total jawaban yang benar berjumlah 1.
Mekanisme Gerak Reflex
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian
hasil olahan otak berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapannya terjadi
secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak (Robinson,
2002). Jadi dapat dikatakan gerak refleks terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa
disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk .
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu
dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori
ke pusat saraf, diterima oleh sel saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di
dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke
efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak
refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada
di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar
dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam
sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut (Sherwood, 2001).
Adapun pengertian dari refleks adalah suatu bentuk respon segera, baik
motorik maupun sekretorik terhadap impuls dari saraf sensorik aferen. Refleks
merupakan suatu jalur saraf sederhana, dimana stimulus akan disampaikan ke
medulla spinalis. Dari medulla spinalis, sinyal akan disampaikan baik ke otak
maupun ke saraf eferen sebagai pemegang kendali otot-otot yang terpengaruh
oleh stimulus. Dengan demikian, tanpa adanya intervensi dari otak, otot dapat
berkontraksi sebagai respon dari stimulus (Robinson, 2002). Tidak adanya
intervensi dari otak, membuat refleks dapat terjadi secara cepat di luar
kesadaran.
http://repository.unair.ac.id/25565/12/12.%20Bab%202.pdf
Jenis jenis Gerak Refleks

Refleks Superficial

 Refleks dinding perut : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial. Respon : kontraksi dinding perut.
 Refleks Cremaster : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah. Respon :
elevasi testes ipsilateral.
 Refleks Gluteal : goresan atau tusukan pada daerah gluteal. Respon : gerakan reflektorik
otot gluteal ipsilateral.

Refleks Tendon / Periosteum

 Refleks Biceps (BPR) : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon
m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan
pada sendi siku.
 Refleks Triceps (TPR) : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi. Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku.
 Refleks Periosto Radialis : ketukan pada periosteum ujung distal os symmetric posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi. Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan
supinasi karena kontraksi m.brachiradialis.
 Refleks Periostoulnaris : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi lengan
setengah fleksi dan antara pronasi supinasi. Respon : pronasi tangan akibat kontraksi
m.pronator quadrates.
 Refleks Patela (KPR) : ketukan pada tendon patella dengan hammer. Respon : plantar fleksi
longlegs karena kontraksi m.quadrises femoris.
 Refleks Achilles (APR) : ketukan pada tendon achilles. Respon : plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.gastroenemius.
 Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal. Respon : kontraksi
reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
 Refleks Klonus Kaki : dorsofleksikan longlegs secara maksimal, posisi tungkai fleksi di
sendi lutut. Respon : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

Refleks Patologis

 Babinsky : penggoresan telapak longlegs bagian lateral dari posterior ke anterior. Respon
: ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
 Chadock : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari
posterior ke anterior. Respon : seperti babinsky.
 Oppenheim : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal. Respon : seperti
babinsky.
 Gordon : penekanan betis secara keras. Respon : seperti babinsky.
 Schaefer : memencet tendon achilles secara keras. Respon : seperti babinsky.
 Gonda : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari longlegs ke-4. Respon : seperti babinsky.
 Stransky : penekukan (lateral) jari longlegs ke-5. Respon : seperti babinsky.
 Rossolimo : pengetukan ada telapak kaki. Respon : fleksi jari-jari longlegs pada sendi
interfalangeal.
 Mendel-Beckhterew : pengetukan dorsum pedis pada daerah os coboideum. Respon :
seperti rossolimo.
 Hoffman : goresan pada kuku jari tengah pasien. Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya
fleksi.
 Trommer : colekan pada ujung jari tengah pasien. Respon : seperti Hoffman.
 Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan dengan
bagian ventral menghadap ke atas. Respon : tidak terjadi fleksi di sendi siku.
 Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan. Respon : tidak terjadi
oposisi ibu jari.

Refleks Primitive

 Sucking Reflex : sentuhan pada bibir. Respon : gerakan bibir, lidah, dan rahang bawah
seolah-olah menyusui.
 Snout Reflex : ketukan pada bibir atas. Respon : kontraksi otot-otot disekitar bibir / di
bawah hidung.
 Grasps Reflex : penekanan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respon : tangan
pasien mengepal.
 Palmo-mental Reflex : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar.
Respon : kontraksi otot mentalis dan orbikularis oris (ipsi lateral).

Selain pemeriksaan tersebut di atas juga ada beberapa pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan fungsi
luhur :

 Apraxia : hilangnya kemampuan untuk melakukan gerakan volunter atas perintah.


 Alexia : ketidakmampuan mengenal bahasa tertulis.
 Agraphia : ketidakmampuan untuk menulis kata-kata.
 Fingdragnosia : kesukaran dalam mengenal, menyebut, memilih, dan membedakan jari-
jari, baik punya sendiri maupun orang lain terutama jari tengah.
 Disorientasi kiri-kanan : ketidakmampuan mengenal sisi tubuh baik sendiri maupun orang
lain.
 Acalculia : kesukaran dalam melakukan penghitungan aritmatika sederhana.

https://www.scribd.com/doc/306693432/Jenis-Jenis-Gerak-Refleks

Anda mungkin juga menyukai