Anda di halaman 1dari 6

KEADILAN DAN KEEGOISAN

CERITA RECEH

Otniel Pratama Putra Chrisvianto


171810201056
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas PCL 31

“Tuutttt....” tanda bahwa air dalam teko yang kupanaskan sudah


mendidih, bergegas aku menghampirinya. Kutuang air dalam teko tersebut
dalam cangkir yang berisi bubuk kopi hitam Arabica tanpa gula. Dengan
udara yang menyejukkan hati aku bawa secangkir kopi itu keluar, kutaruh
pada sebuah meja yang terlihat seperti batang pohon yang terpotong
dihalaman rumah. Terlihat dari tempat aku terduduk menikmati dingin nya
embun pagi dengan teman secangkir kopi, sebuah pandangan samar-samar
hamparan kebun teh yang sangat luas. Hanya dengan melihatnya saja sudah
membuat segala beban dihati terasa terlepas, dengan perlahan aku buka
secarik koran yang telah aku bawa dari tadi. Mencoba mencari sesuatu yang
tak tahu ada atau tidak dalam koran tersebut. Setelah sekian menit berlalu,
aku menemukan yang aku cari dari tadi. Sebuah tulisan cerita yang dipojok
bawah nya tertulis nama seseorang yaitu Nathanael Chrisvian dan akulah
orang tersebut. Melihat tulisan yang kutulis berhasil dan lolos dalam
percetakan membuat hatiku berbunga bunga, ditambah dengan suasana pagi
yang sungguh melelehkan hati membuat ku terasa masih dalam mimpiku
semalam.
“ Nathan... apakah kau sudah bangun ???” suara seseorang dari balik
kabut yang terlihat begitu jauh yang terdengar sedikit serak. Aku segera
menjawab suara itu karena aku sudah mengenali orang yang
mengeluarkannya” iya aku sudah bangun segeralah kesini !” teriak ku dengan
suara setengah. Setelah beberapa detik terlihat siluet orang yang memiliki
badan tinggi besar sedang berjalan menuju kearah ku sambil berusaha
menghilangkan kabut. Dan beberapa saat kemusian terlihat jelas orang itu
memakai dari atas kaos tim sepakbola jagoan nya yaitu AC milan dengan
bawahan trainning warna hitam dengan aksen garis merah dipinggir nya.
Terlihat kaos yang dipakainya itu kurang muat dan terlihat seperti
dipaksakan untuk masuk melalui perutnya yang agak buncit tersebut. Dia
adalah pemilik kebun teh didepan rumahku ini, namanya Alexander Wijaya,
biasa aku panggil alex. Alex adalah seorang keturunan dari orang belanda
yang menikah dengan orang asli Indonesia, ibunya yang merupakan orang
jawa asli dan ayah nya adalah keturunan dari bekas penjajah belanda zaman
dulu. Orang tuanya sudah meninggal dimakan usia dan telah mewariskan
semua hartanya kepada anak semata wayangnya Alex termasuk kebun teh
yang berhektar hektar luasnya. Kini Alex berusia hampir sepertiga abad
hidup dirumah yang besar dengan banyak pembantu dan ajudan yang siap
melayaninya, sendari kecil dia sudah dimanja oleh orang tuanya tetapi tidak
sampai kepada titik dimana dia berlebihan dalam meminta sesuatu. Sampai
saat ini dia belum memiliki istri untuk menemani hidup nya sampai akhir
hayat nya nanti sama seperti aku sekarang ini tetapi berbeda setelah ini
berlalu.
“Nathan, kamu jadi datangkan nanti siang dirumah ku ?” bertanya
sambil tersenggal-senggal setelah berjalan kesini dari rumah nya yang hanya
berjarak beberapa ratus meter dari sini.
“iya, iya aku datang nanti diacara pemilihan jodoh mu.” Dengan nada
sedikit bosan aku menjawab pertanyaan nya tadi. Tapi pasti banyak yang
bertanya” pemilihan jodoh?”, iya sesuatu yang aku bingungkan sendari dulu
bahwa teman ku satu ini banyak sekali disukai oleh perempuan desa sini,
dengan badan yang seperti itu masih bisa memikat hati perempuan. Dalam
hatiku aku merasa sedikit iri dengan apa yang terjadi, tetapi meskipun
banyak yang menyukainya ada juga yang bersikap biasa saja dan juga ada
yang tidak menyukainya.
“ ayolah jangan begitu, aku kan sudah berjanji juga akan menolong mu
mencari jodoh.” Tegas nya untuk lebih meyakinkan ku.
“ oke, oke sudah cepat, sebaiknya kamu pulang untuk persiapan nanti
siang” kata ku dengan nada jengkel sambil menyisipkan nada bercanda.
“yasudah aku pulang dulu, oke” jelasnya untuk terakir kalinya sambil
dia beranjak pulang menjauh dari rumah ku.
Waktu tetap berjalan saat kami berbicara tadi, dan aku lupa belum
memperkenalkan diriku dengan benar tadi. Aku adalah Nathanael penulis
cerita recehan tentang masalah masalah sosial yang terjadi dalam cerita
pendek yang muat dalam sebuah koran atau majalah mingguan. Aku anak
dari seorang petani teh di desa dan dibesarkan dengan sangat baik oleh orang
tua ku, aku selalu diajari nilai nilai budi pekerti luhur yang ada disetiap sila
pancasila oleh orang tua ku. Orang tua ku telah meninggal, ayah ku pergi
dahulu sejak 5 tahun yang lalu dan karena itu ibu ku sungguh terpukul dan
mulai mengalami sakit yang tak kunjung sembuh dan mengikuti jejak ayah ku
ke sorga tepat satu bulan yang lalu. Aku anak seorang petani yang ingin
merobak silsilah kehidupan keluargaku yang dari dulu selalu menjadi petani,
aku ingin keluar dari hal tersebut menjadi sesuatu yang aku inginkan yaitu
seorang penulis, dengan bermodalkan lulusan sarjana jurusan bahasa aku
yakin pada apa yang aku tempuh saat ini. Aku dan Alex berteman karena
hubungan orang tua kami dulu, orang tua ku sebagai petani kepercayaan
orang tua nya Alex, cuma sebatas itu pertemanan kami saat ini.
Waktu berjalan begitu cepat saat aku benar benar menikmati
secangkir kopi hangatku dengan suguhan pemandangan yang menawan. Tak
terasa bahwa kabut yang tadi menyelimuti kebun teh nan luas telah hilang
menyisakan bulir bulir air yang ada diujung daun, dan jam tangan ku telah
menunjukkan pukul 06.45. begitu kopiku habis lenyap tersisakan ampas kopi
saja, aku segera mengangkat cangkirnya dan masuk kedalam rumah
meninggalkan secarik koran dimeja kayu tadi.
Alex begitu berbeda dengan orang tua nya dalam hal mengolah kebun
yang menyediakan ribuan kilo daun teh tiap hari nya. Ayah nya dulu begitu
baik terhadap para petani yang bekerja dikebunnya dulu, sampai sampai
ketika ada suatu kejadian yang hampir merugikan terjadi karena kelalaian
para petani ayah alex tetap memaafkan dan hanya memberi teguran ringan
supaya tidak terulang lagi. Berbeda dengan alex, ketika ada petani yang tidak
sesuai dengan yang diinginkannya maka petani itu akan dipecat meskipun
hanya karena masalah sepele. Entah apa karena kejadian pada masa ayah nya
dulu yang terlalu bersikap baik terhadap para petani dan mengakibatkan
kerugian yang sangat besar, yang membuat nya mengambil keputusan untuk
bertindak demikian ?, aku tak tahu. Tetapi pernah sesekali aku melihat alex
mencaci maki petani yang jatuh diatas pohon teh kebunnya dan hendak
memecat petani tersebut, dan dengan keberadaan ku yang mencoba
menenangkan alex dia takjadi memecat petani tersebut. Aku tahu bahwa itu
langkah pencegahan dari suatu kerugian tapi sikap seperti itu tidak
mencerminkan sikap keadilan yang terkandung dalam pancasila. Ya, aku
disini Cuma sebagai penglerai antara keegoisan alex dan para petani yang
mempertaruhkan kehidupannya untuk mencari makan tiap harinya.
Aku duduk disebuah kursi yang menghadap ke arah meja tulis, terlihat
meja yang rapi tersusun beberapa buku mengenai perilaku sosial dan tempat
pencil bundar yang dipenuhi dengan pensil, bolpoin dan segala alat tulis, tapi
tampak ada satu pensil yang begitu menarik perhatian terletak di tengah
meja dan menghadap kearah orang yang duduk dikursi ini, pensil itu seperti
pensil biasanya tetapi terukir sebuah nama dibagian tengah pensil tersebut
“Nathanael”. Pensil itu menjadi saksi bisu bagi seluruh usahaku untuk sampai
saat ini, nama pada pensil itu diukir oleh ayah ku, karena beliau percaya
bahwa aku dapat meraih cita cita ku sebagai penulis. Disini aku menuangkan
segala rasa, perasaan dan pikiran ku kedalam sebuah tulisan, tulisan yang
memiliki harapan merubah siapapun yang membacanya. Tidak seperti
kebanyakan penulis yang biasa menempatkan sebuah tempat sampah
disamping meja tulis, aku sengaja tidak menaruh tempat sampah didekat sini,
karena aku percaya bahwa segala yang aku tulis adalah hasil jerih payah
pikiranku yang telah tertuang, jadi aku tidak akan membuang itu dan akan
aku arsipkan untuk aku kenang waktu tua, itulah sebab nya dipojokan meja
terdapat banyak tumpukan kertas yang tulisan nya tidaklah selesai.
Berkeinginan untuk menulis sesuatu dalam secarik kertas, tetapi
pikiran ku masih terngiang tentang pemilihan jodoh nanti siang. Dengan
lemas aku beranjak dari kursi tulis dan berjalan menuju meja makan yang
terdapat dipojok ruangan. Aku ambil segelas air putih yang selalu tersedia di
meja makan, sambil merenung tentang apa gerangan yang akan terjadi nanti
di acaranya alex. dikarenakan alex merupakan orang yang paling kaya disini
dan biasa dianggap orang penting didesa ini, dengan alasan lain para petani
pasti mengikutkan putri putri nya yang siap menikah tak peduli seperti apa
pendapat anak putri tersebut. Dari sini pun sudah terlihat akan terjadi
sesuatu yang tidak mengenakkan mata nanti. Dijanjikan bantukan untuk
mendapatkan calon istri, tidaklah menarik perhatian ku, karena aku belum
terpikir untuk memiliki istri, aku lebih tertarik untuk menyaksikan apa yang
akan terjadi nantinya.
“Ding Dong Ding Dong...” suara jam tua yang ada disebelah ruang
makan, bermaksud menunjukkan bahwa sudah pukul 08.00. Setelah
menengok jam tersebut, berjalan kearah kulkas yang berada disisih lain meja
makan, berniat mengisi perut yang sudah mulai meronta-ronta meminta
makan. Setelah makan kuluangkan waktu untuk menonton berita ditelevisi
yang ada di tengah ruangan dan menghadap kearah meja makan, dengan
begitu duduk dikursi meja makan dengan makan ringan ditangan sudah
dapat melihat televisi. Seluruh harta ku saat ini merupakan hasil jerih payah
orang tua ku sejak dulu dan sedikit belas kasih dari orang tua alex yang baik
hati, meskipun alex saat ini juga baik hati terhadap ku tetapi aku merasa ada
yang kurang dari sikap alex, yaitu rasa keadilan dan belas kasih nya. Kecuali
televisi, televisi ini aku beli sendiri dengan hasil aku mengirim tulisan ku
kepenerbit.
Tak terasa beberapa kali suara jam tua itu sudah berbunyi lagi,
menunjukan pukul 09.00. aku segera ingat tentang acara yang akan
terselenggara di rumah alex beberapa jam lagi, dan aku bergegas
membersihkan seluruh badan dari segala bau tak sedap yang sudah hinggap
pada diri ku semalam. Dengan setelan kemeja hitam dan celana jeans hitam
yang biasa aku pakai untuk pergi ke acara acara penting, karena sesaat lagi
aku percaya bahwa sesuatu yang mencengangkan terjadi, terlepas dari acara
pemilihan jodoh hari ini. Aku beranjak dari rumah dengan mengunci pintu
rapat rapat, karena aku mendengar beberapa kabar tentang pencurian yang
telah terjadi di daerah sini, entah siapa dan karena apa pencuri itu beraksi.
Jalanan tampak seperti biasa seberah kiri terhampar luas kebun teh
yang indah dengan beberapa petani yang mencoba memetik daun teh, dan
sebelah kanan rumah rumah warga yang tampak sederhana dan beberapa
tampak kurang enak dipandang karena kondisi nya yang memprihatinkan.
Hal ini terjadi karena tempat ini yang jauh dari peradapan kota besar dan
sangat sulit untuk mencari kerja di sekitar sini, kecuali yang memiliki
kendaraan untuk berdagang dikota atau yang memiliki kebun atau ladang
sendiri untuk di olah. Jika tidak memilikinya ya terpaksa bekerja sebagai
petani nya orang. Seperti orang orang yang ada dikebun teh sekarang, mereka
adalah petani milik alex yang bekerja, banyak dari mereka yang memiliki
keluarga untuk dihidupi keseharian nya tetapi dengan bekerja sebagai petani
orang tidak banyak yang dapat diharapkan oleh mereka. Koneksi terhadap
orang yang berpengaruh di desa sangat diperlukan untuk menunjang ke
hidup yang lebih baik, seperti orang tua ku dulu yang berhasil mengambil
hati orang tua alex. tetapi dengan keadaan kebun teh saat ini yang dipegang
oleh alex yang notabene nya orang yang egois, keadaan semakin sulit untuk
mengambil hati sang pemilik kebun tersebut, kecuali satu cara yaitu menikah
dengan sang pemilik kebun alex. bukan sang petani yang menikah, tetapi
anak perempuan nya yang masih suci yang akan membangun koneksi
tersebut. Banyak dari mereka yang menantikan moment ini karena alasan
tersebut, meskipun anak nya ada yang menolak, tetapi seorang anak juga
akan berusaha untk membahagiankan orang tuanya sebrlum ajal
menjemputnya. Maka dari ini semua, aku terdorong untuk melihat acara ini
berlangsung.
Laki laki setengah baya dikebun melambaikan tangannya kearah ku
dan berteriak “Nathan...” dan mencoba menghampiriku dengan melewati sela
sela pohon teh.
“Nathan, mau kemana ?, oh iya pasti mau kerumah alex untuk melihat
acara nya kan ?” tanya dia dengan semangat. Entah apa yang membuat nya
begitu semangat.
“ iya, pak ini saya mau ke rumah alex. Bapak sendiri pagi pagi sudah
semangat sekali, ada apa ? jawab ku sambil menyisipkan pertanyaan yang
ingin aku ketahui.
“iya, Nathan kamu tahu sendiri kan selama ini anak ku Priscila sudah
cukup umur untuk menikah, dan hari ini dia aku suruh mengikuti acara
pemilihan jodohnya Alex, siapa tahu dia terpilih. Priscila kan cantik dan sexy
seperti ibunya.” Jawabnya dengan semangat dengan menambahkan aksen
sombong diakhir katanya.
“ bukan nya Priscila sudah memiliki pacar ya pak ?” tanya aku
kebingungan.
“ siapa, si anton itu? Anak tidak berpendidikan seperti itu dan baru
membuat onar dengan alex ? aku tidak akan memperbolehkannya mendekati
anak ku lagi.” Tegas nya dengan memasang muka kesal.
“ iya sudah pak, saya berangkat dulu ya, bapak hati hati kerja nya” kata
ku dengan menunduk kan kepala dan mulai beranjak pergi.
Dalam melanjutkan perjalanan terbesit dibenak ku kemungkinan
kemungkinan yang akan terjadi nanti. Bukan nya memiliki pemikiran buruk,
tetapi seorang penulis harus siap siaga terhadap apa yang akan terjadi nanti.
Kemungkinan pertama diawal acara akan ada seseorang yang masuk dan
membuat onar untuk menggagalkan acara tersebut, yang kedua ada salah
satu perempuan yang akan memberontak saat sudah terpilih, dan yang
terakhir semua berjalan lancar tanpa masalah apapun.
Setibanya dirumah alex jam tangan ku menunjukan pukul 10.00 dan
sebentar lagi acara akan dimulai. Aku berdiri didepan gerbang yang megah
menjulang tinggi, membuat pemandangan taman yang luas dibalik nya
terhalang. Segera aku memasuki halaman nya dan nampak sebuah tenda
acara besar, seperti tenda untuk pernikahan berdiri megah disisih lain rumah,
dan tampak disana terbaris beberapa kursi plastik yang telah diisi oleh
perempuan perempuan desa dan juga nampak sebuah kursi besar didapan
kursi kursi plastik tersebut, dan Alex mendudukinya. Tanpa pikir panjang aku
langsung menghampiri alex yang sedang duduk memperhatikan para
perempuan.
“Alex aku akan duduk dibelakang, aku tidak mau menjadi pusat
perhatian banyak orang !” tegas ku pada alex, dan samar samar terdengar
ditelinganku “ iya, silakan pilih tempat sesukamu”. Dengan begitu aku duduk
dikursi paling belakang untuk menyaksikan apa yang akan terjadi. Sambil
terhanyut dalam imajinasi ku, aku menyadari bahwa acara telah mulai, dalam
rangkaian acara, para perempuan akan diminta memperkenalkan diri,
bernyanyi dan menjawab sedikit pertanyaan dari alex.
Semua berjalan lancar tanpa ada sesuatu yang mencolok hingga
seorang gadis yang bernama Priscila maju dan melakukan apa yang dilakukan
gadis sebelumnya, tetapi suaranya begitu indah untuk didengar dan dia
memiliki perawakan tinggi berisi, dan menurutku itu bentuk tubuh yang
ideal. Dan sepertinya aku mengerti apa yang dipikir kan oleh alex saat itu,
alex akan memilih Priscila. Dengan berakhirnya nyanyian, alex pun bertanya “
apakah kamu sudah memiliki pacar ?” suatu pertanyaan yang tak pernah
keluar dari mulut nya selama acara berlangsung.
“ be.....belum tuan” suara nya yang lirih menggambarkan bahwa ia ragu
ragu menjawab.
Dengan begini selesai sudah acara perkenalan nya dan memasuki
acara penentuan siapa yang terpilih.
“ Terima kasih telah datang pada acara yang aku selenggarakan dan
sebentar lagi aku akan mengumumkan siapa yang terpilih untuk menjadi
permaisuriku......... yang terpilih adalah........ PRISCILA” jelas Alex tentang
semua yang ia pikirkan dan inginkan.
Dengan begini acara berakhir tanpa masalah yang serius, dan aku
pulang tanpa memikirkan apapun. Jam berlangsung begitu cepat saat itu dan
tanpa kusadari hari telah malam dan sudah waktu nya aku untuk menutup
mata.

Pagi hari tiba, tetapi aku masih malas untuk beranjak dari tempat
tidurku yang nyaman. Sampai suara pintu di ketok terdengar oleh telinga ku
dan nama ku dengan keras dipanggil
“Nathan, Nathan, Nathan....” suara itu tampak terburu buru
Bergegas aku melihat keluar pintu dan melihat sosok laki laki
setengah baya yang kemarin bertemu aku. Segera kubukakan pintu, tanpa aku
sempat bertanya
“Alex meninggal didepan rumah ku, dan anak ku priscila telah hilang
entah kemana !” jelasnya dengan wajah sangat sedih dan berlinang air mata.
Hari itu telah tercatat dihati ku bahwa segala sesuatu yang terjadi
karena keburukan akan membuahkan keburukan juga dilanain hari. Secari
cerita ini menjadi saksi bisu dimana nyawa seseorang melayang karena ke
egoisan dan ketidakadil yang terjadi di sekitar ku. Gadis yang hilang ditutupi
dengan tangis dan derita yang mendalam para petani yang kehilangan ladang
pekerjaan nya dan dilain sisi kegembiraan yang berdasarkan rasa kesal
terhadap masa lalu yang kelam. Biarlah cerita ini menjadi pelajaran bagi kita
untuk tetap bersikap adil dan tidak egois.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai